Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“Bereksistensi Dalam Transendensi Menurut Pemikiran Karl Jaspers”

Dosen pengampu : OSCAR TAMPUBOLON, S. Pd., M. Pd.

NAMA : DESI FRANSISKA SIHALOHO

NIM : 1203151053

KELAS : E 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
Critical Journal Review ini dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Pak Oscar Tampubolon S. Pd, M. Pd., Selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Agama Katolik

Saya menyadari bahwa Critical Journal Review ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat membantu agar pembuatan Critical
Journal Review selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Samosir, Oktober 2021

Desi Fransiska Sihaloho


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1. Rasionalisasi Pentingnya CJR...................................................................... 4
2. Tujuan Penulisan CJR.................................................................................. 4
3. Manfaat CJR................................................................................................ 5
4. Identitas jurnal yang direview...................................................................... 5

BAB II. RINGKASAN ISI JURNAL...................................................................... 6


BAB III. PEMBAHASAN....................................................................................... 8
Keunggulan Jurnal....................................................................................... 8
Kekurangan Jurnal....................................................................................... 8

BAB IV. PENUTUP................................................................................................. 9


Refleksi kritis............................................................................................... 9
Kesimpulan.................................................................................................. 9
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa karena
mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat beberapa hal
penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang sesuai dengan topik yang
diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan
bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal memiliki beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi penerorganisasi yang memuat jurnal ilmiah;
memiliki judul dan nama penulis serta alamat email dan asal organisasi penulis; terdapat abstract
yang berisi ringkasan dari isi jurnal, introduction, metodologi yang dipakai sebelumnya dan
metodologi yang diusulkan, implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal yang
perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa landasan teori
yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan apa yang ingin
dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan; mengambil hasil dari penelitian yang
telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara singkat, jelas, dan padat; serta
menyimpulkan isi dari jurnal.

B.     Tujuan Penulisan CJR


         Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.
         Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
         Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.
C.    Manfaat CJR
 Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam
suatu jurnal.
 Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.

D. Identitas Jurnal
Judul : Bereksistensi Dalam Transendensi Menurut Pemikiran Karl Jaspers
Penulis : Joko Siswanto, Rizal Mustanyir, dan Yakobus Ndona
Nama Artikel : Diskursus
Vol / Halaman : Vol (15) No. 2 / hal. 158-187
Tahun Terbit : 2016
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

Menurut Jaspers, manusia tidak memiliki kekuatan untuk bereksistensi. Eksistensi hanya
dapat dicapai dalam relasi dengan Transendensi. Dari keyakinan ini, Jaspers membangun
pemikiran eksistensial metafisiknya dengan pertanyaan dasar bagaimana manusia dalam situasi
konkrit dapat menjangkau Transendensi. Perjuangan untuk mendapatkan eksistensi adalah
bagian dari kodrat manusia. Manusia selalu dengan eksistensi, sekalipun perjuangan mencapai
eksistensi tidak pernah selesai.

Istilah eksistensi atau existanz, dari kata eks (keluar) dan sistens, darikata kerja sisto
(berdiri). Eksistensi dapat diartikan sebagai kedirian akuatau aku yang berdiri secara otonom 5
Eksistensi adalah keberadaan diriyang autentik dan unik. Keberadaan diri yang autentik tidak
ditentukandalam Dasein atau aku dalam keberadaan empiris Kedirianku adalahperwujudan diri
dari hasil kesadaran terdalamku atau visi hidupku.

Eksistensi adalah hasil pengisian atau hasil pengambilan sehingga selalu kemungkinan-
kemungkinan kemungkinan-kemungkinan selalu bersifat terbuka, maju atau mundur dalamjalan
menuju sumber kedirian atau ada yang abadi yang dinamakanJaspers dengan Transendensi.
Eksistensi, sebagai kemungkinan tidak pernah ada, tetapi dapat ada, keberadaaan orang dalam
keputusan arah atau visi, dan terus menerus mewujudkan dalamhidup.

Eksistensi dan keterbatasan individu

Argumentasi Jaspers dimulai dengan menunjukkan keterbatasanketerbatasan yang


menyebabkan manusia tidak memiliki kemampuan untuk menemukan diri secara utuh. Ada dua
bentuk keterbatasan manusia, yaitu keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan situasi.
Pertama, keterbatasan pengetahuan. Jaspers menunjukkan bahwa pengetahuan manusia bersifat
terbutas. Pengetahuan manusia selalu berada dalam limit-limit, polaritas, kategori-kategori, dan
antinomi-antinomi, yang menyebabkan manusia tidak dapat menjangkau segala sesuatu

Kedua, keterbatasan situasi. Situasi batas penanggulangan dari dua kategori, situasi batas
umumdan situasi khusus Situasi batas dalam kategori umum adalah nasib (faktisitas), seperti
latar belakang historis, jenis kelamin, kondisi fisik dan lain sebagainya, yang berada di luar
pilihan individu. Situasi batas, dalam lingkup lingkup khusus termasuk kematian (Tod).
penderitaan (leiden), perjuangan (kampf) dan kebersalahan (schuld). Situasi batas, terutama
dalam lingkup khusus, dapat membuat individu memandang kehidupan yang penuh dengan
cacat, kacau balau, dan tampak seperti kekeliruan.

Situasi batas, dalam kaca mata Jaspers merupakan chiffer, yang menyuarakan suara
Transendensi. Orang-orang yang ingin membangun harus mendengarkan suara Transendensi
dalam keterbatasan diri. Keterbatasan harus membawa manusia untuk memandang Yang Tidak
Terbatas. Tragedi bukan akhir dari segala kemungkinan, sebab manusia dengan keberanian
menghadapinya, akan mencapai penerangan yang menyinari berbagai kebajikan dan
mematangkan cinta dan harapan yang tidak terbatas.

Transendensi tidak hanya dapat dijumpai dalam keterbatasan diri, tetapi juga dalam
seluruh realitas. Seluruh realitas, karena berada dalam waktu dan ruang. di mana Transendensi
bereksistensi, mengambil bagian dalam Transendensi selalu merevelasikan atau menyingkapkan
Transendenst. Jaspers menggambarkan bahwa Transendensi sebagai Yang Melingkupi segala
sesuatu yang berada di dalam kejauhan yang tak berhingga, seakan akan hilang dalam ketiadaan,
tak tertangkap, tak dapat dikenal, bahkan tidak dapat dipikirkan Keadaan demikian memang
menyebabkan kemustahilan bagi manusia untuk berhubungan secara langsung dengan
Transendensi Manusia hanya dapat mengenal-Nya secara tidak langsung melalui chiffer-chiffer
dalam realitas. Chiffer adalah bahasa Transendensi, sehingga pendakian menuju Transendensi
adalah membawa chiffer-chiffer,

Beberapa hal dapat dianggap sebagai referensi mengenai pemikiran Jaspers tentang
bereksistensi dalam Transendensi.

 Pertama, eksistensialisme Jaspers termasuk aliran teistis. Jaspers menempatkan Transendensi


sebagai jawaban atas jawaban eksistensi manusia. Transendensi ujung segala pencarian
eksistensi manusia. Manusia dapat memperoleh pemenuhan diri hanya pada asalnya, Yang
Absolut, Yang Melingkupi segala sesuatu, yang mengatasi segala batas dan polaritas, yang
menyelaraskan segala kontradiksi dan antinomi. Eksistensi dapat diperoleh hanya dengan berdiri
di hadapan-Nya, sehingga pencarian eksistensi merupakan pendakian menuju Transendensi.

 Kedua, chiffer merupakan intermedium eksistensi dan Transendensi. Pendakian menuju


Transendensi harus melewati chiffer-chiffer Jalan eksistensi adalah membaca dan
menginterpretasikan chiffer-chiffer, yang berawal dari ketakjuban atas fenomena dan kerinduan
menemukan penerangan Transendensi.

 Ketiga, bereksistensi dalam hidup konkrit. Jalan panjang menuju Transendensi membawa
terobosan bahwa eksistensi dapat dicapai dalam situasi empiris. • Keempat, eksistensi berada
dalam kebebasan untuk memutuskan. Pembacaan dan interpretasi atas chiffer menghasilkan
penerangan untuk bereksitensi.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan Artikel

Dari segi kelengkapan artikel, pada Artikel tersebut sudah dilengkapi dengan judul. Nama
penulis, abstrak, kata kunci dan isi artikel tersebut sudah lengkap dan benar. Abstrak dan kata
kunci yang disampaikan dapat memudahkan para pembaca untuk terlebih dahulu memahami apa
yang akan disampaikan dalam artikel tersebut. • Dari materi yang disampaikan, artikel tersebut
menyampaikan menjelaskan dengan sangat lengkap dan jelas. Artikel tersebut menyampaikan
materi yang dilengkapi dengan pendahuluan orientasi, latar belakang, dan penutup

Artikel tersebut juga ditulis dalam judul setiap materi yang ingin disampaikan sehingga
memudahkan para pembaca untuk memahami isi yang akan disampaikan Artikel tersebut sangat
bagus dijadikan sebagai refensi belajar mengenai "Bereksistensi Dalam Transendensi karena
artikel dilengkapi dengan sumber - sumber terpercaya.

B. Kelemahan Artikel

Dari segi tampilan bahasa yang disampaikan, artikel tersebut banyak memuat atau
mengandung bebrapa kata yang asing, sehingga menyulitkan para pembaca yang belum
memahami kata tersebut untuk lebih cepat memahami materi yang ingin disampaikan
BAB IV

PENUTUP

A. Refleksi Kritis

Dari artikel tersebut maka kita dapat implementasikan dalam kehidupan kita. Dimana kita
adalah manusia yang mempunyai keterbatasan yang tidak mampu melakukan semua yang kita
kehendaki atau bantuan dari Tuhan. Kita hidup sebagai seorang yang beriman maka kita harus
menyerahkan segala keterbatasan atau ketidakmampuan kita kepada Tuhan.

Semua manusia akan mencari eksistensi dengan melakukan banyak cara, baik dari hal positif
maupun negatif. Kebanyakan dari kita melakukan hal negatif untuk mencari eksistensi kita
karena kita selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah Tuhan kehendaki terhadap diri kita.
Dengan melakukan hal negatif tersebut, maka kita akan selalu merasa tidak puas karena kita
melakukan dengan cara yang tidak baik Oleh karena itu kita hidup sebagai seorang beriman kita
harus menyertakan Tuhan dalam kehidupan kita. Pada saat kita tidak mampu melakukan sesuatu
karena keterbatasan kita, maka kita berdoa dan berserah diri kepada Tuhan sehingga kita dapat
menemukan eksistensi kita.

B. Kesimpulan

Setiap manusia mempunyai eksistensi dan dapat melebihi eksistensi melaluai transendensi.
Setiap manusia mempunyai keterbatasan, maka manusia akan melakukan segala cara agar dapat
membatasi batasan tersebut. Keterbatasan tersebut adalah awal kita untuk berbicara lebih jauh
lagi sehingga kita menemukan eksistensi kita. Adanya keterbatasan maka kita dapat bangkit
kembali dengan menyertakan Dia (transendensi) dalam kehidupan kita schingga kita dapat
menemukan eksistensi kita. Jadi kita sebagai manusia yang tidak sempurna harus menyertakan
Tuhan dalam kehidupan kita dengan berdoa dan berserah diri.

Anda mungkin juga menyukai