Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EVALUASI HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN


PSIKOMOTORIK BIDANG SAINS PADA PEMBELAJARAN
SINKRONISASI

DOSEN PENGAMPU
Drs. Syamsurizal, M. Si
Dr. Drs. Jodion Siburian, M.Si
Prof. Dr. Dra. Risnita, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. RATU SAMPURNA (P2A522001)


2. SRI ANIKA CAHAYU (P2A522021)
3. NADIRA (P2A522016)

MAGISTER PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pencipta segala alam
semesta beserta isinya, Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-
NYA, sehingga  kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya,
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan  kepada Nabi Agung Muhammad
SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya
islam.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Model
dan Evaluasi Pembelajaran Sains dengan judul “Evaluasi Hasil Belajar Ranah
Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Bidang Sains pada Pembelajaran Sinkronisasi”
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami
berharap para pembaca agar dapat memakluminya, Karena kesempurnaan itu hanya
milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi
para pembaca  dan para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

                                                                                   

Jambi, 05 November 2022

                                                                                            
         Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Konsep Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi..................................................3
2.2 Evaluasi Pembelajaran Sains..........................................................................4
2.3 Evaluasi Pembelajaran Sinkronisasi pada ranah Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorik............................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................23


3.1 Kesimpulan...................................................................................................23
3.2 Saran.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara sadar dan terencana
untuk pembinaan perkembangan sumber daya manusia. Sedangkan perkembangan
diartikan sebagai perubahan ke arah yang positif atau lebih baik. Dengan
melaksanakan pendidikan, manusia akan menjadikan dirinya lebih berkualitas.
Pendidikan telah memberikan banyak kontribusi terhadap perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Dengan pengetahuan dan perkembangan teknologi
manusia dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Oleh sebab itu pendidikan memiliki peran yang penting bagi
kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk tetap meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan mutu pendidikan selaras dengan perkembangan zaman.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki
kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai
anggota masyarakat dan warga Negara. Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di
Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA. Namun hal
tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu evaluasi
pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan
itanamkan di sekolah, bukan hanya pengetahuan kognitif saja. UAN tidak akan
dapat menjawab pertanyaan seberapa jauh perkembangan anak mengenal: seni, olah
raga, menyanyi, kepercayaan diri, keberanian mengemukakan pendapat dan
bersikap demokratis. Dengan kata lain UAN tidak mampu menyediakan informasi
yang cukup mengenai mutu pendidikan, atau tujuan yang diinginkan masih terlalu
jauh untuk dicapai dengan UAN. Selain itu ujian juga bertujuan untuk
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Ironis
kalau UAN dipakai sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan
pendidikan, karena pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif,
afektif dan psikomotor. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk
manusia yang berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, dan kreatif yang
semuanya itu tdak dapat dilihat hanya dengan UAN. Artinya UAN belum

1
memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Sebagai konsekuensinya guru
harus mengembangkan system evaluasi yang dapat menjawab semua kemampuan
yang dipelajari dan diperoleh selama mengikuti pendidikan. Selain itu pendidikan
harus mampu membedakan antara anak yang mengikuti pendidikan dengan anak
yang tidak mengikuti pendidikan. Dengan kata lain evaluasi tidak bisa dilakukan
hanya pada saat tertentu, tetapi harus dilakukan secara komprehensip atau
menyeluruh dengan beragam bentuk dan dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Menurut Sukardi (2010: 4), evaluasi memiliki beberapa jenis yaitu:
(1) evaluasi harus masuk dalam kisi- kisi yang telah ditentukan; (2) evaluasi
sebaiknya dilaksanakan secara komprehensip; (3) evaluasi diselenggarakan dalam
proses kontinu; dan (4) evaluasi harus mempertimbangkan nilai-nilai yang
berlaku. Sedangkan menurut Slameto (2001: 16), evaluasi harus mempunyai
minimal tujuh prinsip yaitu: (1) terpadu; (2) menganut cara belajar siswa aktif; (3)
kontinuitas; (4) koherensi dengan tujuan; (5) menyeluruh; (6) membedakan; dan (7)
pedagogis.
Sesuai dengan permasalahan evaluasi yang dikemukakan di atas, maka
penulis ingin mengungkapkan bagaimana pelaksanaan Evaluasi hasil belajar pada
ranah kognitif, afektif dan psikomotor bidang sains pada pembelejaran sinkronisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Konsep Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi?
2. Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Sains?
3. Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Sinkronisasi pada ranah Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorik?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Konsep Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
2. Untuk mengetahui Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Sains
3. Untuk mengetahui Bagaimana Evaluasi Pembelajaran Sinkronisasi pada ranah
Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi


Menurut Guilford (1983), pengukuran adalah proses penetapan angka
terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dapat menggunakan non-
tes maupun tes. Pengukuran pendidikan dapat berupa kuantitatif yaitu berupa angka
antara lain dapat dinyatakan antara 0 sampai 100. Pengukuran kualitatif biasanya
tidak dinyatakan dengan angka, melainkan dengan kualitas antara lain sangat baik,
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Pengujian merupakan bagian dari
pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Penilaian adalah istilah
umum yang mencakup semua metode yang digunakan untuk menilai kemampuan
peserta didik. Dengan kata lain, penilaian (assessment) adalah berarti mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk. Penilaian
merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian siswa
dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran tertentu dalam
tempo yang relatif tingkat.
Sedangkan evaluasi (evaluation) mencakup pengertian ketiga istilah tersebut
di atas, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas
sistem pembelajaran secara keseluruhan atau suatu proses penetapan nilai tentang
kinerja/hasil belajar siswa berdasarakan informasi yang diperoleh melalui penilaian.
Menilik dari pendapat para ahli tersebut, maka belajar mengajar adalah
sebuah kegiatan yang kompleks dan tidak mudah. Ada tahapan yang harus dilalui
secara berurutan, masing-masing tahapan memerlukan tenaga dan pemikiran yang
mendalam. Tahap pertama adalah perencanaan, pada tahap ini guru/pendidik
membuat skenario atau rancangan pembelajaran yang akan dilakukan dikelasnya.
Materi apa yang ingin diajarkan? Metode apa yang ingin digunakan? Aspek apa
saja yang ingin dimasukkan? Menentukan alokasi waktu, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut harus benar- benar diperhatikan oleh seorang guru, untuk matangnya
perencanaan proses pembelajaran. Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran,
di sini guru/pendidik harus mengaplikasikan skenario yang sudah dibuat dalam
perencanaan. Skenario harus dipraktekkan secara nyata dan berurutan, agar tujuan

3
pembelajaran tidak melenceng dari yang diharapkan semula. Skenario memang bisa
berubah karena situasi tertentu. Seorang guru memiliki hak untuk mengambil
langkah praktis, agar pembelajaran bisa terlaksana dengan baik, meskipun tidak
sesuai dengan rencana awal. Tahap ketiga adalah penilaian atau evaluasi, hal ini
dilakukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang sudah
terlaksana. Bila hasil evaluasinya memuaskan, maka bisa dikatakan pembelajaran
sudah sesuai dengan tujuan. Tetapi, bila hasil menunjukkan sebaliknya,
maka perlu diadakan kegiatan tahap selanjutnya yaitu pengayaan dan remediasi.
(Plenden et al., 2021)

2.2 Evaluasi Pembelajaran Sains


1. Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses
belajar (Pane, 2017). Pembelajaran merupakan proses pengaturan lingkungan
yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah positif dan lebih baik
sesuai potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Husamah, dkk,2018). Pada
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu proses ataupun usaha yang dilakukan oleh guru
untuk membantu siswa dalam proses belajar sehingga mempermudah siswa
mendapatkan pemahaman ataupun kemampuan baru dalam hidup. Melakukan
pembelajaran sebagai seorang guru harus memperhatikan komponen
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kesiapan
guru untuk dapat mengenal karakteristik masing-masing siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar serta
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Pemahaman siswa juga dapat
sebagai patokan tercapainya tujuan dalam suatu pembelajaran. Tercapainya
tujuan pembelajaran tersebut merupakan keberhasilan dalam suatu
pembelajaran.

4
Berdasarkan pernyataan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, pembelajaran dibagi menjadi 2 yaitu pembelajaran
sinkronus dan pembelajaran asinkronus. Pembelajaran sinkronisasi adalah
pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa belajar diwaktu yang sama
baik secara offline (tatap muka) maupun online (tatap maya) lewat zoom
meeting dengan waktu yang cukup lama. Sedangkan pembelajaran
asinkronisasi adalah pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa
diwaktu yang tidak bersamaan, siswa dapat menyelesaikanpembelajaran kapan
dan dimana mereka mereka berada(Sudarsana,dkk. 2020). Guru dapat
menggunakan teknologi asinkronus untukmemposting materi pembelajaran
pada web yang dapat dilihat olehpeserta didik kapan sajaDalam pembelajaran
asinkronus gurudapat memanfaatkan google classroom, google form, web.
2. Defenisi Evaluasi
Secara khusus, terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan
oleh para pakar, sebagai berikut:
a) Edwin Wandt dan Ferald W. Brown (1997) mengemukakan: istilah evaluasi
menunjukkan pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.
b) Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses
mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk
pertimbangan dan membuat keputusan.
c) Suharsimi Arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan
mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan suatu proram, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang
diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.Dapat disimpulkan
dari beberapa pengertian di atas bahwa evaluasi berarti menentukan sampai
seberapa jauh sesuatu itu berharga, bermutu atau bernilai.
3. Fungsi, Makna dan Tujuan Evaluasi
a) Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Scriven (1967), fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif
dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan

5
untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian kurikulum yang sedang
dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan
penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi
ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah
dianggap selesai.Bila dilihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah
sebagai berikut:
1) Secara psikologis, peserta didik selalu ingin mengetahui sejauh mana
kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dimana peserta didik merupakan manusia yang belum
dewasa, mereka mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar
dirinya, sehingga membutuhkan pendapat dari orang dewasa.
Sehingga dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi
belajarnya agar mereka merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk
itu, guru perlu melakukan evaluasi pembelajaran.
2) Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengatur apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun di masyarakat. Hal ini
penting, karena mampu-tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat
akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan
yang bersangkutan. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan
pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru
dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai
dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta
membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompok. Hal ini berhubungan dengan sikap dan tanggung jawab
semua pihak yang bersangkutan guna menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
5) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik
dalam menempuh program pendidikannya.
6) Evaluasi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi,
baik dalam rangka menetukan jenis pendidikan, jurusan, maupun
kenaikan kelas. Melalui evaluasi kita dapat mengetahui potensi

6
peserta didik sehingga kita pun dapat memberikan bimbingan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
7) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada orangtua, pejabat pemerintah
yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu
sendiri. Hasil dari evaluasi dapat memberikan gambaran secara
umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi
pendidikan.
b) Makna Evaluasi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikam, khususnya pembelajaran, evaluasi
memiliki makna yang dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai
berikut:
1. Makna bagi siswa
a) Dengan diadakannya evaluasi, maka dapat diketahui tingkat kesiapan
siswa, apakah ia sudah sanggup menduduki jenjang pendidikan
tertentu atau belum;
b) Dengan evaluasi ini pula siswa dapat mengetahui sejauh mana hasil
yang telah dicapainya dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan
oleh guru. Hasil yang diperolehnya ini bisa memuaskan atau tidak
memuaskan. Bila siswa memperoleh hasil yang memuaskan, ia akan
memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat agar bisa
mencapai hasil yang lebih baik lagi. Sebaliknya, bila hasilnya tidak
memuaskan, ia tentunya akan berusaha agar lain kali hal itu tidak
terulang lagi.
2. Makna bagi guru
a) Dengan hasil evaluasi yang diperoleh, guru dapat mengetahui siswa-
siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena
sudah berhasil menguasai bahan maupun siswa-siswa yang belum
berhasil menguasai bahan;
b) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah tepat
bagi siswa, sehingga ia tidak perlu mengadakan perubahan terhadap
pengajaran yang akan datang; dan

7
c) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat
atau belum, sehingga ia dapat mempersiapkan metode yang lebih
mapan untuk proses pengajaran selanjutnya.
3. Makna bagi sekolah
a) Hasil belajar evaluasi ini merupakan cermin dari kualitas suatu
sekolah, dengan mengetahui apakah kondisi belajar yang diciptakan
oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum;
b) Informasi yang diperoleh dari guru berdasarkan hasil evaluasi
mengenai tepat atau tidaknya kurikulum untuk sekolah ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah
untuk masa yang akan datang; dan
c) Informasi hasil evaluasi ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman
bagi sekolah mengenai aktifitas yang dilaksanakannya, apakah sudah
memenuhi standar atau belum.
c) Tujuan Evalusi Pembelajaran
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus
diperhatikan adalah tujuan evaluasi. Penetuan tujuan evaluasi sangat
bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Tujuan evaluasi ada yang
bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Ada dua cara yang dapat
ditempuh guru untuk merumuskan tujuan evaluasi yang bersifat khusus.
Pertama, melakukan perincian ruang lingkup evaluasi. Kedua, melakukan
perincian proses mental yang akan dievaluasi.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, maupun sistem
penilaian itu sendiri. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan
dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri seperti evaluasi perencanaan
dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisien-
ekonomis, dan evaluasi program komprehensif.
Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai peserta didik.
Adapun beberapa tujuan evaluasi menurut para ahli sebagai berikut :

8
a) Tylor mengemukakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk
“Mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggung jawab mengenai
pendidikan”.
b) Popham menyatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “Membuat
keputusan yang lebih baik”.
c) Mehrens dan Lehmann (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa
tujuan evaluasi ialah untuk “Membantu kita membuat keputusan”.

2.3 Evaluasi Pembelajaran Sinkronisasi


1. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan pengetahuan/ otak.
Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah
kognitif. Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun tertulis.
Tes tertulis bisa berbentuk tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan
berganda, dan jawaban singkat) dan tes esai yang dapat dipergunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam mengukur, menghubungkan,
mengintegrasikan, dan menilai suatu ide.Berikut penjelasan dari masing-masing
tingkatan ranah kognitif menurut Winkel (2004) dan Mukhtar (2003) :
a. Pengetahuan (knowledge)
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan
hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta,
kaidah, prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan ini akan digali pada saat diperlukan melalui bentuk mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognition). Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang
dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya suatu konsep, fakta,
atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Misalnya, “Siswa
akan mampu menyebutkan nama-nama organ sistem pencernaan manusia secara
berurutan”.Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling sering dipakai untuk
mengungkapkan aspek pengetahuan hafalan ini adalah tipe melengkapi, tipe
isian, dan tipe benar salah.

9
b. Pemahaman (comprehension)
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan
dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk
menghubungkannya dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan
ke dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan (translation), menginterpretasi
(interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation). Misalnya, “Siswa akan
mampu menguraikan organ-organ sistem pencernaan manusia beserta
fungsinya”.Secara teknis, sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam
gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe soal pilihan ganda
dan tipe benar salah juga dapat mengungkapkan aspek pemahaman.
c. Penerapan (application)
Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan
sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau
problem yang konkret dan baru, yang dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus
pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada
pemecahan problem yang baru. Situasi yang digunakan haruslah baru, karena
apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan,
melainkan ingatan semata-mata. Pengukuran kemampuan ini umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving), dan melalui
pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Secara teknis,
Bloom membedakan delapan tipe aplikasi. Kedelapan tipe ini perlu diperhatikan
oleh penyusun tes ketika menyusun item tes aplikasi. Kedelapan tipe aplikasi
tersebut sebagai berikut.
1) Peserta didik dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk
situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum

10
diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat
menetapkan prinsip yang sesuai.
2) Peserta didik dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat
menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
3) Peserta didik dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu
prinsip atau generalisasi.
4) Peserta didik dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip
dan generalisasi.
5) Peserta didik dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan
generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan
sebab akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya
atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.
6) Peserta didik dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan
prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan
dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula
berdasarkan perubahan kuantitatif.
7) Peserta didik dapat menentukan tindakan atau keputusan dalam menghadapi
situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli-ahli ilmu
sosial dan para pembuat keputusan.
8) Peserta didik dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan
generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.
d. Analisis (analysis)
Yaitu kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antaranya: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik, yang dinyatakan dengan penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar dengan hubungan bagian-bagian itu. Kemampuan
analisis ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu analisis unsur,
analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Untuk
membuat item tes kecakapan analisis, penyusun tes perlu mengenal berbagai
kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yaitu:

11
1) Mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase atau pertanyaan-pertanyaan
dengan menggunakan kriteria analitik tertentu;
2) Meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas;
3) Meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada
berdasarkan kriteria dan hubungan materinya;
4) Mengetengahkan pola, tata atau pengaturan materi dengan menggunakan
kriteria seperti relevansi, sebab akibat dan peruntutan;
5) Mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola materi yang
dihadapinya; dan
6) Meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang
dihadapinya.
e. Evaluasi (evaluation)
Yaitu yang merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai, atau ide; mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan
mempertanggungjawabkan pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu, yang
dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu hal.
Kriteria yang digunakan untuk mengadakan evaluasi ini dapat bersifat intern
dan ekstern. Kriteria intern adalah kriteria yang berasal dari situasi atau keadaan
yang dievaluasi itu sendiri, sedangkan kriteria ekstern adalah kriteria yang
berasal dari luar keadaan atau situasi yang dievaluasi tersebut.
f. Mencipta (create)
Tingkatan paling tinggi dalam taksonomi bloom adalah “Menciptakan” dimana
seseorang bisa menciptakan atau membangun sebuah struktur baru dari bagian-
bagian tertentu. Ini menjadi kemampuan tertinggi yang bisa dimiliki oleh
seseorang dalam proses pembelajaran yang ia lalui. Pada tingkat akhir ini,
peserta didik dapat mengatur ulang informasi yang dimiliki kemudian
menggabungkan dengan informasi yang didapatkan kemudian menciptakan
sesuatu yang baru maupun membuat suatu produk dalam pembelajaran
berbasis proyek.

12
Tabel 1. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Aspek Kognitif Kata Kerja Operasional (KKO)
Mengingat 1 Mengenali, Mengingat kembali, Membaca,
(C1) Menyebutkan, Melafalkan/ melafazkan,
Menuliskan
Menghafal
Memahami 2 Menjelaskan, Mengartikan, Menginterpretasikan
(C2) Menceritakan, Menampilkan, Memberi contoh,
Merangkum, Menyimpulkan, Membandingkan,
Mengklasifikasikan, Menunjukkan, Menguraikan
Membedakan, Mengidentifikasikan
Menerapkan 3 Melaksanakan, Mengimplementasikan,
(C3) Menggunakan, Mengonsepkan, Menentukan,
Memproseskan
Menganalisis 4 Mendiferensiasikan, Mengorganisasikan,
(C4) Mengatribusikan, Mendiagnosis, Memerinci,
Menelaah, Mendeteksi, Mengaitkan, Memecahkan,
Menguraikan
Mengevaluasi 5 Mengcek, Mengkritik, Membuktikan,
(C5) Mempertahankan Memvalidasi, Mendukung
Memproyeksikan
Menciptakan 6 Membangun, Merencanakan, Memproduksi
(C6) Mengkombinasikan, Merangcang, Merekonstruksi
Membuat, Menciptakan Mengabstraksi

Tabel 2. Teknik Evaluasi Ranah Kognitif


Teknik Bentuk Instrumen Tujuan
Tes Benar-Salah, Mengetahui penguasaan pengetahuan
Tertulis Menjodohkan, Pilihan peserta didik untuk perbaikan proses
Ganda, Isian/ pembelajaran dan/atau pengambilan
Melengkapi, nilaiuntuk mengukur kemampuan siswa
Uraian/Esai dalam mengukur, hubungkan,
mengintegrasikan, dan menilai suatu
ide.

13
Tes Lisan Tanya jawab Mengecek pemahaman peserta didik
untuk perbaikan proses pembelajaran
Penugasan Tugas yang dilakukan Memfasilitasi penguasaan pengetahuan
secara individu maupun (bila diberikan selama proses
kelompok pembelajaran) atau mengetahui
penguasaan pengetahuan (bila
diberikan pada akhir pembelajaran).
Portofolio Sampel pekerjaan Sebagai bahan guru mendeskripsikan
peserta didik terbaik capaian pengetahuan di akhir semester.
yang diperoleh dari
penugasan dan tes
tertulis

2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkiatan dengan sikap dan nilai, dan sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Ranah ini ditujukan untuk mengetahui
capaian/perkembangan sikap peserta didik dan memfasilitasi tumbuhnya perilaku
peserta didik sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2. Ciri-ciri
belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam akan
meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah.
a) Penerimaan (receiving); mencakup kepekaan akan adanya suatu rangsangan
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut, yang dinyatakan
dengan memperhatikan sesuatu, walaupun perhatian itu masih bersifat pasif.
Dipandang dari segi pembelajaran, jenjang ini berhubungan dengan upaya
menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa.
Misalnya, “Siswa akan rela memandangi peta geografi tanah Indonesia yang
dipamerkan di depan kelas”.
b) Partisipasi (responding); mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yang dinyatakan dengan
memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Misalnya,
“Siswa akan rela berpartisipasi dalam upacara kenaikan bendera, dengan
berdiri tegak dan menyanyikan lagu kebangsaan dengan volume suara
penuh”.

14
c) Penilaian/penentuan sikap/Menghargai (valuing); mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan memposisikan diri sesuai
dengan penilaian itu. Artinya, mulai terbentuk suatu sikap, yang dinyatakan
dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin, baik
berupa perkataan maupun tindakan. Misalnya, “Siswa akan menunjukkan
sikap positif terhadap belajar kelompok, dengan cara mempersiapkan
sejumlah pertanyaan secara tertulis, mendatangi pertemuan kelompok secara
rutin dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar ”.
d) Organisasi (organization); mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan, yang
dinyatakan dalam pengembangan suatu perangkat nilai. Jenjang ini
berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai tersebut, serta mulai
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal. Misalnya,
“Mahasiswa akan mampu menguraikan secara tertulis, bentuk
keseimbangan yang wajar antara kewajiban pimpinan sekolah untuk
melaksanakan GBPP yang ditetapkan secara nasional.”
e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex);
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian
rupa, sehingga dapat menginternalisasikannya dalam diri dan
menjadikannya sebagai pedoman yang nyata dan jelas dalam kehidupan.
Kemampuan tersebut sulit dituangkan, karena mengandung unsur kebiasaan
yang baru dibentuk setelah waktu yang cukup lama, misalnya kemampuan
untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian, dan disiplin dalam kehidupan
pribadi.

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh


guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam
pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu
(incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak
hanya didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan guru
BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima dari

15
berbagai sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat
dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter pesertadidik,
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi darihasil
penilaian sikap oleh pendidik.

Tabel 3. Taksonomi Bloom Ranah Afektif


Aspek Afektif Kata Kerja Operasional (KKO)
Menerima (A1) 1 Mengikuti, Menganut, Mematuhi, Meminati
Merespon (A2) 2 Mengompromikan, Menyenangi, Menyambut
Mendukung, Menyetujui, Menampilkan,
Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah
Menolak
Menghargai (A3) 3 Mengasumsikan, Meyakini, Meyakinkan,
Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani,
Menekankan, Menyumbang
Mengorganisasikan 4 Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan
(A4) Mengombinasikan, Mempertahankan,
Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan
Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
Karakterisasi 5 Membiasakan, Mengubah perilaku, Berakhlak
Menurut Nilai (A5) mulia, Mempengaruhi, Mengkualifikasi, Melayani,
Membuktikan, Memecahkan

Contoh Ranah Afektif K1-1 (Spiritiual)


Aspek yang Dinilai
Mengucapkan rasa
Nama Mengucap salam Berdoa sebelum
NO syukur atas karunia
sebelum masuk pelajaran di mulai
siswa Allah setelah
ruang kelas.
pembelajaran selesai
BT ST BT ST BT ST
1.
2.
3.

16
4.
5.
Nilai dan
Aspek Sikap yang dinilai
Skor
Nama Siswa JML
No. A B C
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.

Contoh Ranah Afektif KI-2

Rubrik Penilaian :
Aspek Penilaiaan
1 2 3
Belum tampak sikap Sikap rasa ingin Siswa telah terbiasa
(A ) ingin tahu yang tahu telah nampak menunjukkan sikap rasa
tinggi hal ini siswa dalam diri siswa ingintahu yang tinggi
Sikap Rasa tidak mengajukan minimal dengan dengan selalu mengajukan
Ingin Tahu pertanyaan pada mengajukan satu pertanyaan pada siswa yang
siswa yang sedang pertanyaan pada sedang presentasi dan
presentasi, siswa yang sedang memberikan tanggapan
cenderung pasif presentasi , dan untuk siswa yang
dalam pembelajaran untuk yang sedang berpresentasi antusias
bagi yang sedang observasi mampu dalam menjawab
presentasi tidak menanggapi pertanyaan yang di ajukan
adanya rasa antusias pertanyaan tetapi oleh temanya dan mempu
untuk menangapi masih belum jelas memberikan jawaban
pertanyaan yang di dengan jelas.
ajukan oleh teman
lainnya.
(B) Tidak tampak sikap Sudah tampak sikap Sudah tampak sikap untuk
Menghargai memperhatikan untuk memperhatikan temannya
orang lain temannya yang memperhatikan yang sedang presentasi
sedang presentasi temannya yang mulai dari awal sampai
sedang presentasi akhir serta antusias dalam
meskipun kadang- mengikuti presentai.
kadang tidak
diperhatikan dan
berbicara sendiri
(C) Siswa belum Siswa sudah tampak Siswa sudah tampak sikap
menampakkan sikap sikap percaya diri percaya diri tinggi) pada

17
Sikap percaya diri pada pada saat presentasi saat presentasi , berani
Percaya diri saat presentasi hal memunculkan berpendapat ataupun
ini di lihat dari tidak minimal salah satu menyanggah, dan pada saat
Berani berpendapat sikap berani tampil presentasi suara
berpendapat ataupun lantang serta tidak gugup
ataupun
menyanggah, atau menyanggah, atau dilihat ekspresinya.
pada saat tampil pada saat tampil
suara presentasi suara
presentasi
lantang atau tidak masih pelan dan
gugup dilihat masih gugup.
ekspresinya

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 3
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperoleh
x 3=skor akhir
Skor Maksimal
Sesuai Permendikbud No.81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : Apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : Apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : Apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : Apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33

3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (Skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata
ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi
fisik. Penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
melalui pengamatan langsung selama proses belajar-mengajar (persiapan), setelah
proses belajar (proses), dan beberapa waktu setelah selesai proses belajar-
mengajar (produk). Tujuan pengukuran ranah psikomotor adalah untuk
memperbaiki pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada ranah psikomotor
khususnya pada tingkat imitasi, manipulasi presisi, artikulasi, dan naturalisasi,
juga dapat meningkatkan kemampuan gerak reflex, gerak dasar, keterampilan
perseptual, keterampilan fisik, gerak terampil, dan komunikasi non-diskusif
siswa.. (Magdalena et al., 2021)

18
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk melakukan
tugas tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai
teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik
KD Keterampilan. Teknik penilaian keterampilan dapat digambarkan pada
Gambar 1 berikut :

Selain itu, Penilaian hasil belajar ranah psikomotor juga mencakup :


kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urutan-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas,
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. (Fachruddin Azmi, 2017)
Keterampilan motorik bukan semata-mata harus dapat merangkai gerakan
jasmani saja melainkan juga keaktifan mental supaya tersusun suatu sinkronisasi
gerakan secara bersamaan sehingga disebut kemampuan psikomotorik.(Satria &
Wibawa, 2020)
Gambaran hasil belajar dalam ranah afektif dan ranah psikomotorik dapat
dilihat pada Tabel.4 berikut ini:

Tabel 4. Hasil belajar ranah Afektif dan Psikomotorik


No Ranah Afektif Ranah Psikomotorik

19
1. Memiliki kemauan untuk Tindakan dengan segera memasuki kelas pada
menerima pelajaran dari guru. waktu guru datang dan duduk secara baik
dengan mempersiapkan kebutuhan belajar.
2. Perhatian peserta didik terhadap Memiliki catatan bahan pelajaran dengan baik
apa yang dijelaskan oleh guru. dan sistematis.
3. Penghargaan peserta didik Sikap sopan, ramah, dan hormat kepada guru
terhadap guru. pada saat guru menjelaskan pelajaran.
4. Peserta didik menunjukkan Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru
hasrat untuk bertanya kepada mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.
guru.
5. Peserta didik menunjukkan Memilik perpustakaan sebagai tempat untuk
kemauan untuk mempelajari belajar lebih lanjut dan meminta informasi
bahan pelajaran lebih lanjut. kepada guru tentang buku yang harus
dipelajari, atau segera membentuk kelompok
diskusi.
6. Kemauan peserta didik untuk Melakukan latihan diri dalam memecahkan
menerapkan hasil pelajaran. masalah berdasarkan konsep bahan yang telah
diperoleh peserta didik atau menggunakannya
dalam praktik kehidupannya.
7. Peserta didik senang dengan guru Peserta didik akrab, mau bergaul, mau
dan mata pelajaran yang berkomunikasi dengan guru, dan bertanya
diberikan. atau meminta saran bagaimana mempelajari
mata pelajaran yang diajarkannya.
(Rinto Hasiholan Hutapea, 1999)

Penilaian keterampilan dilakukan melalui teknik penilaian kinerja, penilaian


proyek, dan penilaian portofolio yang dilaksanakan setelah pembelajaran satu atau
beberapa KD Keterampilan. Teknik penilaian yang dipakai untuk setiap KD bergantung
pada isi KD.

1) Penilaian Kinerja

20
Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan tuntutan KD dan dapat dilakukan
untuk satu atau beberapa KD. Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian
kinerja meliputi:
a) memberikan tugas secara rinci
b) menjelaskan aspek dan rubrik penilaian
c) melaksanakan penilaian sebelum, selama, dan setelah peserta didik melakukan
tugas; dan
d) mendokumentasikan hasil penilaian.
2) Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD pada satu mata
pelajaran atau lintas mata pelajaran. Beberapa langkah dalam melaksanakan
penilaian proyek meliputi:
a) memberikan tugas secara rinci;
b) menjelaskan aspek dan rubrik penilaian;
c) melaksanakan penilaian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan
d) mendokumentasikan hasil penilaian.
3) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio pada keterampilan dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan mendeskripsikan capaian keterampilan dalam satu semester.
Berikut beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian portofolio:
a) Mendokumentasikan contoh karya terbaik dari setiap KD Keterampilan, baik
hasil dari kerja individu maupun kelompok (hasil kerja kelompok dapat
difotokopi/diduplikasi/difoto untuk tiap-tiap anggota kelompok).
b) Mendeskripsikan keterampilan peserta didik berdasarkan portofolio secara
keseluruhan.
c) Memberikan umpan balik kepada peserta didik untuk peningkatan capaian
kompetensi.

Contoh penilaian keterampilan yang dilakukan sebagaimana disajikan pada


Gambar 1 dapat menghasilkan skor seperti dituangkan dalam Tabel.5

Tabel.5 contoh pengolahan nilai Psikomotorik

21
Keterangan:
1) Penilaian KD 4.2 dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik yang sama, yaitu kinerja.
Skor akhir KD 4.2 adalah skor optimum yaitu 75.
2) Penilaian untuk KD 4.4 dilakukan 2 (dua) kali, tetapi dengan teknik yang
berbeda, yaitu produk dan proyek. Skor akhir KD 4.4 adalah rata-rata dari skor
yang diperoleh melalui teknik yang berbeda tersebut, yaitu (75+87)/2 = 78,5.
3) Nilai akhir semester diperoleh berdasarkan rata-rata skor akhir keseluruhan KD
keterampilan yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.
4) Nilai akhir semester diberi predikat dengan ketentuan:
Sangat Baik (A) : 86-100
Baik (B) : 71-85
Cukup (C) : 56-70
Kurang (D) : ≤ 55

BAB III

22
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut
aturan tertentu.. Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua
metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik.
Sedangkan evaluasi (evaluation) mencakup pengertian ketiga istilah
tersebut di atas, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mengukur efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan atau suatu
proses penetapan nilai tentang kinerja/hasil belajar siswa berdasarakan
informasi yang diperoleh melalui penilaian.
2) Berdasarkan pernyataan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, pembelajaran dibagi menjadi 2 yaitu pembelajaran sinkronisasi
dan pembelajaran asinkronisasi
3) Evaluasi Pembelajaran Sinkronisasi
a) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan pengetahuan/
otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
termasuk ke dalam ranah kognitif.
b) Ranah afektif adalah ranah yang berkiatan dengan sikap dan nilai,
dan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi
c) Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(Skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu.
3.2 Saran
Saran kepada mahasiswa, diharapkan dapat memahami dan mempraktekan
kajian tentang evaluasi pembelajaran ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik pada psoses kegiatan belajar mengajar. Untuk pendidik diharapkan
untuk lebih menguasai mengenai penerapan evaluasi dalam pembelajaran.Dan untuk
sekolah diharapkan pencapaian hasil belajar lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Cangelosi, J.S.. (1995). Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung:
ITB Bandung
Sudaryono. (2012). Dasar-dasarEvaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Graha Ilmu
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur. (2011). Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama
Fachruddin Azmi. (2017). Pelaksanaan Pembimbingan Belajar. At-Tazakki, 1(no
1), 15–28.
Magdalena, I., Hidayah, A., & Safitri, T. (2021). Analisis Kemampuan Peserta
Didik Pada Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Siswa Kelas Ii B Sdn
Kunciran 5 Tangerang. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1), 48–62.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara
Plenden, D. O. R. C., Heni, A. M., Laksmi, J. N. A., Dwikurnaningsih, Y., &
Satyawati, S. T. (2021). Manajemen Evaluasi Hasil Belajar Kognitif, Afektif,
Psikomotorik: Tatap Muka dan Daring. Jurnal Prakarsa Paedagogia, 4(2),
2–7. https://doi.org/10.24176/jpp.v4i2.7257
Rinto Hasiholan Hutapea. (1999). Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian
Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik. 2(2), 151–165.
Satria, A. L. A., & Wibawa, S. C. (2020). … Simulasi Kamera Mirrorless Pada
Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Untuk Meningkatkan Kompetensi
Kognitif Dan Psikomotorik …. IT-Edu: Jurnal Information …, 05, 520–526.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/it-edu/article/view/38270%0Ahttps://
ejournal.unesa.ac.id/index.php/it-edu/article/download/38270/33748

Anda mungkin juga menyukai