Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

EVOLUSI

DISUSUN OLEH :
JOSHUA TAMPUBOLON
PRICELLA SEKEH
REGINA KOJONGIAN
SYALOM WULLUR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam

khasanah ilmu pengetahuan. Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah

perubahan pada makhluk hidup atau spesies secara gradual (perlahanlahan). Perubahan yang

dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama

dalam menghasilkan spesies atau makhluk hidup yang baru. Teori evolusi

menjadi sebuah teori yang tenar ketika dipopulerkan oleh seorang ilmuan

Inggris Chalres Darwin (1809-1882). Teori evolusi Darwin dihasilkan dari

sebuah ekspedisi yang Darwin lakukan pada saat pelayaran menjelajahi

daratan maupun lautan Amerika Selatan.

Teori evolusi Darwin merupakan penyempurna dari teori evolusi

sebelum-sebelumnya. Teori evolusi sudah jauh hari muncul zaman yunani

kuno. Pertama kali teori tersebut dipopulerkan oleh Thales (600 SM), yang

menyatakan air adalah induk asal usul serta sumber adanya sesuatu.

Anaximander (611–547 SM0, menyatakan makhluk hidup berasal dari

lumpur yang dipanasi oleh sinar matahari.

Aristoteles (384–322 SM), menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati

(Abiogenesis), Heraklitus, menyatakan bahwa segala sesuatu dirubah menjadi bentuk

baru. Hal tersebut menjadi tonggak sejarah perkembangan teori evolusi.

Namun seiring dengan perjalanan waktu teori evolusi mengalami

penyempurnaan atau modifikasi hingga sampai saat ini. Seperti halnya

teori evolusi Darwin menjadi teori evolusi sintesis modern.


Dengan teori tersebut hingga sampai saat ini menjadi populer dikalangan masyarakat

umum. Didalam gagasan teori evolusinya yang Darwin jelaskan dalam

bukunya The On the Origin of Species terdapat dua pokok gagasan yang

Darwin jelaskan dalam bukunya tersebut. Pertama adalah spesies-spesies

yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya.

Diedisi pertama bukunya, Darwin tidak menggunakan kata evolusi.

Darwin menyebutnya modifikasi keturunan (descent with modifcation).

Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam sebagai mekanisme

modifikasi keturunan (Luthfi dan Khusnuryani, 2005: 6).

Secara resmi teori evolusi Darwin dapat dikonsumsi oleh khalayak

publik saat bukunya The Origin of Species, by Means of Natural Selection

or the Preservation of Favoured Races in the Strunggle for Life (1859)

dipublikasikan. Berbagai respon negatif bermunculan sehingga

menjadikan teori evolusinya kontroversial ditengah-tengah masyarakat.

Pada ahirnya dengan latarbelakang tersebut Darwin menerbitkan buku The

Descent of Man, and Selection in Relation to Sex (1871) yang dijadikan

sebagai penguat gagasan evolusinya. Menurut Michael H. Hart (2009)

karya Darwin ini merupakan penyempurna teori evolusinya. Buku yang

mendukung pemikiran bahwa manusia merupakan keturunan makhluk

yang mirip kera ini menambah minyak pada api perdebatan yang masih

berkobar.
Dari gagasan tentang teori evolusinya, Darwin tidak pernah

menyatakan ataupun mengungkapkan bahwa manusia berasal dari kera.

Akan tetapi dengan pengklasifikasian kera (primat) yang masuk kedalam

ordo manusia telah memicu kesimpulan bahwa manusia merupakan

keturunan kera. Teorinya tersebut telah merebak ditengah masyarakat

bersamaan dengan karyanya yang telah menyebar keseluruh penjuru dunia. Didalam stigma

masyarakat bahwa teori evolusi merupakan teori yang

menjelaskan mekanisme perubahan yang terjadi pada manusia yang

berubah dari kera.

Dari awal kemunculan teori evolusi Darwin telah memunculkan

polemik dari berbagai kalangan naturalis (ilmuan), akademisi maupun

agamawan. Ketidaksepakatan terhadap konsep evolusi Darwin diawali

oleh Uskup Samuel Wilberforce pada saat pertemuan British

AssocDarwintion for the Advancement of Scince (sekarang dikenal sebagai

BA), diadakan di Oxford University Museum pada 1860 (The Natural

History Museum, 2008: 2).


Pembahasan kebenaran atau kesahihan teori evolusi hingga sampai

saat ini menjadi sebuah pembahasan yang belum menemukan sebuah

konklusi. Berbagai klaimpun terjadi diantara kubu yang menganggap

bahwa pendapat masing-masing yang paling benar. Hal demikian terlihat

jelas terutama dari kalangan evolusionis (pendukung) ataupun

kreasionisme (penentang).

Dari kalangan evolusionis menganggap bahwa teori tersebut

merupakan sebuah kebenaran yang tak dapat disangkal dengan berbagai

bukti-bukti yang telah diselesaikan. Sedangkan dari kalangan yang kontra

terhadap teori evolusi, menganggap bahwa teori evolusi merupakan sebuah

ajaran atau paham (teori) yang sesat, karena tidak sesuai dan telah

menyimpang dari ajaran-ajaran agama samawi. Terutama ketika

dikorelasikan dengan teks-teks kitab suci agama samawi (Yahudi, Kristen

dan Islam). Ketidaksepakatan terhadap teori evolusi tersebut melahirkan

gagasan Kreasionisme (teori penciptaan) yang menjadi sebuah antitesis

terhadap teori Darwin. Kata kreasionisme berasal dari bahasa latin creatio

yang berarti penciptaan. Kreasionisme sebagai alairan teologi dan filsafat

menyangkal sama sekali adanya evolusi atau hanya mengakuinya dalam

arti horizontal antara jenis (species) tumbuhan atau binatang yang sama,

tetapi tidak dalam arti vertikal antara jenis-jenis yang berlainan, apalagi

dari binatang menuju manusia (Dahler, 2011:73). Sebagai kalangan agamawan mengaggap

kreasionisme sesuai dengan ajaran agama. Karena hal tersebut sudah tersirat atau dinashkan

dalam kitab suci agama samawi. Teori evolusi menurut presepsi mereka hanyalah sebuah teori
yang diciptakan manusia. Hal tersebut membuat kesahihannya pun juga dapat diragukan karena

manusia merupakan makhluk yang tak sempurna dan selalu tak dapat lepas dari kesalahan.

Hal tersebut membuat sebagai kalangan agamawan menganggap

kreasionisme sebagai alternatif penggati dari teori evolusi. Selain

Dianggap sebagai sebuah teori yang menyimpang dari ajaran agama, teori

evolusi Darwin juga bukan merupakan sebuah penemuan yang ilmiah. Banyak ilmuan yang

mengatakan bahwa teori evolusi Darwin bukanlah

karya ilmu pengetahuan, melainkan hanya fiksi ilmiahh, sebuah dongeng,

bahkan sebuah permainan karena tidak disertai dengan bukti-bukti ilmiah

yang mendukung teori tersebut. Karena itu, sudah sepatutnya kita perlumenginggatkan umat

tentang ketidakbenarannya melalui pengkajian secara

ilmiah (Rosman dan Bambang, 2006: vvi).

Penelitian ini berusaha memberikan sebuah referensi bagi

masyarakat umum maupun masyarakat akademis. Semoga dengan

hadirnya penelitian ini ditengah mereka dapat dijadikan sebagai pedoman

dan rujukan untuk mengkaji teori evolusi dari berbagai sumber. Polemik tentang benar dan

salahnya diharapkan dapat dikaji secara

komperhensif. Tidak serta merta dengan mudahnya mengeluarkan

justifikasi atas segala ilmu yang tidak sepaham dengan kita tanpa landasan

yang dapat dipertanggung jawabkan.


B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan penegasan istilah diatas yang

dijadikan acuan, maka dapat diajukan permasalahan yaitu.

1. Bagaimana konsep teori evolusi menurut Darwin yang dinyatakan

dalam asal usul makhluk hidup?

2. Bagaimana konsep teori evolusi menurut Darwin yang dinyatakan

dalam mekanisme evolusi melalui seleksi alam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui lebih mendalam konsep Teori Evolusi menurut Darwin yang dinyatakan

dalam asal usul makhluk hidup.

2. Untuk mengetahui lebih mendalam konsep teori Evolusi menurut Darwin yang dinyatakan

dalam mekanisme evolusi melalui seleksi alam.

3. Untuk mengetahui respon tokoh islam terhadap teori evolusi Darwin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, dapat menambah khasanah pemikiran tentang teori evolusi dan bagi Peserta

didik SMA KRISTEN 2 BINSUS Tomohon khususnya. Dan juga dapat di jadikan referensi

penelitian yang selanjutnya secara mendalam guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan secara khususnya dapat dijadikan

sebagai referensi dalam pengkajian tentang teori evolusi.


BAB II

ISI

A.Pengertian Evolusi
Evolusi adalah proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup secara perlahan-lahan dan

memerlukan waktu yang relatif lama.

B.Asal-Usul Kehidupan
1. Teori Abiogenesis

Teori abiogenesis menjelaskan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati atau dengan kata

lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena itu, teori ini dikenal juga dengan teori

Generatio Spontanea. Teori abiogenesis pertama kali dicetuskan oleh Aristoteles yang merupakan

tokoh ilmu pengetahuan dari Yunani Kuno. Percobaan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah

tanah yang direndam air akan muncul cacing.

(Teori Needham)

Teori abiogenesis ini didukung oleh seorang ilmuwan Inggris pada tahun 1700 yang bernama

Nedham. Percobaan yang dilakukan oleh Nedham adalah merebus kaldu dalam wadah selama
beberapa menit kemudian ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam

kaldu tersebut. Akhirnya, Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu. Setelah itu, pada

abad ke-17 Antonie van Leeuwenhoek berhasil menemukan mikroskop. Dia mencoba mengamati

air rendaman jerami dengan menggunakan mikroskop temuannya. Ternyata dia melihat adanya

mikroorganisme di dalam air rendaman jerami tersebut.

2. Teori Biogenesis

Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup barasal dari makhluk hidup pula. Tokoh teori

biogenesis adalah sebagai berikut.

a. Francesco Redi

Redi melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dengan sendirinya pada

daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur lalat.

 Percobaan I (1668)

Redi menggunakan dua kerat daging segar dan dua toples.

Toples I diisi dengan sekerat daging dan ditutup rapat-rapat.

Sedangkan toples II diisi dengan kerat daging dan dibiarkan terbuka.

Setelah beberapa hari, daging pada toples II telah membusuk dan terdapat banyak larva.
Berdasarkan percobaan I yang telah dilakukan, redi menyimpulkan bahwa larva bukan berasal

dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari lalat yang masuk kemudian bertelur pada keratan

daging dan telur tersebut menetas menjadi larva.

Hasil percobaan tersebut mendapat sanggahan dari para ilmuwan pengikut teori abiogenesis.

Mereka menyanggah bahwa pada toples I tidak ada kehidupan karena toples tersebut tidak ada

kontak dengan udara (tertutup). Akibatnya, tidak ada daya hidup didalamnya. Akhirnya Redi

melakukan percobaan yang kedua.

 Percobaan II

Meletakkan daging pada toples tertutup kain kasa sehingga masih terjadi kontak dengan udara,

tetapi lalat tidak dapat masuk.

Hasil dari percobaan tersebut yaitu daging membusuk dan ditemukan sedikit larva, dan pada kain

kasa penutupnya ditemukan lebih banyak larva.

Kesimpulan Redi pada percobaan II adalah larva bukan berasal dari daging yang membusuk,

tetapi berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa dan beberapa telur jatuh pada daging.

b. Lazzaro Spallanzani
Pada 1765 Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan untuk menyanggah kesimpulan yang

dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan sebagai berikut.

2 tabung kaldu dipanaskan sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu terbunuh.

Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu

tabung lagi ditutup.

Ternyata pada tabung yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup

tidak terdapat organisme.

c. Louis Pasteur

Louis Pasteur melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa.

Kaldu direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan.

Setelah beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak ditemukan adanya mikroorganisme.

Adanya pipa yang berbentuk seperti leher angsa memungkinkan udara dapat masuk ke dalam

tabung, tetapi mikroorganisme udara akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa

leher. Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu

tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah beberapa waktu, air

kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme.


Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tumbanglah teori abiogenesis dan muncul teori biogenesis

yang menyatakan hal-hal sebagai berikut.

Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari telur.

Omne vivum ex ovo, artinya setiap telur berasal dari makhluk hidup.

Omne vivum ex ovo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga3.

3. Teori Kreasi Khas/Teori Penciptaan Khusus

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang
istimewa. Teori ini dikenal dengan nama teori kreasi khas.

4. Teori Kataklisma

Teori ini menyatakan bahwa semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam

periode-periode, diantara periode yang satu dengan yang lain terjadi bencana yang

menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru. Pelopor teori ini adalah Cuvier.

(Cuvier)
5. Teori Kosmozoan

Teori ini menyatakan bahwa protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan adalah awal
dari kehidupan yang ada di bumi. Spora kehidupan tersebut berasal dari alam semesta yang
mencapai permukaan bumi. Pelopor teori ini adalah Arrhenius.

(Arrhenius)

6. Teori Evolusi Kimia

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari terbentuknya senyawa-senyawa organik di

atmosfer. Senyawa organik tersebut berasal dari adanya gas-gas, seperti metana (CH4), hidrogen

(H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3) di atmosfer serta bantuan energi dari sinar kosmis dan

kilatan halilintar, sehingga dapat terbentuk senyawa organik seperti asam amino.

Senyawa organik tersebut terkumpul dalam sup primordial (sup purba). Melalui sup purba inilah

kemungkinan kehidupan paling sederhana muncul. Tokoh teori ini adalah A.I. Oparin, J.B. S.

Haldane. Dan teori ini dibuktikan oleh Stanley Miller.


(Stanley Miller)

Miller membuat sebuah alat yang meniru keadaan awal bumi sebelum kehidupan terbentuk. Alat

percobaan Miller tersusun atas tabung kaca yang dilengkapi dengan kran-kran untuk memasukkan

bermacam-macam gas, seperti metana (CH4), hidrogen (H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3).

Tabung tersebut dihubungkan dengan listrik 75.000 volt dan dilengkapi dengan dua elektroda

yang bertujuan untuk menghasilkan bunga api listrik sebagai pengganti halilintar. Setelah

beberapa hari, terjadi perubahan warna pada air penampungan dari rangkaian tabung kaca Miller.

Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya asam amino dalam air.

Asam amino adalah zat organik pembentuk protein. Hal ini membuktikan bahwa zat anorganik

dapat membentuk setidaknya zat organik yang terdapat pada makhluk hidup.

7. Teori Evolusi Biologi

Oparin juga menduga bahwa senyawa yang akan terbentuk dari peristiwa evolusi kimia akan jatuh

ke laut yang panas. Dalam waktu yang lama, senyawa-senyawa yang ada di lautan akan

membentuk senyawa baru yang lebih kompleks, dan memiliki kemampuan untuk menggandakan

diri dan membuat senyawa kimia lain untuk mencukupi kebutuhan energi dan makanannya.

Diduga bahwa sel hidup yang pertama menggunakan bahan organik di lautan sebagai pembangun
struktur tubuhnya serta pemenuhan kebutuhan energinya, sehingga secara perlahan kadar bahan

organik yang ada di lautan akan habis lebih cepat dibandingkan pembentukannya oleh tenaga

alam.

Karena molekul organik lenyap dari laut, organisme mulai “belajar” bagaimana membuat

biomolekul organiknya sendiri dengan memanfaatkan energi sinar matahari melaui proses

fotosintesis untuk membuat gula dan molekul organik lainnya dari CO2 mengikat nitrogen,

seperti asam amino.

C.Sejarah Munculnya Teori Evolusi


Teori evolusi adalah teori yang muncul sebagai salah satu cara untuk mencari tahu asal usul

kehidupan atau makhluk hidup. Seiring berjalannya waktu, banyak para ahli yang telah

menjelaskan teori evolusi. Berikut akan dijelaskan mengenai teori evolusi, antara lain teori

evolusi Lamarck, teori evolusi Darwin, teori Cuvier, teori Weismann, dan teori Herbert Spencer.

1. Teori Evolusi Lamarck

Lamarck menyatakan bahwa evolusi yang terjadi pada makhluk hidup merupakan bentuk respon

terhadap perubahan lingkungannya. Oleh karena itu, Lamarck merupakan orang pertama yang

menyatakan bahwa makhluk hidup melakukan evolusi.

Berikut terdapat fakta mengenai teori evolusi Lamarck.


a. Pertama, mengenai penemuan fosil yang memperlihatkan bahwa makhluk hidup di masa

lampau berbeda dengan yang hidup saat ini.

b. Kedua, teorinya menjelaskan mengapa setiap makhluk hidup memiliki adaptasi yang baik

terhadap lingkungannya.

2. Teori Evolusi Darwin

Teori evolusi Darwin dimulai saat ia berlayar ke beberapa tempat. Saat sampai di kepulauan

Galapagos, Darwin menemukan kura-kura raksasa dan iguana Galapagos yang mirip kadal, tetapi

berenang di air dan memakan rumput laut. Darwin memperlihatkan bahwa terdapat variasi pada

hewan tertentu berdasarkan bentuk tubuh dan fungsinya dari pulau ke pulau. Hal tersebut terlihat

jelas pada populasi burung Finch.

Teori evolusi Darwin tertuang dalam bukunya yang berjudul “On The Origin of Species by

Means of Natural Selection”. Pada buku tersebut, Charles Darwin mengungkapkan teorinya

mengenai evolusi. Pokok utama dari teori evolusi Darwin adalah sebagai berikut.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alam (natural

selection).

Yang paling kuat adalah individu yang mampu bertahan hidup (Survival of the fittest). Individu

yang bertahan akan mewariskan sifat kepada generasi berikutnya.

Individu akan berusaha keras untuk bertahan hidup (Struggle for existence). Individu yang tidak

dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan akan melanjutkan

hidupnya dan bereproduksi.


3. Teori Cuvier

Teori ini dikemukakan oleh George Cuvier. George Cuvier (1769-1832) menyatakan bahwa

setiap spesies tercipta secara terpisah. Ia menjelaskan bahwa anak seorang atlet tidak serta merta

memiliki otot yang kuat begitu dilahirkan tanpa adanya latihan dan olahraga. Namun, George

Cuvier tidak membantah mengenai adanya faktor yang diturunkan dari generasi ke generasi dan ia

tidak mengetahui faktor penyebabnya.

4. Teori Weismann

Orang yang mengemukakan teori ini adalah August Weismann (1834-1914). Weismann adalah

seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman. Menurut Weismann evolusi terjadi karena adanya

seleksi alam terhadap faktor genetis.

5. Teori Herbert Spencer

Herbert Spencer adalah seorang ahli filsafat dari Inggris yang pertama kali menggunakan istilah

evolusi. Menurut Spencer, konsep evolusi yang dimaksud adalah berkaitan dengan suatu

perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat.

Pengertian yang dikemukakan oleh Spencer tersebut menunjukkan terjadinya suatu proses

perubahan. Namun demikian, tampak bahwa pengertian yang dimaksud tidak terkait dengan

kajian biologi, dan pada perkembangannya istilah tersebut tenggelam bersamaan dengan

perkembangan pemikiran para ahli filsafat yang lain.

Setelah para ahli mengemukakan teori evolusinya masing-masing, ternyata ada yang berbeda

pendapat antara satu teori dengan teori lainnya. Seperti halnya perbedaan pendapat antara

Lamarck dan Darwin.

Teori Lamarck dan Darwin keduanya menyatakan bahwa evolusi spesies terjadi berangsur-

angsur. Tetapi, penyebab dan mekanisme terjadinya perbedaan tersebut dijelaskan secara berbeda

oleh kedua teori tersebut. Salah satu contoh evolusi yang terkenal adalah mengenai panjang leher
jerapah. Lamarck berpendapat bahwa panjang leher jerapah terjadi karena aktivitas nenek moyang

jerapah pada zamn dahulu. Dahulu leher jerapah tidak panjang tetapi karena makanannya

dedaunan pada pohon yang tinggi, jerapah menggapai-gapai hingga lehernya menjadi panjang.

Sifat leher ini kemudian diwariskan kepada keturunannya, sehingga semua jerapah memiliki leher

yang panjang.

Sedangkan Darwin berpendapat bahwa panjang leher jerapah berbeda-beda karena adanya variasi

dalam populasi jerapah. Pada populasi jerapah terdapat sebagian jerapah yang berleher lebih

panjang daripada yang lainnya. Ketika makanan jerapah tinggi, jerapah dengan leher pendek tidak

dapat bertahan hidup dan akhirnya mati.

Hal tersebut menyisakan jerapah dengan leher panjang yang masih dapat bertahan hidup dan

menghasilkan keturunan jerapah yang berleher panjang.

Selain Lamarck dan Darwin, Weismann juga berpendapat bahwa sifat leher panjang atau pendek

pada jerapah dikendalikan oleh gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan. Sedangkan, gen

untuk leher pendek adalah resesif. Karena jerapah berleher pendek tidak mampu beradaptasi

dengan lingkungan, maka jerapah ini tidak dapat bertahan hidup sehingga mati.

D.Sejarah Evolusi Manusia


Sebenarnya kera bukanlah nenek moyang manusia, melainkan antara kera dan manusia memiliki

cikal bakal yang sama. Proses evolusi manusia terjadi secara bertahap dalam waktu yang sangat

lama. Sejarah evolusi manusia dimulai dari primata cikal bakal yang kemudian dalam

perkembangannya akan mengalami perubahan dari generasi ke generasi sampai perkembangan

yang lebih baik seperti manusia zaman sekarang.

Sejarah evolusi manusia yang berasal dari primata cikal bakal adalah sebagai berikut.
1. Primata

Pada 1871, Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul The Descent of Man yang berisi

tentang asal usul manusia. Pendapat Darwin tersebut memang berdasarkan pada hubungan

kekerabatan antara manusia dengan primata. Sehingga dapat dilihat antara manusia (Hominidae)

dan orang utan (Pongidae).

Di antara bentuk persamaan tersebut, dapat dilihat dari struktur tubuhnya antara lain sebagai
berikut.

a. Mata menghadap ke depan.


b. Memiliki kelenjar susu yang terletak di dada.
c. Memiliki struktur, jumlah, dan macam kerangka yang sama.
d. Organ darah mempunyai susunan kimia yang sama.
e. Bentuk rahim dengan tipe simpleks.

2. Manusia Purba

a. Manusia Kera Afrika Selatan

Raymond Dart (1829-1924) menemukan beberapa fosil manusia kera dari Afrika Selatan antara

lain Australopithecus africanus, Paranthropus robustus, dan Plesianthropus transvelensis. Menurut

Raymond Dart, manusia kera Afrika Selatan memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.

- Dapat berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki.


- Memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter.
- Memiliki volume otak hanya sekitar 450-600 cm3
- Habibat hidup di tempat terbuka.
b. Manusia Kera Afrika Timur

Leakey menemukan fosil manusia kera afrika timur dan diberi nama Australopithecus boisai.

Australopithecus boisai memiliki ciri-ciri antara lain berbadan lebih kekar, gigi, dan tulang rahang

lebih kuat. Penemuan lain adalah jenis Australopithecus habilis yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut.

Memiliki volume otak yaitu ± 650 cm3 lebih besar dibandingkan manusia kera Afrika Selatan,

sehingga intelegensinya lebih tinggi.

Sudah menggunakan alat bantu untuk memotong dari batu

c. Manusia Jawa

Fosil manusia Jawa ditemukan oleh Eugene Dubois, yang merupakan ahli anatomi dan geologi

dari Belanda. Eugene Dubois menemukan fosil tersebut di daerah Trinil, Jawa Timur pada 1894.

Pada tempat yang berbeda ditemukan pula manusia Jawa jenis lain. Penemuan ini dilakukan oleh

C.R. Von Koenigswald di daerah Mojokerto dan Sangiran. Hasil penemuan Koenigswald tersebut

diberi nama Pithecanthropus erectus

Manusia Jawa yang ditemukan tersebut memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

- Dapat berdiri dan berjalan dengan dua kaki.


- Memiliki volume otak ± 770-1000 cm3
- Dapat berkomunikasi dengan berbicara.
- Dapat membuat alat berburu dan menggunakan api.
d. Manusia Peking

Penemuan fosil manusia purba dilakukan oleh Davidson Black (Canada) dan Franz Weiden Reich

(Amerika) pada 1920. Penemuan manusia purba tersebut berada di Gua Kapur, Peking. Hasil

penemuan tersebut deberi nama Sinanthropus pekinensis.

Ciri-ciri manusia Peking tersebut antara lain sebagai berikut.

- Memiliki volume otak yang agak besar yaitu ± 900-1200 cm3


- Diperkirakan hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu.
- Mampu menggunakan senjata dan perkakas dari tulang dan batu.
- Sudah menggunakan api.
- Mempunyai kebudayaan yang lebih maju.

e. Homo Sapiens

Penemuan Homo sapiens oleh Eugene Dubois yaitu Homo wajakensis yang ditemukan di desa

Wajak, Jawa Timur pada 1889. Spesies ini diperkirakan hidup kurang lebih 40.000 tahun.
3. Manusia Modern

Manusia modern memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

- Memiliki volume otak ± 1400-1500 cm3


- Memiliki tinggi badan ± 1,6 m.
- Memiliki peradaban yang maju.
- Memiliki peralatan yang lebih baik.
- Suka berburu.
- Sudah terdapat hubungan sosial dan upacara ritual.

Dari penjelasan mengenai berbagai sejarah evolusi manusia tersebut, kamu akan memiliki

gambaran tentang perkembangan manusia dari generasi ke generasi.

E.Bukti Evolusi
Benarkah teori evolusi itu ada? Apakah buktinya jika ada? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

berikut akan dijelaskan mengenai bukti evolusi, yuk simak penjelasannya.


1. Adanya Fosil

Bukti evolusi yang pertama adalah adanya fosil. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah

membatu dan terperangkap di dalamnya. Fosil ini mampu menguak tabir kehidupan pada masa

lampau. Kehidupan masa lampau berbeda dengan kehidupan pada masa sekarang. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya perbedaan struktur antara tubuh hewan atau tumbuhan yang telah

menjadi fosil dengan yang masih ada sekarang.

Fosil-fosil inipun jarang ditemukan dalam keadaan lengkap (utuh), umumnya merupakan suatu

bagian atau beberapa bagian tubuh makhluk hidup. Faktor-faktor yang menyebabkan jarang

ditemukan fosil dalam keadaan lengkap, yaitu sebagai berikut.

- Terjadinya lipatan buatan bumi.


- Pengaruh air, angin dan bakteri pembusuk.
- Hewan pemakan bangkai.

Jenis organisme, ada organisme yang tidak memungkinkan suatu bagian tubuh organisme menjadi

fosil, misalnya amoeba.

Keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan suatu bagian tubuh organisme menjadi fosil.

2. Variasi Individu dalam Satu Keturunan

Apakah kalian pernah menemukan ada dua individu yang sama persis? Di dunia ini tidak

dijumpai dua individu yang identik sama. Bahkan anak kembar pun pasti mempunyai suatu

perbedaan. Jadi terdapat adanya variasi antara individu dalam satu spesies.
Hal ini terjadi, karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, dan makanan.

Seleksi terhadap jenis hewan dan tumbuhan selama bertahun-tahun menghasilkan varian yang

jauh berbeda dengan nenek moyangnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

variasi merupakan petunjuk adanya evolusi yang menuju terbentuknya spesies-spesies baru.

3. Analogi dan Homologi

Bukti evolusi dapat ditunjukkan pula dari adanya persamaan organ berbagai organisme. Struktur

organ tubuh berbagai organisme tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analogi dan

homologi.

a. Analogi

Analogi adalah organ-organ tubuh yang mempunyai fungsi sama tetapi bentuk asalnya berbeda.

Misalnya sayap serangga dengan sayap burung.

b. Homologi

Homologi adalah organ-organ makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal (dasar) yang sama,

kemudian berubah strukturnya sehingga fungsinya berbeda. Misalnya sayap burung homolog

dengan tangan manusia, kaki depan kuda homolog dengan sirip dada ikan paus

4. Embriologi Perbandingan

Adanya persamaan dan perbedaan dalam perkembangan embrio menjadi individu ini

menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara organisme yang dapat menjadi bukti evolusi.

Van Baer mengemukakan pendapatnya mengenai hal ini, yaitu sebagai berikut.

Sifat-sifat umum organisme akan muncul terlebih dahulu daripada sifat yang khusus.

Perkembangan sifat dimulai dari yang umum menuju yang khusus.

Binatang yang satu akan memisah secara progresif dari binatang yang lain.

Dalam perkembangannya, hewan-hewan memiliki bentuk embrio yang serupa, namun dewasanya

berbeda.
5. Perbandingan Fisiologi

Makhluk hidup mulai dari terendah hingga yang paling tinggi tersusun atas sel. Walaupun jumlah

sel dan morfologi setelah dewasa berbeda, namun fisiologi di dalam selnya memiliki kemiripan,

seperti berikut ini.

- Metabolisme
- Respirasi
- Sintesis protein
- Sintesis ATP dan penggunaannya dalam aktivitas hidup

6. Biogeografi

Penyebaran hewan dan tumbuhan di berbagai daerah merupakan pendukung kuat adanya evolusi.

Perjalanan Darwin ke Galapagos telah membuahkan bukti bahwa pada pulau-pulau yang

berdekatan ditemukan jenis hewan yang mirip.

F.Mekanisme Evolusi
Mekanisme evolusi dapat terjadi melalui beberapa faktor sebagai berikut.

1. Seleksi Alam

Dalam mekanisme evolusi, seleksi alam adalah teori yang mempunyai konsep bahwa makhluk

hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Makhluk

hidup yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan

antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan saling bersaing untuk dapat tetap

bertahan hidup.

2. Mutasi Gen

Mutasi yang terjadi pada sel tubuh tidak akan diwariskan, sementara itu mutasi pada sel kelamin

dapat mengakibatkan timbulnya sifat baru yang menguntungkan. Jika sifat baru tersebut dapat

beradaptasi dengan lingkungannya maka akan bertahan hidup dan mewariskan mutasi yang
dialaminya kepada keturunannya.

Berdasarkan anggapan bahwa terdapat mutasi yang menguntungkan, munculah teori evolusi baru

yaitu teori sintetis modern. Pada intinya teori ini berisi tentang konsep mutasi pada teori seleksi

alam Darwin. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal sebagai Neodarwinisme (1930-1940).

3. Spesiasi

Mekanisme evolusi yang selanjutnya adalah spesiasi. Spesiasi adalah proses pembentukan spesies

baru. Proses pembentukan spesiasi alami dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai

berikut.

a. Spesiasi Alopatrik

Terjadi karena adanya penghalang fisik seperti sungai, gunung, letak geografis, dan sebagainya.

Penghalang ini memisahkan sebuah populasi dari populasi induknya, yang berarti memotong

aliran gen antarkedua populasi tersebut.

Contoh dari spesiasi alopatrik adalah hasil evolusi dari populasi burung kutilang (finch) di

Kepulauan Galapagos yang terpisah dari populasi induknya di Benua Amerika bagian selatan.

b. Spesiasi Parapatrik

Terjadi pada populasi-populasi yang letaknya berdekatan. Kelompok gen mereka menjadi terpisah

oleh variasi lingkungan. Sebagai contoh adalah rumput yang tumbuh di lingkungan toksik akan

mengembangkan toleransi terhadap logam berat, yang tidak dipunyai oleh rumput di sebelahnya

yang tidak terpolusi.

c. Spesiasi Simpatrik

Spesiasi jenis ini terjadi pada tanaman hasil poliploidi (mutasi buatan). Poliploidi adalah peristiwa

penggandaan jumlah kromosom yang melebihi aslinya, misalnya dari 2n menjadi 3n.
4. Migrasi

Migrasi atau perpindahan anggota populasi dapat berlangsung sebagai emigrasi (keluar dari

populasi) atau imigrasi (masuk kedalam populasi). Jika perpindahan ini menyebabkan populasi

terjebak atau terisolasi oleh kondisi geografis, maka akan menyebabkan terbentuknya

keseimbangan genetik baru di tempat tersebut.


BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN
Pemikiran mengenai evolusi, yakni bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu, telah berakar

sejak zaman kuno. Pemikiran tersebut dapat terlihat pada ilmu pengetahuan peradaban Yunani,

Romawi, Cina, dan Islam. Namun, sampai dengan abad ke-18, pandangan biologis Barat masih

didominasi oleh pandangan esensialisme, yaitu pandangan bahwa bentuk-bentuk kehidupan tidak

berubah. Hal ini mulai berubah ketika pengaruh kosmologi evolusioner dan filosofi mekanis

menyebar dari ilmu fisik ke sejarah alam.

Evolusi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Evolvo yang berarti membentang. Evolusi adalah

perubahan berangsur dan pelan. Ada bermacam-macam evolusi yaitu evolusi geologi, evolusi

astronomi, evolusi biologi dan evolusi budaya. Ditinjau dari bagian yang mengalami perubahan,

evolusi dapat dibedakan menjadi evolusi kosmik dan evolusi organik. Disamping itu ada istilah

lain yang dikenal dengan evolusi geologis.

Teori evolusi sebagai penjelasan tentang bagaimana evolusi itu terjadi (mekanisme evolusi).

Selain sebagai penjelasan tentang evolusi, teori evolusi bisa juga dimaksudkan sebagai teori yang

menyatakanperubahan dan diversifikasi makhluk hidup. Dalam hal ini teori evolusi merupakan

penjelasan terhadap berbagai fenomena yang kemudian ditunjuk sebagai bukti evolusi.

Tokoh yang mengemukakan gagasan mengenai teori evolusi sendiri ada beberapa diantaranya,

menurut Lamarck, menurut Darwin, menurut Darwin-Weismann, dan menurut Hugo de Vries.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/37112/7/BAB%20I.pdf
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/255715/mod_forum/intro/Sally
%20Chosia%20-%20F0117102%20-%20Teori%20Evolusi.doc
https://pin.it/3e1PmfT

Anda mungkin juga menyukai