Anda di halaman 1dari 6

PERAN BIMBINGAN KONSELING DALAM KOMUNITAS

LGBT
Rio Hermawan1), Barep Hapit Surya Putra2)
Universitas Negeri Yogyakarta12)
riohermawan1990@gmail.com1), barephapitsurya@gmail.com2)

Abstrak

Akhir-akhir ini isu-isu mengenai LGBT meresahkan banyak pihak di masyarakat,


tak terkecuali ranah bimbingan dan konseling yang bersentuhan langsung dengan
konseli dari latar belakang yang berbeda. Tujan utama bimbingan konseling
adalah orang dewasa agar tidak mendeskriniasikan, melindungi dan apabila bisa
merubah perilaku dan pikiran mereka yang menympang dari budaya norma dan
agama.Konnselor melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti dinas
sosial, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuka setempat yang
berkepentingan dan berengaruh. Dengan kolaborasi ini diharapakan bisa
mengurangi dan bahkan mencegah tindakan LGBT.

Kata Kunci: LGBT, bimbingan konseling

A. Latar Belakang menimbulkan penyakit apabila


Istilah LGBT sangat banyak dilihat dari segi kesehatan. Banyak
digunakan untuk penunjukkan diri. penyakit yang ditimbulkan oleh
Istilah ini juga diterapkan oleh perilaku menyimpang seksual
mayoritas komunitas dan media yang LGBT. Diantaranya adalah, HIV
berbasis identitas seksualitas dan AIDS, yang sampai sekarang masih
gender di Amerika Serikat dan sangat susah disembuhkan.
beberapa negara berbahasa Inggris Selain dari segi kesehatan
lainnya. Masyarakat sangat resah penerimaan homoseksualitas di
dengan perkembnganan perilaku Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
menyimpang LGBT tersebut, pengaruh agama. Pemerintah
dikarenakanan akhir-akhir ini Indonesia mengakui enam agama
semakin banyak anak muda terkena secara resmi, antara lain Islam,
atau terpengaruh perilaku Protestan, Katolik, Buddha, Hindu,
menyimpang ini. Perilaku dan Khonghucu. Namun karena
menyimpang ini tidak sesuai dengan penduduk Indonesia mayoritas
norma yang ada di masyarakat beragama Islam, maka doktrin-
Indonesia, yang notabenya masih doktrin Islam berperan besar dalam
menganut adat ketimuran. Selain pembentukan budaya nasional,
dilihat dari norma perilaku hubungan sosial, hukum, dan
menyimpang ini juga bisa pemerintahan (Boellstorff, 2005b:

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 173
Universitas Ahmad Dahlan 2017
577). Tokoh Islam dalam media sekolah, pilihan pekerjaan dan
umumnya menolak homoseksualitas, pengamalan nilai agama sebagai
menyatakan bahwa homoseksualitas prasyarat untuk pemenuhan dan
merupakan penyakit sosial, tren jahat kebahagiaan hidupnya.
dan amoral yang harus dibasmi, dan Pada aspek kesadaran
bukan sebuah hak asasi seperti yang identitas gender, secara ideal
dikatakan oleh gay dari Bar Havighurst memaparkan pencapaian
(Boellstorff, 2005: 576). penyelesaian tugas perkembangan ini
Namun, dalam banyak antara lain; mengetahui perbedaan
komunitas Islam, homoseksualitas jenis kelamin, mempelajari peran
seringkali dibiarkan selama individu sosial terkait konsep maskulinitas
tidak menyatakan seksualitasnya di (bagaimana anak laki-laki bersikap
ruang publik dan memenuhi sebagai pria) dan konsep feminitas
kewajiban sosial dan agama seperti (bagaimana anak perempuan
menikah (Murray, 1997 dalam Jaspal bersikap sebagai wanita), mencapai
& Cinnirella, 2010: 850). Akibatnya, peran sosial maskulinitas atau
masalah terbesar bagi gay di feminitas, keberhasilan memilih
Indonesia adalah penolakan oleh pasangan, belajar hidup bersama
keluarga (Krisanty, 2007: 11). orang lain sebagai pasangan,
Menurut Dede Oetomo (1996), membina keluarga, membesarkan
―pemerintah Indonesia terobsesi anak, dan mengatur rumah tangga.
dengan keluarga bahagia: ibu, ayah, Dengan kata lain,
dan dua anak – ya, dua saja!‖. Gay, kebingungan individu terkait dengan
terutama pernikahan gay, tidak identitas jenis kelamin yang
mendapatkan tempat dalam dimilikinya serta ketidaktahuan akan
masyarakat Indonesia. Hal ini konsep maskulinitas dan feminitas
ditegaskan kembali oleh Leslie merupakan ketidakberhasilan
Dwyer (2000 dalam Boellstorff, pencapaian tugas perkembangan
2005: 577) yang dalam penelitiannya pada aspek kesadaran identitas
mengenai program Keluarga gender. Kondisi individu yang
Berencana menemukan bahwa laki- memiliki kebingungan atas identitas
laki Indonesia diharuskan menikah jenis kelamin yang dimilikinya lazim
dan berfungsi sebagai suami dan disebut sebagai gangguan identitas
pemberi nafkah. Havighurst (dalam gender, fenomena ini lebih dikenal
Yusuf, 2001: 65) menyatakan bahwa dengan istilah transgender.
tugas-tugas perkembangan yang Sejatinya, proses seorang
khusus tersebut berkaitan erat anak mulai belajar
dengan perubahan kematangan dan mengidentifikasikan dirinya, apakah
pertumbuhan, pengenalan identitas ia laki-laki atau perempuan berawal
gender, orientasi seksual, masa ketika individu berusia tiga tahun

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 174
Universitas Ahmad Dahlan 2017
(Santrock, 2003: 369). Pada usia tiga identitas gender pada seorang
tahun tersebut orang tua mulai transgender didapat data, bahwa anak
memperkenalkan kepada anaknya laki-laki yang mengalami gangguan
bahwa ia adalah anak laki-laki atau tersebut melihat ayahnya sebagai
anak perempuan, lengkap beserta figur pria dewasa yang kurang
peran ataupun kebiasaan-kebiasaan positif.
berdasarkan jenis kelaminnya. Penyimpangan peran gender
Seorang anak mulai mengenal jenis pada anak laki-laki juga dipengaruhi
kelaminnya secara permanen pada oleh media massa (Condry, 1989;
usia 6 - 7 tahun dengan memahami Huston & Alvarez, 1990; dalam
adanya perbedaan alat genital antara Santrock, 2003: 316). Menurut
laki-laki dan perempuan (Baron, Huston & Alvarez (1990, dalam
2000: 192). Orangtuapun terus Santrock, 2003: 316) masa remaja
memberikan pembelajaran peran awal merupakan suatu masa yang
sesuai dengan jenis kelamin anak sangat sensitif terhadap pesan-pesan
melalui jenis permainan yang yang disampaikan oleh televisi (TV)
diberikan, jenis baju yang digunakan, salah satunya tentang peran gender.
teman sepermainannya, pernak- TV yang saat ini merupakan bagian
pernik yang dimiliki serta nilai-nilai integral dari masyarakat, tanpa
yang diajarkan harus sesuai dengan disadari mempengaruhi penampilan
jenis kelamin anak sejalan dengan dan perilaku masyarakat (Bellak,
semakin bertambahnya usia sang dalam Gauntlet, 2008: 272).
anak (Santrock, 2003: 371). Tampilan artis televisi, selebritis atau
Selain melalui orang tua, siapapun yang dikagumi dan menjadi
anak juga mendapatkan gambaran tokoh idola, menyebabkan terjadinya
peran gender dari keluarga dan proses imitasi atau belajar
kerabat dekat (Hurlock, 2003: 206). observasional dengan
Seorang anak laki-laki akan memperhatikan apa yang orang
mengembangkan identitas katakan atau lakukan (Soetjiningsih,
maskulinnya melihat dari figur ayah 2010: 10). Di satu sisi, bila mengacu
atau pamannya, sedangkan anak kepada teori belajar sosial Bandura,
perempuan akan mengembangkan televisi dapat menjadi media belajar
identitas femininnya melihat dari bagi individu dalam pembentukan
figur ibu atau bibinya (Bornstein & identitasnya. Hal ini sejalan dengan
Masling, 2002). Permasalahan timbul pandangan Master & Johnston,
ketika orangtua tidak menampilkan Feldmen (1990: 360) bahwa
peran yang tepat sesuai dengan jenis penyebab lain gangguan identitas
kelaminnya. Hasil penelitian Francis gender adalah faktor belajar. Dengan
(2006) tentang peranan orangtua kata lain, dapat disimpulkan menurut
terhadap proses pembentukan teori kognitif bahwa perkembangan

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 175
Universitas Ahmad Dahlan 2017
kesadaran gender individu dibentuk B. Pembahasan
oleh kemampuan kognitif anak, Menurut Asosiasi Psikolog
ketertarikan dan karakteristik Amerika (1998; Hill, 2008), orientasi
personal lainnya. seksual umumnya diartikan sebagai
Sedangkan di sisi yang lain, kecenderungan yang relatif stabil
informasi yang disampaikan televisi dalam hal pengalaman ketertarikan
tidak sepenuhnya benar. Salah satu emosi, romantik, atau ketertarikan
contoh dampak tayangan televisi seskual pada pria, wanita atau
terhadap perkembangan gender keduanya. Heteroseksualitas,
adalah tayangan sinetron, komedi homoseksualitas, dan biseksualitas
ataupun reality show yang merupakan istilah yang digunakan
menampilkan tokoh yang berperilaku untuk mengidentifikasi orientasi
kebanci-bancian yang disajikan seksual seseorang. Heteroseksualitas
secara menarik dan lucu, sehingga merupakan ketertarikan terhadap
penonton remaja tertarik untuk pasangan lawan jenis, seperti
meniru tokoh tersebut. Akibat lebih dicontohkan laki-laki mencintai
lanjut dari sikap meniru perilaku perempuan atau sebaliknya.
kebanci-bancian atau transgender Sedangkan, biseksualitas yaitu
menyebabkan perilaku menyimpang ketertarikan kepada individu lawan
tersebut menjadi melekat dalam jenis dan kawan jenis, seperti
kehidupan sehari-hari. Hal ini perempuan yang mencintai laki-laki
ditengarai turut mendorong sekaligus mencintai perempuan.
peningkatan jumlah anak laki–laki Terdapat beberapa definisi
yang mengalami gangguan identitas homoseksual yang berbeda menurut
gender. setiap tokoh. Homoseksual diartikan
Menurut Mruk (2006: 23) sebagai ketertarikan erotik, tingkah
beberapa usaha dapat dilakukan laku seksual, kedekatan emosi, serta
untuk mengatasi masalah yang penggambaran diri seseorang
terkait dengan masalah identity pada (Diamond, 2003b; Eliason &
remaja diantaranya adalah dukungan Morgan, 1998, dalam Crooks &
sosial (dalam hal ini lingkungan Baur, 2005). Pengertian yang
memberi dukungan sosial kepada berbeda diutarak oleh Martin dan
remaja), modifikasi atau konseling Lyon (1972, dalam Crooks & Baur,
kognitif-perilaku, konseling 2005). Menurut kedua tokoh tersebut
kelompok, strategi kebugaran fisik homoseksual mengacu kepada
serta strategi spesifik yang individu yang memiliki ketertarikan
digunakan pada populasi. erotik, psikologis, emosi, dan sosial
pada individu lain yang berjenis
kelami sama, walaupun ketertarikan
tersebut tidak diperlihatkan secara

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 176
Universitas Ahmad Dahlan 2017
nyata. Laki-laki homoseksual disebut menerima, lebih toleransi atau
juga dengan gay, sedangkan mendukung keberadaan mereka
perempuan homoseksual disebut (Gardiner dkk., 1998, dalam Papalia
dengan lesbian. Berdasarkan dkk., 2007).
penjelasan dari American
Psychologycal Association (2001, C. Kesimpulan
dalam Papalia dkk., 2007) bahwa Masalah LGBT diangkat
orientasi seksual berbeda dengan dalam artikel ini karena sudah marak
perilaku seksual, karena orientasi bahkan meresahkan di lingkungan.
seksual seseorang belum tentu Namun sebagai konselor tidak boeh
tertampilkan dalam perilakunya. mendeskriminasikan kaum LGBT,
Orientasi seksual mengacu pada mereka hanya perlu perhatian dan
perasaan dan konsep diri seseorang. dukungan dari berbagai pihak agar
Orientasi homoseksual tidak tidak membuat keresahan
terbatas hanya pada tipe individu dimasyarakat. Dari segi masyarakat
tertentu. Gay dan lesbian ada di juga harus diberikan pengertian dan
semua usia, latar belakang budaya, bimbigan mengenai LGBT. Sebagai
ras, agama, dan kebangsaan. Mereka seorang konselor mereka bisa
juga mungkin ada di semua diberdayakan dan bisa diarahkan ke
pekerjaan dan tersebar di semua hal yag positif. Tujan utama adalah
negara (American Psychologycal agar tidak mendeskriniasikan,
Association, 2001, dalam Papalia melindungi dan apabila bisa merubah
dkk., 2007). Pada usia dewasa muda, perilaku dan pikiran mereka yang
bagi kebanyakan gay, lesbian, menympang dari budaya norma dan
biseksual, dan transgender, mereka agama.
sudah yakin atas identitas seksual Dalam sudut pandang
mereka. Beberapa dari mereka juga andragogi manusia atau orang dewas
mulai berani membuka identitas belajar dari aspek kebutuhan dan
seksual mereka (coming out) pada bukan dorongan dari luar. Jadi
orang lain selama periode usia ini diharapkan manusia berfikir kembali
(Lefkowitz & Gillen, 2006, dalam dan mengambil kembali atau
Papalia dkk., 2009). Sama seperti mengakulturasi budaya dan apa yang
pasangan heteroseksual, pasangan dia lihat ditelevisi. Maslah LGBT
homo seksual usia dewasa muda juga muncul dari pola asuh orangtua yang
mencari cinta, persahabatan, dan tidak membedakan bagaimana
pemenuhan kebutuhan seksual mendidik anak laki-laki dan
dengan menjalin hubungan dengan perempuan serta tidak mengawasi
satu orang. Hubungan sesama jenis secara intensif pergaulan anak di
tersebut mulai banyak terjadi di rumah maupun di luar rumah. Jadi
masyarakat yang mulai bisa diharapkan orangtua dan konselor

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 177
Universitas Ahmad Dahlan 2017
bekerjasama dalam hal
menanggulangi maraknya LGBT.
Orang dewasa bekerja sama dengan
berbagai pihak yang terkait dengan
bantuan konselor. Konnselor
melakukan kolaborasi dengan
berbagai pihak, seperti dinas sosial,
tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
pemuka setempat yang
berkepentingan dan berengaruh.
Dengan kolaborasi ini diharapak bisa
mengurangi dan bahkan mencegah
tindakan LGBT.

Daftar Pustaka
Boellstorff, T. (2005a). The Gay
Archipelago: Sexuality and
Nation in Indonesia.
Princeton, New Jersey:
Princeton University Press
Crooks, R., & Baur, K. (2005). Our
sexuality 9th edition.
Belmont: Wadsworth.
Hurlock, (2003). Psikologi
Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang
Rentang Hidup. Jakarta:
Erlangga
Papalia, D. E., Olds, S.W., dan
Feldman, R. D. (2009).
Human Development, 11th
edition. New York: McGraw-
Hill Companies
Santrock, J. W, (2003).
Perkembangan Remaja.
Jakarta: Erlangga

Prosiding Seminar Nasional


Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 178
Universitas Ahmad Dahlan 2017

Anda mungkin juga menyukai