Oleh
Kelompok 6 :
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulisan makalah ini berjudul “ INSTRUMEN DAN PENILAIAN
KETERAMPILAN PROSES BIDANG STUDI BIOLOGI”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu
Bunga Ihda norra dengan mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Bunga Ihda Norra yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi, sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kamibisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
3. Dapat membuat penilaian ketrampilan proses bidang studi biologi
4. Dapat membuat contoh instrumen yang terintegrasi dan kearifan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penilaian
Penilaian adalah suatu kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan untuk mendapatkan informasi yang bermakna mengenai
ketercapaian kompetensi dasar siswa berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Penilaian dilakukan secara menyeluruh baik ranah pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (Nazwatul Ilmi dkk, 2016). Penilaian dapat pula
diartikan dengan suatu kegiatan untuk memberikan sejumlah informasi secara
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai
oleh siswa. Jadi, maksud dari kata “menyeluruh” yaitu penilaian aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai (Fadillah, Etty Nurmala. 2017).
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah mengharapkan adanya
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian
hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi
melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran, dapat diambil tindakan dalam perbaikan proses pembelajaran dan
perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan
dalam strategi mengajar serta memberikan bimbingan dan bantuan belajar
kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat
untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga
sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran (Dharma,
Surya. 2008).
Menurut Zainal Arifin (2012), fungsi penilaian hasil belajar dibagi menjadi 4
yaitu:
1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan
program remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan
laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus-
tidaknya peserta didik.
4
3. Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik dan
lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dimana hasilnya dapat
digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
4. Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi
pembelajaran yang tepat (misalnya dalam penentuan program spesialisasi) sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Adapun beberapa tujuan dalan penilaian menurut (Asrul., Rusydi,
Ananda., Rosnita. 2014) diantaranya, yaitu:
1. adanya penilaian ini akan memperoleh informasi mengenai kemajuan hasil
belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
kegiatan belajar yang telah dilakukan
2. Kedua, memberikan sejumlah informasi untuk kegiatan pembelajaran lebih
lanjut, baik untuk individu siswa maupun keseluruhan siswa.
3. memberikan informasi yang dapat digunakan guru dan siswa untuk
memahami tingkat kemampuan siswa.
4. memberikan dorongan kepada siswa melalui pemberian informasi mengenai
kemajuan belajarnya dan membangkitkan siswa agar lebih semangat dalam
belajar
B. Manfaat penilaiam
Menurut (Hairun, Yahya. 2020) manfaat dari adanya penilaian bagi
beberapa pihak adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Siswa
Siswa merupakan subjek yang dinilai setelah mengikuti
pembelajaran. Hasil ukur setelah mengikuti proses belajar bagi siswa adalah
hasil belajar. Sehingga manfaat penilaian bagi siswa adalah dapat
mengetahui sejauh mana hasil belajarnya. Dengan mengetahui hal ini maka
siswa akan lebih termotivasi untuk merencanakan dan menentukan diri ke
depannya.
2. Manfaat bagi Guru
Manfaat yang dapat dirasakan guru dengan adanya penilaian adalah
dapat dijadikan evaluasi kemajuan mengajar, strategi belajar yang
digunakan, dan ketercapaian yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Hal ini dapat dijadikan tolok ukur kerja guru dan sebagai dasar untuk
meningkatkan proses belajar mengajar. Sehingga, guru dapat melakukan
evaluasi dan melakukan perbaikan. Dengan adanya penilaian, guru juga
dapat mengetahui kemampuan siswanya dan melakukan strategi agar
pembelajarannya dapat diterima oleh semua siswa yang memiliki
kemampuan yang beragam.
3. Manfaat bagi Orang Tua
5
Orang tua tentunya berharap anaknya akan menjadi orang yang
sukses dan membanggakan. Oleh karena itu para orang tua selalu berusaha
menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan yang baik dan juga
memenuhi kebutuhan belajar dengan memberikan fasilitas. Dengan adanya
penilaian berupa hasil kemajuan belajar siswa maka orang tua dapat
mengetahui kemampuan anaknya dan dapat memberikan motivasi kepada
anak agar mendapatkan hasil yang baik.
4. Manfaat bagi Masyarakat
Siswa dan pendidikan yang berkualitas salah satu cirinya dapat
dilihat dari hasil penilaian yang berkualitas juga. Siswa-siswa yang
berkualitas sangat diperlukan terutama dalam dunia kerja. Biasanya siswa
yang berkualitas akan bekerja dan menghasilkan karya yang berkualitas pula.
Oleh karena itu dengan adanya penilaian, masyarakat dapat melihat kualitas
siswa.
C. Pengertian Intrumen
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur yang
digunakan untuk mengumpulkan data berat dengan cara melakukan
penimbangan.
Dalam pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian merupakan
alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan
maksimal.sedangkan Instruman nonotes merupakan alat ukur yang mendorong
peserta untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya
dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaannya
Adapun jenis-jenis intrumen secara umum, yaitu:
1. Tes
a. bentuk tes objektif
Tes objektif bisa juga disebut dengan tes dikotomi karena jawaban
dari tesnya antara benar atau salah dan nilainya antara 1 atau 0, jawaban
dari tes objektif ini bisa dikoreksi oleh siapa saja karena kunci jawabannya
sudah jelas dan pasti, jadi siapapun yang mengoreksi maka hasilnya akan
sama. Tes objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternatif
jawaban, pengisian titik-titik dan pencocokan satu pernyataan dengan
pernyataan lainnya (Ratnawulan, Elis dan Rusdiana, 2013).
Menurut (Asrul, Rusydi A., dan Rosnita, 2014) yaitu terdapat
beberapa jenis tes bentuk objektif, yaitu: bentuk melengkapi, pilihan
ganda, menjodohkan, pilihan benar-salah.
1) Contoh tes bentuk melengkapi: Bekicot tergolong hewan…, yaitu
hewan tak bertulang belakang.
Kelebihan bentuk tes melengkapi
a) Mudah dalam penyusunannya
b) Dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan
tidak hanya sekedar mengungkapkan hafalan saja.
6
Kekurangan bentuk tes melengkapi
7
a) Pembuatan soal mudah dan dapat digunakan berulang kali.
8
Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen non tes
untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan keterampilan motorik.
Jenis nontes dapat digunakan jika anda ingin mengetahui kualitas proses
dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain
afektif, seperti sikap, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain.Teknik nontes
digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes. Ada
beberapa jenis alat evaluasi atau penilaian nontes, yaitu observasi,
wawancara, dan skala sikap (Zainal Arifin, 2012).
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu alat evaluasi jenis nontes yang
dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagaimana alat evaluasi yang lain, observasi secara
umum mempunyai kelebihan dan kekurangan.
9
2) Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar.
3) Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis dan personal.
10
agar siswa juga dapat mengikuti perkembangan zaman di abad 21 yang serba
canggih (Lamhatin, F., Fajarianingtyas, D. A., & Anekawati, A. 2022).
Instrumen penilaian HOTS (High Order Thinking Skill) dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi ini yang berupa
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Selain digunakan
untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi, instrumen penilaian ini juga
dapat menciptakan atau dapat juga meningkatkan keterampilan 4C siswa.
Dengan memberikan soal-soal HOTS kepada siswa, maka siswa akan
dituntut untuk bisa menganalisis, memecahkan masalah, dan menciptakan
jawaban (Lamhatin, F., Fajarianingtyas, D. A., & Anekawati, A. 2022).
Keterampilan 4C ini sebenarnya saling melengkapi dan berkesinambungan
antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain.
a. Berpikir kritis (Critical Thinking and Problem Solving)
Dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berpikir tentunya
sangat penting karena dapat membangun individu yang demokratis.
Kemampuan ini merupakan penggabungan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dengan harapan seseorang tersebut dapat membentuk
lingkungan yang lebih efektif. Keterampilan berpikir ini dapat
dikembangkan melalui pembelajaran di sekolah menjadi keterampilan
berpikir kritis (Astuti, Widia. 2019).
Bentuk instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan instrumen tes
essay atau uraian. Tes merupakan cara yang digunakan untuk mengukur
sesuatu dengan cara dan aturan tertentu (Astuti, Widia. 2019).
Sedangkan, tes esai merupakan bentuk tes yang jawabannya berupa
uraian kalimat yang cukup panjang (Rukajat, Ajat. 2018). Dengan tes ini
maka siswa dapat berlatih menyampaikan informasi dengan bahasa
sendiri, menyusun pemikiran secara aktif, mengemukakan pendapat, dan
tidak dibatasi dalam menyampaikan ide (Kusuma, Mohtar. 2010).
Bentuk instrumen lain seperti soal sebab akibat dan benar salah
juga dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Hal ini dikarenakan siswa
harus benar-benar teliti dan perlu membaca soal berulang-ulang agar
tidak salah dalam menentukan jawaban.
b. Kreatif (Creativity and Innovation)
Kreativitas merupakan kemampuan untuk berpikir dengan cara
yang baru dan tidak biasa dan akan menghasilkan pemecahan masalah
yang unik. Kreativitas juga dapat diartikan dengan memproduksi sesuatu
yang orisinil artinya tidak hanya sekadar meniru pemikiran orang lain
(Marwiyah, S., Kamid, K., & Risnita, R. 2015).
11
Berpikir kreatif memiliki beberapa komponen yaitu kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan berarti pembuatan berbagai
masalah dengan berbagai macam metode penyelesaian, fleksibilitas
adalah dapat memecahkan masalah dengan berbagai macam cara, dan
kebaruan berarti mencoba menyelesaikan masalah dengan metode yang
baru (Marwiyah, S., Kamid, K., & Risnita, R. 2015).
Salah satu instrumen penilaian yang dapat digunakan adalah
instrumen soal essay karena soal ini sangat menuntut kreativitas siswa
dalam menjawab (Marwiyah, S., Kamid, K., & Risnita, R. 2015).
Instrumen lain yang dapat digunakan adalah dengan memberikan suatu
topik permasalahan dan siswa diminta untuk mencari solusi dari
permasalahan tersebut.
c. Komunikasi (Communication)
Keterampilan komunikasi juga sangat penting dimiliki siswa
terutama dalam abad 21 ini dan pada saat pembelajaran biologi.
Keterampilan ini merupakan keterampilan dalam menyampaikan ide,
argumen, maupun gagasan baik secara lisan maupun tulisan agar mudah
dipahami orang lain. Dengan berkomunikasi secara lisan maka
pembelajaran biologi akan menjadi aktif, komunikatif, dan efektif
sehingga ilmu yang diserap juga akan semakin banyak. (Usman, U.,
Inayah, H., Rahman, A., & Lestari, I. D. 2022).
Umumnya siswa sudah cukup terampil dalam berkomunikasi
melalui tulisan tetapi kurang terampil dalam berkomunikasi lisan. Siswa
tidak dibiasakan untuk berkomunikasi lisan atau berbicara di depan
umum sehingga kemampuan komunikasi lisan mereka sangat kurang.
Selain itu alasan lain adalah guru tidak memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berpendapat. Sehingga pembelajaran akan menjadi pasif dan
berpusat pada guru saja dan biasanya dengan suasana kelas yang seperti
itu siswa cenderung bosan dan mengantuk (Usman, U., Inayah, H.,
Rahman, A., & Lestari, I. D. 2022).
Cara yang dapat dilakukan guru untuk melatih kemampuan
komunikasi lisan siswa adalah dengan membentuk kelompok diskusi dan
presentasi. Dengan cara tersebut siswa akan dilatih untuk menyampaikan
pendapat, bertukar pendapat dan pemikiran, mendengarkan pendapat
orang lain, dan berbicara di depan umum (Usman, U., Inayah, H.,
Rahman, A., & Lestari, I. D. 2022).
Instrumen penilaian yang dapat digunakan adalah lembar
wawancara dan lembar observasi (Usman, U., Inayah, H., Rahman, A., &
Lestari, I. D. 2022). Dengan melakukan wawancara maka akan
didapatkan data dengan cara tanya jawab sepihak yaitu yang mengajukan
12
pertanyaan hanya pewawancara saja (Rukajar, Ajat. 2018). Dengan
dilakukan wawancara maka informasi akan diperoleh secara langsung
(Rukajar, Ajat. 2018). Observasi juga dapat dilakukan untuk mengukur
keterampilan lisan. Setelah dibentuk kelompok diskusi dan presentasi
serta telah diberi topik tertentu maka guru dapat menilai komunikasi
antar siswa pada saat merumuskan hasil diskusi maupun saat presentasi.
Observasi sendiri merupakan cara mengumpulkan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan (Rukajar, Ajat. 2018).
d. Kolaborasi atau kerja sama (Collaboration)
Keterampilan kerja sama atau kolaborasi juga penting untuk
memecahkan suatu masalah. Guru cenderung memberi tugas individu
kepada siswa sehingga keterampilan kerja sama siswa menjadi kurang.
Dengan membentuk kelompok diskusi dan presentasi maka siswa akan
dilatih untuk bekerja sama dengan temannya. Hal ini dikarenakan jika
dalam suatu kelompok para siswa tidak saling bekerja sama maka hasil
diskusi akan menjadi kurang baik (Fadilah, S. I., Kardi, S., & Supardi, Z.
I. 2015).
Instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kerja sama siswa
adalah lembar observasi dan angket. Observasi dapat dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang kerja sama siswa dalam kelompoknya
maupun dengan kelompok yang lain. Dengan pengamatan langsung ini
maka akan jelas terlihat mana siswa yang gemar bekerja sama dan yang
tidak. Selain observasi, angket juga dapat diberikan untuk mengukur
kerja sama siswa.
2. KPS (Keterampilan Proses Sains)
Pendekatan KPS (Keterampilan Proses Sains) merupakan salah satu
cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan, serta sikap
ilmiah. Pendekatan ini juga dapat merangsang dan mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. KPS ini meliputi keterampilan kognitif,
fisik, dan sosial yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah
dan kritis serta keterampilan dasar sains (Ramadhani, D. K., Susanti, R., &
Zen, D. 2015).
KPS ini sangat penting karena dapat membantu peserta didik untuk
belajar mengembangkan pikirannya, siswa juga dapat melakukan penemuan,
meningkatkan daya ingat, dan siswa terbantu untuk mempelajari konsep-
konsep sains. Keterampilan dasar seperti mengobservasi, mengklasifikasi,
memprediksi membuat hipotesis, dan merencanakan penelitian serta
keterampilan terintegrasi seperti membuat model, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, dan melakukan percobaan merupakan berbagai
13
keterampilan dalam KPS ini (Ramadhani, D. K., Susanti, R., & Zen, D.
2015).
Keterampilan proses sains ini sangat penting karena akan mengajak
siswa untuk memperoleh informasi baru melalui pengalaman konkrit seperti
kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum tentunya memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya (Nazwatul Ilmi, 2016). Menurut Munandar (2016) tujuan
diadakannya praktikum biologi adalah: 1) melatih keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan siswa; 2) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam praktik; 3) membuktikan
sesuatu secara ilmiah; dan 4) menghargai ilmu dan keterampilan yang
dimiliki.
Instrumen penilaian KPS ini dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes
lisan, dan observasi. Tes tertulis dapat digunakan untuk mengukur dan
melatih kemampuan berpikir siswa. Tentu saja tes tertulis ini harus
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektif, dan praktis. Tes lisan dapat
dilakukan dan akan mendapat data langsung. Sedangkan observasi dapat
digunakan untuk mengukur sikap para siswa selama pembelajaran
(Ramadhani, D. K., Susanti, R., & Zen, D. 2015).
14
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
adalah suatu kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses
dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
untuk mendapatkan informasi yang bermakna. Fungsi penilaian meliputi fungsi
formatif, fungsi sumatif, fungsi diagnostik, dan fungsi penempatan. Penilaian
bertujuan untuk memahami secara lebih konkret atas pencapaian hasil belajar
siswa dan juga memahami seluruh kegiatan proses pembelajaran, pencapaian
kurikulum, alat, bahan, dan metodologi pembelajaran. Manfaat adanya
penelitian adalah mengetahui hasil belajar, mengevaluasi pembelajaran, dan
mengetahui kemampuan siswa.
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis,
sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai
suatu variabel. Instrumen terdiri dari tes dan non tes. Tes dibedakan menjadi
bentuk tes objektif dan subjektif. Nontes dibedakan menjadi observasi,
wawancara, dan skala sikap. Keterampilan dalam bidang biologi meliputi
keterampilan berpikir kritis dengan instrumen penilaian HOTS dan esai,
keterampilan berpikir kreatif dengan instrumen soal esai, berkomunikasi dengan
instrumen lembar wawancara dan lembar observasi, berkolaborasi dengan
instrumen lembar observasi dan angket, serta KPS (Keterampilan Proses Sains)
dengan instrumen tes tertulis, tes lisan, dan observasi.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga pembaca paham dengan materi
instrumen penilaian pada pelajaran biologi. Diharapkan nantinya aka nada yang
meneliti lebih detai mengenai hal ini. Mengingat makalah kami masih jauh dari
kata sempurna.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hairun, Yahya. (2020). Evaluasi dan Penilaian dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish.
Ilmi Nazwatul, Desnita, Handoko Erfan, Zelda Betta. 2016. Pengembangan Instrumen
Penilaian Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika SMA. Prosiding
Seminar Nasional Fisika, Volume 5: Hal 57-62.
Ramadhani, D. K., Susanti, R., & Zen, D. (2015). Pengembangan soal keterampilan
proses sains pada pembelajaran biologi SMA. Jurnal Pembelajaran Biologi:
Kajian Biologi dan Pembelajarannya, 2(1), 96-108.
16