LANDASAN PSIKOLOGIS
Disusun Oleh :
KELAS B
KELOMPOK 3
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan
dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Rumusan meteri ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlacarkan pembuatan Makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadri sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasa.oleh karna itu dengan senang hati kami
menerima kritik dan saran.
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 12
A. Latar Belakang
Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum banyak hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya landasan dalam pengembangannya. Landasan
pengembangan kurikulum diantaranya, landasan fisiologis, landasan psikologis,
landasan sosial dan budaya, maupun landasan filosofis pengembangan kurikulum.
Dari sekian landasan tadi, saya mencoba mengembangkan dan memaparkan landasan
psikologis dalam pengembangan suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
mempunyai hubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini
kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk
mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh
pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan
asumsi–asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum
?
2. Bagaimana konsep landasan psikologis dan unsur – unsur yang berpengaruh
dalam pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan
1. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses
pengembangan kurikulum adalah perkembangan peserta didik. Pentingnya pemahaman
terhadap peserta didik setidaknya didasarkan pada dua alasan. Pertama, setiap anak didik
memiliki tahapan dan perkembangan tertentu. Kedua, anak didik yang sedang
berkembang merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan
kesuksesan hidup mereka. Ketiga, pemahaman akan perkembangan anak akan
memudahkan dalam melaksanakan tugas – tugas pendidikan.6
Perkembangan diartikan sebagai serangkaian proses dan perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat kematangan dan pengalaman Perkembangan tidak bisa
disamakan dengan pertumbuhan. Perkembangan cenderung kepada hal – hal yang
bersifat kepribadian seperti sikap, kematangan berpikir dan sebagainya. Sedangkan
pertumbuhan terkait pada fisik manusia. Seorang pakar psikologi, Robert J. Harvighust
(1961) membagi perkembangan manusia ke dalam enam tahapan. Di setiap tahapan
perkembangan, manusia memiliki permasalahan – permasalahan yang harus
4
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta : Teras, 2009), hlm. 30.
5
Mohammad Ansyar, Kurikulum ; Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan,
6
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 48.
diselesaikan. Dan upaya untuk mengatasi masalah – masalah tersebut disebutnya
sebagai development tasks. Berikut tahapan – tahapan perkembangan manusia menurut
Robert J. Harvighust (1961) :
b. Masa Remaja
Masa remaja berlangsung mulai usia 12 – 18 tahun. Pada umumnya, pada usia
ini anak mulai mengalami pubertas, yakni perubahan fisik dan perangai yang sudah
mulai terbentuk dan akan mencapai puncaknya pada usia dewasa.
Tugas – tugas perkembangan menurut Havighurst adalah (1) mencapai
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, (2) mencapai peran sosial
sebagai pria atau wanita, (3) menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif, (4) mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab, (5)
mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa, (6)
mempersiapkan karier ekonomi, (7) mempersiapkan perkawinan dan membentuk
keluarga, (8) memperoleh peringkat nilai dan sistem etika sebagai dasar perilaku dalam
mengembangkan ideology.10
c. Masa Dewasa
Masa dewasa berlangsung mulai umur 18 tahun sampai 40 tahun. Beberapa
tugas perkembangan pada masa dewasa, yakni (1) mulai bekerja, (2) memilih pasangan
untuk berumah tangga, (3) belajar hidup bersama tunangan, (4) mulai membina
keluarga, (5) mengasuh anak, (6) mengelola rumah tangga, (7) mengambil tanggung
jawab sebagai warga negara, dan (8) mencari kelompok yang menyenangkan. d. Masa
Tua Pada tahap ini, Havighurst membagi perkembangan ke dalam dua fase, yakni fase
usia pertengahan (40 – 60 tahun), dan fase lanjut usia (60 tahun ke atas). Menurutnya,
pada setiap fase manusia masih memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu
perkembangan dalam hidup. Berikut penjelasannya :
7
Ibid, hlm. 28.
Membantu anak – anak dan remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab.
Mengembangkan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang.
Menghubungkan diri dengan pasangan hidup sebagai individu.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan fisiologi yang
berlangsung
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.
Satu orang dengan yang lain pasti memiliki karakter yang berbeda – beda,
ada yang belajar menggunakan metode audio, visual maupun audiovisual. Oleh
karena itu, pembentukan dan pengembangan kurikulum juga harus
memperhatikan faktor – faktor yang berkaitan dengan metode belajar peserta
didik. Maka, untuk memetakan kondisi – kondisi belajar peserta didik, terdapat
beberapa teori belajar yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan kondisi
belajar peserta didik, sebagai berikut :
a. Teori Behaviorisme
8
Mohammad Ansyar, Kurikulum ; Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan, (Jakarta : Kencana, 2015), hlm.
206.
Untuk melengkapi eksperimen dari Pavlov, Skinner mencoba
dengan cara yang sama, tetapi berbeda penggunaan media eksperimennya.
Kali ini ia mencoba meneliti perlakuan binatang yang dimasukkan ke
dalam box, kemudian dirancang untuk mendapatkan makanan dengan
diberikan reinforcement yang berbeda. Penelitian ini kemudian
melahirkan sebuah kesimpulan bahwa manusia lebih mudah untuk belajar
apabila mendapatkan reinforcement yang bersifat positif, bukan negatif.
b. Teori Gestalt
Tokoh dari teori ini adalah Max Wertheimer, Kurt Lewin dan John
Dewey. Gestalts sendiri diartikan sebagai field theory, yakni sebuah teori
yang berpandangan bahwa keseluruhan lebih bermakna dari bagian –
bagian.9
9
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 58.
c. Teori Perkembangan
1) Sensorimotor (0 – 2 tahun)
2) Praoperasional (2 – 7 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara sistematis dan
meliputi proses – proses yang kompleks. Piaget menyebutnya
dengan istilah formal operations. Aktivitas berpikir tahap ini
mulai menyerupai cara berpikir orang dewasa, dan mulai
memahami hal – hal yang abstrak.
10
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 49.
11
Ibid, hlm. 50.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan materi yang telah dituliskan, dapat disimpulkan bahwa
landasan psikologis ialah sebuah landasan pengembangan kurikulum yang mengacu
pada aspek – aspek kepriadian peserta didik. Pada umumnya, landasan psikologis
memiliki peran untuk memetakan kondisi – kondisi dari peserta didik. Sehingga saat
pengembang kurikulum melakukan pengembangan, butir – butir dan arah tujuan dari
pengembangan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal sesuai dengan kondisi
peserta didik di lapangan.
Di dalam landasan psikologis sendiri, terdiri dari beberapa macam unsur ilmu
pengetahuan. Diantaranya adalah psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan memetakan kondisi peserta didik dari aspek perkembangan
fisik sesuai dengan fase – fase usia yang dialaminya. Sedangkan psikologi belajar
digunakan untuk memetakan metode – metode dan gaya belajar dari peserta didik,
serta untuk menginterpretasikan progress belajar dari peserta didik. Tentunya dengan
adanya landasan psikologis dalam perkembangan kurikulum, pengembang mampu
merumuskan dengan baik kurikulum yang sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. saran
ketika kita dihadapkan pada permasalahan pembelajaran, hendaknya kita
mampu menerapkan konsep – konsep yang ada di dalam landasan psikologis
pengembangan kurikulum. Menggunakan ilmu psikologi untuk memetakan kondisi
yang dialami oleh peserta didik, serta menjadikannya sebagai landasan untuk
merumuskan kurikulum dan program – program pembelajaran yang representatif dan
efisien dengan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Remaja Rosdakarya.
Ar Ruzz Media.