Anda di halaman 1dari 10

MEMILIH PASANGAN HIDUP

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Assalamualaikum Wr. Wb
Pernikahan merupakan sesuatu hal yang sakral, maka untuk mencari pasangan hidup tidak boleh
asal-asalan. karena pada dasarnya setiap orang hanya ingin punya satu pasangan dalam hidupnya,
walaupun dalam perjalanan banyak hal yang terjadi. berikut ane akan memberikan tips cara
memilih pasangan yang baik menurut agama islam.
Sabda Rasulullah SAW :
Seorang wanita biasanya dinikahi karena empat hal,yaitu karena hartanya, karena nasabnya
(keturunannya), karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka utamakan memilih istri
(wanita) karena agamanya. Kamu akan merugi (bila tidak memilih karena agamanya). (HR.
Bukhari,Muslim dan Abu Dawud) .
Setiap orang yang berkeluarga pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Maka sebagai umat
islam, kita harus memakai cara pandang dan petunjuk Allah dan Rasulullah SAW dalam
membangun mahligai rumah tangga tersebut.
Bagi laki-laki agar rumah tangganya bahagia, yang harus dilakukan degan cermat adalah saat
mencari pasangan hidupnya (istri). Bila ia berhasil mendapatkan wanita shalihah sejati, Insya
Allah keluarganya akan bahagia.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Memilih Pasangan Hidup menurut Islam ?
2. Beberapa hal yang harus diperhatikan laki-laki bila hendak Berkeluarga !
C.Tujuan
1. Agar Memahami Definisi Konsep Memilih Pasangan hidup dalam Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam


Banyak jalan yang ditempuh para remaja sehingga menemukan jodohnya, tetapi banyak juga
yang sebenarnya keliru namun tidak disadari. Ketika semuanya terjadi dan punya anak, tidak
ada lagi perasaan salah, karena proses adaptasi yang kuat sehingga terperangkap dalam
subjektifitas posisinya. Kesalahan dalam memilih calon pasangan hidup itu terletak pada
beberapa hal, yaitu motivasi, jalan yang ditempuh, dan pandangan hidup yang mendasari
penilaiannya. Yang lebih krusial sebenarnya persoalan cinta yang dianggap sama dengan birahi,
justru menjadi faktor dominan dalam memilih calon pasangan, sehingga mengalahkan
pendekatan intlektual dan spiritual. Padahal pendekatan terahir ini justru lebih sempurna, tetapi
kebanyakan remaja tidak sanggup untuk menjangkaunya, bahkan dianggapnya kontra produktif
terhadap intlektualitas, apa lagi terhadap dorongan libido. Pandangan yang keliru menyebabkan
remaja tidak memiliki standar dan neraca keseimbangan bagi pasangan (kafaah) yang
mengakibatkan terjadinya beberapa kemungkinan buruk dalam keluarga, yaitu ketidak
harmonisan atau perceraian, keturunan yang rusak, tidak terbangunnya agama dalam keluarga,
atau terjadinya poligami tanpa alasan yang mendasar.
B. Motivasi Dan Jalan Yang Ditempuh
Motivasi utama para remaja mencari calon pasangan hidup pada umumnya karena dorongan
libido, sulit bagi nalar mereka bagaimana tanpa dorongan seksual seseorang dapat mencari
jodoh, padahal telah banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan bukan karena dorongan
seksual, tetapi karena kedewasaan intlektualnya bahkan karena ketinggian spiritualitasnya,
sehingga mampu menetralisir emosinya. Ibarat orang mau makan, biasanya nafsu makan itu
menjadi pendorong awal, tetapi

toh masih bisa diimbangi dengan kesadaran ilmiyah

menyangkut nutrisi yang dibutuhkan, sehingga dapat memilih mana makanan yang sehat dan
mana yang tidak.
Membangun motivasi ini bukan hal sederhana apalagi bagi ABG. Remaja pada
umumnya setelah berkenalan dengan lawan jenis, dan libido telah mendorongnya jatuh cinta,

maka semua jalan/alternatif menjadi buntu, dunia menjadi sempit, tidak ada lagi yang
namanya kedewasaan berfikir dan kesadaran agama. Oleh karena itu peran orang tua dan
pendidikan sangatlah menentukan bagi lahirnya kedewasaan dan kesadaran tersebut,
sehingga motivasi remaja dalam memilih jodoh dapat dibangun.
Pada umumnya para remaja mendapatkan jalannya sendiri-sendiri, ada yang karena
terjadinya pertemuan yang intens (seprofesi), ada yang secara aktif melakukan pendekatan,
ada yang melalui perantara, lewat biro jodoh, chating dan lain-lain, bahkan ada yang
mencari jodoh melalui dukun.
Sebenarnya agama itu memberi kebebasan, semua jalan bisa ditempuh, yang penting
pertama, tidak sesat, seperti perdukunan dan guna-guna, kedua; tidak dengan maksiat, yaitu
perkenalan yang tidak mengandung dosa, seperti menjaga aurat, tidak menyepi berdua, kalau
mau bicara di pasar dan sebagainya. Taaruf yang halal menurut Islam untuk menjajaki calon
pasangan yang dicari sesuai kriteria agama. Ketiga; melalui perantara orang-orang shalih/
alim. Hal ini lebih baik karena mereka lebih netral, mengetahui konsep agama dan konsep
kafaah sehingga sang perantara akan berusaha mengetahui calon yang akan dipertemukan,
menyangkut agama, keturunan, kedudukan dan tingkat kesetaraan antara keduanya.
Keempat; adalah dengan shalat istikharah yang

dilakukan ketika belum memiliki

kecenderungan pilihan, sebab kecenderungan itu akan membuat istikharahnya terhijab.


Keempat cara tersebut bisa diambil salah satu, dua, atau gabungan semuanya.
C. Kriteria Wanita Shalihah
Wanita itu dikawini karena empat hal: pertama karena kecantikannya, kedua karena
hartanya, ketiga karena nasabnya dan keempat karena agamanya, maka pilihlah
karena agamanya, hidupmu akan bahagia (HR Bukhari dan Muslim)

Urutan cantik, harta, nasab


dan agama
(Al

adalah cara

bicara

Nabi

SAW

sesuai naluri lawan bicaranya


Hadis) yaitu pemuda, sehingga
cantik menjadi urutan pertama,

padahal urutan dimaksud sebenarnya dibalik, yaitu agama, nasab, kedudukan/harta, baru
kecantikan. Bahkan Rasulullah SAW melarang dan mengancam laki-laki yang memilih
wanita bukan karena agama:
Jangan kalian mengawini wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya akan
membuatnya sombong. Dan jangan pula karena hartanya, bisa jadi kekayaannya
membuat dia melawan, tetapi kawinilah wanita karena agamanya. Sesungguhnya
hamba sahaya yang hitam lagi pesek namun beragama itu lebih baik.(HR Ibnu
Majah)

Agama yang dimaksud bukan hanya ilmu agama (knowledge) tapi dzaatuddin,
memiliki kesadaran agama. Pilihan agama berada pada peringkat tertinggi karena pertama;
meyakini bahwa perjodohan yang ia alami adalah pilihan Tuhan yag terbaik, sehingga akan
berusaha menjaganya, menyelesaikan semua masalah melalui ajaran agama, dan dapat
menerima kenyataan hidup dalam rumah tangga dengan modal keyakinan terhadap janji
Tuhan sehingga konsekwensinya harus kuat bertawakkal. Kedua; taat kepada suaminya
selama pasangannya itu tidak maksiat kepada Allah, ; ketiga; menjaga diri dan harta
suaminya, dengan menahan diri belanja sesuatu yang tidak prioritas dan kurang bermanfaat
bagi keluarganya. Keempat; berusaha memberikan kasih sayang kepada suami dengan
mensyukuri dan merispon positif, apapun yang diberikan kepadanya (mawaddah).
Mencari gadis yang memiliki keempat potensi tersebut bukan hal mudah, sehingga
disamping mengenal betul kehidupan keluarganya, juga tidak dapat mengabaikan
pendekatan spiritual.
Rahasia perumpamaan ladang bagi wanita (Al Baqarah: 223) antara lain bahwa ladang
lebih menentukan unggulnya bibit yang akan dilahirkan, daripada benihnya. Betapapun
unggul benih, jika lahannya gersang, maka disamping akan banyak memakan biaya dan
tenaga, juga tidak mampu menjamin keunggulan bibit yang akan terlahir.

Wanita beragama mampu menggunakan sifat-sifat

keibuannya hanya untuk

membimbing anak-anaknya. Sifat keibuan wanita ini didukung oleh dua hal, pertama;
wanita itu memiliki rasa cinta lebih besar yang karenanya besar pula pengorbanan demi
anak-anaknya, kedua; memiliki kelembutan rasa yang karenanya anak-anak lebih dekat
dan dalam kehangatan dekapannya (Quraish Shihab). Dua sifat menonjol itu tidak dapat diganti
oleh siapapun dan sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak. Tetapi jika dua sifat itu tidak
untuk anak-anaknya (keluar dari fitrah), maka efek negatifnya justru akan lebih besar.
Seperti rasa cinta wanita terhadap harta, memiliki resistensi tinggi dalam persaingan
hidup, atau jika kelembutan rasa yang dimiliki ibu (cerewet) itu untuk suami, maka akan
sangat negatif. Ibu cerewet terhadap anak-anaknya sangat positif (Ayah Edi), sedang cerewet
terhadap suami menjadi sebaliknya.
Adapun memilih wanita karena keturunan yang baik, keuntungannya antara lain,
pertama; ia memiiki genetika yang sangat potensial untuk dibentuk menjadi manusia yang
baik, kedua; memiliki sifat-sifat yang telah dibentuk oleh lingkungannya, ketiga;
mendapatkan doa dari nenek moyangnya yang memungkinkan hati menjadi lunak untuk
mendapat bimbingan agama dan kebanaran.
Memilih wanita karena kedudukan atau kekayaan pada umumnya, Pertama,
kedudukan dan kekayaan (yang wajar) itu berkaitan dengan kecerdasan, pengetahuan dan
ketrampilan, Kedua, Kedudukan juga berkitan dengan etika, menjaga adat istiadat dan tata
pergaulan alias berbudaya.
Sedang

memilih wanita karena kecantikannya tidak ada kelebihan kecuali

kecantikan itu sendiri.

D. Kriteria Laki-laki yang Bertanggung Jawab


Pada dasarnya kriteria pertama laki-laki yang baik adalah sama dengan kriteria
wanita yaitu agama, keturunan, kedudukan dan ketampanan. Hanya saja agama bagi lakilaki, adalah :

a.

Untuk menjaga benih dalam dirinya, tidak dicemari dengan maksiyat-maksiyat.

b.

Membuatnya (secara agama) mampu memilih ladang dan mengolahnya dengan baik,
atau memilih dan membimbing istrinya kelak.
Kriteria kedua bagi laki-laki adalah memiliki Qawwam kemandirian atau tanggung

jawab yang didukung oleh dua hal. Pertama; punya kelebihan diantara laki-laki lain dalam
hal tertentu, yang secara subjektif-eksklusif menjadi magnit yang mengikat pasangannya.
Kedua; punya harta yang dibelanjakan untuk keluarganya (An Nisa: 34)
Adapun nasab itu penting bagi laki-laki, karena posisinya sebagai pembawa bibit,
sehingga laki-laki sebagai petani yang memilih ladang subur, mengolah sekaligus membawa
dan menjaga bibit yang dimiliki.
Wali perempuan harus mengetahui agama dan tanggung jawab calon menantunya,
karena sadar bahwa kepadanyalah ladang buah hatinya itu akan diserahkan. (Al Baqarah 223)
Disamping sebagi petani, laki-laki juga dituntut untuk hanya cenderung kepada
istrinya bukan menuruti keinginannya kepada wanita lain atau punya kecenderungan seks
menyimpang. (QS. Ar Rum: 21)
Dengan ini maka remaja perlu mengetahui bahwa kriteria calon istri maupun suami
memiliki keterpaduan yang serasi sebagai berikut:

Laki-laki

Wanita

a. Agama

a. Agama

b. Sifat Kebapakan

b. Sifat keibuan

c. Punya Kelebihan

c. Taat

d. Mampu beri nafkah

d. Mampu menjaga

e.

Hanya

Cenderung

Pada e. Memberi respon positif (sehingga

Istri
Suami hanya cenderung padanya)
(Rahmah)
(Mawaddah)

E. Konsep Kafaah
Secara bahasa kafaah adalah setara, seimbang atau cocok. Dalam istilah fiqih
Kafaah adalah kecocokan pasangan ditinjau dari segi agama dan status sosial. Tolok ukur
kafaah pada zaman nabi SAW, disamping agama, lebih tertuju pada status sosial, seperti
laki-laki merdeka dengan perempuan merdeka, budak dengan budak, bangsawan dengan
bangsawan, rakyat jelata dengan yang sederajat, dan seterusnya.
Ada tiga hal yang menjadi standar kafaah dalam ajaran Islam, pertama, samasama tidak musyrik dan bukan pezina; kedua, kesetaraan dalam kriteria laki-laki dan wanita
sebagaimana penjelasan di atas; ketiga, kesetaraan harga diri
Menurut pandangan Abu Hanifah, menikah itu adalah jual beli (Bidayatul Mujtahid)
yaitu menukar sesuatu dengan harga (nilai) yang seimbang, yang jika diungkapkan dengan
kata-kata menjadi Saya membeli harga diri kamu dengan harga diri saya artinya apa yang
diterima dan yang diberikan oleh laki-laki memiliki bobot nilai yang sepadan dengan apa
yang diterima dan yang diberikan oleh perempuan.

Kafaah yang diajarkan agama akan menjamin lestarinya hubungan suami-istri


sehingga kafaah ini disamping bermanfaat untuk menyempurnakan separuh agamanya atau
menyempurnakan akhlaq, juga bagi pemenuhan kebutuhan hidup baik biologis, psikologis
maupun social, sehinggamanfaat tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Jika kecocokan tersebut dalam berpegang pada ajaran agama, maka:

a. Akan meningkatkan kesabaran dan menghilangkan sifat egois masing-masing serta


meningkatkan sifat kasih sayang, saling menghargai, saling mengingatkan/
menasehati dan tolong-menolong.
b. Semua masalah keluarga yang muncul akan cepat teratasi, karena sama-sama sepakat
meninjau masalah tersebut berdasarkan agama, serta dapat mengatasi semua
kesenjangan antara keduanya, seperti perbedaan status social, back ground masingmasing, perbedaan tingkat pendidikan dan budaya.
c. Meningkatkan tawakkal dan harapan kepada Allah SWT. Karena dalam hubungan
suami istri ternyata banyak keinginan masing-masing yang tidak dapat dipenuhi oleh
pasangannya, dan manusia tidak tahu dengan rencana Tuhan terhadapnya.
2. Jika kecocokan tersebut dalam status sosial, maka hal ini akan dapat mengurangi konflik
yang melibatkan keluarga masing-masing, terutama tidak adanya fihak yang merasa
gengsinya turun akibat pernikahan mereka.
3.

Jika kecocokan tersebut pada tingkat pendidikan akan melahirkan saling pengertian,
karena masing-masing dapat memahami urusan dan keputusan yang diambil oleh
pasangannya.

4. Jika kecocokan tersebut dalam hasrat seksualnya, maka akan saling menjaga mood
pasangannya sehingga menghindari terjadinya penyelewengan.
BABIV
KESIMPULAN
1. Mencari calon pasangan hidup tergantung pada motivasi, jalan yang ditempuh, menyadari
posisi dirinya, mengetahui kriteria menurut agama dan mempertimbangkan konsep kesetaraan
(kafaah)
2. Pendekatan yang ideal adalah melalui keterpaduan antara emosi, intlektual dan spiritual,
sesuai objeknya yang memiliki tiga dimensi yaitu fisik, psikhis dan rohani.
3. Kriteria ideal untuk laki-laki dan perempuan menurut agama telah menggambarkan
keseimbangan dalam keberagamaan keduanya, dalam sifat maskulin dan femininnya, dalam
tanggungjawab laki-laki dan dukungan kesalihan perempuannya, dan dalam potensi masingmasing untuk mencurahkan kasih sayang terhadap pasangnnya (mawaddah dan rahmah).

4. Konsep kafaah dalam agama jika dapat direalisasikan akan menjamin lestarinya hubungan
suami-istri dan bermanfaat bagi penyempurnaan agama atau peyempurnaan akhlaq, dan bagi
pemenuhan kebutuhan hidup baik biologis, psikologis maupun social.
5 .Memilih calon pendamping hidup tidaklah mudah, dan agama Islam
memberikan beberapa

petunjuk di antaranya:

Dalam memilih calon istri


- Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik
karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya
sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Dari Abu Hurairah ra. dan Nabi Muhammad saw, bersabda : "Perempuan itu
dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang
beragama niscaya kamu bahagia" (Muttafaqun 'Alaihi)
- Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :
dari Amas bin Malik, Rasullullah SAW bersabda ".....kawinilah perempuan
penyayang dan banyak anak...." HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu
Hibban.
-Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda
yang belum pernah nikah.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=14
http://solafussholeh.blogspot.com/2013/09/cara-memilih-pasangan-yangbaik-menurut.html
http://wulanwulan61.blogspot.com/2013/07/kesimpulan.html

TUGAS MAKALAH
MEMILIH PASANGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun Oleh :

Nama : BAYU SUDIBYO


NIM

: 41039.129.0013

Dosen : Bp. Ali


Matkul : Agama Islam

SKP 12.2
SEKOLAH TINGGI ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER
( STEKOM )

Anda mungkin juga menyukai