Anda di halaman 1dari 8

GENERASI MILENIAL LUPA MORAL?

OLEH:

YASINTHA MEGA DEVIA


MAHASISWI S1
SEMESTER I
PRODI MANAJEMEN
A. PENDAHULUAN

Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait
dengan nilai-nilai baik dan buruk. Masa remaja adalah masa yang tak pernah terlupakan, dan
merupakan masa yang paling indah. Jika masa itu terlewatkan maka ia akan merasa rugi
setidaknya begitulah kata anak-anak remaja sekarang ini. Karna ingin mendapatkan
kesenangan di masa remaja, banyak remaja generasi milenial sekarang mengorbankan uangnya
hanya untuk sekedar berfoya-foya merusak dirinya karna tingginya perasaan ingin tau serta
dorongan dari teman-temannya dan yang paling menyedihkan mereka tidak menyadari betapa
sakitnya orangtuanya mencari nafkah hanya untuk anak-anaknya. Tapi,banyak juga remja yang
menyadari hal itu.

Permasalahannya disini "Bagaimana moral remaja pada masa kini? "Apakah moral remaja
masa kini itu dilarang oleh agama, atau malah diperbolehkan oleh agama? Banyak sekali
kritikan yang datang dari ahli-ahli agama, terutama masalah pacaran. Ahli agama mengatakan
bahwa perilaku remaja sekarang ini melanggar norma-norma yang ada di kalangan masyarakat.
Hal itu dikatakan karena tidak sedikit remaja yang berpelukan, berpegangan bahkan berciuman
di depan umum. Hal tersebutlah yang sangat dilarang oleh agama, seharusnya mereka jangan
melakukan itu. Kebanyakan moral remaja sekarang ini rusak. Kenapa demikian? Karna, tidak
sedikit pelajar SLTP sudah merokok bukan hanya SLTP, SMA, bahkan SD juga sudah
melakukan kegiatan itu, bukan cuma itu saja tapi sudah ada yang memakai ganja.

Penulis menganalisa konversi moral melalui pembangunan karakter bangsa Indonesia


berdasarkan pada apa yang tengah terjadi pada moral anak bangsa jaman sekarang. Argumen
utama dari pembahasan ini adalah pembangunan karakter bangsa Indonesia lebih berfokus pada
peningkatan kesadaran generasi muda Indonesia akan pentingnya menjadi generasi penerus
bangsa yang memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai dasar pancasila. Pemerintah Indonesia
bersama seluruh elemen masyarakat lainnya terus berusaha untuk membangun karakter bangsa
Indonesia terutama bagi generasi muda agar Indonesia menjadi bangsa yg bermoral. Artikel ini
akan membuktikan hipotesis bahwa pembangunan karakter bangsa Indonesia bertujuan untuk
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermoral. Pembangunan karakter bangsa
Indonesia menuju bangsa yang bermoral tersebut berfokus pada penanaman nilai-nilai
pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa yang secara aktif dilakukan oleh seluruh
komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah.
B. DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zainul Ittihad. 2018. MKDU4111/modul4-5. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.
Detik-Detik Sosiologi. 2012. PT. Intan Pariwara.
Drs. Sutomo, M.Pd. MGMP Sosiologi. 2012. Kabupaten Blitar.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandug : PT. Eresco.
M.A, Soeslowaindradini. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya : Usaha
Nasional.
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
www.wikipedia.com
https://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/11/29/256/bagaimana-moral-
remaja-pada-masa-kini
https://www.kompasiana.com/diahayuintansari/55184fc3a333117e07b66447/pembangun
an-karakter-bangsa-indonesia-berdasarkan-pancasila-menuju-bangsa-mandiri-di-era-
globalisasi?page=all
https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/05/27/membangun-karakter-bangsa-di-era-
milenial.
C. PEMBAHASAN

Moral (Bahasa Latin Moralitas) merupakan istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia
harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.

Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan, niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu,
seperti: a) Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan Larangan mencuri, berzina,
membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi. b). Seseorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh
kelompok sosialnya.

Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar
sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman
seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral
yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai
pedoman bagi perilakunya.

Berbicara tentang moral, ada yang lebih penting untuk kita semua perhatikan dalam hal
moral melalui pembangunan karakter bangsa. Moral yang baik sangat penting untuk
pembangunan karakter bangsa. Sebelum kita memikirkan pembangunan karakter bangsa, kita
juga harus memikirkan apa yang kita bias lakukan untuk perkembangan moral.

Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan


nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat
potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi
dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami
tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk,
yang tidak boleh dikerjakan.
Dilansir Tribun News, arus globalisasi merupakan fenomena menarik yang sedang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Budaya global dan gaya hidup (life style) merupakan
dampak paling kentara akibat fenomena ini. Globalisasi sendiri diartikan sebagai proses
mendunianya seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik hingga budaya antara satu negara
dengan negara lainnya hingga seluruh dunia dinyatakan tidak memiliki ‘batas’ alias borderless.
Berita yang masuk terkait permasalahan tiap negara dengan mudahnya tersebar melalui
internet, media sosial, maupun aplikasi berbasis internet lainnya dalam satu perangkat yang
disebut gadget. Hal tersebut terjadi pada generasi muda Indonesia saat ini disebut sebagai
generasi gadget atau yang sering kita kenal sebagai generasi milenial.

Rata – rata di antara kalangan remaja Indonesia telah mengenal dan menggunakan internet
dalam keseharian mereka. Namun kebanyakan dari mereka belum mampu untuk memilah
antara aktivitas internet yang bersifat posistif dan negatif, serta cenderung mudah terpengaruh
oleh lingkungan sosial mereka dalam penggunaannya.

Inilah yang mejadi keluhan masyarakat akhir – akhir ini. Generasi muda bangsa yang
seharusnya menjadi tokoh dibalik kemajuan bangsa justru muncul dengan perilaku
kesehariannya yang mengesampingkan etika dan moral. Waktu demi waktu terus berlalu,
namun dampak yang ditimbulkan arus globalisasi kian marak dalam budaya anak muda saat
ini. Sebagian besar masayarakat khususnya anak muda telah terpengaruh oleh budaya barat
yang dijadikan sebagai ‘kiblat’ setiap perilaku mereka, sehingga hilanglah sudah identitas dan
jati diri mereka sebagai Bangsa Indonesia. Berkaca dari permasalahan yang terjadi, maka sudah
seharusnya dilakukan upaya-upaya yang dapat membangun karakter bangsa khususnya dalam
hal budaya di Era Milenial ini.

Seiring berjalannya waktu, generasi muda saat ini justru lebih mudah terpengaruh oleh arus
globalisasi yang melunturkan moral kebangsaan mereka padahal ilmu yang diberikan baik di
sekolah maupun di kampus tergolong semakin berat dan mulai bersaing dengan ilmu yang
berada di luar sana. Harusnya, ada keseimbangan diantara keduanya maka akan diperoleh
generasi muda cerdas dan bermartabat yang siap memajukan bangsa.

Taksonomi Bloom dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives,


Handbook 1:Cognitive Domain pada tahun 1956 menggambarkan ada tiga elemen pokok
dalam pendidikan yaitu aspek-aspek affective, cognitive, dan psychomotoric.

Aspek kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam menyampaikan kembali materi
atau ilmu pengetahuan yang didapatkannya melalui tahapan bagaimana cara memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi hasil pembelajarannya. Aspek
afektif dikaitkan dengan bagaimana sikap dan cara peserta didik menilai dalam menerima ilmu
pengetahuan. Sementara aspek psikomotor merupakan kompetensi dalam menerapkan ilmu
yang diberikan oleh guru. Dalam kenyataannya di Indonesia, teori taksonomi Bloom ini belum
menunjukkan keseimbangan antara ketiga aspeknya.
Oleh karena itu, dalam mendidik budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan nilai-
nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati,otak dan fisik.

Dalam hal ini, pengajar baik guru maupun dosen merupakan fasilitator yang memiliki peran
untuk membimbing peserta didik hingga mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
serta mengembangkan proses untuk berbagi pengetahuan dengan sekitar sehingga ilmu yang
diserap dapat diterapkan pada orang lain dan ligkungan sekitar.

Lebih pentingnya lagi apabila dalam penerapannya juga dilakukan penghayatan nilai-nilai
menjadi kepribadian dalam bergaul di lingkungan masyarakat, mengembangkan kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera dan bermartabat.

Pada dasarnya pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sebagai warga
negara yang religius, nasionalis, dan kreatif sehingga dapat mewujudkan kemajuan dan
keunggulan bangsa di masa mendatang.

Bung Karno mengemukakan bahwa karakter bangsa Indonesia merupakan kesatuan seluruh
wilayah dan hati Bangsa Indonesia serta kepercayaan diri bangsa Indonesia yang tinggi
sehingga mampu menjadi bangsa yang patut dibanggakan.

Berkaca dari pendapat yang telah dikemukaan oleh beliau, maka solusi yang paling tepat
dalam membangun karakter bangsa di era millenial saat ini adalah dengan membangun dan
menata kembali karakter dan watak bangsa Indonesia sendiri dengan terus melakukan
pengembangan diri untuk menerapkan pendidikannya di masyarakat.

Tentunya, juga dapat dilakukan penerapan metode-metode yang dapat menarik perhatian
orang lain dan lingkungan untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan karakter bangsa yang
religius, nasionalis dan kreatif.

Bahasa maupun kebudayaan suatu daerah bisa dijadikan salah satu sarana yang efektif
dalam penyampaian ilmu di masyarakat. Pendidikan ‘luar kelas’ pun juga dapat diterapkan
agar peserta didik tidak terpaku pada hafalan materi yang ia dapatkan, namun dengan disajikan
beberapa studi kasus atau menganalisis langsung suatu permasalahan dalam masyarakat
kemudian diterapkan dalam proses kehidupannya.

Namun, perlu diingat bahwa setiap penerapan yang dilakukan haruslah sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku sehingga terjadi kesalahpahaman di masyarakat. Disinilah
peran dari kaum cendekiawan sangat diperlukan untuk meningkatkan pendidikan dan karakter
bangsa yang lebih inovatif kedepannya untuk memajukan bangsa Indonesia. Mari pemuda
Bangsa Indonesia, wujudkan generasi milenial ini bukan sebagai generasi gadget melainkan
sebagai generasi pembangun karakter bangsa yang siap memajukan Indonesia.
D. PENUTUP

Masa remaja adalah masa yang sangat rawan dimana mereka belajar mencari jati diri yang
sebenarya. Di masa ini mereka memiliki rasa ini tahu yang tinggi bahkan menyelidki atau
mencoba hal-hal yang negative. Dalam hal ini pendidikan moral sangat penting sebagai
pembentuk pribadi yang berakhlak mulia dalam menghadapi berbagai dimensi kehidupan.

Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral sangatlah penting, tidak hanya untuk
anak remaja saja namun berlaku untuk semua usia. Mengingat banyaknya pengaruh budaya
asing yang masuk di Negara kita ini, maka dari itu perlunya kerja keras untuk menghadai
masalah yang sampai saat ini juga masih perlu penanganan khusus.

Apalagi di era globalisasi perkembangan iptek banyak membawa dampak negative bagi
remaja. Terutama krisis moral seperti pergaulan bebas atau seks bebas. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: kurang pendidikan moral yang mereka dapatkan
dan Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya
dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak,
remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra
kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian,
pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Untuk itu perlu adanya pengawasan bagi mereka. Dan selain itu faktor keimanan dan niat untuk
benar-benar menjauhi sikap buruk, peran warga dan media masa sangat berpengaruh terhadap
perkembangan moral remaja. Dimulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat agar mereka
tidak terjerumus dalam hal yang negative.

Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh pengertian
saja tetapi juga dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral yaitu hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat,
lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan
teknologi modern.

Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai mampu
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat
pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan moral
yang dominan, penilaian moral menjadi kurang egosentris, dan penilaian secara psikologis
menjadi lebih mahal.
Bagi para remaja, pandai-pandailah membawa diri berfikir positif dan jauhkan diri dari hal
negatif yang menjerumuskan dan dapat merusak segala cita-cita dan impian. Bagi keluarga atau
orang tua dampingilah putra-putri Anda pada saat mereka mulai beranjak dewasa atau remaja,
terutama tanamkan pendidikan moral dan nilai-nilai agama yang kuat bagi mereka. Bagi
sekolah pengajaran moral dan budi pekerti sangat dibutuhkan bagi remaja. Pendampingan,
ketelatenan dibutuhkan remaja pada saat ini. Jadi sekarang perlu adanya bahkan harus ada
pengawasan dari dalam atau internal control. Mari kita ambil nilai-nilai positif dari
perkembangan zaman dan tinggalkan dampak atau nilai-nilai negatifnya. Perbanyaklah
pengetahuan Anda tentang pengaruh atau dampak globalisasi. Agar Anda tidak salah
mengambil manfaat dari globalisasi. Pendidikan merupakan hak yang penting bagi masyarakat.
Dengan pendidikan , seseorang dapat membuka pikiran dan wawasan yang akan membantunya
melakukan perubahan sosial ke arah lebih baik. Kita harus siap menerima pengalaman baru
dan keterbukaan terhadap inovasi serta perubahan. Kita harus siap membentuk atau
mempertahankan pendapat mengenai berbagai masalah yang menyangkut kepentingan umum,
mencari bukti mengenai sebuah pendapat, mengakui pendapat tersebut, danmenilai pendapat
tersebut sebagai suatu yang positif.

Anda mungkin juga menyukai