OLEH
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya
serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan tugas
“CRITICAL BOOK REPORT”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Saya yaitu “FILSAFAT DAN PROFESI KEPELATIHAN”
Tugas critical book report ini disusun dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khusunya dalam
hal perkembangan psikologi peserta didik.Saya menyadari bahwa
tugas critical book report ini masih jauh dari kesempurnaan,apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangandan kesalahan, saya
mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman
saya masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan pemahaman saya
yang belum seberapa.Karena itu saya sangat menantikan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini.Saya berharap semoga tugas critical book
report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Saya
khususnya,Atas perhatiannya Saya mengucapkan terimakasih
Medan,7 Mei
2022
Dion Pratama
Manihuruk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2Tujuan.............................................................................................................. 2
1.3Manfaat....................................................................................................... 2
1.4 Identitas Buku................................................................................................2
ada
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju. Indonesia
merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan dalam percaturan dunia
olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa ini, dalam
upaya meningkatkan dan mempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka
upaya tersebut tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut
berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.Pelatih merupakan ujung
tombak dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai
prestasi dengan baik, maka pelatih harus menguasai teori dan metodologi latihan atau
prinsip-prinsip melatih, bekal dasar ilmu melatih tersebut merupakan landasan yang
berpedoman pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan
keterampilan, teknik, taktik dan strategi.Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah
mencapai yang mengagumkan. Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung
penelitian yang ditujukan untuk meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baru
yang diterbitkan untuk menampung jumlah penelitian yang makin banyak yang dihasilkan
oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di tahun akhir-akhir ini, praktik para pelatih
telah menampakkan keadaan pengetahuan ilmu kepelatihan.Pada waktu terdahulu untuk
menjadi calon pelatih hanyalah hasrat untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan
dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip
ilmu yang bias menerapkan dan menunjukkan penampilan olahragawan. Pada tahun
terakhir metode telah di tetapkan pada penelitian olahraga secara meyakinkan. Ribuan
ilmuwan yang bekerja di bidang ini dan di Laboratorium di seluruh dunia telah mengadakan
penelitian dengan maksud untuk memperjelas pengetahuan kita tentang olahragawan dan
factor-faktor yang menentukan tingkat penampilan mereka.Kebanyakan pelatih yang mapan
berpendapat bahwa pelatih yang berhasil itu adalah sebagian seni dan sebagaian lainnya
ilmu. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelatihan menuntut kreativitas dan interpretasi
mengenai cabang perorangan maupun situasinya.Kegiatan-kegiatan dalam dasar ilmu
kepelatihan merupakan suatu aspek kegiatan dasar manusia bergerak sebagai objek
formalnya. Oleh karena untuk mempelajarinya diperlukan ilmu-ilmu penunjang yang ada
hubungannya dengan kegiatan kepelatihan seperti : ilmu faal (fisiologi), ilmu urai (anatomi),
ilmu jiwa (psikologi), ilmu gizi, ilmu pendidikan, sejarah biomekanik, ilmu social, statistic,
cidera olahraga, tes dan pengukuran olahraga, belajar motorik.Dengan mempelajari
ilmuilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi seorang pelatih membahas dan
memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan. Permasalahan yang timbul dalam
dunia kepelatihan kompleksitasnya sangat tinggi, sebagai contoh apabila sang atlet
mempunyai kondisi fisiknya lemah antisipasi seorang pelatih harus meningkatkan kondisi
fisik tersebut, dilain sisi akan tertundanya proses latihan teknik, mental dan keterampilan,
hal semacam ini dilakukan bersama-sama atau bagian demi bagian dalam proses, disinilah
bahwa pelatih juga dapat dikatakan sebagai seniman, yaitu antara memadukan seni latihan
fisik dan seni latihan keterampilan. Dan pada akhir semua komponen latihan ini menjadi
satu kesatuan pola cara melatih keseluruhan dan menghasilkan prestasi yang optimal.
TUJUAN
2.Meningkatkan motivasi pembaca dalam mengenal lebih jauh apakah kepelatihan itu.
3.Menguatkan pemahaman pembaca mengenai betapa pentingnya mempelajari dasar dasar
kepelatihan
1.3 Manfaat
A.Bagi Penulis
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat dan profesi kepelatihan
3. Menumbuhkan pola pikir kreatif dalam membandingkan buku yang satu Dengan Yang
Lain.
1.4Identitas Buku
Buku Utama
• Judul : Model Pendidikan dan Pelatihan
• Penyusun:Prof. Dr. H.Mustofa Kamil
•Bab:5
•Hal:178
• Tahun : 2010
• ISBN : 978-602-8800-20-4
Buku Pembanding
• Judul : Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Coaching
• Penyusun:Drs. Harsono, M.Sc
•Bab:6
•Hal:233-241
3. Prinsip-prinsip Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari proses pembelajaran dan merupakan kegiatan
meningkatkan keterampilan seseorang didalam mengerjakan sesuatu. Sebuah pelatihan
dapat berjalan secara efektif dan optimal bila prinsip-prinsip pelatihan dikembangkan sesuai
dengan pelatihan yang berkaitan sesuai dengan tujuan pelatihan yang diharapkan. William
B. Werther dalam Skripsi Yusuf Husaeni (2013, hlm.31), menyatakan bahwa prinsip-prinsip
pelatihan adalah sebagai berikut :
a.Prinsip Partisipasi Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila
peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati
terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih
cepat dan memahaminya lebih lama. b. Prinsip Repetisi Repetisi akan memperkuat suatu
pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari
ideide akan dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan. c. Prinsip Relevansi Belajar
akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi
dengan kebutuhan seseorang. d. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan
Semakin dekat kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan
pekerjaan, maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan
tersebut. Dengan kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena
penerapan teori dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artinya
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah
dialihkan dalam situasi sebenernya. e. Prinsip Umpan Balik Melalui sistem umpan balik,
peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan. Artinya, dengan
umpan balik peserta termotivasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya,
baik kemampuan, keterampilan, maupun kepribadian dan termotivasi untuk menyesuaikan
tingkah laku mereka untuk secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya
4. Manajemen Pelatihan
Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna fungsional
pelatihan terhadap individu, organisasi, maupun masyarakat. Pelatihan memang perlu
diorganisasikan, oleh karena itu, manajemen dalam pelatihan sangat dibutuhkan sebagai
upaya yang sistematis dan terencana dalam mengoptimalkan seluruh komponen pelatihan,
guna mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efesien. Komponen manajemen itu
sendiri terdiri dari kurikulum, sumber daya manusia, sarana/prasarana, dan biaya.
Manajemen diklat yang sistematis dan terencana meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan (kontrol), dan evaluasi, terutama menyangkut tentang organisasi, program,
sumber daya, dan pembiayaan.
2. Tujuan Pelatihan
Dalam Marzuki (2010 : 175) Pendidikan Nonformal Dimensi dalam keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi. Pelatihan dapat diartikan sebagai berikut : Pelatihan jenis apapun
sebenarnya tertuju pada dua sasaran, yaitu partisipasi dan organisasi. Dengan pelatihan,
diharapkan terjadi tingkah laku pada partisipan pelatihan yang sebenarnya meupakan
anggota suatu organisasi dan, yang kedua, perbaikan organisasi itu sendiri, yakni agara
menjadi lenih efektif. Apabila pelatihan tertuju pada karyawan perusahaan atau pabrik,
tujuan pelatihan adalah agar individu karyawan tersebut menjadi lebih baik pula, misalnya
lebih produktif. Pada latihan kader organisasi, misalnya, pelatihan bertujuan memperbaiki
kecakapan kader dan selanjutnya diharapkan organisasinya lebih efektif dalam
melaksanakan program-program dan mencapai tujuannya.
3. Prinsip-prinsip Pelatihan
Menurut Dale yoder (1962) dalam skripsi Nugraha (2013: 13) dalam tulisannya dalam
tulisannya menyebutkan sembilan asas yang berlaku umum dalam kegiatan pelatihan,
diantaranya (1) Individual differences; (2) Relation to job analysis; (3) motivation; (4) active
participation; (5) selection of trainess; (6) selection of trainers; (7) trainer’s of training; (8)
training method’s dan (9) principles of learning. Maka sependapat dengan Dale, Kamil
(2012: 12-13) mengemukakan bahwa untuk mengenal lebih jauh tentang pelatihan,
prinsipprinsip pelatihan memiliki fungsi agar proses pelatihan berhasil. Karena pelatihan
merupakan bagian dari proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip pelatihanpun
dikembangkan dari prinsip-prinsip pembelajaran
4. Pelatihan Dalam Pendidikan Luar Sekolah
Pelatihan merupakan salah satu bagian dari pendidikan non formal. Dalam skripsi Nugraha
(2013: 21) menurut Adikusumo (1986: 57) dalam bukunya Pendidikan Kemasyarakatan
mengemukakan bahwa : Pendidikan luar sekolah sebagai adalah setiap kesempatan dimana
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dimana seseorang
memperoleh informasi-informasi pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan
usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat kerterampilan,
sikapsikap peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat
dan negaranya. Pengertian dari keterangan diatas sesuai dengan Undang-undang R.I Nomor
20 tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat 4 pada bukunya Sudjana
(2007: 3) menyatakan bahwa lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal
disamping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim,
kelompok bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat dan satuan
pendidikan sejenis.
B. Manfaat Pemagangan
Magang merupakan syarat utama untuk melalui proses pendidikan. Magang merupakan
bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir atau
siswa kelas 3 SMK sebagai salah satu syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan.
Sedangkan pelatihan kerja biasanya diikuti oleh pekerja yang sudah menandatangani
kontrak dengan perusahaan dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi kerja dan
produktifitas sang karyawan. Kegiatan magang dapat memiliki kesempatam untuk
mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dan mempelajari detail
tentang seluk beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal
dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Kegiatan magang juga dapat menambah
wawasan mengenai dunia industri dan perkantoran juga meningkatkan keterampilan serta
keahlian praktik kerja. Pemagangan menjadi peran yang penting karena di dalam
pemagangan terdapat tujuan yaitu mempromosikan formasi pembelajaran dan
keterampilan, serta memfasilitasi tenaga kerja dengan menjembatani antara dunia
pendidikan dan dunia kerja juga pemagangan dapat membantu perusahaan dalam
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan menyediakan pelatihan keterampilan bagi kaum
muda untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi dunia kerja. Manfaat yang
didapatkan dalam pelaksanaan pemagangan juga tidak hanya dirasakan pihak perusahaan
yang dapat menghasilkan tenaga kerja sesuai dengan standar industri dan kebutuhan
perusahaan, namun juga pihak dari pemagang itu sendiri mendapatkan kesempatan untuk
menerima pelatihan, bukan hanya untuk mengasah keterampilan yang sesuai dengan
standar industri/perusahaan, namun juga untuk mendapatkan secara langsung pelatihan
secara teknikal dan keterampilan kerja inti yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Selain
menguasai keterampilan teknis, manfaat pemagangan juga membentuk keterampilan
nonteknis (soft-skill) peserta pemagangan. Dan menumbuhkan suasana kerja yang
mendorong terciptanya inovasi dari peserta magang atau pekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Berikut merupakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
program pemagangan di perusahaan : 1. Pemahaman peraturan perundang-undangan
tentang pemagangan; 2. Kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja yang memenuhi
kualifikasi; 3. Menyusun program pemagangan; 4. Kesepakatan antara perusahaan dengan
pemagang yang dituangkan dalam perjanjian pemagangan; 5. Berkoordinasi dengan pihak
pemerintah yang membidangi ketenagakerjaan; 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan
dan informasi yang ada, diantaranya didapat dari forum pemagangan dan lainnya.
Pemagangan terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan, kelebihan magang antara
lain : 1. Biaya murah, ditinjau dari segi pembiayaan, magang merupakan cara melatih
dengan biaya yang sangat murah bahkan mungkin tanpa biaya. Peserta magang yang
mengikuti progam pemagangan ini mau tidak dibayar atau dibayar sangat rendah karena
tujuan utamanya untuk belajar; 2. Memerlukan manajemen sederhana, dari segi
pengelolaan, magang menggunakan manajemen sederhana sehingga sangat membantu dan
tidak merepotkan pengelola; 3. Lebih matang, para peserta melalui pengalaman magang ini
akan lebih matang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka langsung
menghadapi pekerjaan yang ditangani sehingga lebih dapat menghayati dan menekuni
pekerjaan tersebut; 4. Loyalitas, bila perusahaan pada akhirnya ingin menggunakan peserta
sebagai karyawan tetap perusahaan, para peserta akan memiliki loyalitas yang tinggi karena
sudah banyak mengenal lebih banyak perusahaan tempat mereka magang tersebut;
Kelemahan magang sebagai berikut : 1. Terlalu lambat, untuk menjadi ahli melalui proses
magang memerlukan waktu cukup lama apalagi bila peserta magang ingin segera
memperoleh pekerjaan yang diinginkan dengan segera; 2. Statis dan pengaruh lingkungan,
tuntutan zaman yang lebh cepat menuntut para peserta magang untuk mengikuti
perkembangan zaman. Bila dalam mengikuti kegiatan magang aspek lingkungan kurang
kondusif, sikap pemagang akan memperoleh pengalaman belajar dan bekerja yang kurang
baik.
2) Karakteristik wirausaha
Menurut Mardiyatmo (2005:14) karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
berwatak luhur, kerja keras, disiplin, mandiri, realistis, prestatif, komitmen tinggi, berpikir
positif, bertanggung jawab, dapat mengendalikan emosi, tidak ingkar janji (menepati janji
dan waktu), belajar dari pengalaman, memperhitungkan resiko, merasakan kebutuhan
orang lain, mencari jalan keluar bagi setiap permasalahan, dan merencanakan sesuatu
sebelum bertindak. Sedangkan menurut Geofrey Meredith (2000:23) menyebutkan seorang
dengan ciri-ciri entrepreneur adalah percaya diri, berorientasi pada masa depan, berani
mengambil resiko, berjiwa kepemimpinan, berorientasi pada keaslian produk dan
berorientasi pada masa depan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
beberapa karakteristik wirausaha yang paling dominan dalam diri wirausaha yaitu 1)
percaya diri; 2) jujur dan tekun; 3) kepemimpinan; 4) keorisinilan; 5) nerani mengambil
resiko; 6) berorientasi pada tugas dan hasil; 7) berorientasi pada masa depan.
Buku Pembanding :
BAB : Coaching dan Aspek Aspek Psikologis dalam Coaching
A. Musim Persiapan
Latihan latihan dalam musim persiapan ini yaitu musim jauh sebelum
pertandingan dimulai sekitar 10 bulan sebelum pertandingan utama
diselenggarakan, pada saat itu biasanya atlet belum berada dalam kondisi fisik
yang baik. Oleh karena belumm memiliki kondisi fisik yang baik maka dengan
sendirinya mereka belum bisa dilatih secara intensif dan untuk waktu yang
lama. Oleh karena itu dalam musim latihan inin para atlet terutama harus
dipersiapkan fisiknya untuk menghadapi latihan latihan yang lebih berat dalm
musim musim latihan berikutnya
Tekanan latihan dalam musim ini harus diberikan pada latihan untuk
membentuk kekuatan, daya tahan, dan kelentukan tubuh. Oleh karena itu
banyak perhatian harus dikonsentrasikan pada latihan latihan tahanan,latihan
latihan lari seperti fartlek, cross country dan latihan latihan senam kelentukan