Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT FILSAFAT

DAN PROFESI KEPELATIHAN

OLEH

RIZKY AKBAR(6191121008)

PKO E 2019

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


PRODI PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021

KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya
serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan tugas
“CRITICAL BOOK REPORT”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Saya yaitu “FILSAFAT DAN PROFESI KEPELATIHAN”
Tugas critcal book report ini disusun dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khusunya dalam
hal perkembangan psikologi peserta didik.Saya menyadari bahwa
tugas critcal book report ini masih jauh dari kesempurnaan,apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangandan kesalahan, saya
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman
saya masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan pemahaman saya
yang belum seberapa.Karena itu saya sangat menantkan saran dan
kritk dari pembaca yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini.Saya berharap semoga tugas critcal book
report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Saya
khususnya,Atas perhatannya Saya mengucapkan terimakasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2Tujuan.............................................................................................................. 2
1.3Manfaat....................................................................................................... 2
1.4 Identtas Buku................................................................................................2

BAB II RINGKASAN BUKU


2.1RingkasanBukuUtama.....................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS


3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Buku...................................................................... 16
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju. Indonesia
merupakan Negara berkembang yang selalu dipertmbangkan dalam percaturan dunia
olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa ini, dalam
upaya meningkatkan dan mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka
upaya tersebut tdak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut
berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelath.Pelath merupakan ujung tombak
dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi
dengan baik, maka pelath harus menguasai teori dan metodologi lathan atau prinsip-prinsip
melath, bekal dasar ilmu melath tersebut merupakan landasan yang berpedoman pada
pembinaan dan peningkatan kondisi fsik, beban lathan, meningkatkan keterampilan, teknik,
taktk dan strategi.Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelathan telah mencapai yang
mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitan yang
ditujukan untuk menelit gerakan manusia. Banyak majalah penelitan baru yang diterbitkan
untuk menampung jumlah penelitan yang makin banyak yang dihasilkan oleh berbagai ilmu
olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-akhir ini, praktk para pelath telah menampakkan
keadaan pengetahuan ilmu kepelathan.Pada waktu terdahulu untuk menjadi calon pelath
hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga
tertentu. Sekarang pelath yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias
menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah
di tetapkan pada penelitan olahraga secara meyakinkan. Ribuan ilmuwan yang bekerja di
bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan penelitan dengan
maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan factor-faktor yang
menentukan tngkat penampilan mereka.Kebanyakan pelath yang mapan berpendapat
bahwa pelath yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya ilmu. Hal ini
mengandung pengertan bahwa pelathan menuntut kreatvitas dan interpretasi mengenai
cabang perorangan maupun situasinya.Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu kepelathan
merupakan suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek formalnya. Oleh
karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada hubungannya
dengan kegiatan kepelathan sepert ilmu faal (fsiologi), ilmu urai (anatomi), ilmu jiwa
(psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah biomekanik, ilmu social, statstc, cidera
olahraga, tes dan pengukuran olahraga, belajar motorik.Dengan mempelajari ilmuilmu
penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelath membahas dan memecahkan
permasalahan menyangkut kepelathan. Permasalahan yang tmbul dalam dunia kepelathan
kompleksitasnya sangat tnggi, sebagai contoh apabila sang atlet mempunyai kondisi fsiknya
lemah antsipasi seorang pelath harus meningkatkan kondisi fsik tersebut, dilain sisi akan
tertundanya proses lathan teknik, mental dan keterampilan, hal semacam ini dilakukan
bersama-sama atau bagian demi bagian dalam proses, disinilah bahwa pelath juga dapat
dikatakan sebagai seniman, yaitu antara memadukan seni lathan fsik dan seni lathan
keterampilan. Dan pada akhir semua komponen lathan ini menjadi satu kesatuan pola cara
melath keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optmal.
TUJUAN

1.Menambah wawasan pembaca mengenai art pentngnya memahami


dasar dasar kepelathan

2.Meningkatkan motvasi pembaca dalam mengenal lebih jauh apakah kepelathan itu.

3.Menguatkan pemahaman pembaca mengenai betapa pentngnya mempelajari dasar dasar


kepelathan

1.3 Manfaat

A.Bagi Penulis
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah flsafat dan profesi kepelathan

2.Melath kemampuan penulis dalam mengkritsi suatu buku.

3. Menumbuhkan pola pikir kreatf dalam membandingkan buku yang satu Dengan Yang
Lain.

1.4Identtas Buku

Buku Utama
• Judul Model Pendidikan dan Pelathan
• Penyusun Prof. Dr. H.Mustofa Kamil
•Bab 5
•Hal 178
• Tahun 2010
• ISBN 978-602-8800-20-4

Buku Pembanding
• Judul Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Coaching
• Penyusun Drs. Harsono, M.Sc
•Bab 6
•Hal 233-241

BAB II : RINGKASAN ISI BUKU

Buku Utama
Bab 1 Konsep Dasar Pelathan
1. Pengertan Pelathan
Memberikan pelayanan pendidikan sepanjang hayat (lifelong learning) kepada masyarakat,
munculah berbagai konsep mengenai pendidikan non formal untuk diselenggarakan,
banyaknya pihak yang membahas mengenai pendidikan non formal yang dianggap sebagai
pendidikan yang mampu memecahkan berbagai masalah layanan pendidikan masyarakat,
salah satunya dengan kegiatan pelathan. Istlah pelathan tdak terlepas dari lathan karena
keduanya mempunyai hubungan yang erat, lathan adalah kegiatan atau pekerjaan melath
untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Sedangkan tujuan kegiatan pelathan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang agar mereka yang dilath mendapat
pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi sesuai
harapan dan tujuan yang di inginkan mengikut kegiatan pelathan. Pelathan adalah bagian
dari pendidikan yang merupakan sarana pembinaan dan pengembangan karir serta salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Pada kajian ini penulis memfokuskan pada makna pelathan.

2. Tujuan dan Manfaat Pelathan


Sebuah pelathan idealnya dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan, baik tujuan
organisasi yang menyelenggarakan pelathan maupun tujuan para peserta yang mengikut
pelathan secara perorangan. Karena tujuan penelitan tdak hanya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga untuk mengembangankan bakat.
Moekijat (1992, hlm.2) menyebutkan bahwa tujuan pelathan adalah untuk 1)
Mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan
lebih efektff 2) Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan secara
rasionalf dan 3) Mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemampuan kerjasama
dengan teman-teman pegawai dan dengan pimpinan

3. Prinsip-prinsip Pelathan
Pelathan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan merupakan kegiatan
meningkatkan keterampilan seseorang didalam mengerjakan sesuatu. Sebuah pelathan
dapat berjalan secara efektf dan optmal bila prinsip-prinsip pelathan dikembangkan sesuai
dengan pelathan yang berkaitan sesuai dengan tujuan pelathan yang diharapkan. William B.
Werther dalam Skripsi Yusuf Husaeni (2013, hlm.31), menyatakan bahwa prinsip-prinsip
pelathan adalah sebagai berikut
a.Prinsip Partsipasi Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila
peserta belajar terlibat secara aktf. Partsipasi akan meningkatkan motvasi dan empat
terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih
cepat dan memahaminya lebih lama. b. Prinsip Repetsi Repetsi akan memperkuat suatu
pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari
ideide akan dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan. c. Prinsip Relevansi Belajar
akan lebih efektf apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi dengan
kebutuhan seseorang. d. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan Semakin dekat
kebutuhan program pelathan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan pekerjaan,
maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut. Dengan
kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori
dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artnya pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam
situasi sebenernya. e. Prinsip Umpan Balik Melalui sistem umpan balik, peserta pelathan
dapat mengetahui tercapai tdaknya tujuan pelathan. Artnya, dengan umpan balik peserta
termotvasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya, baik kemampuan,
keterampilan, maupun kepribadian dan termotvasi untuk menyesuaikan tngkah laku mereka
untuk secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya

4. Manajemen Pelathan
Pengelolaan pelathan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna fungsional
pelathan terhadap individu, organisasi, maupun masyarakat. Pelathan memang perlu
diorganisasikan, oleh karena itu, manajemen dalam pelathan sangat dibutuhkan sebagai
upaya yang sistemats dan terencana dalam mengoptmalkan seluruh komponen pelathan,
guna mencapai tujuan pelathan secara efektf dan efesien. Komponen manajemen itu sendiri
terdiri dari kurikulum, sumber daya manusia, sarana/prasarana, dan biaya. Manajemen
diklat yang sistemats dan terencana meliput perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
(kontrol), dan evaluasi, terutama menyangkut tentang organisasi, program, sumber daya,
dan pembiayaan.

Bab 2 Pelathan dalam Pendidikan Luar Sekolah


1. Pengertan Pelathan
Istlah pelathan dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia Wojowasito, dkk (2007 241)
merupakan terjemaahan dari kata “training” dalam Bahasa inggris. Secara harfah akar kata
“training” adalah “train” yang berart, memberi pelajaran dan praktk ( give teaching an
practce ), menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki ( cause to grow in a
required directon ), persiapan ( preparaton ), dan praktk ( practce ). Maksudnya adalah
pelathan merupakan proses pendidikan yang dilaksanakan secara sistemats dengan
tujuantujuan untuk memberikan pelajaran dan hal yang baru maupun mengembangkan
potensi didalam diri dengan cara melalui dari persiapan pelathan sampai melaksankan
praktk pelathan.

2. Tujuan Pelathan
Dalam Marzuki (2010 175) Pendidikan Nonformal Dimensi dalam keaksaraan Fungsional,
Pelathan, dan Andragogi. Pelathan dapat diartkan sebagai berikut Pelathan jenis apapun
sebenarnya tertuju pada dua sasaran, yaitu partsipasi dan organisasi. Dengan pelathan,
diharapkan terjadi tngkah laku pada partsipan pelathan yang sebenarnya meupakan
anggota suatu organisasi dan, yang kedua, perbaikan organisasi itu sendiri, yakni agara
menjadi lenih efektf. Apabila pelathan tertuju pada karyawan perusahaan atau pabrik,
tujuan pelathan adalah agar individu karyawan tersebut menjadi lebih baik pula, misalnya
lebih produktf. Pada lathan kader organisasi, misalnya, pelathan bertujuan memperbaiki
kecakapan kader dan selanjutnya diharapkan organisasinya lebih efektf dalam
melaksanakan program-program dan mencapai tujuannya.

3. Prinsip-prinsip Pelathan
Menurut Dale yoder (1962) dalam skripsi Nugraha (2013 13) dalam tulisannya dalam
tulisannya menyebutkan sembilan asas yang berlaku umum dalam kegiatan pelathan,
diantaranya (1) Individual diferencesf (2) Relaton to job analysisf (3) motvatonf (4) actve
partcipatonf (5) selecton of trainessf (6) selecton of trainersf (7) trainer’s of trainingf (8)
training method’s dan (9) principles of learning. Maka sependapat dengan Dale, Kamil (2012
12-13) mengemukakan bahwa untuk mengenal lebih jauh tentang pelathan, prinsipprinsip
pelathan memiliki fungsi agar proses pelathan berhasil. Karena pelathan merupakan bagian
dari proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip pelathanpun dikembangkan dari prinsip-
prinsip pembelajaran

4. Pelathan Dalam Pendidikan Luar Sekolah


Pelathan merupakan salah satu bagian dari pendidikan non formal. Dalam skripsi Nugraha
(2013 21) menurut Adikusumo (1986 57) dalam bukunya Pendidikan Kemasyarakatan
mengemukakan bahwa Pendidikan luar sekolah sebagai adalah setap kesempatan dimana
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dimana seseorang
memperoleh informasi-informasi pengetahuan, lathan ataupun bimbingan sesuai dengan
usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tngkat kerterampilan,
sikapsikap peserta yang efsien dan efektf dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat
dan negaranya. Pengertan dari keterangan diatas sesuai dengan Undang-undang R.I Nomor
20 tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat 4 pada bukunya Sudjana
(2007 3) menyatakan bahwa lembaga pelathan merupakan satuan pendidikan non formal
disamping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim,
kelompok bermain, taman penitpan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat dan satuan
pendidikan sejenis.

Bab 3 Pelathan Magang


A. Pengertan Pemagangan
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemagangan
adalah bagian dari sistem pelathan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara
pelathan kerja di lembaga pelathan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses
produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau
keahlian tertentu. Menurut sudjana, magang adalah cara penyebaran informasi yang
dilakukan secara terorganisasi. Menurut rusidi, magang merupakan salah satu mata kuliah
yang harus diselesaikan setap mahasiswa sebagai cara mempersiapkan diri untuk menjadi
SDM yang siap kerja. Magang adalah proses belajar dari seorang ahli melalui kegiatan dunia
nyata. Selain itu magang adalah proses mempraktkkan pengetahuan dan keterampilan
untuk menyelesaikan problem nyata di sekitar1 . Dari pengertan para pakar diatas dapat
disimpulkan bahwa magang merupakan pelathan atau praktk untuk menguasai keahlian
tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur yang berpengalaman.

B. Manfaat Pemagangan
Magang merupakan syarat utama untuk melalui proses pendidikan. Magang merupakan
bagian dari pelathan kerja, biasanya magang dilakukan oleh mahasiswa tngkat akhir atau
siswa kelas 3 SMK sebagai salah satu syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan.
Sedangkan pelathan kerja biasanya diikut oleh pekerja yang sudah menandatangani kontrak
dengan perusahaan dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi kerja dan produktftas
sang karyawan. Kegiatan magang dapat memiliki kesempatam untuk mengaplikasikan
semua ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dan mempelajari detail tentang seluk
beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam
menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Kegiatan magang juga dapat menambah
wawasan mengenai dunia industri dan perkantoran juga meningkatkan keterampilan serta
keahlian praktk kerja. Pemagangan menjadi peran yang pentng karena di dalam
pemagangan terdapat tujuan yaitu mempromosikan formasi pembelajaran dan
keterampilan, serta memfasilitasi tenaga kerja dengan menjembatani antara dunia
pendidikan dan dunia kerja juga pemagangan dapat membantu perusahaan dalam
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan menyediakan pelathan keterampilan bagi kaum
muda untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi dunia kerja. Manfaat yang
didapatkan dalam pelaksanaan pemagangan juga tdak hanya dirasakan pihak perusahaan
yang dapat menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan standar industri dan kebutuhan
perusahaan, namun juga pihak dari pemagang itu sendiri mendapatkan kesempatan untuk
menerima pelathan, bukan hanya untuk mengasah keterampilan yang sesuai dengan
standar industri/perusahaan, namun juga untuk mendapatkan secara langsung pelathan
secara teknikal dan keterampilan kerja int yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Selain
menguasai keterampilan teknis, manfaat pemagangan juga membentuk keterampilan
nonteknis (sof-skill) peserta pemagangan. Dan menumbuhkan suasana kerja yang
mendorong terciptanya inovasi dari peserta magang atau pekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Berikut merupakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
program pemagangan di perusahaan 1. Pemahaman peraturan perundang-undangan
tentang pemaganganf 2. Kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja yang memenuhi
kualifkasif 3. Menyusun program pemaganganf 4. Kesepakatan antara perusahaan dengan
pemagang yang dituangkan dalam perjanjian pemaganganf 5. Berkoordinasi dengan pihak
pemerintah yang membidangi ketenagakerjaanf 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan
dan informasi yang ada, diantaranya didapat dari forum pemagangan dan lainnya.
Pemagangan terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan, kelebihan magang antara
lain 1. Biaya murah, ditnjau dari segi pembiayaan, magang merupakan cara melath dengan
biaya yang sangat murah bahkan mungkin tanpa biaya. Peserta magang yang mengikut
progam pemagangan ini mau tdak dibayar atau dibayar sangat rendah karena tujuan
utamanya untuk belajarf 2. Memerlukan manajemen sederhana, dari segi pengelolaan,
magang menggunakan manajemen sederhana sehingga sangat membantu dan tdak
merepotkan pengelolaf 3. Lebih matang, para peserta melalui pengalaman magang ini akan
lebih matang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka langsung
menghadapi pekerjaan yang ditangani sehingga lebih dapat menghayat dan menekuni
pekerjaan tersebutf 4. Loyalitas, bila perusahaan pada akhirnya ingin menggunakan peserta
sebagai karyawan tetap perusahaan, para peserta akan memiliki loyalitas yang tnggi karena
sudah banyak mengenal lebih banyak perusahaan tempat mereka magang tersebutf
Kelemahan magang sebagai berikut 1. Terlalu lambat, untuk menjadi ahli melalui proses
magang memerlukan waktu cukup lama apalagi bila peserta magang ingin segera
memperoleh pekerjaan yang diinginkan dengan segeraf 2. Stats dan pengaruh lingkungan,
tuntutan zaman yang lebh cepat menuntut para peserta magang untuk mengikut
perkembangan zaman. Bila dalam mengikut kegiatan magang aspek lingkungan kurang
kondusif, sikap pemagang akan memperoleh pengalaman belajar dan bekerja yang kurang
baik.

Bab 4 Model pelathan kerja

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengembangan sumber daya manusia menurut


Wilson (1999 3) adalah gelar yang merepresentasikan tahap evolusi terbaru dalam tradisi
panjang pelathan, mendidik dan mengembangkan orang – orang untuk tujuan memberikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Pengembangan
sumber daya manusia menurut Werner dan DeSimone (2012 4) adalah satu set kegiatan
sistemats dan terencana yang dirancang oleh suatu organisasi untuk memberikan
anggotanya dengan kesempatan untuk belajar keterampilan yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan pekerjaan saat ini dan masa depan. Menurut Gibb (2006 2)
pengembangan sumber daya manusia sebagai suatu proses adalah lebih dari penyedia
kursus pelathan di tempat kerja. Menurut Jon Pengembangan sumber daya manusia
melibatkan serangkaian proses mulai dari pengamatan, perencanaan, aksi dan meninjau
untuk mengelola kapasitas kognitf, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk
mengaktfkan dan meningkatkan individu, tm dan kinerja organisasi dalam bekerja. Menurut
Swanson dan Holton (2001 4) pengembangan sumber daya manusia juga merupakan proses
untuk mengembangkan dan memperlancar keahlian manusia melalui pengembangan
organisasi dan pelathan personil dan pengembangan untuk tujuan memperbaiki kinerja.
Pengembangan sumber daya manusia menurut Luthans (2011 464) keterampilan
pengembangan sumber daya manusia merupakan keterampilan yang harus dimiliki setap
pemimpin karena pemimpin mempunyai fungsi yaitu mengembankan sumber daya manusia
yang ada dalam organisasainya. Keterampilan yang dimiliki yaitu keterampilan
mengembangkan iklim belajar, merancang dan melaksanakan program pelathan, transmisi
informasi dan pengalaman, menilai hasil, memberikan konseling karir, menciptakan
perubahan organisasi dan mengadaptasi bahan pembelajaran. Dari defnisi konsep di atas
dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia atau Human Resource
Development (HRD) merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia atau Human
Resource Management (HRM). HRD lebih berfokus pada penyelenggaraan pelathan yang
akan menghasilkan perubahan perilaku pada setap individu yang ada dalam lingkup
organisasi. Dari defnisi konsep dapat disintesiskan bahwa pengembangan sumber daya
manusia adalah satu set kegiatan sistemats dan terencana yang dirancang oleh suatu
organisasi dalam waktu tertentu yang bertujuan untuk mengubah perilaku, memberikan
anggotanya dengan kesempatan untuk belajar keterampilan yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan pekerjaan saat ini dan masa depan, mengembangkan orang – orang
untuk tujuan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan individu, organisasi dan
masyarakat dalam bentuk pelathan dan pengembangan. Learning Organizaton Belajar
adalah perubahan yang relatf permanen dalam perilaku (atau kecenderungan perilaku) yang
terjadi sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan. Pembelajaran terjadi
ketka pelajar berperilaku berbeda. Senge, seorang professor dari Massachusets Insttute of
Technology mempopulerkan istlah learning organizaton dibukunya yang berjudul The Fifh
Discipline The Art and Practce of The Learning Organizaton. Senge (1992 14) mendefnisikan
bahwa learning organizaton adalah sebuah organisasi yang terus berkembang kapasitasnya
untuk menciptakan masa depan. Senge menambahkan bahwa organisasi semacam itu tdak
cukup hanya untuk bertahan hidup “survival learning” atau yang sering disebut “adaptve
learning”. 1237 “adaptve learning” memang perlu dan pentng tapi untuk organisasi belajar
“adaptve learning” harus bergabung dengan “generatve learning” yaitu belajar
meningkatkan kapasitas untuk menciptakan sesuatu.
Defnisi tersebut diperluas dengan mendeskripsikan bahwa learning organizaton sepert
“sekelompok orang yang bekerja sama untuk bersama meningkatkan kapasitas mereka
untuk menghasilkan sesuatu yang mereka pedulikan”.Interpretasi prakts dari ide di atas
menghasilkan defnisi dari learning organizaton. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001 676677)
Learning organizaton adalah One that proactvely creates, acquires, and transfers knowledge
and that changes its Behavior on the basis of new knowledge and insight. Menurut Dogson
dalam Understanding and Managing Organizatonal Behavior 6th Editon (2012 458)
menuturkan bahwa learning organizaton adalah organisasi yang sengaja mengambil langkah
untuk meningkatkan dan memaksimalkan potensi pembelajaran organisasi eksploratf dan
eksploitatf berlangsung. Wick dan Leon juga berpendapat learning organizaton merupakan
sebuah organisasi yang terus meningkat dengan cepat membuat dan menyempurnakan
kemampuan yang diperlukan untuk sukses di masa depan. Dogson, Cartwright dalam
Management Supervision in Law Enforcement (2012 245) lebih memfokuskan dimana orang
– orang berbakat disediakan dengan peluang pertumbuhan yang membuat mereka belajar
dan yang dapat membantu perekrutan serta retensi. Dari deskripsi konsep di atas dapat
disintesiskan bahwa learning organizaton merupakan sekelompok orang yang tergabung
dalam organisasi yang bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang mereka pedulikan
dan menyempurnakan kemampuan untuk sukses di masa mendatang. Dengan
memperhatkan 3 komponen learning organizaton yaitu ide baru yang merupakan prasyarat
untuk belajar, pengetahuan baru harus ditransfer diseluruh organisasi dan perilaku harus
berubah sebagai hasil dari pengetahuan baru. Pelathan Menurut Greenberg (2010 116)
pelathan adalah suatu proses dimana orang – orang secara sistemats memperoleh dan
meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja
mereka. Menurut Decenzo dan Robbins (2012 215) pelathan lebih berorientasi masa kini,
fokusnya adalah pada pekerjaan individu saat ini, keterampilan dan kemampuan khusus
untuk segera melakukan pekerjaan mereka.Menurut Dessler (2011 292) pelathan berart
memberikan karyawan baru maupun karyawan lama keterampilan yang mereka butuhkan
untuk melakukan pekerjaan mereka. Menurut Williams (2005 488) pelathan berart
memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan keterampilan pekerjaan
tertentu, pengalaman dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan
mereka atau meningkatkan kinerja mereka. Dessler juga mengungkapkan hal yang senada
yaitu Selain meningkatkan keterampilan karyawan pelathan juga bertujuan untuk
mengubah perilaku karyawan sehingga mengarah pada tujuan organisasi. Longnecker dan
LFink dalam buku Ivancevich dan Konopaske (2013 395) menjelaskan bahwa pelathan
adalah proses sistemats mengubah perilaku karyawan dalam arah mencapai tujuan
organisasi. Pelathan terkait untuk menyajikan keterampilan kerja dan kemampuan. Pelathan
memiliki orientasi saat ini dan membantu karyawan menguasai keterampilan dan
kemampuan tertentu yang dibutuhkan untuk menjadi sukses. Pelathan dan pengembangan
menurut Wexley dan Latham dalam buku Human Resource 1238 Management for Public
and Nonproft Organizaton (2009 310) pelathan didefnisikan sebagai upaya terencana oleh
sebuah organisasi untuk memfasilitasi pembelajaran perilaku yang berhubungan dengan
pekerjaan terkait yang menjadi bagian dari karyawan. Dari defnisi di atas telah didefnisikan
sebagai upaya terencana oleh sebuah organisasi untuk memfasilitasi pembelajaran perilaku
yang berhubungan dengan pekerjaan terkait yang menjadi bagian dari karyawan.

Bab 5 Pelathan dan Kewirusahaan


1) Defnisi wirausaha
Menurut psikologis, wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari
dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka mengadakan eksperimen untuk menampilkan
kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang lain (Mardiyatmo, 2002 5). Sedangkan menurut
Soesarsono Wijandi (2000 24) menyatakan wirausaha adalah suatu kepribadian unggul yang
mencerminkan budi yang luhur dah suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar
kemampuan sendiri dapat melahirkan suatu karya untuk kemajuan kemanusiaan yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik
dari pedagang, pengusaha, karyawan swasta maupun pemerintahan. Siapa saja yang
melakukan upaya-upaya kreatf dan inovasi dengan mengembangkan ide dan meramu
sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup,maka itulah yang disebut
sebagai wirausaha (Soeparman Soemahamidjaja dalam Rusdiana, 2014). Berdasarkan
pengertan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa wirausaha adalah orang yang
melakukan pekerjaan secara mandiri, tdak suka bergantung pada orang lain, berorientasi
terhadap masa depan dan dengan kemampuannya dalam berfkir kreatf dan inovatf sehingga
dapat menghasilkan suatu produk baru yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

2) Karakteristk wirausaha
Menurut Mardiyatmo (2005 14) karakteristk yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
berwatak luhur, kerja keras, disiplin, mandiri, realists, prestatf, komitmen tnggi, berpikir
positf, bertanggung jawab, dapat mengendalikan emosi, tdak ingkar janji (menepat janji dan
waktu), belajar dari pengalaman, memperhitungkan resiko, merasakan kebutuhan orang
lain, mencari jalan keluar bagi setap permasalahan, dan merencanakan sesuatu sebelum
bertndak. Sedangkan menurut Geofrey Meredith (2000 23) menyebutkan seorang dengan
ciri-ciri entrepreneur adalah percaya diri, berorientasi pada masa depan, berani mengambil
resiko, berjiwa kepemimpinan, berorientasi pada keaslian produk dan berorientasi pada
masa depan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa karakteristk
wirausaha yang paling dominan dalam diri wirausaha yaitu 1) percaya dirif 2) jujur dan
tekunf 3) kepemimpinanf 4) keorisinilanf 5) nerani mengambil resikof 6) berorientasi pada
tugas dan hasilf 7) berorientasi pada masa depan.

Buku Pembanding :
BAB Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Coaching

A. Musim Persiapan

Lathan lathan dalam musim persiapan ini yaitu musim jauh sebelum
pertandingan dimulai sekitar 10 bulan sebelum pertandingan utama
diselenggarakan, pada saat itu biasanya atlet belum berada dalam kondisi fsik
yang baik. Oleh karena belumm memiliki kondisi fsik yang baik maka dengan
sendirinya mereka belum bisa dilath secara intensif dan untuk waktu yang
lama. Oleh karena itu dalam musim lathan inin para atlet terutama harus
dipersiapkan fsiknya untuk menghadapi lathan lathan yang lebih berat dalm
musim musim lathan berikutnya
Tekanan lathan dalam musim ini harus diberikan pada lathan untuk
membentuk kekuatan, daya tahan, dan kelentukan tubuh. Oleh karena itu
banyak perhatan harus dikonsentrasikan pada lathan lathan tahanan,lathan
lathan lari sepert fartlek, cross country dan lathan lathan senam kelentukan

B. Musim Peningkatan Prestasi

Setelah musim pendahuluan , yaitu yang memakan waktu sekitar 8-10


minggu maka atlet kemudian memasuki musim lathan yang penekanannya
adalah pada lathan tekhnik dan kemudian pada lathan taktk. Dalam musim ini
terutama pada minggu minggu pertama atau bulan pertama banyak waktu
yang harus disediakan untuk memahirkan tekhnik tekhnik serta
penyempurnaan ferak dari cabang olahraga yang dilakukan atlet
Dalam musim ini kondisi fsik yang telah dimiliki melalui lathan lathan berat
pada musim pendahuluan perlu dipertahankan agar tdak makin lama makin
menurun. Pada tahap awal musim ini kita juga harus sudah mulai dengan
lathan taktk taktk permainan meskipun taktk pertahanan dan penyerangan
dilath masih yang sederhana. Setelah keterampilan dalam taktk taktk dasar
berkembang dengan baik,maka lathan lathan kemudian ditekankan pada
penyempurnaan dari taktk tersebut serta perkembangan keterampilan individu
dan tm menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna. Test trials dan
pertandingan pertandingan kecil kecilan serta pertandingan persahabat juga
sudah bisa dilakukan dalam musim ini,asal dilakukan pada akhir musim setelah
atlet mempunyai keterampilan yang cukup.Musim lathan ini berlangsung
antara 8-10 minggu dengan ancer ancer bobot lathannya sebaagai berikut
- Lathan tekhnik 50a
- Lathan taktk 25a
- Lathan fsik 15a
- Test trials 10a

C. Musim Pematangan Juara

Dalam musim lathan ini atlet diharapkan sudah berada dalm kondisi fsik
yang baik. Demikian pula dalam keterampilan tekhnisnya. Oleh karena dalam
musim lathan yang lalu keterampilan taktsnya belim memperoleh porsi lathan
yang optmal, maka dalam musim ini penekanan lathan adalah aspek taktk baik
taktk individual maupun tm.Ancer ancer bobot lathan dalam musim ini dapat
direncanakan sebagai berikut.
- Lathan taktk 65a
- Lathan fsik 10a
- Testrials 25a
Musim ini merupakan musim yang terberat bagi atlet karena lathan lathan
dan try out yang sering berlangsung selama bebrapa hari berturut turut akan
menggerogot fsik maupun mental para atlet

D. Musim Seusai Pertandingan

Post season adalah masa lathan setelah pertandingan pertandingan


berakhir. Berakhirnya pertandingan pertandingan bukan dengan sendirinya
berart berakhirnya pula lathan lathan. Setelah para atlet diberi istrahat satu
atau dua minggu atlet mulai lagi berlath meskipun tentunya lathan lathannya
tdak eberat atau seintensif lathan lathan dalam menghadapi pertandingan
Musim ini adalah musim yang baik pula untuk melakukan kegiatan dalam cabor
yang lain. Dengan demikian maka kemungkinan rasa jenuh akan cabang
olahraganya sendiri akan dapat dibantu untuk diatasi
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku
Buku Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Coaching
Drs,Harsono,M.ScKons inisangatlahagus,baik dari segi cover buku,layout dan
ketatabahasaan yang sudah mengikut selera pembaca,jikaditnjau dari segi
materi juga sudah sangat bagus karena pada setap bab nya penulis
sudahmemaparkan maksud dan tujuan dari membaca setap point dari setap
babnya dan pada setap akhir bab penulis juga memberikan rangkuman dari
keseleruhan babnya sehingga pembaca langsung dapatmengingat kembali
materi yang sudah kurang dikuasainya mengenai perkembangan peserta
didiktersebut. tetapi buku ini tdak dilengkapi dengan cara dan praktek dari
setap bab agar tujuan danmaksud dari mempelajari bab itu dapat
terealisasi,buku ini juga tdak dilengkapi contoh soal,sebagailathan agar
pembaca dapat menguji pemahamannya setelah membaca materi dari
setapbabnyabuku. Buku utama yaitu buku Model Pendidikan dan pelathan
ciptaan Prof. Dr,H. Mustofa Kamil ini sangatlah bagus dari segi
cover,penulisan,dan pembahasannya sangat bagus tetapi buku ini memiliki
kekurangan yaitu buku ini kurang menjelaskna tentang profesi kepelathan
buku ini lebih mengarah kepada pendidikan dibandingkan kepelathan

Anda mungkin juga menyukai