2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan yang Maha Esa bahwa kami telah
menyelesaikan makalah tentang : “DCM DAN AUM”. Walaupun masih jauh dari
kesempurnaan, namun kami bersyukur dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu dan untuk
itu kami mengharapkan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asesmen BK” Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen kami yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan. Dengan segala
kerendahan hati kami berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
3. Tujuan ........................................................................................................... 2
4. Kesimpulan .................................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AUM Umum adalah alat untuk mengungkapkan masalah – masalah umum. Instrument ini
cukup sederhana dan mudah untuk mengkomunikasikan berbagai masalah yang dialami
(calon) klien kepada personil yang akan membantunya, seperti dosen pembimbing ataupun
konselor.
AUM Umum adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh prayitno, dkk. Yang
dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan masalah masalah yang
dihadapi klien. Alat ungkap masalah ini di desain untuk mengungkap sepuluh bidang masalah
yang mungkin dihadapi klien.
Daftar Cek Masalah adalah daftar berisi pernyataan-pernyataan yang merupakan masalah
yang diasumsikan biasa dialami oleh individu dalam tingkat perkembangan tertentu. DCM
digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang dialami oleh individu, dengan
merangsang atau memancing individu untuk mengutarakan masalah yang pernah atau sedang
dialaminya. DCM ini sendiri merupakan perpaduan dari contoh-contoh DCM yang sudah
banyak digunakan di sekolah-sekolah. DCM ini hasil terdiri dari 240 butir pernyataan yang
terbagi dalam 5 bidang, dengan bidang bimbingan yakni : pribadi, sosial, belajar,ekonomi dan
karir. Beberapa aspek yang berusaha diungkap lewat DCM ini adalah: 1) kesehatan, 2)
keadaan ekonomi, 3) kehidupan keluarga, 4) agama dan moral, 5) rekreasi dan hobi, 6)
hubungan pribadi, 7) kehidupan sosial, 8) masalah remaja, 9) penyesuaian terhadap sekolah,
10) penyesuaian terhadap kurikulum, 11) kebiasaan belajar 12) masa depan dan cita cita.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu DCM dan AUM?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan DCM dan AUM?
3. Apa saja tujuan dari DCM dan AUM?
4. Apa saja jenis DCM dan AUM?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu DCM dan AUM
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dari DCM dan AUM.
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari DCM dan AUM
4. Untuk mengetahui apa saja jenis DCM dan AUM
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan buku pedoman yang berjudul "Asasmen Teknik Non-Tes dalam Perspektif
BK Komprehensif" karangan Dra. Gantina Komalasari, M.Psi,dkk(2011) Daftar Cek Masalah
merupakan seperangkat daftar pernyataan kemungkinan masalah yang disusun untuk
merangsang atau memancing pengutaraan masalah, yang pernah atau sedang dialami
seseorang Individu. Daftar cck masalah dikembangkan olch Ross L. Mooney bcrisi 330 butir
pernyataan masalah yang terbagi dalam 11 bidang masalah, di mana setiap bidang masalah
berisi 30 butir pernyataan masalah dan ditambah satu bidang masalah lain-lain yang berisi 3
(tiga) butir pertanyaan terbuka.
Sedangkan Menurut Buku assesmen teknik Non-Tes karangan Drs.Tritjahjo Danny Soesilo,
M.Si, dkk (2014), menjelaskan bahwa Daftar Cek Masalah (DCM) merupakan instrumen
(sejenis angket) yang khusus disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran
masalah-masalah yang pernah atau sedang dialami seseorang. DCM sebagai sejenis angket
yang berisikan item-item pernyataan permasalahan yang kemungkinan terjadi pada diri
responden. DCM terdiri sekitar 12 hidang permasalahan, dimana setiap bidang disajikan
sekitar 20 item pernyataan permasalahan, sehingga total item dalam suatu instrument DCM
sekitar 240 butir.
Adapun beberapa pendapat para ahli yang dijelaskan dalam jurnal penelitian Fitra Herlinda
,dkk (2020) yang berjudul Problematika Penerapan Instrumentasi Daftar Cek Masalah di
Sekolah Menengah Pertama Kota Pekanbaru :
*Menurut (Marina Puspita Saraswati,2016) Daftar cek masalah merupakan salah satu bentuk
asesmen non tes yang selama ini sering digunakan oleh guru bimbingan konseling, sedangkan
*Menurut (Susilo Rahardjo,2013)Daftar cek masalah adalah daftar cek yang khusus disusun
untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah atau problem yang pernah
atau dialami seseorang .
3
* Menurut Hidayah,2000)Daftar cek masalah adalah sebuah daftar kemungkinan masalah
yang disusun untuk merangsang atau memancing pengutaraan masalah yang pernah atau
sedang dialami oleh seseorang, yang menyangkut keadaan pribadi, seperti: sikap, minat,
kondisi jasmaniah, hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah dan keluarga, dan lain-lain.
1. Kesehatan dan Perkembangan Fisik (Health and Physical Development) atau HPD.
2. Keadaan Penghidupan dan Keuangan (Finance, Living conditions and Employment)
atau FLE.
3. Rekreasi dan Hobi (Social and Recreational Activities) atau SRA.
4. Kehidupan sosial dan keaktifan berorganisasi (Social Psychological Relations) atau
SPR.
5. Hubungan Pribadi (Personal Psychological Relations) atau PPR.
6. Muda-mudi (Courtship, Sex and Marriage) atau CSM.
7. .Kehidupan Keluarga (Home and Family) atau HF.
8. Agama dan Moral (Morals and Religion) atau MR.
9. Penyesuaian terhadap Sekolah (Adjustment to College Work) atau ACW.
10. .Masa Depan dan Cita-cita pendidikan/jabatan (The Future Vocational and
Educattonal) atau EVE.
11. Penyesuaian terhadap Kurikulum (Curriculum and Teaching Procedures) atau CTP.
Dalam Buku assesmen teknik Non-Tes karangan Drs.Tritjahjo Danny Soesilo,M.Si, dkk
(2014) Secara umum tujuan DCM yaitu untuk merangsang atau memancing pengutaraan
masalah yang pernah atau sedang dialami oleh seseorang (peserta didik). Secara rinci tujuan
DCM tersebut antara Iain untuk:
4
b. Mensistematisir jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan analisis dan
sintesis dengan cara/alat Iain.
c. Menyarankan suatu prioritas layanan program bimbingan dan konseling sesuai
dengan masalah individu atau kelompok pada saat itu.
Selain itu, penggunaan DCM juga memberikan fungsi/ manfaat terkait dengan kepentingan
pelaksanaan program atau layanan BK di sekolah, yaitu:
5
d. Sistematis jenis masalah yang dikelompokkan dalam berbagai bidang mempermudah
guru pembimbing untuk melakukan analisisdan sintesa data serta merumuskan
kesimpulan masalah yang dialami peserta didik.
e. Penggunaan DCM memiliki banyak manfaat antara lain konselor lebih mengenal
peserta didiknya yang membutuhkan bantuan segera, konselor memiliki peta masalah
individu maupun kelompok, dapat digunakan sebagai landasan penetapan layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan
yang lebih penting lagi peserta didik dapat memahami masalah Yang dialami dan
memahami apakah dirinya memerlukan bantuan atau tidak.
Sebagai suatu metode asesmen tentu saja DCM juga memiliki kekurangan/ kelemahan, antara
lain:
a.Membutuhkan waktu yang banyak untuk pengolahan hasil, sebagai konsekuensi dari
banyaknya jumlah bidang masalah dan jumlah butir pernyataan masalah yang tersedia.
b.Data yang diungkapkan melalui DCM masih bersifat umum berbentuk peta masalah dan
banyaknya masalah yang dialami pada setiap bidang, sehingga untuk mendalami pemahaman
terhadap masalah peserta didik,guru pembimbing perlu mengkombinasi dengan metode
assessment seperti wawancara.
Sedangkan menurut Buku assesmen teknik Non-Tes karangan Drs.tritjahjo Danny soesilo
M.si, dkk (2014), Ada juga beberapa kelebihan maupun kelemahan DCM seperti berikut:
Kelebihan
6
e. Intensif, karena data yang diperoleh melalui DCM lebih teliti, mendalam dan luas.
f. Validitas dan Reliabilitas, DCM dikatakan valid dan reliabel kerana individu yang
bersangkutan mengecek masalah sendiri masalah yang telah atau sedang dialami,
disamping jumlah item kemungkinan masalah yang tersedia cukup banyak, sehingga
individu dapat mencermati dan memilih masalah yang sesuai dengan dirinya.
Kelemahan
a. Para peserta didik hanya memberikan respon dalam bentuk verbal saja.
b. Pengumpulan data terpaksa hanya tergantung kepada kejujuran dan keiklasan para
peserta didik.
c. Seringkali subyek tidak memberikan jawaban yang benar karena adanya beberapa
alasan.
Dalam buku pedoman yang berjudul "Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK
Komprehensif" karangan Dra. Gantina Komalasari, M.Psi. dkk (2011) Pada proses asesmen
menggunakan DCM, konselor memiliki peran dan fungst sebagai berikut:
7
Sedangkan menurut buku assesmen teknik Non-Tes karangan Drs.Tritjahjo Danny Soesilo
M.Si, dkk 2014) Peran dan fungsi Konselor daftar cek masalah yaitu Guru BK perlu
memahami masalah-masalah yang sedang atau sudah dialami peserta didiknya baik dalam
bidang belajar, pribadi, sosial maupun keluarga. Jika dilakukan penyebaran angket atau skala
sikap, maka identifikasi beragam masalah tersebut membutuhkan banyak waktu, tenaga dan
finansial yang cukup besar. Namun, saat ini melalui Daftar Cek Masalah (DCM) identifikasi
beragam masalah setiap peserta didik akan lebih mudah terbantukan.Selain itu, melalui DCM
dapat mempermudah kinerja guru bimbingan dan konseling dalam mendata masalah peserta
didiknya, baik secara invidual maupun kelompok. Penanganan masalah peserta didik per-
individu dapat dilakukan dengan prioritas masalah. Data yang diperoleh melalui DCM dapat
digunakan untuk menyusun program bimbingan kelompok atau klasikal. Namun, perlu
dipahami bahwa hasil analisis data DCM harus dilengkapi dengan data yang diperoleh
dengan metode-metode lain dapat dipergunakan untuk merencanakan program bimbingan
konseling baik individu maupun kelompok.
Daftar cek masalah yang selama ini digunakan oleh guru BK atau konselor di sekolah, hanya
memiliki satu macam atau satu jenis saja, yaitu hasil adaptasi yang dikembangkan
berdasarkan DCM yang dibuat oleh Ross L. Moony. Bidang-bidang yang terdapat pada DCM
ini telah disampaikan pada materi mengenai pengertian DCM diatas.
Langkah Penyusunan
Pada hakikatnya, daftar cek masalah ini sudah tersedia, maka biasanya guru BK atau konselor
tidak menyusun sendiri terkait daftar cek masalah ini, karena dalam konteksnya guru BK atau
konselor lebih cenderung sebagai pengguna dari daftar cek masalah tersebut. Meskipun
demikian, tidak menutup kemungkinan bahwasanya ketika guru BK atau konselor memiliki
keinginan untuk menyusun dan mengembangkan daftar cek masalah ini, peluang dan
kesempatan tetap terbuka lebar bagi para guru BK atau konselor. Disini guru BK atau
konselor dapat melakukan pengkajian langsung terkait DCM ini dengan mempraktekkannya
langsung kepada sampel atau peserta didik yang memiliki perbedaan tingkat pendidikan dan
juga wilayah administratif yang berbeda-beda.
8
Langkah Pengadministrasian
Pada penggunaan asesmen DCM ini, guru BK atau konselor perlu diberikan petunjuk
pelaksanaan dan cara mengerjakan DCM agar nantinya peserta didik dapat memahami cara,
maksud dan tujuan dari DCM ini sehingga proses pelaksanaannya berjalan dengan baik dan
hasil data yang diperoleh menjadi valid dan reliabel dan juga memiliki akurasi yang baik.
Petunjuk yang perlu diperhatikan meliputi petunjuk bagi instruktur dan petunjuk bagi peserta
diidk (Partowisastro, 1983).
9
i) Memperingatkan agar peserta didik agar bekerja dengan tenang dan
teliti, dan memberitahukan bahwa waktu yang disediakan cukup lama,
yaitu sekitar satu jam.
j) Mengontrol apakah para peserta didik telah mengerjakan DCM dengan
benar.
k) Mengumpulkan hasil pengerjaan DCM peserta didik.
b. Petunjuk bagi peserta didik
a) Peserta didik harus mempunyai minat dan kemauan untuk mengutarakan
masalah yang sebenarnya.
b) Peserta didik harus menyadari bahwa jika ia mengerjakan secara asal-asalan
ataupun tidak serius, hal itu hanya akan merugikan dirinya sendiri.
c) Peserta didik harus menulis identitasnya sendiri.
d) Peserta didik harus mematuhi tata cara mengerjakan DCM.
Untuk mendapatkan gambaran peta masalah dan intensitas peserta didik secara individual
maupun kelompok, guru BK atau konselor harus melakukan proses pengolahan dan analisis
terhadap hasil pengerjaan DCM peserta didik tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan baik
secara individual ataupun kelompok, seperti yang dijelaskan berikut ini.
10
d) Mengkonversi persentase masalah ke dalam standar scale dan predikat
nilai A, B, C dan E, konversi itu :
0% = 10 = A (tidak bermasalah)
1% - 10% = 8 = B (agak bermasalah)
11% - 25% = 6 = C (cukup bermasalah)
26% - 50% = 4 = D (bermasalah)
51% - 100% = 2 = E (sangat bermasalah)
Contoh :
Caca mencentang 5 butir masalah kebiasaan belajar, sedangkan jumlah semua butir topik
kebiasaan belajar ada 25. Maka, persentase masalah kebiasaan belajar Caca adalah :
11
Contoh :
30 orang peserta didik bermasalah untuk butir nomor 35. Jumlah semua
peserta didik yang mengerjakan DCM adalah 120 orang.
Mm/M X 100% = 30/120 X 100% = 25%
Jadi, predikat masalah nomor 65 adalah C : (cukup bermasalah).
b. Analisis per topik masalah
Tujuannya untuk mengetahui topik masalah apa yang pada umumnya dihadapi oleh
para responden atau peserta didik.
Langkah-langkah analisis per topik masalah sebagai berikut :
1. Harus diketahui jumlah responden/peserta didik yang mengerjakan DCM.
2. Harus diketahui jumlah item yang menjadi masalah responden/peserta didik.
3. Harus diketahui jumlah responden/peserta didik yang mempunyai masalah.
4. Persentase adalah rasio antara jumlah item masalah dikalikan jumlah
responden/peserta didik yang bermasalah dengan jumlah item dalam topik
masalah dikali jumlah responden/peserta didik yang bermasalah dengan
jumlah item dalam topik masalah dikali jumlah responden/peserta didik.
Dengan rumus :
Nm/NxMx100% =
Keterangan :
Contoh
12
c. Analisis pertanyaan terbuka
Pertanyaan yang terbuka dianalisis sebagaimana kalau kita menggunakan kuesioner
atau angket terbuka. Setiap jawaban dikelompokkan ke dalam kelompok masalah.
Setiap jawaban dikelompokkan ke dalam kelompok masalah. Jika jawaban sesuai
dengan item yang sudah ada, dianggap sebagai item yang dicek peserta didik. Tapi,
jika jawaban peserta didik tidak sama dengan item yang sudah ada, tetapi termasuk ke
dalam aspek kelompok masalah, maka dapat dicatat sendiri dan dicari frekuensinya,
apakah dialami peserta didik lain atau tidak. Jika tidak dialami oleh peserta didik yang
lain maka termasuk masalah individual. Namun jika beberapa peserta didik
mengalaminya, maka merupakan masalah kelompok. semua masalah yang muncul di
DCM dipertimbangkan dalam penyusunan program bimbingan konseling baik
individual ataupun kelompok.
3) Masalah individu
Sering didapati masalah yang hanya dialami oleh satu orang saja dari sejumlah
topik masalah yang ada. Individu tersebut dicatat sebagai individu yang
mempunyai masalah khusus, yang perlu bimbingan konseling khusus.
Hasil analisis data individual data DCM merupakan data perlengkapan pribadi
peserta didik. Pemindahan hasil analisis data ke dalam buku pribadi peserta
didik, caranya sebagai berikut :
a) Teliti lebih dahulu butiran-butiran aspek pribadi dalam buku pribadi
yang relevan dengan topik masalah dalam DCM.
b) Memasukkan peringkat masalah (A,B,C,D dan E) ke dalam lajur
(kolom) yang sesuai dengan buku pribadi peserta didik.
13
c) Efisiensi pelayanan, yaitu mencegah, pengembangan, dan
pengatasan sebelum masalah-masalah itu berkembang menjadi
akut.
Data DCM dapat digunakan atau ditindaklanjuti untuk penyusunan program layanan BK,
baik secara individual maupun secara kelompok serta klasikal.
14
B. ALAT UNGKAP MASALAH UMUM (AUM-U)
Berdasarkan buku utama yang berjudul “Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK
Komprehensif” karangan Dra. Gantina Komalasari, M.Psi, dkk, dijelaskan bahwa latar
belakang disusunnya AUM-Umum yaitu berdasarkan format dan kandungan isi MPCL
(Mooney Problem Check List) dari Ross L. Mooney. MPCL adalah instrument yang
digunakan untuk mengungkap masalah yang ada di Indonesia.
5. Hubungan sosial-kejiwaan
6. Hubungan pribadi-kejiwaan
Dari MPCL kemudian Prayitno,dkk menyusun intrumen yang sejenis yaitu AUM-Umum.
AUM-Umum bukan alat pengukur tetapi alat untuk mengkomunikasikan masalah klien
kepada konselor/guru BK.
AUM-Umum merupakan salah satu jenis teknik non tes yang digunakan oleh konselor
untuk mengungkapkan masalah-masalah umum yang dialami oleh konseli. Para konselor
15
diharapkan memahami dan terlatih dalam pengadministrasiannya sehingga dapat menunjang
pelayanan konseling yang akan dilakukannya selama bertugas (Dikmen,2012)
AUM-Umum merupakan alat ungkap masalah yang dibentuk dalam 5 format, yaitu
format 1 untuk mahasiswa, format 2 untuk SLTA, format 3 untuk SLTP, format 4 untuk SD,
dan format 5 untuk masyarakat (Dra. Gantina Komalasari, M.Psi, dkk,2017)
b. Diri Pribadi 20
c. Hubungan Sosial 15
j. Waktu Senggang 10
Komposisi dibuat berdasarkan ruang lingkup dan kondisi kehidupan peserta didik SLTA pada
umumnya yang memuat berbagai masalah yang mungkin dialami peserta didik. Komposisi
jumlah item AUM-U F2 adalah sebagai berikut.
16
a. Jasmani dan Kesehatan 25
b. Diri Pribadi 20
c. Hubungan Sosial 15
j. Waktu Senggang 10
Menurut buku utama yang berjudul “Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK
Komprehensif” karangan Dra. Gantina Komalasari, M.Psi, dkk, dijelaskan bahwa
Penggunaan AUM-U F1 (Mahasiswa) dan AUM-U F2 (SLTA) dapat digunakan secara
perorangan, kelompok, maupun klasikal. Hal-hal yang harus dilakukan konselor adalah
berupa petunjuk pengerjaan di dalam buku AUM-U, menyediakan lembar jawaban yang
terpisah agar mempermudah peserta didik dalam pengerjaannya. Dan dalam pengerjaan
AUM-U tidak ada batas waktu tetapi pada umumnya berkisar 50-60 menit.
Hasil AUM-U dapat dimanfaatkan oleh peserta didik maupun guru/dosen. Bagi peserta
didik berupa peluang untuk memahami masalahnya yang diharapkan agar ikut menggunakan
layanan BK di sekolah/perguruan tinggi.
Komposisi AUM-U F3 meliputi sejumlah item yang memuat berbagai masalah yang
mungkin dialami oleh siswa SLTP. Komposisi jumlah item nya adalah sebagai berikut.
b. Diri Pribadi 15
17
c. Hubungan Sosial 25
i. Waktu Senggang 10
Komposisi AUM-U F4 meliputi sejumlah item yang memuat berbagai masalah yang
mungkin dialami oleh siswa SD. Komposisi jumlah item nya adalah sebagai berkut.
b. Diri Pribadi 10
c. Hubungan Sosial 10
Jumlah Butir 50
Komposisi AUM-U F5 meliputi sejumlah item yang memuat berbagai masalah yang
mungkin dialami oleh masyarakat umum. Komposisi jumlah item nya adalah sebagai berikut.
b. Diri Pribadi 30
c. Hubungan Sosial 25
18
d. Ekonomi dan Keuangan 20
j. Waktu Senggang 10
Berdasarkan buku Asesmen Teknik Non Tes karangan Dra. Gantina Komalasari, M.Psi,
dkk. terdapat kelebihan dan kekurangan AUM-Umum diantaranya yaitu:
1. Kelebihan AUM-Umum
a. Pada proses pelaksanaan bersifat efisien karena pelaksanaan AUM-U dapat dilakukan
secara individual, kelompok maupun klasikal sehingga konselor dalam waktu singkat dapat
memperoleh data yang banyak.
b. Pada AUM-U data yang diperoleh memiliki validitas dan reliabilitas tinggi yang
dibuktikan melalui uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan oleh Prayitno,dkk
sebagai tim pengembang AUM-U.
c. Dari segi fungsinya, AUM-U memudahkan peserta didik dalam mengemukakan masalah
dan penyediaan butir permasalahan sangat membantu peserta didik untuk mengenali
permasalahan yang sedang atau pernah dialaminya.
d. Jenis masalah yang sudah dikelompokkan dalam berbagai bidang memudahkan konselor
dalam melakukan analisis dan sintesa data serta merumuskan kesimpulan masalah yang
dialami peserta didik.
19
f. AUM-U memiliki banyak manfaat antara lain: (1) konselor lebih mengenal peserta didik
yang membutuhkan bantuan segera, (2) konselor memiliki peta masalah individu maupun
kelompok, (3) hasil AUM-U dapat digunakan sebagai penetapan layanan BK yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik, (4) peserta didik dapat memahami masalah yang
dialami dan memahami apakah dirinya memerlukan bantuan atau tidak.
2. Kekurangan AUM-Umum
Sebagai suatu metode asesmen tentu saja AUM-U juga memiliki kelemahan, antara lain:
a. Membutuhkan waktu yang banyak untuk pengolahan hasil karena banyaknya jumlah biang
masalah dan jumlah butir pertanyaan yang tersedia.
b. Data yang diungkapkan melalui AUM-U masih bersifat umum, berbentuk peta masalah
dan banyaknya masalah yang dialami pada setiap bidang, sehingga umtuk mendalami
pemahaman terhadap masalah peserta didik, konselor membutuhkan kombinasi dengan
metode asesmen lain.
Sebagai contoh kesahihan dan keterandalan memakai AUM-U F1. Kesahihan AUM-U
diperiksa dengan mencocokkan jenis-jenis masalah yang dikemukakan oleh peserta didik
tanpa mempergunakan AUM (yaitu dengan menuliskan masalah- masalah itu pada secarik
kertas kosong) dengan masalah-masalah siswa yang sama yang dinyatakan melalui AUM.
Prosedur menuliskan jenis-jenis masalah pada kertas kosong dilakukan sebelum siswa yang
bersangkutan mengisi AUM-U . Dengan cara tersebut, indeks kecocokan yang diperoleh
adalah 84 %. Keterandalan AUM-U diperiksa melalui prosedur “tes-retest”. Dalam prosedur
ini, jarak pengadministrasian AUM yang pertama dan yang kedua adalah antara 2-3 hari.
Hasil pengadministrasian pertama dan kedua untuk siswa yang sama diperbandingkan, untuk
melihat apakah masalah-masalah yang terungkap melalui pengadministrasian yang pertama
tetap muncul pada pengadministrasian kedua. Dengan prosedur demikian itu, tingkat
keajegan kemunculan masalah pada pengadministrasian yang pertama dan kedua adalah
sebesar 71 %. (Dra. Gantina Komalasari, M.Psi, dkk.2017)
20
D. Peran dan Fungsi Konselor
Pada proses asasmen menggunakan Alat Ungkap Masallah Umum (AUM-U) baik
untuk F1 mapun F2, konselor memiliki peran dan fungsi sebagai:
1. Perencana, yaitu dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, menetapkan
peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku dan lembar jawaban
AUM-U sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan membuat suatu layanan asesmen
AUM-U.
2. Pelaksana, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan
kerahasiaan data), memandu peserta didikdalam cara mengerjakan sehingga dapat
dipastikan seluruh peserta didik mengisi dengan benar.
3. Melakukan pengolahan data mulai dari menghitung hasil dengan menggunakan
format spesifik, merangking persentase, membuat grafik persentase, membuat
deskripsi analisis kualitatif hasil AUM-U.
4. Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
E. Langkah Pengadministrasian
Penggunaan AUM-U F1 maupun F2 memiliki prosedur yang harus dipatuhi agar hasil
yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang baik. Prosedur penggunaan memiliki
tiga langkah utama yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan hasil yang akan
diuraikan berikut ini.
1. Perencanaan
a. Menetapkan waktu, sasaran dan jumlah peserta didik yang akan mendapatkan
layanan asasmen.
b. Menyiapkan buku AUM-U sesuai jumlah peserta didik.
c. Menyiapkan lembar jawaban AUM-U sesuai jumlah peserta didik.
d. Menyiapkan ruang dengan situasi tenang, pencahayaan baik, kursi yang
nyaman.
2. Pelaksanaan
a. Memberikan verbal setting sebelum mulai (menjelaskan tujuan, manfaat, dan
kerahasiaan).
b. Meminta individu menyiapkan alat tulis.
c. Membagi buku dan lembar jawaban AUM-U.
21
d. Memberi instruksi cara pengerjaan AUM-U.
e. Menginformasikan bahwa pengerjaan AUM-U tidak memiliki batas waktu,
akan tetapi peserta didik diminta bekerja dengan teliti, sungguh-sungguh,
cepat, dan tidak membuang waktu.
f. Melakukan pemeriksaan ketepatan peserta didik dalam cara mengisi AUM-U.
g. Mengumpulkan kembali buku dan lembar jawaban hasil pengisian AUM-U.
Lembar jawaban yang dikumpul diteliti apakah telah dikerjakan dengan
lengkap.
3. Pengolahan Hasil
a. Konselor melakukan pengolahan hasil AUM-U dengan melakukan
perhitungan secara kumulatif menggunakan format tabulasi pengolahan dan
rumus yang telah ditetapkan.
b. Berdasarkan hasil pengolahan secara kumulatif, konselor melakukan analisis
kualitatif.
c. Pengolahan hasil AUM-U harus kuantitatif, konselor melakukan analisis
kualitatif.
d. Kesegeraan pengolahan hadil AUM-U akan menjunjung asas kekinian dalam
bimbingan dan konseling.
e. Pengolahan hasil menggunakan format khusus.
Nama :
NIM :
Jurusan/Prodi :
Perguruan Tinggi :
Tanggal Pengadministrasian :
22
Tabel 1.1
format pengolahan AUM-U F 1 Individual
Bidang Masalah Jenis Masalah No. Masalah %
yang Berat Rata-rata
DPI (20)
HSO (15)
EDK (15)
KDP (15)
PDP (45)
ANM (30)
HMP (25)
KHK (25)
WSG (10)
Keseluruhan (225)
23
Keseluruhan : diisi jumlah masalah untuk semua bidang masalah dibagi 225 dikali 100%
cara pengisian format ini sama dengan cara pengisian format pengolahan AUM-U F1
Tabel 1.2
Nama :
No. Induk :
Kelas :
Sekolah :
Tanggal Pengadministrasian :
DPI (20)
HSO (15)
EDK (15)
KDP (15)
PDP (45)
ANM (30)
HMP (25)
KHK (25)
WSG (10)
Keseluruhan (225)
24
2. Analisis hasil pengolahan
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan format yang ditetapkan,
maka selanjutnya melakukan analisis kualitatif dengan mengikuti tahapan berikut
ini.
a. Konselor mengelompokkan dan menuliskan butir-butir masalah yang dipilih
untuk setiap bidang masalah.
b. Membuat kesimpulan masalah untuk setiap bidang, berdasarkan pernyataan
butir masalah yang dipilih.
c. Membuat grafik persen masalah berdasarkan hasil penghitungan persentase
pada kolom 4 format pengolahan.
d. Membuat grafik persen rata-rata, berdasarkan hasil penghitungan pada kolom
6 format pengolahan.
e. Membuat rangking dari hasil persentase rata-rata kolom 6, mulai dengan
persentase bidang masalah tertinggi sampai terendah.
f. Membuat kesimpulan umum masalah yang dialami, dengan melihat dinamika
hubungan 3 bidang masalah dengan persentase rata-rata yang dominan.
25
C. STUDI KASUS
Permasalahan dan Solusi terhadap penggunaan AUM dan DCM
Dalam jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan karya Kartika Hajati, menjelaskan bahwa
Berdasarkan keterangan lebih lanjut bahwa dalam penggunaannya, para siswa mengeluhkan
tentang ketidakjelasan formulasi butir pernyataan dalam instrumen tersebut, seperti terdapat
kata yang ambigu, beberapa butir menanyakan atau menyatakan hal yang sama dan banyak
butir pernyataan yang sukar bahkan tidak dapat dijawab atau diberikan respon karena
membingungkan, seperti satu pertanyaan menanyakan lebih dari satu hal. Begitu juga
konselor mengemukakan ketidakpuasannya terhadap AUM U2, yakni terdapat banyak item
yang tidak jelas formulasinya, membingungkan, terdapat butir yang menanyakan hal yang
sama, namun di sisi lain, ada beberapa hal yang penting tetapi justru belum dimuat dalam
butir-butir yang tersedia dalam instrumen tersebut.
Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan upaya pengembangannya
lebih lanjut, yakni melakukan perbaikan AUM U2 yang sudah ada (dikembangkan oleh
Prayitno, dkk). Pengembangan itu dilakukan berdasarkan data uji coba lapangan, dan lebih
lanjut dilakukan analisis logis melalui uji ahli (expert judjement). Berdasarkan data uji ahli,
dilakukan diskusi yang menyertai upaya revisinya. Pengembangan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan AUM yang memiliki kesesuaian atau ketepatan dengan substansi yang hendak
diukur oleh instrumen itu, dan memiliki formulasi yang jelas berdasarkan validasi sampling
sehingga dapat digunakan oleh konselor sebagai instrumentasi pelayanan BK.
Dalam jurnal Indonesian Journal of Guidance and Counseling karya Macrina Puspita
Saradewi dan Gatharina Tri Anni, menjelaskan bahwa menurut guru BK yang pernah
peneliti wawancarai pada saat tahap pra lapangan mengatakan bahwa butir-butir pernyataan
yang ada dalam software DCM kurang valid untuk digunakan dalam jangka waktu yang
panjang, karena butir masalah yang terdapat dalam Software DCM hanya mengungkapkan
masalah yang dihadapi pada saat itu saja, selain itu hasil dari DCM juga kurang bias
dipercayai kebenarannya karena dalam pengisiannya pun para siswa asal-asalan, hal tersebut
terjadi karena item dalam DCM yang terlalu banyak sehingga membuat siswa jenuh dan
malas untuk mengisinya.
Selain itu, kesulitan dalam hal analisis DCM ini terjadi karena faktor usia. Selain itu
kendalanya yaitu seperti soal yang tidak bisa dikembangkan, padahal soal tidak berlaku
untuk jangka panjang sehingga pernyataan atau soal dalam software DCM kurang valid
untuk digunakan. Kelemahan lainnya yaitu mengenai desain software DCM yang ditemukan
26
oleh guru BK adalah masih terdapat 2 hyperlink dengan menu yang sama untuk menuju ke
halaman semula.
Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan
instrumen nontes lainnya yaitu seperti angket, sosiometri, observasi, AUM, dan wawancara.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DCM ( Daftar Cek Masalah ) adalah daftar yang berisi pernyataan-pernyataan yang
merupakan masalah yang dianggap bisa dan biasa dialami oleh stiap peserta didik (konseli)
dalam tingkat perkembangan tertentu. DCM digunakan untuk mengungkap masalah-masalah
yang dialami oleh setiap peserta didik (konseli), dengan merangsang atau memancing peserta
didik untuk mengutarakan/mengungkapkan permasalahan yang pernah atau sedang
dialaminya.
1. Untuk memudahkan peserta didik mengemukakan masalah yang pernah atau sedang
dihadapi.
2. Untuk mensistimatisasi jenis masalah yang ada pada peserta didik agar memudahkan
analisa dan sintesa dengan data yang diperoleh dengan cara/alat lain.
3. Untuk menyusun program pelayanan konseling agar sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan siswa ( Sebagai salah satu alat Need Assesment ).
Alat Ungkap Masalah adalah sebuah instrumen standar yang dikembangkan oleh Prayitno,
dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan (bukan
memastikan) masalah-masalah yang dihadapi konseli. Alat Ungkap Masalah ini didesain
untuk mengungkap 10 bidang masalah yang mungkin dihadapi konseli, Kesepuluh bidang
masalah tersebut mencakup: (1) Jasmani dan Kesehatan (JDK); (2) Diri Pribadi (DPI); (3)
Hubungan Sosial (HSO); (4) Ekonomi dan Keuangan (EKD); (5) Karier dan Pekerjaan
(KDP); (6) Pendidikan dan Pelajaran (PDP); (7) Agama, Nilai dan Moral (ANM); (8)
Hubungan Muda Mudi (HMM); (9) Keadaan dan Hubungan dalam Keluarga (KHK); dan
(10) Waktu Senggang (WSG). Jumlah keseluruhan item sebanyak 225.
28
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Gantina Komalasari,M.Psi., dkk. 2011. Asesmen teknik nontes dalam prespektif BK
komperhensif. Jakarta : PT Indeks.
Drs.tritjahjo Danny soesilo M. si, dkk. 2014. Asesmen non-tes dalam bimbingan dan
konseling. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
29