Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Evolusi adalah perubahan generasi ke generasi yang menurunkan sifat yang berbeda dari
nenek moyangnya dan berlangsung dalam waktu yang lama. Evolusi sebagai cabang Biologi
dalam rumpun Sains, adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara
berangsur-angsur menuju kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai ilmu pengetahuan,
kajian evolusi didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam
tingkat komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh datadata
penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang pernah
terjadi pada masa lampau. Selama perjalanan teori evolusi, sejak pertama kali digagas sampai
sekarang, telah mengalami tahapan-tahapan penting. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan
dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman
Aristoteles. Darwin adalah ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, karena
telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini. Konsep utama teori
Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang dianggap oleh mayoritas komunitas
sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi. Akan tetapi perlu kita ketahui
bahwa sebelum teori Darwin muncul sudah ada banyak ilmuwan yang juga telah mengemukakan
pendapatnya mengenai evolusi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi kasus untuk
membandingkan perkembangan teori evolusi makhluk hidup sebelum dan sesudah Darwin.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah studi kasus dengan topik Evolusi Makhluk Hidup: Pemikiran dan
penelitian-penelitian sebelum dan sesudah Darwin, menggunakan sumber pustaka yang dicari
pada mesin pencari dengan menggunakan kata kunci berikut: Sejarah evolusi, evolution theory,
perkembangan evolusi sebelum dan sesudah kemunculan teori Darwin, evolusi modern.
Sehingga didapatkan sumber pustaka berikut: Prima (2022), Pariyanto & Hidayat (2020), Sari
(2020), Taufik (2019), Ristata (2013), dan Champbell (2003).

Hasil dan Pembahasan

Hasil yang didapatkan mengenai evolusi makhluk hidup berdasarkan sumber pustaka
yakni perkembangan evolusi makhluk hidup terbagi menjadi tiga masa: masa praDarwin, masa
adaptasi atau transformasi, dan masa evolusi modern. Pada masa pra Darwin, teori evolusi
organik memperkirakan bahwa sejak kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses
berkesinambungan. Organisme yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-
variasi yang besar adalah sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan.
Respons ini berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat yang telah
mengalami perubahan itu.
Menurut Sari (2020) Masa praDarwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu:

a. Masa Fiksisme (Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke, dll),
yang pemikirannya memiliki kedekatan dengan mitos. Sampai abad ke-18, paham yang
berkembang adalah bahwa organisme adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam
bahasa Biologi tentang “Asal-usul Kehidupan” disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus
(The Special Creation). Beberapa teori yang berkembang pada masa fiksisme dijelaskan
pada poin-poin di bawah ini.
• Teori abiogenesis atau generatio spontanea muncul sebelum abad ke-17. Pencetus dari
teori ini adalah Aristoteles. Mereka beranggapan bahwa makhluk hidup terbentuk dari
bukan makhluk hidup yang berarti makhluk hidup dapat terbentuk dari makhluk mati,
contohnya katak dan ikan muncul dari lumpur di dasar sungai, cacing muncul dengan
sendiri dari lumpur, ulat/belatung muncul dari bangkai tikus /hewan yang mati, dan lain-
lain. Menurut Prima (2022), selain teori abiogenesis terdapat juga teori biogenenesis yang
merupakan lawan dari teori abiogenesis, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup. Pendukung teori ini adalah Fransisco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan
Louis Pasteur.
• Leewenhoek melakukan eksperimen yang menemukan Paraemecium dari potongan
jerami yang direndam air selama 7 hari (sesuai dengan kitab Kejadian, saat Tuhan
menciptakan dunia dan seisinya), menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak
hidup, yang disebutnya dengan konsep generatio spontanea sama dengan konsep yang
diusulkan oleh Aristoteles.
• Adanya kelainan atau cacat tubuh adalah sebagai kutukan, jadi bukanlah sebagai
perubahan makhluk hidup yang dilatarbelakangi oleh seleksi alam maupun perubahan
genetik (mutasi) makhluk hidup.

b. Masa non fiksisme


Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus kemudian mulai digagas
oleh beberapa orang ahli, seperti:
• Linnaeus mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan alat reproduksinya, dan
manusia dimasukkan ke dalam kelompok kera (kera = Primata tidak berekor, monyet =
Primata berekor).
• Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat plastis. Variasi-variasi kecil yang
dihasilkan lingkungan akan berakumulasi membentuk perbedaanperbedaan yang lebih
besar. Setiap hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah dari moyangnya yang keadaanya
lebih sederhana.
• Cuvier menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies terbentuk setelah ada bencana. Setiap
spesies tercipta secara terpisah. Georges Cuvier percaya bahwa bencana dan malapeteka
yang terjadi di muka bumi akan mengikis kehidupan yang ada. Dalam setiap peristiwa
bencana, selalu ada satu wilayah yang terhindar dari bencana. Kehidupan yang tersisa
akan menyebar ke wilayah-wilayah lainnya. Cuvier meyakini bahwa ada kehidupan yang
telah mengalami kepunahan.

Masa adaptasi atau transformasi

Pada masa adpatasi para ilmuwan mulai mengemukakan teori evolusi berdasarkan adanya
perbedaan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya dan respon fungsional yang dimiliki
oleh individu makhluk hidup akan diwariskan kepada keturunannya. Teori yang sering
dibicarakan pada masa transformasi evolusi makhluk hidup yaitu teori evolusi yang
dikemukakan oleh biologiwan asal Perancis bernama Lamarck. Lamarck mengemukakan
pendapatnya bagaimana adaptasi spesifik berkembang. Mekanisme tersebut mengembangkan
dua ide yang populer pada masanya. Pertama, use dan disuse. Ide bahwa bagian-bagian tubuh
yang digunakan secara luas untuk menghadapi lingkungan akan menjadi lebih besar dan lebih
kuat. Sedangkan bagian-bagian tubuh yang tidak digunakan akan mengalami reduksi fungsi.
Lamarck menjelaskan teorinya dengan contoh berkembangnya otot lengan atas (bicep) yang
lebih besar pada otot pandai besi yang pekerjaannya menempa dan memegang palu dan seekor
jerapah yang menjenjangkan lehernya untuk menggapai dedaunan yang terletak pada cabang-
cabang pohon yang tinggi. Ide kedua disebut dengan pewarisan sifat-sifat yang diperoleh. Dalam
konsep hereditas ini, modifikasi yang didapatkan oleh suatu organisme selama masa hidupnya
dapat diteruskan ke keturunannya. Leher jerapah yang panjang berkembang secara perlahan-
lahan sebagai produk kumulatif dari generasi-generasi leluhurnya yang meregangkan lehernya,
semakin tinggi dan semakin tinggi lagi, demikian Lamarck berargumen. Namun, tidak ada bukti
bahwa sifat-sifat yang didapatkan bisa diwariskan secara spontan. Para pandai besi bisa
meningkatkan kekuatan dan staminanya sepanjang hidupnya karena mengayun-ayunkan palu
yang berat, tetapi sifat yang didapatkan ini tidak mengubah gen yang diwariskan oleh gamet
kepada keturunannya (Ristata, 2013).

Meskipun teori evolusi Lanmarck banyak ditentang tetapi pada teorinya Lanmarck
menjelaskan bahwa konsep adaptasi mempengaruhi perkembangan evolusi suatu makhluk hidup.
Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan teori mereka, teori Lamarck
sering kali digunakan untuk menyanggah pendapat Darwinisme tentang seleksi alam.
Pertentangan pemikiran ini baru tuntas setelah cabang ilmu Genetika semakin dikenal orang pada
abad ke-20.

Masa evolusi modern (masa Darwin-sesudah Darwin)

Teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin menggunakan konsep seleksi alam dan
adaptasi. Darwin menghabiskan waktu selama 5 tahun untuk melakukan ekspedisi menggunakan
kapal. Darwin mengumpulkan dan mengobservasi keanekaragaman hayati berdasarkan
bentuknya yang ia temui selama ekspedisi berlangsung. Di dalam buku Champbell (2003)
dijelaskan cara Darwin mengambil kesimpulan berdasarkan data observasi sebagai berikut:
Observasi 1: Individu dalam populasi memiliki karakteristik bervariasi yang sifatnya dapat
diturunkan.
Observasi 2: Organisme memproduksi keturunan lebih daripada daya dukung lingkungan
Inferensi 1: Individu yang sesuai dengan lingkungannya akan memproduksi keturunannya lebih
banyak daripada individu lain.
Inferensi 2: Seiring waktu, sifat yang menguntungkan akan terakumulasi dalam populasi.

Menurut Taufik (2019) Darwin membuat konklusi bahwa organisme yang mampu
beradaptasi terhadap lingkungan mampu meneruskan sifat unggul kepada keturunannya melalui
proses reproduksi. Darwin menyadari bahwa adaptasi berkembang seiring berjalannya waktu
sehingga Darwin perlu menjelaskan mekanisme evolusi. Darwin mengajukan kata “seleksi alam”
sebagai mekanisme perubahan evolusioner. Beberapa langkah mekanisme seleksi alam sebagai
mekanisme perubahan evolusioner adalah sebagai berikut:
1. Anggota populasi memiliki variasi sifat yang akan melewati proses seleksi alam (keadaan
lingkungan yang tidak menunjang).
2. Anggota populasi yang mampu bertahan hidup (beradaptasi) akan mampu melakukan
reproduksi dengan membawa sifat unggul daripada individu lain.
3. Seiring berjalan waktu, proporsi sifat yang menguntungkan (mampu beradaptasi) akan
meningkat dalam populasi dan yang tidak memiliki sifat tersebut akan musnah.

Pariyanto & Hidayat (2020) mengatakan Charles Darwin sebenarnya mengalami


kebimbangan pada pemikiranya yang Ia tuangkan dalam bukunya The Origin Of species. Darwin
sendiri menyadari keraguan hatinya akan mendapatkan banyak kesulitan dari teorinya. Ia
mengakui ini dalam tulisanya pada bab "Difficulties of the Theory". Kesulitan-kesulitan ini
terutama pada penemuan akan catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup yang mustahil
dijelaskan dengan konsep kebetulan dan naluri makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-
kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru.
Pada masa sekarang perkembangan teori evolusi masih terus dibahas dalam cabang ilmu
biologi yang dinamakan biologi evolusioner. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19
bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini
tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, “On the Origin of
Species” yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Pada tahun 1930,
teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis
evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi
alam).Teori evolusi Darwin menjadi landasan bagi teori evolusi modern, termasuk rekayasa
genetika. Ilmu rekayasa genetika yang dikembangkan oleh saintis saat ini akan mempercepat
proses evolusi.
Daftar Pustaka

Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pariyanto & Hidayat, T. 2020. Konsep Missing Link Menstimulasi Pandangan Generasi Alpha
(Asal Usul Manusia). Bioedusains:Jurnal Pendidikan Biologi. Volume 3, Nomor 1.
Prima, A. 2022. Hubungan Filosofi Kehidupan dengan Fisiologi Manusia. Jurnal Ilmu
Keolahragaan. Vol. 21 (2),Juli-Desember 2022:135-148.
Risatasa. 2013. Modul 1: Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup.
[Online].http://repository.ut.ac.id/4251/1/PEBI4204-M1.pdf (diakses pada tanggal 6
Maret 2023).
Sari, E. 2020. Diktat: Teori Evolusi. Penerbit: UIN Raden Intan Lampung.
Taufik, M.,T. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, dan Nanti. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol
2 No 3.

Anda mungkin juga menyukai