Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

(MakalahinidipresentasikanPadaMataKuliah :TafsirTarbawi)
DosenPengampu :Drs.H.Bustomi, M.Ag

TAFSIR TARBAWI PENDEKATAN SECARA DEFINITIF DAN


TERMINOLOGIS

Disusun Oleh:
Sari Herawati (201230117)

Nadila Destilia Eka Putri (201230111)

Wahyu Hidayana (201230091)

PROGRAMSTUDITADRISBAHASAINGGRISF
AKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUANUNIVERSITASISLAMNEGERI
SULTANMAULANAHASNUDDINBANTENTA
HUN2020M/1442 H

JalanJendralSudirmanNo. 30PanancanganCipocokJaya, Sumurpecung,Kec.


Serang, Kota Serang, Banten42118

1
DAFTAR ISI

DAFTARISI.................................................................................................................2

KATAPENGANTAR...................................................................................................3

BABI

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latarbelakang................................................................................................4
B. Rumusanmasalah..........................................................................................4
C. Tujuanpembahasan........................................................................................4

BABII

ISI....................................................................................................................................5

A. Tafsir Tarbawi Pendekatan Secara Terminologi dan Definitif......................5


B. Corak dan Metode Pendekatan......................................................................6
C. Bentuk Metodologi Tafsir..............................................................................7

BABIII

PENUTUP......................................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10

DAFTARPUSTAKA..................................................................................................11
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmatnya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “TAFSIR TARBAWI PENDEKATAN
SECARA DEFINITIF DAN TERMINOLOGIS” ini tepat pada waktunya.

SholawatdansalamsemogaselaluterlimpahcurahkankepadabangindaNabiMuhammad
SAW. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yangterangbenderangsepertiyangkitarasakansaatini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas TAFSIR TARBAWI dari
dosen mata kuliah. Dan tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Bustomi Ibrohim, M.Ag. selaku dosen mata kuliah ilmu kalam
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Terakhir, kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna secara keseluruhan.
Makadari itu kami sangat terbuka kepada kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BABI

PENDAHULUN

A. Latarbelakang

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai


mukjizat yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya
adalah ibadah .Alquran diturunkan tidak hanya kepada manusia tetapi juga jin agar bisa
dijadikan petunjuk (hudan) dan pembeda (furqan) antara kebenaran dan kesesatan.

Tafsir tarbawi yang merupakan ijtihad akademisi tafsir, berupaya mendekati Al-
Qur’an melalui sudut pandang pendidikan, baik dari segi teoretik maupun praktik. Ijtihad ini
diharapkan dapat mewacanakan sebuah paradigm tentang konsep pendidikan yang
dilandaskan kepada kitab suci dan mampu untuk diimplementasikan sebagai nilai- nilai dasar
dalam pendidikan.

B. Rumusanmasalah

1. Bagaimana pendekatan tafsir tarbawi secara definitif?

2. Bagaiamana corak dan metode pendekatan tafsir tarbawi?

3. Apa saja metodologi tafsir tarbawi?

C. Tujuan pembahasan

1. Memahami pendekatan tafsir tarbawi secara definitif dan terminologis.

2. Memahami corak dan metode pendekatan tafsir tarbawi.

3. Mengetahui metodologi tafsir tarbawi.


BAB II

ISI
A. Pendekatan Tafsir Tarbawi Secara Definitif dan Terminologis

Tafsir menurut bahasa mengikuti wazan “taf’il” yang artinya menjelaskan, menyingkap
dan menerangkan makna-makna rasional. Kata kerjanya mengikuti wazan “dharaba – yadhibu”
dan Nashara – Yanshuru”. Kata At-Tafsir mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang
tertutup atau menyingkap kan maksud suatu lafazh yang musykil.
Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-
Zarkasyi, tafsir ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, menjelaskan makna - maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-
hukumnya.

Tidak terlalu asing dalam tataran pemahaman kitab suci Alquran kalau muncul berbagai
pendekatan yang dikenal dengan istilah tafsir.Dalam dunia tafsir muncul berbagai terminologi
pendekatan dengan berbagai variasi disiplin ilmu yang menghampirinya.
Tafsir Tarbawi yang merupakan ijtihad akademisi tafsir, berupaya mendekati Alquran melalui
sudut pandang pendidikan, baik dari segi teoretik maupun praktik. Ijtihad ini diharapkan dapat
mewacanakan sebuah paradigma tentang konsep pendidikan yang dilandaskan kepada kitab
suci dan mampu untuk diimplementasikan sebagai nilai-nilai dasar dalam pendidikan.

Abu Hayyan, seperti yang ditulis Manna Al-Qaththan mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang
membahas tentang cara pengucapan lafazh – lafazh al-Qur’an, indikator-indikatornya , masalah
hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang lain, serta
tentang makna-maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafazh yang melengkapinya.
Menurut Az-Zarkasi, Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan
hikmah-hikmahnya.
Secara etimologis kata tafsir juga berarti menerangkan sesuatu yang masih samar
sertamenyingkap sesuatu yang tertutup. Dalam kaitannya dengan kata, tafsir berarti
menjelaskan makna kata yang sulit dipahami sehingga kata tersebut dapat dipahami
maknanya.Dalam pendapat yang lain, kata tafsir ini diambil dari kata tafsiroh yang berarti suatu
perkakas yang dipergunakan tabib untuk mengetahui penyakit orang lain.Dengan demikian,
secara etimologis kata tafsir adalah digunakan untuk menunjukkan maksud (menjelaskan,
mengungkap, menerangkan) suatu masalah yang masih kabur, samar dan belum jelas.
Berdasarkan pengertian etimologis tersebut dapat dipahami bahwa suatu kata tidak dapat
dikatakan telah mengalami proses penafsiran jika tidak terdiri dari kata yang masih samar dan
belum jelas maknanya. Jika ada orang yang mendengar suatu ucapan yang memiliki makna
zhahir yang secara spontan dapat dipahami kemudian memberitahukan makna dari ucapan
tersebut, maka makna yang disampaikannya itu bukanlah penafsiran. Hal itu karena pada
hakikatnya ia tidak mengungkapkan atau menjelaskan sesuatu yang sebelumnya masih samar.
Sesuatu dapat dikatakan telah mengalami suatu proses penafsiran jika seseorang telah berusaha
dan bersungguh-sungguh untuk mengungkap dan menjelaskan ucapan yang masih terlihat
samar atau rancu.

B. Corak dan Metode Pendekatan Tafsir Tarbawi

Seperti yang kita ketahui Rasulullah SAW merupakan orang yang pertama yang berhak
menafsirkan al-Qur’an yang disebut dengan mufassir awal, karena pada masa Nabi segala
persoalan umat bisa langsung ditanyakan kepada Nabi SAW. Lain halnya pada penafsiran masa
sahabat digunakan beberapa pendekatan, antara lain :
1. Pendekatan dengan al-Qur’an itu sendiri;Corak tafsir yang menggunakan metode ini adalah
bahwa ayat yang masih bersifat global terdapat penjelasannya pada ayat lain. Begitu juga ayat
yang bersifat mutlak atau masih umum, terdapat penjelasan pada ayat lain yang bisa dijadikan
qiyas atau yang mengkhususkannya.
2. Penafsiran dikembalikan kepada Nabi,hal ini dilakukan terutama para sahabat Nabi
mendapatkan kesulitan dalam memahami suatu ayat dari Al-Qur’an.
3. Pemahaman dan ijtihad sahabat Nabi.Hal ini mereka lakukan apabila tidak menemukan
tafsiran suatu ayat dalam Kibab Allah dan juga tidak menemukannya dari penjelesan Nabi
SAW. Diantara para sahabat nabi yang paling terkenal dalam bidang tafsir adalah Abu Bakar,
Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan lain-lain.
Menurut Abuddin Nata, dalam sejarah tafsir al-Qur’an ada beberapa corak dan pendekatan yang
digunakan para mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an. Ada yang menggunakan pendekatan
kebahasaan, pendekatan Akhlak, Pendekatan Ilmu balaghah, pendekatan filsaafat, pendekatan
teologi, pendekatah hukum, pendekatan sufi dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan
dari segi metode yang digunakan, dijumpai adanya penafsiran secara tahlili atau tajz’i, dan ada
yang bersifat tematik (maudhu’i).
C. Bentuk dan Metodologi Tafsir
Ada berbagai bentuk tafsir Al-Qur’an, namun bentuk yang paling penting untuk dikenal ada
dua, yaitu:
1. Tafsir bi Al-Ma’tsur
Dinamai dengan nama ini (dari kata “atsar” yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan)
karena dalam melakukan penafsiran, seorang mufasir menelusuri jejak atau peninggalan masa
lalu dari generasi sebelumnya, hingga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tafsir bi Al-
Ma’tsur adalah tafsir berdasar pada kutipan-kutipan yang shahih, yaitu menafsirkan Al-Qur’an
dengan Al-Qur’an; Al Qur’an dengan sunnah, karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah;
dengan perkataan sahabat, karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah;
dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in, karena mereka pada umumnya menerimanya dari
sahabat. Tafsir bi Al-Ma’tsur yang terkenal antara lain: tafsir Ibnu Jarir, tafsir Abu Laits As
Samarkandy, tafsir Ad Durul Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur (karya Jalaluddin As Suyuthi), tafsir
Ibnu Katsir, tafsir Al Baghawy, dan tafsir Baqy bin Makhlad.
2. Tafsir bi Ar-Ra’yi
Perkembangan zaman menuntut pengembangan metode tafsir yang disebabkan tumbuhnya ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah, maka ilmu tafsir membutuhkan peran ijtihad yang
lebih besar dibandingkan dengan tafsir bi Al-Matsur. Dengan bantuan ilmu bahasa Arab, ilmu
qira’ah, ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ushul fiqh, dan ilmu-ilmu lain, seorang mufassir akan
menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menjelaskan dan mengembangkan maksud ayat
dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Namun, tidak semua hasil
tafsir yang mereka tulis bisa diterima karena merupakan hasil ijtihad yang berpeluang untuk
benar dan salah. Beberapa tafsir bi Ra’yi yang terkenal antara lain: tafsir Al Fakhrur Razy, tafsir
Abu Suud, tafsir Al-Khazin.
Seperti di ungkapkan di atas selain corak yang berbeda , metode tafsir juga bermacam-macam.
Yakni : Metodologi tafsir dibagi menjadi empat macam, yaitu metode tahlili, ijmali, muqaron,
dan maudlu’i.

1. Metode Tahlili (analitik)


Metode tahlili adalah metode tafsir Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan
mengurai berbagai sisinya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al Qur’an. Metode ini
merupakan metode yang paling tua dan sering digunakan. Tafsir ini dilakukan secara berurutan
ayat demi ayat, kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al
Qur’an. Dia menjelaskan kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang
dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat,
menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqh, dalil syar’i, arti secara bahasa,
norma-norma akhlak, dan lain sebagainya.
2. Metode Ijmali (global)
Metode ini berusaha menafsirkan Al-Qur’an secara singkat dan global, dengan menjelaskan
makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami.
Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili, namun memiliki perbedaan dalam hal penjelasan
yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga
dapat dikonsumsi oleh tiap lapisan dan tingkatan ilmu kaum muslimin.
3. Metode Muqarran
Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits,
atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir, dengan menonjolkan perbedaan tertentu dari
obyek yang diperbandingkan itu.
4. Metode Maudhui (tematik)
Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama
membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras
dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-
penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian
mengambil hukum-hukum darinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
TafsirTarbawi,yang merupakan ijtihad akademisi tafsir, berupaya mendekati Alquran
melalui sudut pandang pendidikan, baik dari segi teoretik maupun praktik. Ijtihad ini
diharapkan dapat mewacanakan sebuah paradigm tentang konsep pendidikan yang
dilandaskan kepada kitab suci dan mampu untuk diimplementasikan sebagai nilai- nilai
dasardalampendidikan.Dengan demikian upaya pemahaman al-Qur’an yang diyakini
keuniversalannya telah memunculkan berbagai terminologi yang berkaitan dengan
pemahaman al-Qur’an. Hadirnya terminology Tafsir Tarbawi dalam hal ini merupakan
sebuah metode pemahaman kitab suci (tafsir) yang dilihat dari sisi pendidikan dengan lebih
memperhatikan corak pendidikan dalam memberikan analisisnya

B. Saran

Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Maka, kritik dan saran yang membangun, saya harapkan guna
memperbaiki segalakekurangannya
DAFTARPUSTAKA

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: PT


Rajagrafindo Persado, 2010) cet. 4, hal. 3-4

https://journal.uinsgd.ac.id TAFSIR TARBAWI

Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan,


(Yogyakarta; Teras; 2008)

Anda mungkin juga menyukai