Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MEKANISME EVOLUSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum


Di bawah bimbingan: Bunga Ihda Norra M.Pd

Disusun Oleh:
1. Iqfal Sigit Pratama : 2208086018
2. Nurul Maulidah : 2208086033

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………….……1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan…………………………………………………………………...…2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3
1. Modifikasi Keturunan Menurut Pandangan Darwin……………………...3
2. Evolusi Populasi…………………………………………………………..8
3. Asal Usul Spesies………………………………………………..……12
4. Sejatah Kehidupan di Bumi………………………………………………………….14
BAB II PENUTUP…………………………………...………………………….22
A. Kesimpulan……………………………………………..………………..22
B. Saran……………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darwin adalah tokoh yang sangat erat kaitannya dengan teori
evolusi. Darwin banyak mengemukakan gagasan-gagasan tentang evolusi.
Karena pemikirannya tersebut, Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi.
Evolusi merupakan perubahan perlahan-lahan dan secara bertahap yang
berlangsung dalam waktu yang sangat lama dimana terjadi perubahan
bentuk menjadi lebih baik atau lebih kompleks. Sebagai cabang ilmu
Biologi kajian evolusi terfokus pada perubahan struktur organisme yang
terjadi secara berangsur menuju kesesuaian fungsi dengan waktu dan tempat
hidupnya. Bertolak dari batasan tersebut, banyak muncul anggapan bahwa
evolusi hanya terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Populasi adalah sekumpulan kelompok individu yang saling
bereproduksi dan termasuk ke dalam suatu spesies tertentu serta berbagai
tempat di daerah geografi yang sama. Suatu populasi adalah satuan terkecil
yang dapat berkembang. Seleksi alam melibatkan interaksi antara individu
dalam lingkungannya, seleksi alam bekerja pada populasi, bukan hanya
pada individu. Evolusi dapat diukur hanya dengan melihat perubahan pada
pembagian relatif variasi dalam satu populasi selama beberapa generasi.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi
(kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
berproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan
dan keanekaragaman yang melekat di antara individu-individu organisme
yang menyusun suatu populasi. Produk seleksi alam adalah adaptasi
populasi organisme dengan lingkungannya.
Kata spesies dalam bahasa latin berarti "jenis" atau
"penampilan".Dalam kehidupan sehari-hari, kita membedakan berbagai
jenis organisme secara umum, misalnya berdasarkan perbedaan penampilan
mereka. Namun apakah organisme benar-benar terbagi menjadi unit-unit
diskret yang kita sebut spesies, atau mungkinkah klasifikasi ini hanyalah
usaha manasuka untuk menyusun dunia alamiah dalam suatu keteraturan?

1
Untuk menjawab pertanyaan ini, para ahli biologi membandingkan tidak
hanya morfologi (bentuk tubuh) dari kelompok-kelompok organisme yang
berbeda, namun juga perbedaan-perbedaan yang tidak begitu nyata dalam
fisiologi, biokimia, dan sekuen DNA.
Bukti paling awal dari kehidupan di bumi berasa dari fosil
mikroorganisme yang berumur sekitar 3,5 miliar tahun. Namun kapan dan
bagaimana sel-sel hidup pertama kali muncul? Pengamatan dan percobaan
kimia, geologi, dan fisika telah menuntun para saintis untuk mengajukan
satu skenario yang akan kita kaji disini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana modifikasi keturunan menurut pandangan Charles Darwin?
2. Apa sajakah Teori Evolusi populasinya?
3. Dari mana asal usul spesies?
4. Bagaimanakah sejarah kehidupan di bumi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian modifikasi keturuanan menurut
pandangan Charles Darwin.
2. Untuk mengetahui teori-teori evolusi populasi.
3. Untuk mengetahui asal usul dari spesies
4. Untuk mengetahui sejarah kehidupan yang ada di bumi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Modifikasi Keturunan Menurut Pandangan Darwin
Evolusi adalah perubahan ciri makhluk hidup secara perlahan dalam waktu
lama dari generasi ke generasi dari organisme tingkat rendah ke organisme tingkat
tinggi. teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di bumi tarcipta sebagai
akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah.

1.1 Revolusi Darwin Menentang Pandangan Tradisional Mengenai Bumi Muda


Yang Dihuni oleh Spesies yang Tidak Berubah
Carolus Linnaeus, bertekad mengelompokkan keanekaragaman makhluk
hidup. Linnaeus mengembangkan system penamaan organisme dua bagian, atau
bionomial, menurut genus dan spesies yang masih digunakan hingga kini.
Berlawanan dengan hierarki linear scala nature, Linnaeus mengunakan system
klasifikasi bersangkar, pengelompokkan spesies-spesies yang mirp di kelompkkan
ke dalam genus yang sama, genera (bentuk jamak dari genus) yang mirip
dikelompokkan ke dalam famili yang sama. Linnaeus menyatakan bahwa
kemiripan antara spesies-spesies di sebabkan oleh kekerabatan evolusioner, namun
lebih diakibatkan dari pola penciptaan. Dan seabad kemudian, sitem klasifikasi
memegang peranan dalam argument Darwin mengenai evolusi.
Darwin merangkai gagasannya dari hasil temuan para saintis yang
mempelajari fosil, sisa-sisa atau jejak-jejak organisme dari masa lalu. Kebanyakan
fosil ditemukan dibatuan endapan yang terbentuk dari pasir dan lumpur yang
terkumpul di dasar laut, sungai, dan rawa-rawa. Lapisan baru dari endapan
menutupi lapisan yang lebih tua dan menekan nya menjadi lapisan batuan yang
saling bertumpukan yang disebut strata (singularis, stratum). Fosil pada stratum
tertentu memberikan kilasan tentang sejumlah organisme yang pernah menghuni
Bumi pada saat lapisan itu terbentuk. Belakangan, erosi mungkin menggerus strata
yang lebih atas (lebih muda), sehingga mengungkapkan strata yang lebih dalam
(lebih tua) yang sebelumnya terkubur.
Paleontologi (paleontology), ilmu yang mempelajari fosil, dikembangkan
secara luas oleh saintis Prancis Georges Cuvier (1769-1832). Pada saat memeriksa

3
strata di dekat Paris, Cuvier menyadari bahwa semakin tua stratum, semakin tidak
mirip pula fosil yang dikandungnya dengan bentuk kehidupan pada saat ini. Untuk
menjelaskan hasil pengamatannya, ia mengajukan katastrofisme yaitu prinsip
bahwa kejadian-kejadian di masa lalu terjadi tiba-tiba dan disebabkan oleh berbagai
mekanisme yang berbeda dari mekanisme yang bekerja saat ini. Sebaliknya saintis
lain berpendapat bahwa perubahan besar-besaran mungkin terjadi akibat efek
kumulatif dari proses-proses yang lambat namun terus-menerus. Pada tahun 1795,
ahli geologi Skotlandia, James Hutton (1726-1797) mengajukan gagasan bahwa
ciri geologis Bumi dapat dijelaskan melalui mekanisme bertahap yang masih
bekerja hingga saat ini. Ahli geologi terkemuka dimasa Darwin, Charles Lyell,
menggabungkan pemikiran Hutton kedalam prinsip uniformitarianisme, yang
menyatakan bahwa mekanisme perubahan selalu sama sepanjang waktu. Lyell
berpendapat bahwa proses-proses geologi yang sama bekerja pada saat ini maupun
di masa lalu, dan pada laju yang sama.
Gagasan-gagasan Hutton dan Lyell sangat memengaruhi pemikiran Darwin.
Darwin sepakat bahwa jika perubahan geologis merupakan hasil dari kerja yang
lambat namun terus-menerus dan bukan dari peristiwa yang mendadak, maka Bumi
pastilah jauh lebih tua dari pada usia beberapa ribu tahun yang dipercaya luas saat
itu.

1.2 Penurunan dengan Modifikasi Melalui Seleksi Alam Menjelaskan Adaptasi


Organisme dan Kesatuan Serta Keanekaragaman Kehidupan
Darwin bertolak dari Inggris dengan Beagle pada Desember 1831. Misi
utama perjalanan itu adalah memetakan pesisir Amerika Selatan yang kurang
diketahui. Sementara awak kapal menyurvei pesisir, Darwin menghabiskan
sebagian besar waktunya didarat, mengamati dan mengumpulkan ribuan tumbuhan
dan hewan Amerika Selatan. Ia mengamati ciri-ciri tumbuhan dan hewan yang
membuat mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang beraneka
ragam, seperti hutan lembap di Brazil, Padang rumput luas di Argentina, dan
puncak pegunungan Andes yang menjulang. Darwin mengamati bahwa tumbuhan
dan hewan di wilayah beriklim sedang Amerika Selatan lebih mirip dengan spesies

4
yang hidup di wilayah tropis Amerika Selatan dibandingkan dengan spesies yang
hidup di wilayah beriklim sedang Eropa.
Selama pelayaran bersama Beagle, Darwin mengamati banyak contoh
adaptasi, yakni karakteristik organisme yang meningkatkan kesintasan dan
reproduksi pada lingkungan yang spesifik. Belakangan, disaat ia menguji ulang
pengamatannya, ia mulai memahami adaptasi terhadap lingkungan dan
kemunculan spesies baru merupakan dua proses yang erat kaitannya.
Darwin memandang sejarah kehidupan sebagai sebuah pohon, dengan
banyak cabang dari batang menuju ujung ranting-ranting termuda. Ujung ranting
menggambarkan keanekaragaman organisme yang ada saat ini. Setiap percabangan
pada pohon mencerminkan nenek moyang dari semua garis evolusi yang kemudian
bercabang dari titik tersebut. Misalnya gajah Asia dan Gajah Afrika, sangat mirip
sebab mereka berada pada garis keturunan yang sama seblum baru-baru ini
memisah dari nenek moyang bersama mereka. Karena tujuh garis keturunan gajah
yang berkerabat telah punah dalam 30 juta tahun terakhir. Akibatnya, tidak ada
spesies ang masih hidup yang mengisi kekosongan di antara gajah dan kerabat
terdekat mereka saat ini, lembu laut(manatte) dan hiraks. Pada kenyataanya,
banyak cabang evolusi, bahkan beberapa cabang besar merupakan jalan buntu;
Saintis memperkirakan bahwa lebih dari 99% spesies yang pernah ada sekarang
telah punah.
Linnaeus menyadari bahwa sejumlah organisme memiliki kemiripan yang
lebih banyak daripada organisme lain, namun ia tidak mengaitkan kemiripan
tersebut dengan evolusi. Karena Linnaeus telah menyadari bahwa keanekaragaman
luar biasa dari organisme dapat disusun ke dalam ‘kelompok di bawah kelompok’,
sistem Linnaeus sangat sesuai dengan hipotesis Darwin. Bagi Darwin, hirerarki
Linneanan mencerminkan sejarah percabangan dari pohon kehidupan, dengan
organisme pada tingkat yang berbeda berkerabat melalui penurunan dari nenk
moyang Bersama.

1.3 Evolusi Didukung oleh Bukti Saintifik yang Melimpah


a) Pengamatan langsung Perubahan Evolusioner

5
John Endler dari Universitity of California mempelajari dampak predator
pada gupi. Endler mengamati bahwa di antara populasi gupi liar di Trinidad, pola
warna gupi jantan sedemikian bervariasi hingga tidak ada dua ekor jantan yang
mirip. Warna yang bervariasi ini di control oleh sejumlah gen yang secara alamiah
hanya diekspresikan pada jantan dewasa. Hal ini dikarenakan gupi betina lebih
tertarik dengan jantan berwarna cerah. Namun jantan berwarna cerah lebih mudah
dilihat oleh predtaor. Maka, jika dalam dalam suatu populasi terdapat ikan
berwarna cerah dan suuram, dapat diperkirakan predator cenderunng mengincar
atau bahkan memakan ikan berwarna cerah.
Di lapangan Endler mengamati bahwa pola warna gupi jantan tampaknya
berkesuaian dengan intensitas predasi. Di kolam-kolam yang sedikit predator,
gupi jantan cenderung berwarna cerah. Sedangkan dalam kolam yang memiliki
banyak predator, warna gupi jantan lebiih suram. Berdasarkan hal tersebut Endler
membuat hipotesis bahwa predasi intensif menyebabkan seleksi alam pada gupi
jantan, mebuat warna suram lebih menguntungkan. Ia lalu mengujikan
hipotesisnya dengan memindahkan gupi berwarna cerah ke kolam dengan banyak
predator. Seperti yang ia perkirakan, seiring waktu populasi gupi hasil
pemindahan menjadi berwarna kurang terang.
Salah satu predator gupi, ikan killifish, memangsa anak gupi yang belum
menampilkan warna dewasa. Endler memperkirakan bahwa jika gupi yang
berwarna suram dipindahkan ke kolam yang hanya berisi killifish, keturunan gupi
tersebut pada akhirnya akan berwarna lebih cerah (karena betina memilih jantan
yang berwarna cerah). Ternyata, di lingkungannya yang baru, populasi gupi
dengan cepat didominasi oleh warna cerah. Ini menunjukkan bahwa seleksi dapat
menyebabkan evolusi yang cepat pada populasi liar.
b) Catatan Fosil
Catatan fosil menunjukkan bahwa organisme masa lalu berbeda dari
organisme masa kini dan bahwa banyak spesies yang sudah punah. Fosil juga
menunjukkan perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu pada berbagai
kelompok organisme. Dalam skala waktu yang lebih lama, fosil
mendokumentasikan asal usul kelompok-kelompok utama organisme. Salah satu
contohnya adalah catatan fosil setasea awal, ordo mamalia yang mencakup paus,

6
lumba-lumba, dan porpoise. Selain menyediakan bukti tentang bagaimana
kehidupan di Bumi berubah seiring waktu, pola evolusi, catatan fosil juga dapat
digunakan untuk menguji hipotesis evolusi yang muncul dari jenis bukti yang
lain. Misalnya, berdasarkan data anatomis, para saintis menduga bahwa
vertebrata darat awal berevolusi dari sekelompok ikan dan bahwa amfibia awal
berevolusi dari keturunan vertebrata darat awal. Jika kekerabatan ini benar, maka
di perkirakan bahwa fosil terawal vertebrata pastilah lebih tua dari pada fosil
terawal vertebrata darat. Sama halnya itu, dapat diperkirakan bahwa fosil terawal
vertebrata pastilah lebih tua dari pada fosil terawal amfibia. Sampai saat ini,
semua perkiraan tersebut telah terbukti, yang menunjukkan bahwa pemahaman
tentang kekerabatan evolusioner yang mendasari perkiraan-perkiraan tersebut
ternyata benar.
c) Homologi
Evolusi merupakan proses penurunan dengan modifikasi, karakteristik
yang ada pada organisme nenek moyang berubah melalui seleksi alam pada
keturunannya seiring waktu ketika organisme berhadapan dengan kondisi
lingkungan yang berbeda-beda. kesamaan yang berasal dari nenek moyang
bersama dikenal sebagai homologi.
Alat tubuh yang mempunyai bentuk yang berbeda dan fungsinya berbeda
namun jika diteliti mempunyai bentuk dasar sama. Hewan vertebrata berevolusi,
memiliki tulang yang sama tetapi untuk penggunaan yang berbeda. Sebagai
contoh, forelimbs vertebrata semua struktur homolog, yaitu struktur dengan
penampilan dan fungsi berbeda yang semua berasal dari bagian tubuh serta dalam
nenek moyang yang sama. Seperti tulang tubuh pada bagian depan yang telah
dimodifikasi dengan cara yang berbeda untuk verterbata yang berbeda. Tapi
ketika mempertimbangkan bahwa semua hewan-hewan ini adalah keturunan dari
nenek moyang yang sama, dapat dipahami bahwa seleksi alam telah
memodifikasi blok yang sama mulai awal untuk melakukan tujuan yang sangat
berbeda
d) Biogeografi
Distributor geografis dari organisme dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk hanyutan benua, pergerakan lambat benua di bumi seiring waktu.

7
Sekitar 250 juta tahun silam, gerakan-gerakan ini menyatukan semua massa
daratan Bumi menjadi satu benua besar, disebut Pangaea. Dengan pemahaman
bahwa evolusi serta hanyutan benua digabungkan untuk memperkirakan letak
fosil dari kelompok-kelompok organisme yang berbeda dapat ditemukan.

2. Evolusi Populasi
Yang dimaksud evolusi adalah ilmu yang mempelajari perubahan yang
berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Perubahan
itu terjadi pada makhluk hidup dan teori ini terus berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi serta zaman. Populasi adalah kelompok individu sejenis,
biasanya membentuk unit pemuliaan, yang pada satu saat tertentu menghuni habitat
tertentu.

2.1 Mutasi dan reproduksi seksual menghasilkan variasi genetik yang


memungkinkan evolusi terjadi
Mutasi terbagi menjadi dua yaitu mutasi titik dan laju mutasi.
a. Mutasi titik
Pada mutasi ini terjadi perubahan kimiawi pada satu atau beberapa
pasangan basa dalam satu gen tunggal yang menyebabkan perubahan sifat
individu tanpa perubahan jumlah dan susunan kromosomnya. Peristiwa yang
terjadi pada mutasi titik adalah perubahan urutan-urutan DNA atau lebih tepatnya
mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Organisme
mencerminkan ribuan generasi dari seleksi masa lalu, fenotipe mereka umumnya
sangat sesuai dengan lingkungannya. Akibatnya, kecil kemungkinan bahwa
mutasi baru yang mengubah suatu fenotipe, akan memperbaiki fenotipe tersebut.
Faktanya, kebanyakan mutasi semacam itu sedikit membahayakan. Namun
banyak DNA pada genom eukariotik tidak mengkodekan produk protein, dan
mutasi titik pada wilayah bahkan pengkode itu seringkali tidak berbahaya.
b. Laju mutasi
Laju mutasi cenderung rendah pada tumbuhan dan hewan, rata-rata sekitar
satu mutasi dalam setiap 100.000 gen per generasi, dan laju tersebut seringkali
lebih rendah lagi pada prokariota. Namun prokariota umumnya memiliki rentang

8
generasi yang pendek, sehingga mutasi dapat dengan cepat memunculkan variasi
genetik pada organisme tersebut.

Pada organisme yang bereproduksi secara seksual, kebanyakan variasi


genetik dalam populasi merupakan akibat dari berbagai kombinasi unik dari
alel-alel yang diterima oleh setiap individu. Pada tingkat nukleotida, semua
perbedaan diantara alel-alel tersebut disebabkan oleh mutasi-mutasi yang telah
terjadi. Namun, mekanisme reproduksi seksual yang telah mengocok alel-alel
yang ada dan membaginya secara acak untuk menentukan genotipe-genotipe
individual.

2.2 Seleksi alam, hanyutan genetik, dan aliran gen dapat mengubah frekuensi
alel dalam populasi
a) Seleksi Alam
Konsep Darwin tentang seleksi alam didasarkan pada perbedaan
keberhasilan dalam keberlangsungan hidup dan reproduksi individu dalam suatu
populasi yang menunjukkan variasi-variasi pada sifat warisan, dan yang
memiliki sifat yang lebih sesuai dengan lingkungannya cenderung
menghasilkan lebih banyak keturunan daripada yang memiliki sifat yang kurang
sesuai dengan lingkungan.
b) Hanyutan Genetik
Peristiwa kebetulan juga dapat menyebabkan frekuensi alel berfluktuasi
secara tak terduga dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama dalam
populasi yang kecil proses ini yang dinamakan hanyutan genetik (genetic drift).
Hal ini dapat menyebabkan alel-alel tertentu akan berjumlah banyak, sedikit,
atau bahkan menghilang dari populasi. Ada 2 macam hanyutan enetik yaitu:
1) Efek Pendiri
Ketika sekelompok individu terisolasi dari populasi yang lebih besar,
kelompok yang lebih kecil ini dapat mendirikan populasi baru dengan lungkang
gen yang berbeda dari populasi sumber, hal ini disebut efek pendiri (founder
effect). Efek pendiri bisa terjadi, misalnya ketika sedikit anggota populasi tertiup
badai ke sebuah pulau baru. Hanyutan genetik terjadi dalam kasus semacam ini

9
karena badai tidak membeda-bedakan saat memindahkan beberapa individu
(beserta alel-alel mereka), bukan yang lain, dari populasi sumber.
2) Efek Leher Botol
Efek ini disebabkan oleh perubahan yang mendadak pada lingkungan,
misalnya kebakaran atau banjir, dapat mengurangi ukuran populasi secara
drastis. Penurunan ukuran populasi secara besar besaran dapat menyebabkan
efek leher botol (bottleneck effect). Hanya karena kebetulan, alel-alel tertentu
mungkin banyak terdapat pada individu-individu yang sintas, sementara alel
yang lain mungkin masih ada tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit, dan
beberapa di antaranya bahkan tidak ada sama sekali. Hanyutan genetik yang
terus berlangsung memiliki efek-efek yang penting pada lungkang gen hingga
populasi menjadi cukup besar sehingga peristiwa kebetulan memberi efek yang
lebih kecil. Walaupun suatu populasi yang telah melewati leher botol pada
akhirnya kembali ke ukuran semula, variasi genetiknya mungkin tetap rendah
dalam waktu yang lama-warisan dari hanyutan genetik yang terjadi ketika
populasi tersebut masihberukuran kecil.
c) Aliran Gen
Frekuensi alel juga dapat berubah akibat aliran gen (gene flow), transfer
alel ke dalam atau keluar dari populasi akibat pergerakan individu yang fertil
atau gamet-gemetnya. Sebagai contoh, di dekat populasi awal bunga liar
hipotesis kita terdapat populasi lain yang terutama terdiri dari individu berbunga
putih (CWCW). Serangga pembawa polen dari tumbuhan-tumbuhan ini mungkin
terbang dan menyerbuki tumbuhan pada populasi awal. Alel-alel CW yang
diintroduksikan akan memodifikasi frekuensi alel populasi awal kita pada
generasi berikutnya.

Karena alel dipertukarkan di antara populasi-populasi, aliran gen


cenderung mengurangi perbedaan genetik di antara populasi-populasi. Jika ini
cukup besar, aliran gen dapat menyebabkan populasi di sekitarnya menyatu
menjadi populasi tunggal dengan satu lungkang gen bersama. Misalnya,
manusia saat ini berpindah ke tempat mana pun di dunia dengan lebih bebas
daripada di masa lalu. Akibatnya, perkawinan lebih umum terjadi di antara

10
anggota-anggota populasi yang sebelumnya terisolasi. Hasil dari aliran gen
tersebut telah menjadi agen perubahan evolusioner yang semakin penting dalam
populasi manusia.

2.3 Seleksi alam adalah satu-satunya mekanisme yang secara konsisten


menyebabkan evolusi adaptif
Adaptasi organisme mencakup banyak contoh, misalnya kemampuan
sotong untuk berubah warna dengan cepat, sehingga bisa membaur dengan latar
yang berbeda. Adaptasi semacam ini dapat muncul secara bertahap seiring
waktu ketika seleksi alam meningkatkan frekuensi alel-alel yang menambah
kesintasan dan reproduksi. Ketika proporsi individu yang memiliki sifat sifat
menguntungkan meningkat, kecocokan antara spesies dan lingkungannya juga
membaik; dengan kata lain, terjadi evolusi adaptif. Komponen fisik dan biologis
dari lingkungan organisme bisa berubah seiring waktu. Akibatnya, apa yang
dianggap sebagai 'kecocokan yang baik' antara suatu organisme dan
lingkungannya dapat terus berubah-ubah, sehingga evolusi adaptif merupakan
proses yang dinamis dan kontinu.
Hanyutan genetik dan aliran gen, dapat meningkatkan frekuensi alel-alel
yang memperbaiki kecocokan antara organisme dan lingkungannya, tetapi tidak
secara konsisten. Hanyutan genetik dapat menyebabkan frekuensi dari suatu alel
yang sedikit menguntungkan dapat meningkat, namun juga dapat menyebabkan
frekuensi dari alel semacam itu menurun. Di samping itu, aliran gen dapat
mengintroduksikan alel-alel yang menguntungkan atau yang tidak
menguntungkan. Seleksi alam adalah satu-satunya mekanisme evolusi yang
secara konsisten menyebabkan evolusi adaptif. Walaupun seleksi alam
menyebabkan adaptasi, ada juga alasannya mengapa di alam terdapat banyak
contoh organisme yang bentuknya kurang sesuai dengan gaya hidupnya.
1. Seleksi hanya dapat bekerja pada variasi yang sudah ada.
Seleksi alam menguntungkan hanya untuk fenotipe yang paling sesuai di
antara fenotipe-fenotipe yang sudah ada di dalam populasi, yang mungkin bukan
sifat-sifat yang ideal. Alel baru yang menguntungkan tidak bisa muncul
berdasarkan permintaan.

11
3. Evolusi dibatasi oleh batasan sejarah.
Setiap spesies memiliki warisan penurunan dengan modifikasi dari
bentuk-bentuk nenek moyang. Evolusi tidak membuang anatomi nenek moyang
dan membangun setiap struktur kompleks yang baru dari awal; melainkan
evolusi memilih struktur yang sudah ada dan mengadaptasikan struktur tersebut
terhadap situasi-situasi baru.
4. Adaptasi seringkali merupakan hasil kompromi.
Setiap organisme harus melakukan berbagai hal yang berbeda. Anjing
laut menghabiskan sebagian waktunya di atas karang; ia mungkin bisa berjalan
dengan lebih baik seandainya mempunyai kaki, bukan sirip, namun anjing laut
itu malah tidak bisa berenang dengan baik.
5. Kebetulan, seleksi alam, dan lingkungan saling berinteraksi.
Peristiwa kebetulan dapat memengaruhi kelanjutan sejarah evolusi dari
populasi.Jadi, tidak semua alel yang terdapat pada lungkang gen populasi
perintis lebih cocok dengan lingkungan baru daripada alel-alel yang tertinggal.
Selain itu, lingkungan pada lokasi tertentu mungkin berubah secara tak terduga
dari tahun ke tahun, hal ini juga membatasi hasil evolusi adaptif dalam
kecocokan antara organisme dan kondisi-kondisi lingkungan yang terjadi saat
ini.

3. Asal Usul Spesies

3.1 Konsep spesies biologis menekankan pada isolasi reproduktif


Definisi utama spesies mengacu pada konsep spesies biologis (biological
species concept). Menurut Ernst Mayr, spesies adalah suatu kelompok populasi
yang anggota-anggotanya memiliki potensi untuk saling berkembang biak di
alam dan menghasilkan keturunan yang viable (mampu hidup) dan fertil, namun
tidak menghasilkan keturunan yang viabel dan fertil dengan anggota dari
kelompok lain semacam itu.
Sementara itu konsep spesies biologis menekankan pada keterpisahan
spesies satu sama lain akibat penghalang reproduktif, beberapa definisi lain
menekankan kesatuan didalam spesies. Misalnya, konsep spesies morfologis

12
mencirikan spesies berdasarkan bentuk tubuh dan sifat struktural lain. Struktural
yang dipakai untuk membedakan spesies terbagi menjadi dua:
a. Konsep spesies ekologi (ecological species concept)
b. Konsep spesies filogenetik ( phylogenetic species concept)

3.2 Spesies dapat berlangsung dengan ataupun tanpa pemisahan geografis


Spesiasi dapat terjadi dengan dua cara utama, yaitu bergantung pada
bagaimana aliran gen terputus diantara beberapa populasi dari spesies yang
sudah ada sebelumnya
a) Spesiasi Alopatrik (Negeri Lain)
Dalam spesiasi Alopatrik dari kata Yunani allos, lain dan Patra yang berarti
tanah air, aliran gen terputus ketika satu populasi terbagi menjadi sejumlah
subpopulasi yang terisolasi secara geografis.
b) Spesiasi Simpatrik (Negeri yang Sama)
Dalam spesiasi Simpatrik (sympatric speciation, dari bahasa Yunani syn,
bersama), spesiasi terjadi dalam populasi yang hidup di area geografis yang
sama.

3.3 Spesiasi dapat terjadi secara cepat atau lambat dan bisa merupakan akibat
dari perubahan pada sedikit maupun banyak gen
Pada organisme lain, proses spesiasi dipengaruhi oleh gen dan interaksi
gen dalam jumlah yang lebih besar. Misalnya, sterilitas hibrida di antara dua
subspesies Drosophila pseudoobscura merupakan akibat dari interaksi gen pada
setidaknya empat lokus. Secara umum, berbagai penelitian sejauh ini
menunjukkan bahwa segelintir atau banyak gen tampaknya dapat memengaruhi
evolusi isolasi reproduktif sehingga menyebabkan kemunculan spesies baru dan
tambahan baru bagi keanekaragaman makhluk hidup yang sangat besar.
Spesiasi dapat diawali dengan perbedaan-perbedaan yang tampaknya
kecil, misalnya warna pada punggung ikan cichlid. Akan tetapi, ketika spesiasi
terjadi terus menerus, perbedaan-perbedaan semacam itu terakumulasi dan
menjadi semakin menonjol. Akhirnya, terjadilah pembentukan kelompok
organisme baru yang sangat berbeda dari nenek moyang mereka. Terlebih ketika

13
suatu kelompok organisme meningkat ukurannya dengan menghasilkan banyak
spesies baru, kelompok organisme lain mungkin menciut, karena spesies
anggotanya punah. Efek kumulatif dari banyak peristiwa spesiasi dan kepunahan
semacam itu telah membantu membentuk perubahan evolusioner besar yang
terdokumentasi dalam catatan fosil. Pada bab berikut, kita akan mengalihkan
perhatian pada perubahan perubahan evolusioner skala besar semacam itu
bersamaan dengan pelajaran kita tentang makroevolusi.

4. Sejatah Kehidupan di Bumi


Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan lama
kelamaan dunia ini penuh dengan makhluk-makhluk yang menempati bumi ini
dan mulailah terjadi kehidupan didunia ini. Sejarah kehidupan di bumi dapat
diungkap melalui fosil. Fosil yang telah menjadi bukti yang paling kuat untuk
menjelaskan makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala
besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat
lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sedimen. Melalui
proses alami yang panjang, sedimen-sedimen dapat tersusun secara berlapis-
lapis membentuk strata (tingkatan). Setiap lapisan strata, catatan fosil berguna
bagi ilmuwan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi, studi kasus yang
mempelajari catatan fosil disebut paleontologi.
Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar tetapi
perlahan-lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin sehingga pada
suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang berbentuk cair
membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang berbentuk gas
disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Lapisan bumi yang
dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan hidupnya disebut biosfer.
Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut, terbentuk suatu sistem hubungan
antara makhluk hidup dengan materi dan energi yang mengelilinginya.

4.1 Kondisi di bumi awal memungkinkan munculnya kehidupan


Para ahli sains menyusun hipotesis bahwa proses-proses kimiawi dan
fisika dibumi pada awalnya, dibantu oleh kekuatan seleksi alam yang mulai

14
muncul, bisa jadi telah menghasilkan sel-sel yang sangat sederhana melalui
empat tahap utama:
1. Sintesis senyawa organik di Bumi Awal
Ada bukti saintifik bahwa Bumi dan planet-planet lain dari tata surya
terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu, sebagai hasil kondensasi dari awan debu
dan bebatuan besar yang mengelilingi matahari muda. Selama beberapa ratus
juta tahun pertama, kehidupan tidak mungkin muncul atau sintas di bumi karena
planet ini masih dihujani oleh bongkahan batu-batu dan es besar yang
merupakan sisa pembentukan tata surya.
2. Sintesis Abiotik Makromolekul
Keberadaan molekul-molekul organik kecil, misalnya asam amino, namun
asam amino saja tidak mencukupi bagi kemunculan makhluk hidup. Setiap sel
memiliki berbagai macam makromolekul, termasuk enzim dan protein-protein
lain serta asam nukleat yang esensial bagi replika diri.
3. Protobion
Kondisi-kondisi yang diperlukan mungkin sudah terpenuhi soleh protobion
(protobiont), koleksi molekul yang dihasilkan secara abiotik dan dilingkupi oleh
struktur seperti membran. Protobion menunjukkan sejumlah ciri kehidupan,
termasuk reproduksi dan metabolisme sederhana, selain penjagaan lingkungan
kimiawi internal yang berbeda dari lingkungan sekelilingnya.
4. RNA yang Bereplikasi sendiri dan Awal kemunculan seleksi alam
Materi genetik pertama kemungkinan besar merupakan RNA, bukan DNA.
Thomas Cech, dari university of Colorado, dan Sidney altman, dari Yale
university, menemukan bahwa RNA, yang berperan penting dalam sintesis
protein, juga dapat melakukan sejumlah fungsi katalik seperti enzim.

4.2 Catatan fosil mendokumentasikan sejarah kehidupan


Catatan fosil menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan-perubahan
yang besar dalam jenis-jenis organisme yang mendominasi kehidupan di Bumi
pada masa-masa berbeda. Banyak organisme pada masa dahulu yang tidak mirip
dengan organisme masa kini, dan banyak organisme yang dahulu melimpah kini
telah punah.

15
Salah satu Teknik untuk menegtahui umur bebatuan dan fosil yang
paling umum digunakan adalah penentuan umur radiometik, yang didasarkan
pada peluruhan isotop radioaktif. Sebuah isotop anakan dengan laju yang
konstan. Laju peluruhan dinyatakan sebagai waktu-paruh (half-life), waktu yang
diperlukan bagi 50% isotop induk untuk meluruh.
Sejumlah fosil menunjukkan secara detail asal usul kelompok-kelompok
baru organisme. Fosil-fosil semacam itu perlu sekali bagi pemahaman kita
tentang evolusi.

4.3 Peristiwa-peristiwa kunci dalam sejarah kehidupan mencakup kemunculan


organisme bersel tunggal dan multiseluler serta koloniasi daratan

Bukti awal dari kehidupan berasal dari 3,5 miliar tahun lalu, adalah
stromatolit terfosilisasi. Stromatolit adalah bebatuan berlapis yang terbentuk
ketika prokariota tertentu mengikat lapisan-lapisan tipis sedimen menjadi satu.
Asal usul multiseluler terbagi menjadi dua, sebagai berikut:
a. Eukariota Multiseluler Terawal
Berdasarkan perbandingan sekuens DNA, para peneliti telah
mengajukan bahwa nenek moyang bersama sejak eukariota multiseluler hidup
1,5 miliar tahun lalu. Hasil ini kira-kira mendekati catatan fosil, fosil eukariota
multiseluler tertua yang diketahui merupakan alga yang berukuran relatif kecil
hidup sekitar 1,2 miliar tahun lalu.
b. Ledakan Kambrium
Banyak filum hewan yang masih ada saat ini muncul secara mendadak
pada fosil-fosil yang terbentuk di awal periode Kambrium (535-525 juta tahun
lalu), fenomena yang disebut ledakan Kambrium (Cambrian explosion). Fosil-
fosil dari setidaknya tiga filum hewan yang masih ada saat ini, Cnidaria
(Anemon laut dan kerabatnya), Porifera (spons), dan Mollusca (Moluska)
muncul di bebatuan yang bahkan lebih tua lagi, berasal dari Proterozoikum awal.

Kolonisasi Darat merupakan unsur yang penting juga dalam sejarah


kehidupan. Ada bukti fosil yang menunjukkan bahwa sianobakteri dan

16
prokariota-prokariota fotosintetik lain melapisi permukaan daratan yang lembap
lebih dari semiliar tahun lalu. Namun bentuk-bentuk kehidupan yang lebih
besar, misalnya fungsi, tumbuhan, dan hewan, belum mulai mengolonisasi
daratan hingga sekitar 500 juta tahun lalu.

4.4 Kebangkitan dan kejatuhan kelompok organisme dominan mencerminkan


hanyutan benua, kepunahan massal, dan radiasi adaptif
Benua-benua merupakan bagian dari lempeng-lempeng besar kerak
bumi yang pada dasarnya mengambang di atas bagian mantel yang panas
dibawahnya. Lempeng-lempeng ini bergerak seiring waktu dalam proses yang
disebut hanyutan benua (continental drift). Para ahli geologi dapat mengukur
laju pergerakan lempeng-lempeng benua saat ini, biasanya hanya beberapa
sentimeter per tahun.
Catatan fosil menunjukkan bahwa mayoritas spesies yang pernah hidup
pada zaman dahulu kini telah punah. Spesies dapat punah karena berbagai
alasan. Habitatnya mungkin hancur, atau lingkungan nya mungkin berubah
sehingga tidak menguntungkan bagi spesies tersebut.
Catatan fosil mengindikasikan bahwa keanekaragaman makhluk hidup
meningkat selama 250 juta tahun terakhir. Peningkatan ini didorong oleh radiasi
adaptif (adaptive radiation), periode perubahan evolusioner ketika kelompok-
kelompok organisme membentuk banyak spesies baru dengan Adaptif yang
memungkinkan mereka mengisi peran ekologis, atau relung, yang berbeda
dalam komunitas.

4.5 Perubahan pada bentuk tubuh dapat menyebabkan perubahan di dalam


regulasi gen perkembangan
Perubahan dalam sekuens nukleotida dari sebuah gen dapat
memengaruhi fungsinya di mana pun gen tersebut diekspresikan. Sebaliknya,
perubahan dalam regulasi ekspresi gen bisa terbatas pada satu tipe sel tunggal
saja. Dengan demikian, perubahan dalam regulasi sebuah gen perkembangan
mungkin memiliki efek samping berbahaya yang lebih sedikit daripada
perubahan dalam sekuens gen. Penalaran ini telah mendorong para peneliti

17
untuk menyarankan bahwa perubahan bentuk organisme mungkin disebabkan
oleh mutasi-mutasi yang memengaruhi regulasi, bukan susunan, gen-gen
perkembangan.
Gagasan ini didukung oleh penelitian-penelitian pada berbagai spesies,
termasuk ikan stickleback berduri-tiga. Ikan ini hidup di samudera terbuka dan
di perairan pantai yang dangkal. Di Kanada bagian barat, ikan tersebut juga
hidup di danau-danau yang terbentuk ketika garis pantai mundur selama 12.000
tahun terakhir. David Kingsley, dari Stanford University, dan para koleganya
telah mengidentifikasi satu gen perkembangan yang penting, Pitxl, yang
memengaruhi apakah ikan tersebut akan memiliki satu set duri yang besar pada
permukaan ventral (bawah)-nya, selain ketiga duri dorsal yang menjadi asal
namanya. Populasi ikan stickleback di laut memiliki duri ventral, yang
membantu mengusir sebagian predator. Akan tetapi, duri-duri tersebut tereduksi
atau tidak ada sama sekali pada populasi-populasi yang hidup di danau.
Hilangnya duri ventral mungkin didorong oleh seleksi alam karena danau
menampung predator invertebrata besar, seperti larva capung, yang menangkap
anak stickleback dengan cara mencengkeram duri-duri ventral.
Hasil yang diperoleh Kingsley menerangkan bahwa regulasi ekspresi
genlah yang telah berubah, bukan sekuens DNA gen tersebut. Selanjutnya,
stickleback danau mengekspresikan gen Pitxl pada jaringan yang tidak terkait
dengan pembentukan duri, yang mengilustrasikan bagaimana perubahan
morfologis dapat disebabkan oleh perubahan ekspresi dari suatu gen
perkembangan di beberapa bagian tubuh, namun tidak di bagian lain.

4.6 Evolusi bukan berorientasi kepada tujuan


Ketika spesies baru terbentuk, struktur-struktur yang baru dan kompleks
dapat muncul sebagai modifikasi bertahap dari struktur nenek moyang. Pada
banyak kasus, struktur-struktur kompleks dievolusikan sedikit demi sedikit dari
versi-versi yang lebih sederhana yang melakukan fungsi dasar yang sama.
Misalnya, mata manusia, organ rumit yang tersusun dari banyak bagian yang
bekerja sama dalam membentuk citra dan memancarkannya ke otak. Ada yang
beranggapan bahwa manusia bisa berevolusi jika mata memerlukan semua

18
komponennya agar berfungsi, maka 'separuh mata' tidak mungkin bermanfaat
bagi nenek moyang kita. Kesalahan dalam argumen ini, terletak pada dugaan
bahwa yang berguna hanyalah mata yang kompleks. Sebenarnya, banyak hewan
yang bergantung pada mata yang kurang kompleks dari pada mata manusia.
Mata paling sederhana hanyalah topok-topok sel fotoreseptor yang sensitif-
cahaya. Mata sederhana ini tampaknya muncul sekali saja dalam evolusi, dan
kini ditemukan pada berbagai hewan, termasuk moluska kecil yang disebut
limpet. Mata semacam itu tidak memiliki sarana untuk memfokuskan citra,
namun menyebabkan hewan mampu membedakan terang dan gelap. Limpet
akan melekat lebih erat ke batu jika tertimpa bayangan-adaptasi perilaku yang
mengurangi risiko untuk dimakan. Karena limpet memiliki sejarah evolusi yang
panjang, kita dapat menyimpulkan bahwa mata 'sederhana' cukup untuk
menunjang kesintasan dan reproduksinya.
Walaupun mata kompleks moluska berevolusi secara mandiri dari mata
vertebrata, keduanya berevolusi dari gugus sederhana selsel fotoreseptor yang
ada pada nenek moyang yang sama. Pada masing-masing kasus, evolusi mata
kompleks terjadi melalui serangkaian modifikasi kecil yang menguntungkan
bagi pemilik mata pada setiap tahap. Bukti evolusi ini berasal dari analisis
filogenetik gen-gen yang bekerja sebagai 'regulator induk' dari perkembangan
mata dan dimiliki oleh semua hewan yang bermata.
Sepanjang sejarah evolusinya, mata mempertahankan fungsi dasarnya,
yakni untuk melihat. Namun hasil evolusi terbaru juga bisa muncul ketika
struktur-struktur yang awalnya memiliki suatu peran perlahan-lahan
memperoleh peran yang berbeda. Misalnya, ketika mamalia awal muncul dari
garis keturunan kinodon, tulang-tulang yang tadinya menyusun engsel rahang.
Evolusi bercabang dapat menghasilkan tren evolusi sungguhan
meskipun sejumlah spesies melawan tren tersebut. Salah satu model tren jangka
panjang diungkapkan oleh Steven Stanley, dari Johns Hopkins University.
Model tersebut memandang spesies sebagai analogi dari individu: Spesiasi
adalah kelahiran spesies, kepunahan adalah kematiannya, dan spesies baru yang
berdivergensi dari spesies tersebut adalah keturunannya. Dalam model ini,
Stanley menyatakan bahwa seperti organisme individual yang mengalami

19
seleksi alam, spesies juga mengalami seleksi spesies. Spesies yang mampu
bertahan paling lama dan menghasilkan spesies keturunan baru paling banyak
akan menentukan arah tren evolusi utama. Model seleksi spesies menyatakan
bahwa 'keberhasilan diferensial spesiasi' memainkan peranan dalam
makroevolusi, serupa dengan peran keberhasilan diferensial reproduktif dalam
mikroevolusi. Tren evolusi juga dapat disebabkan secara langsung oleh seleksi
alam. Misalnya, ketika nenek moyang kuda menyerbu padang rumput yang
menyebar ke mana mana selama masa Kenozokium tengah, ada seleksi yang
kuat bagi pemakan rumput yang dapat meloloskan diri dari predator dengan cara
berlari lebih cepat. Tren ini tidak akan terjadi tanpa adanya padang rumput
terbuka. Apa pun penyebabnya, suatu tren evolusi tidak berarti bahwa ada suatu
dorongan intrinsik menuju fenotipe tertentu. Evolusi adalah akibat dari interaksi
antara organisme dan lingkungannya saat ini; jika kondisi-kondisi lingkungan
berubah, suatu tren evolusi bisa berhenti atau mungkin berbalik. Efek kumulatif
dari interaksi-interaksi yang terus terjadi antara organisme dan lingkungannya
tersebut sangatlah besar: Melalui interaksi-interaksi itulah keanekaragaman
makhluk hidup tercipta.
Sedangkan menurut pandangan islam yang berdasarkan Al-Quran
diterangkan bahwa awal kehidupan manusia di dunia ini adalah satu umat dan
satu akidah, mereka taat pada Allah Subhanahu Wata’ala. Kemudian seiring
bertambah banyaknya manusia, mereka berselisih terkait banyak hal hingga di
antara mereka ada yang menjadi musyrik. Hal ini dijeaskan dalam surah Yunus
ayat 19 :
‫ي بَ ْينَ ُه ْم‬
َ ‫ض‬ ِ ُ‫ت مِ ْن َّربِكَ لَق‬ َ ‫اس ا َِّلا ا ُ َّمة َّواحِ دَة فَا ْختَلَفُ ْوا َولَ ْو َل َك ِل َمة‬
ْ َ‫سبَق‬ ُ َّ‫َو َما َكانَ الن‬
‫فِ ْي َما فِ ْي ِه يَ ْخت َ ِلفُ ْون‬
Artinya: “ Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka
berselisih kalau tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari tuhanmu,
pastilah telah di beri keputusan di dunia di antara mereka, tentang apa yang
mereka perselisihkan itu.(QS. Yunus 19)
Tafsir kemetrian agama menerangkan maksud ayat ini, yaitu penyembahan
terhadap selain Allah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
adalah sebuah penyimpangan yang tidak dikenal pada awal kehidupan manusia.

20
Karena manusia diciptakan dalam keadaan fitrah. Dan tentunya kita sebagai
umat islam tahu bahwa awalnya kehidupan di bumi adalah Nabi Adam dan Siti
Hawa yang di turunkan oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi ini, itu lah
dasar bagi umat islam untuk mengetahui awal kehidupan dibumi. Sejarah
kehidupan di bumi dapat di simpulkan menjadi 2 yaitu dari segi sains dan segi
agama islam, dari segi sains stromatolit dihasilkan oleh mikroba yang
membentuk selaput mikroba. Sedangkan menurut pandangan islam asal mula
kehidupan di dunia adalah diturunkannya Nabi Adam dan Siti Hawa untuk
emjadi khalifah di bumi.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evolusi adalah perubahan ciri makhluk hidup secara perlahan dalam waktu
lama dari generasi ke generasi dari organisme tingkat rendah ke organisme
tingkat tinggi. Darwin sepakat bahwa jika perubahan geologis merupakan hasil
dari kerja yang lambat namun terus-menerus dan bukan dari peristiwa yang
mendadak, maka Bumi pastilah jauh lebih tua dari pada usia beberapa ribu tahun
yang dipercaya luas saat itu.
Mutasi terbagi menjadi dua yaitu mutasi titik dan laju mutasi. mutasi titik
adalah perubahan urutan-urutan DNA atau lebih tepatnya mutasi titik
merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA dan Laju mutasi
cenderung rendah pada tumbuhan dan hewan, rata-rata sekitar satu mutasi dalam
setiap 100.000 gen per generasi, dan laju tersebut seringkali lebih rendah lagi
pada prokariota.
Spesies adalah suatu kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
potensi untuk saling mengawini di alam dan menghasilkan keturunan yang
viabel (mampu hidup) dan fertil, namun tidak menghasilkan keturunan yang
viabel dan fertil dengan anggota dari kelompok lain semacam itu.
Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan lama
kelamaan dunia ini penuh dengan makhluk-makhluk yang menempati bumi ini
dan mulailah terjadi kehidupan didunia ini. Sejarah kehidupan di bumi dapat
diungkap melalui fosil. Fosil yang telah menjadi bukti yang paling kuat untuk
menjelaskan makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala
besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat
lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sedimen.

B. Saran
Penulis berharap, apa yang kami sampaikan mengenai Mekanisme Evolusi
dapat dipahami oleh pembaca. Semoga makalah yang telah kami susun ini
mampu bermanfaat dan menambah pengetahuan untuk kita semua. Adapun
saran dari kami sebagai penulis kepada pembaca untuk lebih mempelajari

22
kembali materi mekanisme evolusi karena pada materi ini kita mempelajari
tentang perkembangan suatu populasi
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekuarangan. Untuk kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara
lebih fokus dan detail dengan sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat dibutuhkan penulis.

23
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Warmadewi. Dewi. 2017. Buku Ajar: Mutasi Genetik. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana Denpasar.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/46040f013f61d5
c656dc4998b3d08418.pdf. (diakses pada tanggal 21 September 2022).
Baharudin. Harianto dan Idham Khalik Idrus. 2020. Mutasi Genetik dan Teori
Evolusi. Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus–
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah–Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. (2010). Biologi Edisi Kedelapan jilid
2(Terjemahan Oleh Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga
E.Ganlin, L. 2000. Jendela Iptek: Evolusi. Jakarta:Balai Pustaka Kimbal, J.W.
1999. Biologi Jilid 3 Cetakakan ke-3, Jakarta : Erlangga.
Imaningtyas. 2015. Biologi SMA dan MA Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kuhn. Thomas. 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya.
Muhammad. Taufik. Leo. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu Kini dan Nanti. Jurnal
Filsafat Indonesia.2.(3). https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22150.
Risatasa. 2013. Modul 1: Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup.
[Online]. http://repository.ut.ac.id/4251/1/PEBI4204-M1.pdf (diakses pada
tanggal 21 September 2022).

24

Anda mungkin juga menyukai