Anda di halaman 1dari 17

Strategi Perencanaan , Pengorganisasian, dan Pengawasan

Bimbingan dan Konseling

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Bimbingan


Konseling

Dosen Pengampu : H.Dede Lukman, S.Sos.I., M.Ag.

Disusun Oleh:

Adieb A 1184010004
Akti Alis S 1184010012
Alifa Dwi 1184010014
Alya Nabila Z 1184010017
Devi A 1184010037
Dina FN 1184010039
Dwiki SP 1184010041
Elvira Nur 1184010046
BKI V/A

Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan salah satu tugas matakuliah ini
pada waktu yang telah ditentukan dalam keadaan sehat wal afiat.

Shalawat beserta Salam semoga tercurah kepada jungjunan alam yakni


habibanawa nabiana Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para
sahabatnya, tabi’it dan tabi’in, sampai kepada kita semua sang umatnya.

Tidak ada kata seindah rasa syukur. Alhamdulillah penulis dapat


menyelesaikan salah satu tugas kelompok matakuliah Manajemen Bimbingan
Konseling, yang di ampu oleh Bapak H. Dede Lukman, S.Sos.I., M.Ag. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Kami mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi
para pembaca.

Bandung, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................
i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1

A. Latar Belakang..................................................................................................................
1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
2

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
3

A. Strategi Perencanaan Bimbingan dan Konseling..............................................................


3

B. Strategi Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling......................................................


4

C. Strategi Pengawasan Bimbingan dan Konsleing...............................................................


7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Layanan konseling merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan
pengukuran kebutuhan (need assesment) yang diwujudkan dalam bentuk program
bimbingan dan konseling di sekolah dapat disusun secara makro untuk tiga tahun
meso satu tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi
kebutuhan-kebutuhan khusus program menjadi landasan yang jelas terukur
layanan professional yang diberikan oleh konselor di sekolah.

Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang


diperuntukkan untuk semua individu (baik yang mempunyai masalah maupun
tidak) yang sedang berkembang. Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling
bertujuan untuk mengenal, memahami dirinya dan mengembangkan potensi yang
ada dan pada akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya secara utuh.

Selama ini masih berkembang bahwa layanan bimbingan dan konseling


hanya diperuntukkan pada individu yang sedang mempunyai masalah, sehingga
citra (image) seorang konselor adalah tempat mengadunya individu yang
bermasalah saja. Dan, jika konselor di sekolah sebutannya adalah “polisi sekolah”,
padahal tugas dan wewenang konselor di sekolah bukan hanya mengurusi secara
administrasi saja melainkan segala aspek dan seharusnya konselor dapat
menangani.

Pada masa sekarang bidang bimbingan dan konseling sudah mulai


berkembang baik dari mulai memahami konsep bimbingan dan konseling, materi
layanan yang akan diberikan, subyek layanan yang masih menjadi wewenang
seorang konselor, strategi bimbingan dan konseling, kompetensi seorang konselor
berdasarkan pada Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang dibuat
oleh ABKIN, dan evaluasi dari program bimbingan dan konseling maupun
evaluasi untuk seorang konselor.

1
Dalam melaksanakan program layanan bimbingan konseling pastinya
tidak akan lepas dari berbagai masalah yang menyangkut manajemen.
Didalamnya pasti terdapat kerangka struktur wadah kegiatan pelaksanaan
manajemen juga sekaligus merupakan kerangka struktur yang tersusun sebagai
uni - unit yang mempunyai tugas dan fungsi yang saling berhubungan satu sama
lain

Manajemen menurut James A. F. Stoner adalah suatu perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Untuk itu dalam suatu layanan bimbingan konseling perlu adanya strategi
strategi dalam melaksanakannya. Supa lebih terrencana dan terstruktur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Strategi perencanaan Bimbingan Konseling ?
2. Apa yang di maksud dengan Strategi pengorganisasian Bimbingan Konseling ?
3. Apa yang di maksud dengan Strategi pengawasan Bimbingan Konseling ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai perencanaan bimbingan konseling
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengorganisasian bimbingan
konseling
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengawasan bimbingan konseling

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Perencanaan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling dapat dikatakan sebagai “soko guru” yang ketiga
dalam sistem pendidikan di sekolah selain pembelajaran (instruksional) dan
administrasi sekolah. Sebagi sub-sistem pendidikan di sekolah, bimbingan dan
konseling dalam gerak dan pelaksanaannya tidak pernah lepas dari perencanaan
yang seksama dan bersistem. Hal ini bertujuan agar pencapai hasil dalam onteks
kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dapat terlihat. Untuk
tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu ; analisis kebutuhan siswa, penentuan tujuan BK,
analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan,
penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personel kegiatan, persiapan
fasilitas dan biaya kegiatan , dan perkiraan tentang hambatan kegiatan dan
antisipasinya. Pengertian program menurut T. Raka Joni (1981): “program adalah
seperangkat kegiatan yang dirancang dan dilakukan secara kait mengkait untuk
mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi tersebutdapat diuraikan bahwa suatu
program mengandung unsur-unsur: (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013),

1) Adanya seperangkat kegiatan, artinya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan


merupakan suatu kegiatan yang utuh.

2)  Dirancang, artinya hal-hal yang akan dilakukan dirancang sedemikian rupa


agar tidak terjadi pelapisan atau akumulasi kegiatan, apalagi berbagai
benturan akibat kegiatan yang dilakukan berulang-ulang yang pada gilirannya
berdampak pada penurunan efektivitas dan efesiansi.

3) Dilakukan secara kait-mengkait, yaitu bahwa dalam melakukan kegiatan yang


sudah dirancang kegiatan itu tidak berdiri sendirimelinkan ada keterkaitan
antar satu dengan yang lain. Kegiatan itu tidak hanya terjadi antar kegiatan

3
saja tetapi juga pada tahap kesinambungan kegiatan satu dengan tahap
kegiatan selanjutnya.

4) Adanya tujuan tertentu, yaitu sebagai arah dan kendali agar semua aktivitas
yang terangkum dalamprogram selalu terfokus pada satu titik tujuan.
Dalam pelaksanaannya, pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan
seluruh personil sekolah, maka dari itu diperlukan program yang sistematis
agar pelaksanaannya tidak tumpang tindih dan benturan dengan kegiatan pada
bidang-bidang lain.

B. Strategi Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian organisasi

Robbins S.P organisasi adalah sistem yang terdiri atas pola aktivitas kerja
sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekolompok orang
yang mencapai suatu tujuan. 1

Pengorganisasian dalam bimbingan dan konseling berarti suatu bentuk


kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja dan pola kerja atau mekanisme
kerja kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling tidak
dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil kalau tidak diimbangi
dengan organisasi yang baik. Tanpa organisasi itu berarti tidak adanya suatu
koordinasi, perencanaan, sasaran yang cukup jelas, serta kepemimpinan yang
berwibawa, tegas dan bijaksana. Pengorganisasian program layanan bimbingan
konseling disekolah adalah upaya orang-orang ke dalam organisasi bimbingan dan
konseling, serta upaya pembagian kerja diantara anggota organisasi bimbingan di
sekolah2

2. Pinsip-Prinsip Organisasi Bimbingan Konseling


Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1
Jurnal Khaerul Umam, Manajemen Organisasi, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm, 12
2
Uman Suherman, Manajemen Bimbingan Dan Konseling,Jakarta:Madani Production, 2007, hlm
49-50.

4
1) Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin
dicapai,sehingga  tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2) Prinsip skala Hierarki
Dalam suatu organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari
pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehinnga dapat mempertegas
ddalam pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektifitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3) Prinsip kesatuan perintah
Dalam hal ini seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seseorang atasan saja
4) Prinsip pendelegasian wewenang
Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan
dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan
mengadakan tindakan tanpa meminta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya.
5) Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan
6) Prinsip pembagian pekerjaan
Adanya kejelasan dalam pembagian tugas akan memperjelas dalam
pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektifitas
jalannya organisasi
7) Prinsip rentang pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi.
8) Prinsip fungsional
Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta
tanggungjawab seorang pegawai harus jelas.
9) Prinsip pemisahan

5
Tanggung jawab tugas  pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada
orang lain.
10) Prinsip keseimbangan
Keseimbangan disini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang
efektif dan tujuan organisasi.
11) Prinsip fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (inter factor) dank arena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuan.
12) Prinsip kepemimpinan
Dalam organisasi apapun bentuknya,diperlukan pemimpin atau dengan kata
lain organisasi mampu menjalankan aktifitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.

Organisasi yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan
tanggung jawab para personil sekolah yang terlibat. Demikian pula, organisasi
tersebut tergambar dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang
tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah masing-masing. jika personil
sekolah siswanya berjumlah banyak dengan didukung oleh personil sekolah yang
memadai diperlukan sebuah pola organisasi bimbingan dan konseling yang lebih
kompleks.

3. Manfaat Pengorganisasian

Manfaat pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling adalah agar:

1. Setiap personal bimbingan menyadari tugas, peranan, kedudukan


wewenang dan tanggung jawab masing-masing
2. Terhindar terjadinya tumpang tindih tugas diantara para personal
bimbingan
3. Terjadi mekanisme kerja secara baik dan teratur

6
4. Tercapai kelancaran, efesiensi & efektivitas pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling

4.Tujuan Pengorganisasian

Organisasi merupakan proses instrumental yang menjembati tercapainya


sasaran-sasaran program bimbingan. Pada dasarnya, organisasi merupakan
rangkuman dari keseluruhan tujuan bimbingan yang dirancang, kemudian
dikomunikasikan kebawah menurut garis dengan ide komitmen dan kesepakatan
bersama. Jadi tujuan organisasi merupakan manifestasi dari tujuan bimbingan dan
konseling itu sendiri.3

Pengorganisasian bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi


pelaksanaan bimbingan dan konseling, meningkatkan pemahaman
terhadap stakeholder dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, membangun
komunikasi dari berbagai petugas bimbingan dan konseling sehingga terjadi
persepsi yang sama, dan membangun dan menetapkan akuntabilitas dalam
layanan bimbingan dan konseling (Sugiyo, 2011:39).

C. Strategi Pengawasan Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Pengawasan Bimbingan dan Konseling

Ada sejumlah pengertian pokok yang amat perlu mendapat perhatian dari
pengawas sekolah, yaitu tentang pengawas sekolah itu sendiri dan tugas pokok
kepengawasan dalam melaksanakan penilaian dan pembinaan terhadap guru
pembimbing melalui pemberian arahan, bimbingan, contoh, dan saran.

Pengawas sekolah adalah Pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai


pelaksana teknis untuk melakukan pemgawasan pendidikan terhadap sejumlah
sekolah tertententu yang ditunjuk atau ditetapkan. Tugas pokok pengawas sekolah
adalah menyelenggarakan kepengawasan pendidikan pada sejumlah sekolah baik
negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya.

3
Fajar Santoadi, Manajemen Bimbingan Dan Konselin Komprehensif, Yogyakarta:Universitas
Sanata Darma, 2010, hlm, 51.

7
Kepengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dengan melaksanakan
penilaian dan pembinaan guru dan tenaga lain dari segi teknis pelaksanaan dan
administrasi kegiatan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

Pengawas konselor merupakan salah seorang anggota staf bimbingan, yang


bertindak selaku pengawas konselor ialah Penilik Sekolah dan Pengawas. Selaku
petugas pendidikan maka ia perlu menaruh minat pada program Bimbingan dan
harus memiliki beberapa kualifikasi tertentu yang penting artinya dalam
meningkatkan relasinya dengan anak didik serta dalam usahanya untuk turut
membantu anak memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Ada sejumlah pengertian pokok yang amat perlu mendapat perhatian dari
pengawasan sekolah yaitu tentang pengawasan sekolah itu sendiri dan tugas
pokok kepengawasan dalam melaksanakan penilaian dan pembinaan terhadap
guru pembimbing melalui pemberian arahan, bimbingan, contoh, dan saran.
Uraian singkat tentang pengertian-pengertian pokok tersebut adalah sebagai
berikut:

1) Pengawasan sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai


pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah
sekolah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan.

2) Tugas pokok pengawasan sekolah adalah menyelenggarakan ke pengawasan


pendidikan pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta yang menjadi
tanggung jawabnya.

3) Kepengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dengan melaksanakan


penilaian dan pembinaan guru dan tenaga lain dari segi teknis pelaksaan dan
administrasi kegiatan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

4) Penilaian adalah kegiatan pengawas sekolah melalui penentuan derajat


berdasarkan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan terhadap data atau kondisi
penyelenggaraan pendidikan disekolah.

8
5) Pembinaan adalah kegiatan pengawas sekolah terhadap guru dan tenaga lain
dengan jalan memberikan arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam
melaksanakan pendidikan disekolah.

6) Memberikan arahan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga
lain disekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

7) Memberikan bimbingan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga
lain disekolah yang diawasi mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang
harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya.

8) Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah dengan tujuan agar ssuatu
proses atau materi tertentu pendidikan dilaksanakan disekolah demi
meningkatnya hasil pendidikan, atau berupa saran kepada pemimpin untuk
menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh
pengawas sekolah.

Dengan pengertian-pengertian pokok di atas, kegiatan pengawasan bimbingan


dan konseling disekolah dapat dimengerti sebagai kegiatan pengawas sekolah
yang menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas pokok mengadakan
penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh, dan saran kepada
guru pembimbing dan tenaga lain dalam bidang bimbingan dan konseling
disekolah. Berikut adalah struktur oranisasi pengawasan program BK di sekolah.

Keterangan:

Unsur kan depdiknas adalah personal yang bertugas melakukan pengawasan


dan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dalam hal ini adalah pengawasan sebagaimana dimaksudkan dalam petunjuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

Kepala sekolah (bersama wakil kepala sekolah) adalah penanggung jawab


pendidikan pada satuan pendidikan (SLTP, SMA, SMK) secara keseluruhan,

9
termasuk penggung jawab dalam membuat kebijakan pelayanan bimbingan dan
konseling.

Koordinator bimbingan dan konseling (bersama guru pembimbing/ konselor


sekolah) adalah pelaksanaan utama pelayanan bimbingan dan konseling.

Guru (mata pelajaran atau paktik) adalah pelaksanaan pengajaran dan praktik
atau latihan.

Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi binaan
dan administrasi (seperti nilai raport, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas
tertentu.

Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, dan praktik
atau latian, dan bimbingan di SLTP, SMA dan SMK.

Tata usaha, adalah pembantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan


administrasi dan ketatausahaan. Komite sekolah, adalah organisasi yang terdidri
dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat yang berperan membantu
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan.

2. Manfaat dan Tujuan Pengawasan BK

Berdasarkan pengertian tersebut pentingnya instrumen supervisi pada guru


BK membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Idealnya instumen supervisi BK dapat
mengukur keterlaksanaan kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling.

Pengawas melakukan supervisi untuk melakukan penilaian terhadap kinerja


guru BK menggunakan instrumen supervisi BK. Pada instrumen/alat penilaian
supervisi layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa komponen
diantaranya:

1) Guru pembimbing

2) Siswa Asuh

3) Program kerja

10
4) Dukungan sistem

5) Aktivitas Layanan

6) Evaluasi, Rencana, Tindak Lanjut, dan Pelaporan.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka


ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu ; analisis kebutuhan siswa, penentuan
tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan, penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personel
kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan , dan perkiraan tentang hambatan
kegiatan dan antisipasinya.Dirancang, diilakukan secara kait-mengkait. Kegiatan
itu tidak hanya terjadi antar kegiatan saja tetapi juga pada tahap kesinambungan
kegiatan satu dengan tahap kegiatan selanjutnya.

Pengorganisasian dalam bimbingan dan konseling berarti suatu bentuk


kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja dan pola kerja atau mekanisme
kerja kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling tidak
dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil kalau tidak diimbangi
dengan organisasi yang baik.

Pengawasan bimbingan dan konseling disekolah dapat dimengerti sebagai


kegiatan pengawas sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas
pokok mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan

12
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Khaerul Umam, Manajemen Organisasi, Bandung:Pustaka Setia, 2012

Uman Suherman, Manajemen Bimbingan Dan Konseling,Jakarta:Madani


Production, 2007

Fajar Santoadi, Manajemen Bimbingan Dan Konselin Komprehensif,


Yogyakarta:Universitas Sanata Darma, 2010

13

Anda mungkin juga menyukai