DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
(Kelompok 9)
Anazar 16520244003
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
makalah ini diharapkan agar dapat menjadi bacaan para pembaca agar menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab karena materi ini disajikan
Oleh karena itu, makalah ini diharapkan agar bangsa Indonesia memiliki
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah
berkenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................ 3
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
berdampak pada aspek kultural dan nilai-nilai suatu bangsa. Tekanan, kompetisi yang
tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan
generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras. Namun, di sisi lain, kompetisi yang
ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral
mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental
“instant”. Dengan kata lain, kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang
terjadi, khususnya pada dua dasawarsa terakhir ini, telah mengakibatkan kemerosotan
moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar.
Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya
pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga
masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani”. Di dunia
pendidikan, globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat cepat, yakni
munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media massa, khususnya
internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak
dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.Hasilnya,
para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru.Oleh karena
itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini, wibawa guru khususnya dan orang
tua pada umumnya di mata siswa merosot.
Kemerosotan wibawa orang tua dan guru dikombinasikan dengan semakin
lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong
dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan
penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama,
kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin
meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran
lalu lintas sampai tindak kejahatan.
Di sisi lain, pengaruh-pengaruh pendidikan yang mengembangkan
kemampuan untuk mengendalikan diri, kesabaran, rasa tanggung jawab, solidaritas
sosial, memelihara lingkungan baik sosial maupun fisik, hormat kepada orang tua,
dan rasa keberagamaan yang diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, justru
2
semakin melemah. Nah, disinilah urgensi para pendidik, khususnya para guru, lebih
khusus lagi para pendidik dan guru yang berkecimpung pada sekolah keagamaan atau
sekolah yang dikelola oleh Organisasi Keagamaan, harus mengambil perhatian
masalah ini dan mencari cara-cara pemecahannya.Sekolah harus menjadi benteng
terakhir yang berperan membendung dampak negatif bawaan yang muncul dari
teknologi informasi dan komunikasi yang menjamur tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
4
kompetitif, maka sangat strategis dalam pembudayaan pembelajaran di sekolah
dengan siswa menjadi pusat pembelajaran dalam proses pencarian informasi. Hal
senada juga dikemukakan oleh Makagiansar yang menyatakan bahwa agar
pendidik dapat mempersiapkan peserta didik yang eksis, maka pendidik harus
mengenbangkan kemampuan mengantisipasi, mengerti dan mengatasi situasi,
mengakomodasi serta mereorientasi kepada peserta didik.
5
teknologi, terutama dalam bidang tranformasi dan komunikasi serta terjadinya
lintas budaya.
Istilah globalisasi menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting Donnan yang
memberikan batasan bahwa globalisasi pada prinsipnya mengacu pada
perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi komunikasi,
transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (
menjadi hal-hal ) yang bisa dijangkau dengan mudah.
Menurut Anthony Giddens (2005 : 84) menyatakan bahwa globalisasi dapat
diartikan sebagai intensifikasi relasi sosial sedua yang menghubungkan lokalitas
yang saling berjauhan sedemikian rupa sehungga jumlah peristiwa sosial
dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak bermil- mil.Pandangan berbeda
tentang globalisasi yang dikemukakan oleh Ulrich Beck, pemikir filsafat sosial
Jerman bahwa dalam globalisasi ada tiga pengertian kunci yaitu:
(Sindhunata, 2003)
a. Deteritorialisasi yang berarti batas – batas geografi ditiadakan atau tidak
lagi berperan dan tidak lagi menentukan dalam perdagangan antarnegara.
b. Transnasionalisme ialah mentiadakan batas- batas geografis seperti blok-
blok.
c. Mutilokal dan translokal, dimana globalisasi memberikan kesempatan
bagi manusia di berbagai belahan dunia membuka horison hidupnya
seluas dunia, tanpa kehilangan kelokalannya.
Globalisasi bersifat multimedia karena dapat dilihat dari berbagai aspek.
Menurut Baharudin Darus menyatakan bahwa ada lima aspek globalisasi yaitu :
a. Globalisasi informasi dan komunikasi;
b. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas;
c. Globalisasi gaya hidup, pola konsumsi, budaya dan kesadaran;
d. Globalisasi media massa cetak dan elektronik;
e. Globalisasi polotik dan wawasan.
6
Menurut Thomas L. Friedman (2000), globalisasi adalah sebuah sistem
yang netral yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif, bisa
memperkuat atau melemahkan sendi-sendi kehidupan, menyeragamkan atau
mempolarisasikan, juga mendemokratisasikan atau justru sebaliknya. Itu semua
tergantung bagaimana kita meresponnya
Kompetisi ekonomi pada era pasar bebas juga ditandai dengan adanya
perjalanan lalu lintas barang, jasa, modal serta tenaga kerja yang berlangsung
secara bebas, kemudian adanya tuntutan teknologi produksi yang makin lama
makin tinggi tingkatannya, sehingga makin tinggi pula tingkat pendidikan yang
7
dituntut dari para pekerjanya. Globalisasi adalah bagian dari perubahan ruang,
gerak dan waktu dari nilai-nilai manusia secara universal menuju sebuah
spectrum keluarga besar masyarakat dunia ( Global Citizen )
8
agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi, serta bagaimana
implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas kehidupan SDM.
Ketiga, tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang
berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
Keempat, tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang
Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi.
Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya
saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan
yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Kemampuan-kemampuan itu harus dapat diwujudkan dalam proses pendidikan
yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas,
unggul dan profesional, yang akhirnya dapat menjadi teladan yang dicita-citakan
untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Pertanyaan selanjutnya, apakah yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan?
Untuk mengetahui jawabannya, kita perlu melihat kerangka pendidikandalam konteks
kenasionalan. Sehingga kita bisa menyiapkan strategi yang tepat menghadapi sebuah
tantangan sekaligus peluang tersebut.
Secara kuantitas, perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal
Indonesia mulai dari tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Namun secara kualitas masih tertinggal jauh
ketimbang negara-negara lain, baik negara-negara maju, maupun negara-negara
anggota ASEAN sekalipun.
Institusi pendidikan dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya sesuai dengan
standar kompetensi global paling tidak mampu mempersiapkan anak didiknya terjun
bersaing dengan para tenaga kerja asing sehingga bisa mengantisipasi membludaknya
9
pengangguran terdidik. Di sini harus diakui, lembaga-lembaga pendidikan Islam
ternyata belum siap menghadapi era pasar bebas. Masih banyak yang harus dibenahi
apakah sistemnya atau kah orang yang terlibat di dalam sistem tersebut.
10
sebagai salah satu perusahaan raksasa yang hidup dan berperan sebagai
penguras kekayaan alam KSB), dan masyarakat.
1. Perlunya landasan
a) Aspek Intelektual
Mencakup beberapa aspek antara lain :
Kemampuan Analisis
Kemampuan Fokus
Kemampuan Organisasi
Kemampuan Teknis Praktis
Kemampuan penguasaan multi bahasa, dasar: Indonesia dan Inggris
; Pilihan tambahan : Mandarin, Perancis, Jepang ( salah satu ).
Menyenangi bukti, music, kesenian, filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
Bekerja keras untuk mendapatkan nilai/hasil yang baik
Memiliki wawasan nasional dan internasional
Sistematika kerja, kecepatan kerja dan ketelitian kerja.
b) Aspek Ketrampilan
c) Aspek Kepribadian :
16 Nilai Dasar ( Basic Values )
Integritas Tinngi
11
Terbuka
Konsisten
Berorientasi hasil
Rajin
Disiplin
Kontrol Diri
Keberanian
Kesederhanaan
Pendengar yang baik
Bisa dipercaya
Mempunyai tujuan jelas
Memikirkan orang
Jujur
Memiliki prinsip
Memanfaatkan peluang
Mengakui kesalahan
Kemandirian
Kreatif
Berani mengambil resiko
Humor
Daya tahan
Rasa hormat
Suka menolong
Kerjasama
Semangat belajar seumur hidup
Pemberdayaan
Kepemimpinan
Komitmen
Kebanggaan
12
Keadilan
Kesabaran.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Peserta didik harus dibekali informasi tentang latar belakang yang memberi
dampak pengganda pada pembelajarannya sehingga dapat memberikan motivasi yang
besar untuk membaca dan mempelajari informasi dari berbagai sumber. Kita harus
siapkan kompetensi agar siswa eksis di era global yang sangat kompetitif, maka
sangat strategis dalam pembudayaan pembelajaran di sekolah dengan siswa menjadi
pusat pembelajaran dalam proses pencarian informasi. Hal senada juga dikemukakan
oleh Makagiansar yang menyatakan bahwa agar pendidik dapat mempersiapkan
peserta didik yang eksis, maka pendidik harus mengenbangkan kemampuan
mengantisipasi, mengerti dan mengatasi situasi, mengakomodasi serta mereorientasi
kepada peserta didik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tantangan-pendidikan-di-era-global.html.
Diakses tanggal 26 September 2016 pukul 20:00 WIB
Https://muhammadfadli31.wordpress.com/2017/10/22/tantangan-pendidikan-di-era-
global/ Diakses tanggal 26 September 2016 pukul 20:00 WIB
15