Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Gangguan Terkait Gender Dan Seksualitas

Disusun Oleh :
3PA13
Azaria Bianda Rosanne (11517093)
Ernawati Maghfiroh M (11517981)
Jovana Fika Dewi (13517094)
Gifari Baskoro A (12517537)

Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Januari 2020
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Gangguan
Terkait Gender dan Seksualitas”. Dalam hal ini, kami ingin membahas mengenai
definisi, diagnosa, perspektif teori dan jug acara penangan serta isu-isu terkait
gangguan gender dan seksualitas, dimana seperti yang kita lihat dizaman sekarang
sering diberitakan nya tentang LGBT dan semacamnya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca
makalah kelompok kami.

Depok, 2 Januari 2020

Penulis

ii
Daftar Isi
Cover .................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................................ iii
1. Gender Disforia ..................................................................................... 4
2. Disfungsi Seksual................................................................................... 4
A. Tingkat Prevelensi Disfungsi Seksual ............................................... 6
B. Jenis- Jenis Disfungsi Seksual .......................................................... 6
C. Perspektif Teoritis ............................................................................. 7
D. Penangangan Disfungsi Sosial .......................................................... 8
3. Gangguan Parafilik ............................................................................... 9
A. Definisi Paraphilia............................................................................. 9
B. Jenis-Jenis Paraphilia ........................................................................ 9
C. Perspektif Teoritis ............................................................................. 10
D. Penanganan Gangguan Parafilik ....................................................... 10
4. Pemerkosaan .......................................................................................... 11
A. Jenis-Jenis Pemerkosaan ................................................................... 11
B. Perspektif Teoritis ............................................................................. 12
5. Daftar Pustaka…………………………………………………………13

iii
iv
1. Gender Disforia

A. Definisi Gender Disforia


Gender disforia adalah pengertian untuk perasaan seseorang yang
terperangkap dalam tubuh yang salah. Misalnya seorang laki-laki yang
merasa dirinya seharusnya terlahir menjadi seorang perempuan dan
terperangkap di dalam tubuh laki-laki, begitu juga kasus dengan
gender perempuan yang merasa terperangkap di dalam tubuh
perempuan. Gender Disoforia dalam istilah deskriptif umum merujuk
pada individu yang tidak puas dengan jenis kelamin yang didapatkan,
tetapi lebih spesifik didefinisikan ketika digunakan sebagai kategori
diagnostik. Gender disforia mengacu pada rasa kesulitan yang
mungkin menyertai inkogruensi antara satu gender yang
berpengalaman dan satu gender yang didapatkan.
Gender disforia memanifestasikan dirinya sendiri berbeda setiap
kelompok umur. Contohnya pada perempuan di masa pra-pubertas
dengan gender disforia akan mengekspresikan harapan untuk menjadi
seorang laki-laki, percaya bahwa dirinya adalah laki-laki dan akan
tumbuh sebagai laki-laki dewasa. Mereka akan lebih memilih pakaian
dan gaya rambut laki-laki, bahkan seringkali dilihat oleh orang lain
sebagai laki-laki tulen serta ingin dipanggil dengan nama laki-laki.
Sedangkan pada orang dewasa dengan gender disforia akan lebih
mengadopsi kebiasaan lawan jenis, pakaian, tata krama, merasa tidak
nyaman dianggap oleh orang lain sebagai dirinya sendiri dengan jenis
kelamin yang seharusnya atau melakukan fungsi sosial dengan gender
bawaannya. Beberapa orang dewasa dengan gender disforia bahkan
punya keinginan yang kuat untuk menjadi gender lawan jenisnya dan
diperlakukan sebagai gender lawan jenisnya, dan mereka punya
pendirian bahwa gender yang dibawa sejak lahir adalah salah dan tidak
mau mencari bantuan kesehatan pada orang lain.

2. Disfungsi Seksual

A. Definisi disfungsi seksual


Disfungsi seksual (sexual disfunction) adalah masalah yang
berkelanjutan dengan minat, gairah, atau respon seksual.

Perkiraan
Jenis Gangguan Prevelensi Dalam Deskripsi
Populasi
Gangguan yang Melibatkan Kurangnya Minat Seksual ataupun
Kurangnya Ketertarikan atau Gairah Seksual
Gangguan Hasrat Sekitar 8-25% pada Defisiensi atau

4
Seksual Hipoaktif semua rentang usia, kurangnya minat
Pria dengan prevelensi seksual, atau hasrat
lebih tinggi pada pria atas aktivitas
yang lebih tua. seksual.
Gangguan Sekitar 10-55% pada Defeisensi atau
Minat/Gairah semua rentang usia, kurang nya minat
Seksual Wanita dengan prevelensi atau dorongan
lebih tinggi pada seksual, dan masalah
wanita yang lebih tua mencapai atau
menjaga gairah
seksual
Gangguan Ereksi Sangat bervariasi Kesulitan mencapai
sesuai usia; orgasme pada wanita
diperkirakan 1-10%
dibawah usia 40, 20-
40% pada pria
berusia 60-an, dan
bahkan lebih tinggi
pada pria yang lebih
tua
Gangguan yang melibatkan respons orgasme yang melemah
Gangguan Orgasme 10-42% pada semua Kesulitan mencapai
Wanita penelitian orgasme
Ejakulasi Yang Kurang dari 1-10% Kesulitan mencapai
Tertunda pada semua orgasme atau
penelitian ejakulasi pada pria
Ejakulasi Dini Lebih dari 30% pria Mencapau klimaks
pada semua (ejakulasi) terlalu
penelitian dini pada pria
melaporkan maslah
dengan ejakulasi dini
Gangguan yang Melibatkan Rasa Sakit Selama Hubungan Intim
atau Penetrasi (pada wanita)
Gangguan Bervariasi pada Rasa sakit selama
penetrasi/Nyeri semua penelitian, hubungan intim atau
panggul genital tetapi sekitar 15% upaya penetrasi, atau
wanita di Amerika rasa takut akan sakit
Utara melaporkan yang berkaitan
mengalami nyeri dnegan hubungan
berulang selama intim, atau
hubungan intim tegangnya otot
panggul yang
membuat penetrasi
sulit atau
menyakitkan

5
B. Tingkat Prevelensi seksual
Sebuah tinjauan dari seluruh dunia baru-baru ini memperkirakan
bahwa disfungsi seksual mempengaruhi 40-45% wanita dewasa dan
20-30% pria dewasa dibeberapa titik dalam kehidupan mereka
(dalam).
Wanita lebih sering melaporkan masalah seputar seks yang
menyakitkan, ketidakmampuan mencapai orgasme, dan kurangnya
hasrat seksual, sedangkan pria lebih cenderung melaporkan orgasme
terlalu cepat (ejakulasi dini).
Disfungsi seksual dapat diklasifikasikan menurut dua kategori
umum, yaitu seumur hidup vs diperoleh dan situasional vs menyeluruh.
Kasus disfungsi seksual yang sudah ada seumur hidup individu disebut
disfungsi seumur hidup. Disfungsi yang diperoleh dimulai setelah
periode fungsi normal. Dalam, disfungsi situasional, masalah nya
muncul dalam situasitertentu,tetapi tidak dalam situasi lain, atau pada
beberapa waktu tapi tidak pada waktu lainnya. Disfungsi menyeluruh
muncul pada semua situasi dan setiapkali individu terlibat dalam
aktivitas social.
Jenis jenis disfungsi seksual dibagi dalam tiga kategori umum :
1.1 Gangguan yang melibatkan masalah dengan minat, hasrat, atau
gairah seksual.
1.2 Gangguan yang melibatkan masalah dengan respons orgasme
1.3 Masalah yang melibatkan rasa sakit selama hubungan intim
atau penetrasi (pada wanita)

C. Jenis-Jenis Disfungsi Seksual


1.1 Gangguan minat dan gairah
Gangguan ini melibatkan defisiensi dalam minat ataupun
gairah seksual. Pria dengan gangguan hasrat seksual hipoaktif
pria ( male hypoactive desire disorder – MHSSD) secara
presisten memiliki sedikit, jika ada, hasrat untuk melakukan
aktivitas seksual atau mungkin kurang memiliki pikiran atau
fantasi seksual atau erotis.
Wanita dengan gangguan minat/gairah seksual wanita
(female sexual interest/ araousal disorder - FSIAD) mengalami
atau kurannya atau menurunnya tingkat, minat, dorongan atau
gairah seks. Para klinisi perlu mempertimbangkan berbagai
factor dalam FSIAD, seperti gaya hidup klie, factor
sosiobudaya,kualitas hubungan dan usia klien.
Pria dengan kesulitan ereksi yang persisten dapat
didiagnosis dengan gangguan ereksi ( erectile disorder – ED)
yang disebut juga disfungsi ereksi, biasanya mengalami
kesulitan dalam mencapai ereksi atau menjaga ereksi selama

6
aktivitas seksual, atau mengalami ereksi yang tidak memiliki
cukup kekakuan yang diperlukanb unuk berfungsi secara
efektif
1.2 Gangguan Orgasme
Orgasme atau klimaks seksual adalah refleks spontan yang
menyebabkan kontraksi berirama dari otot panggul dan
biasanya dibarengi dengan perasaan senang yang intens, Ada
tiga jenis gangguan yang melibatkan masalah pencapaian
orgasme : gangguan orgasme wanita ( female orgasm
disorder), ejakulasi tertunda (delayed ejaculation), dan
ejakulasi dini (premature early ejaculation).
Pada gangguan orgasme wanita dan ejakulasi tertunda, ada
jeda dalam orgasme (pada wanita) atau ejakulasi (pada pria),
atau tidak adanya orgasme atau ejakulasi. Diagnosis atas
gangguan tersebut mengharuskan bahwa masalah ini terjadi
sekitar enam bulan ataulebih, dimanagejala nya menyebabkan
tingkta stress yang signifikan, dan gejalanya muncul pada
semua atau hamper semua kesempatan aktivitas seksual.
1.3 Gangguan Penestrasi
Gangguan iniberlaku pada wanita yang mengalami nyeri/rasa
sakit seksual/ atau kesulitan dalam melakukan hubungan intim
atau penetrasi vagina.
Bebrapa kasus gangguan penetrasi/nyeri panggul genital
(genito – pelvic pain/penetration disorder) melibatkan
vaginismus, yaitu kondisi dimana otot yang mengelilingi
vagina langsung berkontraksi setiap kali terjadi penetrasi
vagina, yang membuat hubungan seksual menjadi menyakitkan
atau tidak mungkin dilakukan.

D. Perspektif Teoritis
Banyak factor yang tersirat dalam perkembangan disfungsional
seksual, termasuk factor yang mewakili perspektif biologis, psikologis
dan sosiobudaya.
1.1 Persperktis Psikologis
Pandangan psikologi kontemporer tentang disfungsi seksual
menekankan peran kecemasan, kurangnya keterampilan social,
keyakinan irasional, persepsi tentang penyebab kejadian, dan
masalah hubungan. Bentuk lain dari kecemasan dalam disfungsi
seksual adalah kecemasan kinerja (performance anxiety), yang
menunjukkan kekhwatiran yang berlebihan atas kemampuan
melakukan aktivitas seksual sepenuhnya.
1.2 Perspektif Biologis

7
Faktor biologis seperti rendahnya kadar testoteron dab penyakit
dapat meredam atau mengurangi responsivitas. Pada pria
penurunan produksi testosterone dapat menyebabkan hilangnya
minat dan aktivitas seksual serta kesulitan dalam mencapai ereksi.
Namun, orang dengan disfungsi seksual biasanya memiliki kadar
hormone seks yang normal yang berikulasi dalam tubuh mereka.

E. Penanganan Dsifungsi sosial.


Sampai terobosan yang dilakukan oleh peneliti seks terkenal William
Masters dan Virgina Johnson pada tahun 1960-an, tidak ada
pengobatan atau penanganan yang efektif atas sebagian besar disfungsi
seksual. Dipelopori oleh Masters dan Johnsons (1970), terapi seks
menggunakan teknik perilaku-kognitif dalam format terapi singkat
untuk membantu individu meningkatkan kompetensi seksualnya dan
mengurangi mengenai kecemasan seksual.
1.1 Dorongan atau hasrat seksual yang rendah
Terapis seks dapat mencoba membantu orang yang mengalami
hasrat seksual yang rendah dengan latihan penggunaan
rangsanga/stimulasi diri (masturbasi) bersama dengan fantasi
erotis. Beberapa terapis seks menggunakan pendekatan berbasis
pandangan (insight-oriented,yaitu psikodinamika) untuk membantu
mengyngkap dan mengatasi masalah tersebut.
1.2 Gangguan gairah seksual
Masters dan Johnson menangani pasangan yang melawan
kecemasan kinerja dengan melibatkann merkea dalam sensate
focus exercise. Latihan ini adalah kontak seksual pancaindra yang
tidak menuntut gairah seksual dalam bentuk pelumasan vagina atau
ereksi.
1.3 Gangguan orgasme
Masters dan Johnson akan lebih memilih bekerja dengan pasangan
dan lebih dulu menggunakan sensate focus trial exercises (latihan
focus merasakan) untuk mengurangi kecemasan kinerja, membuka
saluran komunikasi, dan membantu pasangan memperoleh
keterampilan seksual.
Ejakulasi standar dapat ditangani dengan penanganan standar,
terkecuali masalah organik, befokus pada meningkatkan
rangsangan/stimulasi seksual dan mengurangi kecemasan.
Pemdekatan untuk ejakulasi dini adalah teknik stop-start atau stop
and go
1.4 Gangguan nyeri genital
Penanganan vaginismus dapat mencakup kombinasi metode
perilaku, termasuk teknik relaksasi dan metode pemaparan
bertahap guna mengurangi pengaruh otot vagina terhadap penetrasi

8
– dengan meminta wanita selama beberapa minggu memasukkan
jari atau dilaotor plastic agar meningkatkan ukuran vagina sembar
tetap rileks.
1.5 Penanganan biologis disfungsi seksual\

3. Gangguan Parafilik
A. Definisi gangguan parafilik
Kata parafilia diambil dari bahasa Yunani para yang berarti
“menyimpang dari”, dan philos yang berarti “Mencintai”. Orang
dengan paraphilia (paraphilias) memiliki pola ketertarikan seksual
yang tidak biasa yang ketika merespon stimulus yang atipikal. Pola
gairah seksual yang tidak normal ini bisa dilabeli oleh orang lain
sebagai menyimpamg, aneh, atau “kinky. DSM-5 memasukan kelas
gangguan mental yang disebut gangguan parafilik.
Agar gangguan parafilik dapat didiagnosis parafilia harus
menyebabkan kesulitan pribadi atau gangguan di area penting dalam
fungsi sehari-hari atau di masa lalu dimana kepuasan dorongan
seksual membahayakan atau menimbulkan risiko kerugian bagi
orang lain.
B. Jenis-jenis Parafilia
a) Ekshibisionisme
Parafilia ekshibisonisme ditandai dengan dorongan, fantasi, atau
perilaku yang kuat dan selalu timbul untuk memperlihatkan alat
kelamin seseorang kepada individu yang tidak menaruh curiga
untuk tujuan gairah seksual nya. Biasanya orang tersebut
berusaha mengejutkan, mengguncang, dan merangsang secara
seksual kepada korban.
b) Fetisisme
Fetisisme adalah dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang
kuat dan selalu berulang yang melibatkan benda mati, seperti
pakaian (bra, celana dalam, kaus kaki, dan sejenisnya). Mereka
sering mengalami kepuasan seksual dengan mastrubasi sambil
menyentuh benda, mengelusnya, atau menciumnya, atau
menyuruh paangannya unutk memakai objek tersebut selama
aktivitas seksual.
c) Transvestisme
Parafilia transvestisme mengacu pada individu yang memiliki
dorongan, fantasi, atau, perilaku yang kuat dan berulang di mana
mereka menjadi terangsang secara seksual dengan berpakain
lawan jenis. Pria dengan transvestisme mengenakan pakaiannya.
Mereka bisa mengenakan pakaian dan riasan feminim
sepenuhmya atau mengenakan pakaian tertentu seperti stoking
wanita.

9
d) Voyeurisme
dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan selalu
berulang dimana seseorang menjadi terangsang secara seksual
dengan melihat orang lain yang tidak curiga telanjang, membuka
pakaian, atau terlibat dalam aktivitas seksual. Menjadi
terangsang hanya dengan melihat.
e) Froteurisme
dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan selalu
berulang dimana seseorang menjadi terangsang secara seksual
dengan menggesek-gesek atau menyentuh tubuh orang tanpa
izin.
f) Pedofilia
Orang dengan pedofilia memiliki fantasi, atau perilaku seksual
yang kuat dan selalu berulang dimana seseorang menjadi
terangsang secara seksual dengan anak kecil (biasanya 13 tahun
atau lebih muda). Agar dapat di diagnosis pedofilik, seseorang
setidaknya harus berusia 16 tahun dan 5 tahun lebih tua dari
anak yang menjadi korbaan.
g) Masokisme
Dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan selalu
berulang dimana seseorang menjadi terangsang secara seksual
dengan dipermalukan, diikat dicambuk, atau dibuat menderita
dengan cara lain. Seseorang tidak mencapai kepuasaan seksual
dengan tidak adanya rasa sakit atau penderitaan. Ekspresi paling
bahaya dari masokisme adalah hipoksifilia dimana partisipan
terangsang seksual dengan mengalami kekurangan oksigen.
h) Sadisme seksual
Dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan selalu
berulang dimana seseorang menjadi terangsang secara seksual
dengan memberika penderitaan psikologi dan fisik atau
kekerasan pada orang lain.
i) Parafilia lainnya
Perlakuan panggilan telepon cabul, nekrofilia, zoofilia (fantasi
seksual dengan hewan), rangsangan seksual yang berhubungan
dengan kotoran (koprofilia), pencahar, dan urin.

C. Perspektif Teoritis
1. Perspektif Psikologis
Teoritikus psikodinamika melihat bahwa banyak jenis parafilia
yang merupakan pertahanan terhadap kecemasan pengebirian dari
periode phalic. Pikiran bawah sadar menyamakan lenyap nya
penis saat melakukan persetubuhan dengan wanita dewasa dengan
resiko kebiri. Pada tingkat yang tidak disadari kecemasan ini

10
dapat membuat seseorang pria mengganti hasrat seksualnya pada
aktivitas seksual yang lebih aman seperti melakukan kontak
seksual dengan pakaian dalam wanita, secara sembunyi-sembunyi
melihat orang lain mengganti pakaian.
2. Perspektif Biologis
Peneliti menemukan bukti bahwa dorongan seks yang lebih tinggi
pada pria parafilia, seperti yang dibuktikan oleh frekuensi fantasi
dan dorongan seksual yang lebih tinggi serta periode refraktori
yang lebih singkat setelah orgasme melalui mastrubasi.

D. Penanganan Gangguan Parafilik


1. Psikoanalisis
Membawa konflik seksual masa kecil ke dalam kesadaran
sehingga mereka bisa di tangani dengan mempertimbangkan
kepribadian individu.
2. Terapi Kognitif-Perilaku
Berfokus secara langsung pada perubahan perilaku yang
bermasalah. Melibatkan sejumlah teknik tertentu, seperti
pengondisian yang tidak menyenangkan, sensitisasi terselubung,
dan pelatihan keterampilan sosial untuk menghilangkan perilaku
parafilik serta memperkuat perilaku yang pantas.
3. Terapi Biomedis
Obat antiandrogen akan mengurangi kadar testosterone dalam
aliran darah sehingga pengguanaan antiandrogen dapat
mengurangi dorongan dan desakan seksual serta pelecehan
seksual.

4. Pemerkosaan
Pemerkosaan adalah serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan
seksual dengan memakai penis ke arah vagina, anus, atau mulut
korban. Serangan dilakukan dengan kekerasan, ancaman
kekerasan, penahanan, tekanan psikologis, dan penyalahgunaan
kekuasaan. Adapun istilah lain untuk menyebut pemerkosaan
dalam sistem hukum Indonesia, yaitu pencabulan, istilah ini
digunakan ketika pemerkosaan dilakukan di luar pemaksaan
penetrasi penis ke vagina dan ketika terjadi hubungan seksual pada
orang yang belum mampu memberikan persetujuan secara utuh,
misalnya terhadap anak atau seseorang dibawah 18 tahun.

A. Jenis-jenis Pemerkosaan
1) Pemerkosaan dengan paksaan

11
Pemerkosaan jenis ini dilakukan dengan ancaman yang
dilakukan oleh pelaku dan juga pelaku tidak mau
menunggu persetujuan korban.
2) Pemerkosaan dengan cara halus
Pelaku menggunakan bujukan/rayuan dan intimidasi
logik untuk membuat korban patuh atas ajakannya.
3) Pemerkosaan di bawah umur
Tindak pemerkosaan oleh orang dewasa pada anak yang
belum genap 18 tahun. Anak di bawah umur dikatakan
belum bisa mengerti apa itu arti dari hubungan seksual
dan belum bisa memberikan persetujuan secara utuh.

B. Perspektif Teoritis
1) Perspektif Feminis
Menurut perspektif feminis, dominasi laki-laki dalam
masyarakat (terutama patriarki) dan ketidaksetraan
gender memiliki kelemahan yang sangat besar untuk
wanita. Para feminis berpendapat bahwa perempuan
sering menjadi korban kejahatan, bukan pelaku. Para
wanita menjadi sasaran kejahatan seperti pemerkosaan,
eksploitasi, dan “penjualan” di seluruh dunia.
2) Perspektif Kriminologi
Kejahatan kekerasan seksual atau pemerkosaan jika
dikaji berdasarkan pespektif kriminologi, menunjuk
pada motif dan perilaku, dimana hal tersebut memiliki
motif pemuasan nafsu seksual. Faktor motif dapat
ditelusuri dengan bukti-bukti yang memperkuat adanya
niat melakukan kejahatan. Dalam perspektif ini,
terdapat tiga perspektif dalam melakukan analisis
terhadap masalah kejahatan, yaitu:
 Macrotheories, adalah teori-teori yang
menjelaskan kejahatan dipandang dari segi
struktur sosial dan dampaknya.
 Microtheories, adalah teori-teori yang
menjelaskan alasan melakukan kejahatan
dipandang dari segi psikologis, sosiologis, dan
biologis.
 Bridging Theories, teori-teori yang menjelaskan
struktur sosial dan juga bagaimana seseorang
atau sekelompok orang menjadi penjahat.

12
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association (APA). (2013). Diagnostic and statistical
manual of mental disorder fifth edition. USA: Sheridan Books, Inc.
Davies, S,G. (2017). Gender diversity in Indonesia: sexuality, islam, and queer
selves. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Evid, Jeffrey S et. all. (2018). Psikologi abnormal terjemahan Kartika Yuniarti,
S.Psi. edisi kesembilan jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Golden, Robert N et. all. (2010). The truth about rape, second edition. America:
Facts On File, Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai