Musyafa Achmad
50123013
Absrak
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. Revisi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), h. 27-28
tentang antropologi dalam studi islam mulai dari pengertian, contoh, serta
kelebihan dan kekurangan dari antropologi studi islam.2
PEMBAHASAN
Istilah antropologi sendiri berasal dari bahasa Yunani dari asal kata
anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu, dengan demikian secara harfiah
antropologi berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog)
sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia
yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia. Dalam kamus besar bahasa indonesia,
antropologi disebut sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul,
aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaan pada masa lampau.3
4
Abd. Somad, “Pendekatan Antropologi”, dalam M. Amin Abdullah, Metodologi Penelitian
Agama: Pendekatan Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006,
hlm. 62
karena kompleksitas persoalan dan aspek yang ada dalam Islam. 37 Demikian
halnya Amin Abdullah mengatakan bahwa studi Islam membutuhkan pendekatan
doktriner (teologis filosofis) dan pendekatan ilmiah. Ia menjelaskan bahwa studi
Islam dengan berbagai kompleksitasnya membutuhkan bantuan dan sumbangsih
dari bidang ilmu lain. Menurutnya studi Islam harus terintegrasi dan terkoneksi
dengan bidang studi lain. Jika tidak maka studi Islam akan dibayang-bayangi oleh
sikap self sufficiency dan lambat laun akan berubah menjadi narrow-mindedness
atau fanatisme partikularitas disiplin keilmuan.
5
Santri Sahar, Merintis Jalan: Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam, Jurnal al-
Adyan Volume 1, no. 2 (2015): h. 21–33
Pertama, antropologi membantu dalam mempelajari agama secara
empiris. Di sini penelitian keagamaan diarahkan pada pemahaman aspek konteks
sosial yang melingkari agama. Oleh karena itu kajian semacam ini mengarahkan
perhatian pada manusia dan budayanya. Karena agama diciptakan untuk
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan kemanusiaanya sekaligus
mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia merupakan persoalan agama yang harus diamati secara empiris. Artinya
pemahaman tentang agama akan menjadi utuh setelah memahami manusianya.
Karena pentingnya kajian tentang manusia ini, maka mengkaji budaya dan
masyarakat yang melingkupi kehidupan manusia juga menjadi penting. Sebagai
system of meaning yang berarti bagi kehidupan dan perilaku manusia, kebudayaan
menjadi aspek esensial manusia yang tidak bisa ditinggalkan dalam memahami
manusia.
6
Nurhasanah Leni, Peran Antropologi Bagi Studi Islam, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 18,
No. 2 (2018)
Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipatif peneliti antropologis yang induktif, yaitu turun kelapangan
tanpa berpijak dengan upaya membebaskan diri dari lingkungan teori-teori formal
yang pada dasarnya sangat abstrak. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka dalam
berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan pasif
antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Melalui
pendekatan antropologi dapat dilihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan
kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini
seseorang ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja maka dapat dilakukan
dengan cara mengubah pandangan keagamaan (Yatimin, 2006:68)
Tiga lingkungan yang berbeda itu berkaitan dengan masuknya agama serta
peradaban Hindu dan Islam di Jawa yang telah mewujudkan adanya Abangan
yang menekankan pentingnya spek-aspek animistik, santri yang menekankan
pentingnya aspek-aspek Islam dan priyayi yang menekankan aspek-aspek Hindu.
Pendekatan antropologi ini dapat dilihat dalam hubungan dangan mekanisme
pengorganisasian. Melalui pendekatan antropologis terlihat dengan jelas
hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia. Pendekatan
antropologis seperti itu diperlukan adanya, sebab masalah kehidupan agama hanya
bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologi. Artinya, manusia
dalam memahami ajaran agama, dapat dijelaskan melalui bantuan ilmu
antropologi dangan cabang-cabangnya (Abuddin, 2006:49).7
Adapun salah satu kisah yang terkait dengan Antropologi Islam yaitu
cerita Nabi Nuh a.s. Nabi Nuh a.s diutus Allah ke tengah-tengah masyarakat yang
menyembah berhala dari patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka juga
merupakan para penyembah berhala, selalu memuja, berdoa kepadanya dan
mengagungkannya. Nabi Nuh a.s adalah orang cerdas dan sabar. Ia mengajak
kaumnya untuk berfikir melihat alam semesta ciptaan Allah, langit dengan bulan,
bintang dengan matahari, bumi dengan kekayaan yang ada diatas dan dibawahnya,
berupa tumbuhan hewan dan air yang mengalir, pergantian siang dan malam
semua itu menjadi bukti tanda kekuasaan dan ke-esaan Allah SWT. Nabi Nuh a.s
7
Parni, ‘Pendekatan Antropologi Dalam Kajian Islam’, Jurnal Keguruan Dan Pendidikan Islam, 1
(2020), 23–40 (pp. 28–29) <http://ojs.iaisambas.ac.id/index.php/Tarbiya_Islamica/index>.
8
Hakim Atang Abd, dkk. (2015). Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
berdakwah kepada umatnya selama 500 tahun dan diangkat menjadi rasul pada
usia 450 tahun. Meski demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit
yaitu kurang dari seratus orang. Karena semakin hari mereka justru semakin jauh
dari kebenaran serta bertambah sesat dan jahat. Maka Nabi Nuh a.s berdoa kepada
Allah SWT agar segera menurunkan siksa. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mendengar do’a hamba-Nya, lalu Allah memerintahkan Nabi Nuh a.s untuk
membuat sebuah perahu besar (bahtera).9
Pada suatu hari turunlah hujan dan tak berhenti selama berhari-hari,
hingga terjadilah banjir besar. Para pengikut Nabi Nuh a.s menaiki bahtera disertai
beberapa pasang hewan sesuai perintah Allah SWT, mereka semua selamat dari
dahsyatnya banjir tersebut kini orang-orang durhaka itu telah binasa. Di Gunung
Ararat, Turki. Para peneliti meyakini sebagai tempat berlabuhnya kapal NabiNuh
a.s saat banjir besar surut. Tampak model perahu yang dijadikan pusat penelitian.
Para peneliti arkeologi dari berbagai negara berlomba-lomba mengungkap
kebenaran cerita itu dengan meneliti tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh tersebut.
Melalui penelitian selama beratus-ratus tahun dan mengamati hasil foto satelit,
salah satu situs yang dipercaya sebagai jejak peninggalan kapal tersebut terletak di
pegunungan Ararat, Turki yang berdekatan dengan perbatasan Iran. Di lokasi
gunung Ararat, tampak sebuah bentuk simetris raksasa seperti cekungan perahu.
Diduga tanah, debu, dan batuan vulkanis yang memiliki usia berbeda-beda, telah
masuk ke dalam perahu tersebut selama ribuan tahun sehingga memadat dan
membentuk seperti perahu. Disekitarnya ditemukan pula jangkar batu, reruntuhan
bekas pemukiman, dan ukiran dari batu.(Sholikhin,2010:205) Di sekitar obyek
tersebut, juga ditemukan sebuah batu besar dengan lubang pahatan.
Para peneliti percaya bahwa pada zaman dulu, batu tersebut biasa dipakai
pada bagian belakang perahu besar (kemudi) untuk menstabilkan perahu sewaktu
berlayar. Kebenaran penemuan itu, masih diperdebatkan banyak pihak. Namun,
sejumlah peneliti percaya bahwa pegunungan Ararat adalah tempat berlabuhnya
9
Sutardi, 2009. Antropologi Keragaman Budaya. Jakarta: Departemen Nasional
kapal Nabi Nuh. Al-Quran tidak menyebutkan nama sebuah gunung kecuali nama
al-Judy, yang bermakna sebuah tempat yang tinggi.(Sholikhin, 2010:206)
Kapal Nabi Nabi Nuh AS ini dibuat di atas bukit yang tinggi. Diperlukan
peralatan yang canggih untuk mengangkut bahan bangunannya. Belum lagi
perhitungan struktur kapal yang harus teliti, tentunya untuk proyek raksasa
perjalanan Nabi Nuh a.s dan pengikutnya, tidak mungkin dibuat secara asal-
asalan. Lagipula Kapal Nabi Nuh yang mereka temukan diperkirakan terbuat dari
susunan kayu purba dan berdasarkan hasil penelitian, telah berumur 4.800
tahun.Intinya, Kapal Nabi Nuh a.s merupakan kapal tercanggih yang pernah
dibuat umat manusia. Dan sampai saat ini, keberadaannya masih misterius.
(Sholikhin,2010:207) Bahtera Nabi Nuh diperkirakan dibuat sekitar tahun 3465
SM. Dan beberapa berpendapat, perahu tersebut dibangun disebuah tempat
bernama Shuruppak, yaitu sebuah kawasan yang terletak di selatan Irak. Jika
perahu itu dibangun di selatan Irak (tempat Nabi Nuh diutus) dan akhirnya
terdampar di utara Turki, kemungkinan besar bahtera tersebut telah terbawa arus
air sejauh 560 km.
2. Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
a. antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi membahas
isi unsur-unsur pemebentuk dalam agama itu berkaitan dengan manusia
dan kebudayaan sehingga akan sulit mengamati terjadinya sekularisasi.10
b. Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan agama,
sehingga dalam praktiknya jika kita tidak cermat mengamatinya, maka
tidak dapat dibedakan antara agama dan budaya.11
KESIMPULAN
Pendekatan antropologi digunakan dalam studi agama dengan memahami
praktek keberagamaan manusia sebagaimana yang pada masyarakat. Dengan
antropologi, agama nampak lebih dekat pada persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat. Antropologi berupaya menjelaskan dan memberikan jawaban atas
persoalan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode dan cara yang
dikembangkan dalam disiplin ilmu antropologi untuk melihat sesuatu persoalan
dapat juga diaplikasikan untuk memahami agama. Antropologi mempunyai
kontribusi terhadap studi islam yaitu membantu dalam mempelajari agama secara
empiris dimana penelitian keagamaan diarahkan pada pemahaman aspek konteks
sosial yang melingkari agama, serta antropologi membantu studi Islam melihat
keragamaan pengaruh budaya dalam praktik Islam.
10
Asriana Harahap and Mhd. Latip Kahpi, ‘Pendekatan Antropologis Dalam Studi Islam’, Tazkir :
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 7.1 (2021), 49–60 (p. 24)
<https://doi.org/10.24952/tazkir.v7i1.3642>.
11
Asriana Harahap, Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam, TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-
ilmu Sosial dan Keislaman Vol. 07 No. 1 Juni 2021
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Asriana, and Mhd. Latip Kahpi, ‘Pendekatan Antropologis Dalam Studi
Islam’, Tazkir : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 7.1
(2021), 49–60 <https://doi.org/10.24952/tazkir.v7i1.3642>
Hakim Atang Abd, dkk. (2015). Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurhasanah Leni, Peran Antropologi Bagi Studi Islam, Analisis: Jurnal Studi
Keislaman, Vol. 18, No. 2 (2018)
Asriana Harahap and Mhd. Latip Kahpi, ‘Pendekatan Antropologis Dalam Studi
Islam’, Tazkir : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 7.1
(2021), 49–60 (p. 24) <https://doi.org/10.24952/tazkir.v7i1.3642>.