PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia
yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang
selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
2. Johan Amos Comenius (Austria, 1592 – 1670, tokoh aliran realism
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang mempunyai
pengetahuan kesusilaan dan kasalehan sebagai persiapan untuk kehidupan
di akherat.
3. John Locke (Inggris, 1632 – 1704, tokoh aliran Empirisme dalam
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk “Gentlemen”.
4. J.J. Rousseau (Perancis, 1712 – 1778, tokoh aliran Naturalisme)
Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada
pada manusia membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang natural.
2
5. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 1746 – 1827, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social
regeneration) dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
6. Friedrich Frobel (Jerman, 1782 – 1852, tokoh pendidikan anak-anak)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif
dan kreatif.
7. Herbert Spencer (Inggris, 1820 – 1903, tokoh gerakan ilmiah dalam
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan,
serta membentuk manusia ilmiah.
8. John Dewey (Amerika, 1859 – 1952, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota
masyarakat yang baik, yaitu anggota masyarakat yang mempunyai
kecakapan praktis dan dapat memecahkan problem sosial sehari-hari
dengan baik.
9. George Kerchensteiner (Jerman, 1855 – 1932, tokoh pendidikan
kewarganegaraan)
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga negara
yang baik.
10. Maria Montessori (Italia, 1870 – 1952, tokoh pendidikan kanak-kanak)
Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.
11. Helen Parkhurst (Amerika, 1887 – 1900, tokoh pendidikan individual)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara
yang baik.
3
Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang ke situasi
berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah ini, tidak ditekankan pada
masalah ke jurusan mana garis yang telah memberi arah pada usaha tersebut,
tetapi ditekankan kepada soal garis manakah yang harus kita ambil dalam
melaksanakan usaha tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam
keadaan “sekarang” dan “disini”. Misalnya guru yang bertujuan membentuk anak
didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari usahanya ialah
menciptakan situasi belajar yang dapat mengembangkan kecerdasan.
Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik tolaknya, juga dapat
dipandang dari segi titik akhir yang akan dicapainya. Di sini perhatian pada hal
yang akan dicapai atau dituju yang terletak pada jangkauan masa datang, dan
bukan pada situasi sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam situasi tadi.
Misalnya seorang pendidik yang bertujuan agar anak didiknya menjadi manusia
susila, maka tekanannya di sini ialah gambaran tentang pribadi susila yang
menjadi idamannya tadi.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
4
Dalam Suwarno (1992), ada beberapa macam tujuan pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :
Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu
dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat
kemanusiaan yang universal. Menurut Lavengeld, tujuan umum pendidikan
adalah kedewasaan.
Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu pengkhususan dari tujuan umum atas dasar beberapa hal
antara lain :
Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang hanya mencakup salah satu daripada aspek
saja. Misalnya : tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja.
Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai pada tiap tingkat perjalanan menuju
tujuan akhir. Misalnya menyelesaikan belajar di sekolah dasar merupakan tujuan
sementara untuk selanjutnya menuju ke SMP, SMA, dan selanjutnya.
Tujuan insidentil
Tujuan insidentil ialah tujuan yang timbul karena adanya situasi yang terjadi
secara kebetulan.
5
Tujuan intermediair
Tujuan intermediair ialah tujuan yang merupakan alat atau perantara untuk
mencapai tujuan yang lain.
Tujuan nasional
Tujuan institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga pendidikan
atau satuan pendidikan tertentu. Tiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya
masing-masing yang berbeda satu sama dengan yang lainnya dan yang sesuai
dengan karakteristik lembaga tersebut (Suardi, 2010:7).
Tujuan kurikulum
6
Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh program studi, bidang
studi, dan mata pelajaran tertentu yang disusun berdasarkan tujuan institusional.
Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan
atau taksonomi tujuan, yang dikaitkan dengan bidang studi bersangkutan (Suardi,
2010:7).
Tujuan instruksional
Tujuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Tujuan instruksional umum berisi kualifikasi yang
merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh si terdidik
setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional
khusus merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan instruksional umum,
dinyatakan dalam rumusan sekhusus-khususnya, sehingga tujuan tersebut mudah
dinilai dan tidak menimbulkan salah tafsir (Suwarno, 1992:53).
Di bawah ini akan diambil satu contoh tujuan pendidikan berdasarkan tingkat
satuan pendidikan. Dalam hal ini, kita ambil contoh tujuan pendidikan sekolah
menengah kejuruan.
(a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
(b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.
7
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:
(a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja
mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat
menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
(b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
(c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar
mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
C. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
10