Anda di halaman 1dari 93

NAMA : Bq.

Novi Aprilia

NIM : E1A019021

KELAS : A / VI

EVOLUSI

1. Sejarah perkembangan evolusi

Istilah evolusi muncul untuk pertama kali didalam pengertian ilmiah modern oleh

seorang Geologis berkebangsaan Skotlandia bernama Charles Lyell tahun 1832.

Selanjutnya Charles Darwin kemudian menggunakan istilah ini satu kali dalam

paragraf penutup bukunya yang berjudul On The Origin of Species (Asal mula

Spesies) pada tahun 1859. Kata evolusi ini kemudian dipopulerkan oleh Herbert

Spencer dan ahli biologi lainnya. Seorang ahli filsafat bernama Herbet Spencer

yang berasal dari Inggris untuk pertamakali menuliskan istilah evolusi. Menurut

Spencer dalam bukunya “Social Static”, konsep evolusi sangat berkaitan dengan

perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat.

Pengertian yang dikemukakan oleh Spencer tersebut memperlihatkan kejadan

suatu proses perubahan. Akan tetapi, tampak bahwa pengertian yang dimaksud

tidak terkait dengan kajian biologi, dan pada perkembangannya istilah tersebut

tenggelam bersamaan dengan perkembangan pemikiran para ahli filsafat yang lain.

Evolusi dimasa kini berkembang dari ilmu tentang asal mula kehidupan manusia

menjadi hal yang baru mengarah kepada kata perubahan, tidak hanya mengenai
asal usul makhluk hidup, pada bidang ilmu yang lainya kata evolusi juga

digunakan. Tidak banyak pertentangan mengarah kepada evolusi sebagai

perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama, akan

tetapi beberapa konsep awal yang dicetuskan Darwin dalam karyanya The origin

of species memberikan jejak kuat yang melatar belakangi pembantahan. Salah satu

hal yang menjadi perdebatan adalah permasalahan leluhur sama dalam pandangan

Darwin kepada asal mula semua spesies yang terdapat dibumi.

Teori evolusi identik dengan Darwin, walapun sebenarnya gagasan evolusi

pertama kali bukan diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya

hingga zaman Yunani kuno. Thales (636 - 546 SM) dan Anaximander (611 - 547

SM) biasa memperbincangkan asal usul biota laut dan evolusi kehidupan.

Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan Empedocles (490 -

430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-tulisan mereka. Plato

(427-347 SM) percaya bahwa benda-benda yang diamati hanyalah tiruan (copy)

dari dunia ide di keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti dunia

seseorang harus berkontemplasi prinsip-prinsip umum di sebalik hal yang diamati.

Plato berpendapat bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang

organismenya sudah ideal dan beradaptasi sempurna terhadap lingkungannya.

Berbeda dengan Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato, yang berargumen

bahwa pengetahuan tentang dunia datang melalui pengalaman yang diinterpretasi

nalar (reason). Aristoteles menganut teori skala alami (scalae naturae) dimana

skala alami membahas bahwa adanya klasifikasi bentuk kehidupan berdasarkan


tingkat kompleksitas. Aristoteles meyakini bahwa spesies sudah berada dalam

bentuk permanen, sempurna, dan tidak berkembang lagi. Pernyataan tersebut tidak

terlepas dari teori yang melekat bersamanya. Beberapa ahli biologi seperti Charles

Darwin, Alfred Russel Wallace mencoba menerangkan mengenai keberagaman

makhluk hidup melalui pemikiran-pemikirannya. Charles Darwin melalui bukunya

“On The Origin of Species: by Means of Natural Selection” melalui beragam

fakta-fakta empiris. Buku tersebut menyajikan kasus-kasus yang meyakinkan

tentang evolusi dan telah dapat menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat

sebagai suatu kumpulan fakta membingungkan dan tidak saling berkaitan menjadi

suatu pandangan kohesif mengenai kehidupan. Kaum realis memiliki ketertarikan

kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat indera merupakan

pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum

realis yakin akan bukti empiris mengenai teori evolusi Darwin.

2. Sumber variasi sebagai jalan menemukan bukti evolusi

Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat

terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme (Hassan et al., 2014). Evolusi

hanya bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber

utama variasi adalah mutasi, rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow).

Evolusi telah membentuk keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang

yang sama (Hassan et al., 2014). Kita dapat mendefinisikan evolusi sebagai

keturunan dengan modifikasi, istilah yang digunakan Darwin dalam menjelaskan


bahwa dari kejadian yang terjadi dibumi ini, banyak spesies keturunan dari spesies

leluhur yang dulu berbeda dari spesies masa kini. Evolusi juga bisa didefinisikan

sebagai perubahan komposisi genetik suatu populasi turun-temurun (Campbell et

al., 2017). Pikiran tentang evolusi sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang

muncul dari pemikiran ahli-ahli filsafat Yunani kuno dan belum didasarkan pada

fakta yang akurat serta belum dikaitkan dengan lingkungannya. Pemikiran tentang

evolusi kembali berkembang melalui tokoh evolusi organik zaman Renaisans pada

abad 17 yang lebih banyak mendasari teori Darwin.

Teori evolusi yang dicetus oleh Darwin menibulkan kegemaran yang luar biasa di

dunia Barat seabad yang lalu karena teori tersebut bertentangan sama sekali

dengan kisah penciptaan manusia dan alam semesta yang dianut oleh masyarakat

pada saat itu. Teori evolusi Kontroversial itu diuraikan oleh Darwin dalam On the

Origin of Spesies by Means of Natural Selection pada tahun 1859, disusul

kemudian dengan The Descent of Man and Selection in Relation Sex yang terdiri

dari dua jilid pada tahun 1871. Jangka waktu dua belas tahun sejak terbitnya The

Origin of Spesies, para ilmuwan hampir semua telah sepakat mendukung teori

evolusi, sedangkan para agamawan dengan keras tetap menentangnya (Junaidi,

2017). Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari makhluk-makhluk yang

lebih rendah derajatnya manusia, lalu berevolusi sampai bentuknya seperti

sekarang, sedang para agamawan berkeyakinan bahwa Nabi Adam adalah manusia

pertama yang langsung dicipta Tuhan dalam bentuk seperti sekarang tanpa melalui

evolusi (Junaidi, 2017).


Terjadinya proses evolusi ditunjukkan dengan berbagai bukti antara lain dari

perbandingan anatomi, perbandingan embriologi, perbandingan fisiologi, petunjuk

secara biokimia, petunjuk adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubuh yang

tersisa, serta petunjuk paleontologi. Berbagai bukti tersebut, menghasilkan bentuk

akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda baik dari asesoris tubuh yang

dimiliki, fungsi masing-masing asesoris tubuh tersebut, maupun sifat-sifat dari

makhuk hidup yang bersangkutan.

3. Istilah biologi yang berkaitan dengan evolusi

Rekonstruksi dari sejarah evolusi gen dan spesies merupakan salah satu hal

terpenting dalam evolusi molekuler. Mutasi gen merupakan faktor yang

menyebabkan timbulnya keanekaragaman genetik yang berakibat pada timbulnya

keanekaragaman dalam kehidupan. Dilihat dari sudut penyebabnya, mutasi

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu mutasi spontan dan mutasi terimbas.

Mutasi spontan merupakan mutasi yang terjadi pasa kondisi alami selama proses

replikasi, perbaikan, dan rekombinasi DNA. Mutasi terimbas adalah mutasi yang

disebabkan oleh agen agen lingkungan spesifik (Sofro 1994). Mutasi substitusi

merupakan jenis mutasi gen dimana basa nukleotida berubah menjadi bentuk basa

lain dalam urutan DNA yang dapat menyebabkan terjadinya evolusi. Mutasi

substitusi dibagi ke dalam dua jenis yaitu transisi dan tranversi. Transisi adalah

pengubahan antara A dan G (purin) atau antara C dan T (pirimidin) (Wijana dan
Mahardika, 2010) Tranversi adalah pengubahan antara purin dengan pirimidin.

Substitusi transisi ditunjukkan oleh angka yang bercetak tebal sedangkan

substitusi tranversi ditunjukkan oleh angka yang bercetak miring (Tabel 2) Mutasi

inilah yang menyebabkan variasi genetik pada suatu organisme. Pohon filogenetik

merupakan suatu metode untuk mengetahui tingkat evolusi dan kekerabatan suatu

spesies.

4. Hubungan evolusi dengan buktinya

Evolusi adalah perubahan ciri-ciri populasi yang berlangsung seiring waktu (Mayr,

2010). Penemuan fosil merupakan salah satu sumber yang dijadikan bukti-bukti

evolusi. Penemuan fosil ditemukan di beberapa tempat di berbagai negara.

Manusia pertama kali berevolusi di Afrika timur sekitar 2,5 juta tahun yang lalu

dari satu genus kera yang lebih awal yang dinamakan Autralopithecus yang berarti

kera selatan (Harari, 2017). Penemuan bukti fosil juga ditemukan di Indonesia,

tepat di pulau Jawa ditemukan bukti fosil Homo Soloensis atau manusia dari

lembah Solo. Penemuan juga terjadi di Flores, yakni ditemukan spesies manusia

yang bernama Homo florensis yang mempunyai tinggi 1 meter dan mempunyai

berat kurang lebih 25 kilogram. Homo florensis ini sudah mampu menghasilkan

peralatan dari batu dan bahkan kadangkadang mereka berhasil berburu gajah-gajah

di pulau tersebut.

Teori tentang evolusi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan

pengetahuan yang berkaitan dengan teori tersebut. Saat ini, terdapat berbagai
macam versi mengenai teori evolusi yang berkembang di masyarakat ilmuwan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa di masa yang akan datang akan semakin

banyak versi tentang teori evolusi. Namun demikian, pada dasarnya bahwa teori

evolusi merupakan perpaduan antara gagasan (ide) dan kenyataan (fakta). Charles

Darwin (1809-1892) yang menerbitkan buku tentang asal usul spesies pada tahun

1859 dengan judul On the Origin of Species by Means of Natural Selection atau

The Prevervation of Favored Races in the Struggle for Life dianggap sebagai

pencetus ide evolusi. Ilmuwan lain, Alfred Russel Wallace (1823-1913), secara

terpisah mengembangkan pemikirannya dan menghasilkan konsep yang sama

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Darwin. Seorang teman Darwin, Joseph

Hooker, menggabungkan tulisan Wallace dan Darwin dan membukukannya

dengan judul On the Tendency of Species to from Varieties and on the

Perpetuation of Varieties and Species by Natural Means of Selection.

Terjadinya proses evolusi ditunjukkan dengan berbagai bukti antara lain dari

perbandingan anatomi, perbandingan embriologi, perbandingan fisiologi, petunjuk

secara biokimia, petunjuk adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubuh yang

tersisa, serta petunjuk paleontologi. Berbagai bukti tersebut, menghasilkan bentuk

akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda baik dari asesoris tubuh yang

dimiliki, fungsi masing-masing asesoris tubuh tersebut, maupun sifat-sifat dari

makhuk hidup yang bersangkutan.

Bukti adanya fosil gastropoda telah banyak dicari oleh para pakar di bidang

paleontology, geologi maupun biologi untuk membuktikan bahwa gastropoda


telah muncul pada masa Cambrian. Bukti tertua yang baru didapatkan pada masa

beberapa saat setelah Precambrian, yaitu pada masa Paleozoic, periode Cambrian.

Spesimen yang didapat masih dalam kondisi yang cukup bagus dari Pegunungan

Ellsworth, Amerika Barat. Fosil gastropoda yang didapat berasal dari beberapa

genus, dengan genus yang paling umum adalah Pelagiella. Genus lain yang juga

didapatkan pada masa itu antara lain Scaevogyra, Sinuopea dan Proplina Jenis

terbesar yang didapat berasal dari Pelagiella paucivoluta dan yang paling kecil dari

jenis Pelagiella bridge.

Bukti adanya evolusi, juga dapat dilihat dari berbagai hasil penelitian di masa

sekarang. Studi viviparitas pada gastropoda air tawar Famili Pachychilidae

menggunakan filogeni berdasar sekuensi mitokondria gen 16S, menunjukkan

adanya evolusi strategi reproduksi sebagai upaya adaptasi terhadap lingkungan.

Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa hampir seluruh gastropoda air

tawar memiliki nenek moyang yang bersifat ovipar. Sedangkan pada Famili

Pachychilidae memiliki sifat seperti gastropoda air laut, yaitu menghasilkan telur

dalam jumlah banyak namun dengan jumlah kantung telur sedikit. Pembentukan

telur dalam jumlah banyak tersebut adalah salah satu bentuk adaptasi untuk

mengatasi masalah lingkungan, yaitu memperbesar peluang eksistensi keturunan

agar terhindar dari kepunahan.


Bioeduca: Journal of Biology Education
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/bioeduca
ISSN 2086-9324 (print)

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2019


Hal. 12 – 17

Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci


Tentang Teori Asal Usul Manusia

Dharma Ferry1*, Tomi Apra Santosa2, Dairabi Kamil3


1,2,3
Tadris Biologi, Institut Agama Islam Negeri Kerinci
*Email: dharmaferry@iainkerinci.ac.id

Informasi Artikel ABSTRAK


Submit: 10 – 08 – 2019 Evolusi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang masih
Diterima: 12 – 08 – 2019 menjadi kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Dipublikasikan: 31 – 09 – 2019 pengetahuan mahasiswa jurusan Biologi tentang asal usul
manusia. Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomena. Partisipan adalah mahasiswa Biologi dan
mahasiswa Pendidikan Agama Islam dari Institut Agama Islam
Negeri Kerinci. Teknik pengumpulan berupa wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan mahasiswa Biologi dari segi sains menyatakan
bahwa (1) manusia berasal dari nenek moyang yang sama
dengan kera, (2) manusia berasal dari makhluk hidup
sebelumnya, selanjutnya dari segi agama, menyatakan bahwa
manusia berasal dari tanah. Pengetahuan mahasiswa
Pendidikan Agama Islam dari segi sains menyatakan bahwa (1)
manusia berasal dari nenek moyang yang sama dengan kera, (2)
manusia berasal makhluk hidup sebelumnya, selanjutnya dari
segi agama menyatakan bahwa (1) manusia berasal dari tanah,
(2) manusia berasal dari Nabi Adam dan Hawa.
Kata kunci: asal-usul manusia; evolusi; sains dan agama.
Penerbit ABSTRACT
Program Studi Pendidikan Evolution is a branch of biology that is still controversial. This
Biologi, Fakultas Sains dan study aims to determine the knowledge of students majoring in
Teknologi, UIN Walisongo human origins. This type of research is qualitative research with
Semarang a phenomenon approach. Participants were Biology students and
Islamic Education students from Institut Agama Islam Negeri
Kerinci. Interview and documentation techniques. This study
indicates that biology students' knowledge in terms of science
states that (1) humans come from the same ancestor as apes, (2)
humans come from previous living creatures, then from a
religious perspective, they state that humans come from the land.
The knowledge of Islamic Education students in terms of science
states that (1) humans come from the same ancestor as apes, (2)
humans come from previous living creatures, then from a
religious perspective which states that (1) humans come from the
ground, (2) humans come from the ground, (2) humans come
from the Prophet Adam and Eve.
Keywords: evolution; human origins; science and religion.
Copyright ©2019, Bioeduca: Journal of Biology Education

Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 12
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17

PENDAHULUAN
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat
terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme (Hassan et al., 2014). Evolusi
hanya bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber utama
variasi adalah mutasi, rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah
membentuk keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama (Hassan
et al., 2014). Kita dapat mendefinisikan evolusi sebagai keturunan dengan modifikasi,
istilah yang digunakan Darwin dalam menjelaskan bahwa dari kejadian yang terjadi
dibumi ini, banyak spesies keturunan dari spesies leluhur yang dulu berbeda dari
spesies masa kini. Evolusi juga bisa didefinisikan sebagai perubahan komposisi
genetik suatu populasi turun-temurun (Campbell et al., 2017). Pikiran tentang evolusi
sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang muncul dari pemikiran ahli-ahli filsafat
Yunani kuno dan belum didasarkan pada fakta yang akurat serta belum dikaitkan
dengan lingkungannya. Pemikiran tentang evolusi kembali berkembang melalui tokoh
evolusi organik zaman Renaisans pada abad 17 yang lebih banyak mendasari teori
Darwin.
Teori evolusi yang dicetus oleh Darwin menibulkan kegemaran yang luar biasa
di dunia Barat seabad yang lalu karena teori tersebut bertentangan sama sekali
dengan kisah penciptaan manusia dan alam semesta yang dianut oleh masyarakat
pada saat itu. Teori evolusi Kontroversial itu diuraikan oleh Darwin dalam On the Origin
of Spesies by Means of Natural Selection pada tahun 1859, disusul kemudian dengan
The Descent of Man and Selection in Relation Sex yang terdiri dari dua jilid pada tahun
1871. Jangka waktu dua belas tahun sejak terbitnya The Origin of Spesies, para
ilmuwan hampir semua telah sepakat mendukung teori evolusi, sedangkan para
agamawan dengan keras tetap menentangnya (Junaidi, 2017). Darwin berpendapat
bahwa manusia berasal dari makhluk-makhluk yang lebih rendah derajatnya manusia,
lalu berevolusi sampai bentuknya seperti sekarang, sedang para agamawan
berkeyakinan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang langsung dicipta
Tuhan dalam bentuk seperti sekarang tanpa melalui evolusi (Junaidi, 2017).
Hubungan antara sains dan agama semakin menunjukkan pertentangan. Sains
berasal dari kata Science, Scienta, Scine, Scienta, Scine yang artinya mengetahui.
Kata lain sains adalah logos, sendi dan ilmu. Sains dapat diartikan ilmu pengetahuan
yang mempunyai tujuan sebagai mencari kebenaran dengan berdasarkan kepada
fakta atau fenomena alam. Agama merupakan segenap kepercayaan (kepada Tuhan,
Dewa) dan kebaktian serta kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu (Sodikin, 2003). Teori Darwin pada zaman modern ini masih diperdebatkan di
kalangan akademisi di perguruan tinggi, termasuk di Institut Agama Islam Negeri
Kerinci. Institut Agama Islam Negeri Kerinci memiliki salah satu jurusan yang di identik
dengan sains yakni jurusan tadris biologi. Jurusan Tadris biologi merupakan jurusan
yang telah berdiri sejak 2006. Mahasiswa tadris biologi khsususnya yang berada di
semester 6 terdapat mata kuliah tentang evolusi. Materi asal usul manusia pada
matakuliah evolusi merupakan salah satu materi yang membangkitkan kontroversi

Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 13
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17

sains dan agama di kalangan mahasiswa. Cara untuk melihat kontroversi yang terjadi
di jurusan biologi tentang asal usul manusia yaitu melalui pengatahuan dan persepsi.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Cara untuk
mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, merasa oleh
mahasisa biologi dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Persepsi ialah proses
penilaian seseorang terhadap suatu objek. Dalam hal ini, sudut pandang mahasiswa
biologi (sains) dan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (agama) tentan asal usul
manusia. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mendeskripsikan
pengetahuan mahasiswa jurusan biologi dan Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengatahuan mahasiswa jurusan biologi dan Pedidikan
Agama Islam tentang asal usul manusia: Studi komparatif antara mahasiswa jurusan
biologi dan Pendidikan Agama Islam.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekolompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusian (Creswell, 2010). Informan penelitian ini adalah mahasiswa biologi yang
telah mempelajari mata kuliah evolusi dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang
mempelajari mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu data tertentu (Saebani, 2008). Wawancara yang digunakan ialah
wawancara semiterstruktur. Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan tertulis seperti
berita di media, notulen-notulen rapat, surat menyurat dan laporan-laporan untuk
mencari informasi yang diperlukan (Afrizal, 2017) Teknis analisis data digunakan
anaisis data Miles and Huberman yang meliputi Reduction, Dislay dan Verification.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Pengatahuan Mahasiswa Biologi tentang Asal Usul Manusia
Pengetahuan mahasiswa biologi dari segi sains menyatakan bahwa asal usul
manusia itu berasal dari nenek moyang yang sama dengan kera yang mengalami
evolusi. Mahasiswa biologi mengetahui asal usul tersebut berdasarkan ditemukannya
fosil manusia. Fosil merupakan sisa – sisa makhluk hidup yang telah membatu dalam
kurun jutaan tahun yang lalu. Selain itu juga ditemukannya spesies- spesies kera yang
berevolusi menjadi manusia zaman dahulu seperti Pithecantropus erectus, manusia
kera berdiri tegak yang fosilnya berumur sekitar 400 ribu tahun, Homo
neanderthelensis, manusia Neanderthal yang fosilnya berumur kira-kira 100 ribu tahun
(Kuniawati et al., 2018)
Evolusi adalah perubahan ciri-ciri populasi yang berlangsung seiring waktu
(Mayr, 2010). Penemuan fosil merupakan salah satu sumber yang dijadikan bukti-bukti
evolusi. Penemuan fosil ditemukan di beberapa tempat di berbagai negara. Manusia
pertama kali berevolusi di Afrika timur sekitar 2,5 juta tahun yang lalu dari satu genus

14 Dharma Ferry et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17

kera yang lebih awal yang dinamakan Autralopithecus yang berarti kera selatan
(Harari, 2017). Penemuan bukti fosil juga ditemukan di Indonesia, tepat di pulau Jawa
ditemukan bukti fosil Homo Soloensis atau manusia dari lembah Solo. Penemuan juga
terjadi di Flores, yakni ditemukan spesies manusia yang bernama Homo florensis yang
mempunyai tinggi 1 meter dan mempunyai berat kurang lebih 25 kilogram. Homo
florensis ini sudah mampu menghasilkan peralatan dari batu dan bahkan kadang-
kadang mereka berhasil berburu gajah-gajah di pulau tersebut.
Pengetahuan mahasiswa biologi dari segi agama menyatakan bahwa asal usul
manusia itu dari saripati tanah. Tanah itu mengandung unsur organik dan anorganik
yang dibutuh oleh manusia untuk berkembagbiak. Bahan - bahan itu seperti protein,
karbohidrat, mineral, dan vitamin semua itu berasal dan hidup dari tanah. Di dalam Al-
Qur an Allah sudah menjelaskan hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim), Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik”.

2. Pengetahuan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam tentang Asal usul Manusia


Mahasiswa Pendidikan Agama Islam menyatakan pengetahuan tentang asal
usul manusia dari sains dan agama. Pengetahun dari segi agama mahasiswa
Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa: (1) asal usul manusia itu dari Tanah, (2)
asal usul manusia itu dari Adam dan Siti Hawa. Adanya Perbedaan ini terjadi karena
berbeda dalam memahami kontekstual dari Al-Qur’an. Mahasiswa Pendidikan Agama
Islam yang mengatakan asal usul manusia dari tanah. Tanah adalah tempat tumbuh
dan berkembangnya manusia, dan dari unsur bumi pula Allah menciptakan manusia,
di bumi manusia hidup dan dari pula manusia di bangkitkan untuk
mempertanggungjawabkan semua apa yang telah mereka lakukan selama hidup di
dunia (Ikhwani, 2014). Mengenai asal manusia itu dari tanah Allah SWT berfirman
dalam Q.S. Al-Shad ayat 71 yang artinya:
“Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya Aku akan
menciptkan manusia dari Tanah”.
Pendapat mahasiswa Pendidikan Agama Islam menyatakan asal usul manusia
itu dari Nabi Adam karena mereka memahami firman Allah dalam Q.S. Al-Hijr ayat 26
artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur yang diberi bentuk”.
Ayat menjelaskan bahwa Allah menciptakan secara langsung manusia yakni
Adam sebagai manusia pertama di bumi.

Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 15
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17

Pengetahuan mahasiswa Pendidikan Agama Islam tentang asal usul manusia


dari segi sains (teori evolusi) menyatakan bahwa asal usul manusia itu dari nenek
moyang kera dan juga berasal dari makhluk hidup yang sebelumnya. Pengetahuan
mahasiswa Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa secara sains (teori evolusi)
manusia berasal dari nenek moyang kera dan makhluk hidup sebelumnya disebabkan
pengalaman mereka waktu belajar biologi di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pengetahuan atau pengalaman manusia dapat didapat dari hubungan manusia
dengan lingkungan melalui alat Indra, bukan melalui pikiran (Sugiyono dan Tamzil,
2013).

SIMPULAN DAN SARAN


Mahasiswa biologi dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam memiliki
pengetahuan yang hampir sama mengenai asal usul manusia dari segi sains dan
agama. Pengetahuan mahasiswa biologi dari segi sains menyatakan bahwa (1) asal
usul manusia berasal dari nenek moyang yang sama dengan kera, (2) asal usul
manusia dari makhluk hidup sebelumnya, sedangkan dari segi agama menyatakan
bahwa asal usul manusia dari tanah. Pengetahuan mahasiswa Pendidikan Agama dari
segi sains menyatakan bahwa (1) Asal usul menusia itu berasal dari nenek moyang
yang sama dengan kera, (2) asal usul manusia itu berasal makhluk hidup sebelumnya,
(3) Asal usul manusia berasal dari manusia sebelumnya, sedangkan dari segi agama
menyatakan bahwa (1) Asal usul manusia itu berasal dari tanah, (2) Asal usul manusia
itu berasal dari Nabi Adam dan Hawa. Adanya persamaan pengetahuan antara
mahasiswa biologi dan mahasiswa pendidikan agama islma dikarenakan mahasiswa
pendidikan agama islam memiliki pengalaman belajar biologi pada saat belajar di
Sekolah Menengah Atas (SMA).

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Ketua Jurusan Tadris Biologi IAIN Kerinci beserta segenap
mahasiswa. Terima kasih juga kepada segenap pimpinan di Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Kerinci. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan
memberi dukungan pada penelitian ini, penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih. Semoga penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

RUJUKAN
Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Depok: Rajawali Pers.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A. (2017). Biology (Eleventh Edition). New York:
Pearson.
Creswell, John W. (2009). Reseach Design :Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hassan, Munif Said. (2014). Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Erlangga.
Harari, Yuval Noah. (2017). Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Junaidi, Helmi. (2010). Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama: Teori Evolusi dan
Asal Usul Manusia di Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta.
Kurniawati, Eka & Nurhasanah Bakhtiar. (2018). Manusia Menurut Konsep Al-Qur’an

16 Dharma Ferry et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17

dan Sains. Jurnal Of Natural Science and Integration, 1(1),


http://dx.doi.org/10.24014/jnsi.v1i1.5198
Mayr, Ernest. (2010). Evolusi: Dari Teori ke Fakta. Jakarata: Kepustakaan Populer
Gramedia
Saebani, Beni Ahmad. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Sodikin, R. (2003). Konsep Agama dan Islam. Al Qalam, 20(97):1-20, DOI:
http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v20i97.643.
Sugiono & Tamzil. (2012). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 17
Tentang Teori Asal Usul Manusia
BIOEDUKASI ISSN:1693-2654
13
Volume Nina R.D.±2 Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggotaAgustus
5, Nomor sapindaceae
2012
Halaman13-24
EVOLUSI, SPESIASI, DAN HIBRIDISASI PADA BEBERAPA
ANGGOTA SAPINDACEAE
Nina Ratna Djuita
Departemen Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus
Dramaga, Bogor 16680
Diterima 21 Mei 2012, disetujui 25 Juli 2012

ABSTRACT-Evolution in Sapindaceae have been running for a long time, as evidenced


by the fossil of Sapindopsis encountered in the mid Cretaceous. Based on its characteris-
tics, the genus is thought to live in stressful environments. Sapindaceae has the habitus
of shrubs, trees, climbers, and the vine. Speciation in Sapindaceae can be found in genus
Acer, while members of Sapindaceae which had hybridization can be found in genus Aes-
culus.

Keyword: evolution, speciation, hybridization, Sapindaceae

Review lainnya muncul di akhir. Fosil angio-


Dalam kehidupannya, tumbuhan spermae yang pertama diketahui berupa
memiliki sejarah yang panjang. Dari za- bunga dan serbuk sari yang berasal dari
man ke zaman, ada tumbuhan yang men- periode awal Cretaceous (Friis et al.
dominasi daratan, sementara pada zaman 2010). Fosil yang memberikan gambaran
lainnya, jumlah tumbuhan berkurang atau keseluruhan tumbuhan dijumpai pada Ar-
bahkan punah. Angiospermae, yang chaefructus (Raven et al. 2005). Fosil
dikenal sebagai tumbuhan berbunga, lainnya berasal dari bangsa Nymphaeales,
muncul paling akhir dalam evolusi tum- bangsa pada dikot yang agak primitif.
buhan (Campbell et al. 1997). Kelompok Pada pertengahan Cretaceous ditemukan
ini memiliki keanekaragaman yang paling fosil yang merujuk pada marga modern
tinggi dibandingkan dengan tumbuhan antara lain Artocarpus J.R. Forst & G.
lainnya (Wallace et al. 1996). Forst, Magnolia L., dan Typha L. Pada
Beranekaragamnya tumbuhan akhir Cretaceous dijumpai suku Faga-
yang ada di bumi terjadi melalui proses ceae, Magnoliaceae, dan Salicaceae
evolusi. Bukti bahwa evolusi merupakan (Shukla & Misra 1979).
sumber keanekaragaman bisa diperoleh Dalam populasi dan jenis tum-
dari fosil, distribusi sifat-sifat umum ke- buhan dapat dijumpai variasi. Sumber
lompok organisme, variasi geografi, dan variasi dapat berupa mutasi dan rekom-
studi lingkungan (Judd et al. 2002). binasi genetik (Alters & Alters 2006).
Berdasarkan catatan fosil, Mutasi menyebabkan perubahan susunan
diketahui bahwa beberapa tumbuhan basa pada DNA. Hal ini bisa terjadi me-
muncul lebih awal, sedangkan yang lalui mutasi gen (mutasi titik), atau mutasi
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 14

pada kromosom karena adanya delesi, digabung ke dalam Sapindaceae (Jud et


duplikasi, dan translokasi (Russel 1994). al. 2002).
Rekombinasi genetik terjadi pada Ada beberapa pendapat yang ber-
jenis-jenis yang melakukan pembiakan beda mengenai jumlah anggota suku ini,
dengan cara perkawinan. Pada saat meio- menurut Jud et al. (2002) terdapat 147
sis, kromosom homolog seharusnya marga dan 2.215 jenis, menurut Simpson
mempunyai gen-gen dari induk jantan saja (2006) 133 marga dan 1.560 jenis, se-
atau induk betina saja, namun pada peri- dangkan menurut Buerki et al. (2009)
stiwa rekombinasi genetik, kromosom 140 marga dan 1.990 jenis. Turunnya
mengalami pindah silang, dan jumlah marga dan jenis dari tahun 2002 ke
menghasilkan gen-gen campuran in- 2006 kemungkinan karena adanya revisi
duknya. nama-nama ilmiah yang berakibat bebera-
Variasi pada tumbuhan dapat juga pa nama menjadi sinonim, sehingga men-
dihasilkan melalui spesiasi. Spesiasi gurangi jumlah jenis yang ada. Naiknya
merupakan proses pembentukan suatu jumlah jenis dari tahun 2006 ke 2009
spesies baru. Gandum (Triticum aestivum diduga karena adanya penambahan jenis-
L.) yang kita kenal sekarang merupakan jenis yang baru diketahui.
hasil dari proses evolusi dan spesiasi Sapindaceae diusulkan untuk
(Raven et al. 2005). Contoh lainnya ada- dibagi menjadi empat anak suku yaitu
lah kedelai. Berdasarkan jumlah dan uku- Sapindoideae, Dodonaeoideae, Hippocas-
ran kromosom, morfologi, distribusi geo- tanoideae, dan Xanthoceroideae (Harring-
grafi, dan pola pita elektroforesis dari pro- ton et al. 2005). Berdasarkan skenario bi-
tein biji, diduga bahwa Glycine soja ogeografi, diduga bahwa Sapindaceae be-
Siebold & Zucc. (kedelai liar) kemung- rasal dari Eurasia sekitar awal Cretaceous,
kinan merupakan nenek moyang dari G. setelah itu menyebar ke Asia Tenggara
max Merr. (kedelai) (Hymowitz 1976). pada akhir Cretaceous atau awal Palaeo-
cene. Dari sini, nenek moyang Sapin-
Evolusi pada Anggota Sapindaceae daceae menyebar ke Australia ± Antarti-
Salah satu anggota angiospermae ka, diikuti oleh rangkaian penyebaran
adalah Sapindaceae, yang dikenal sebagai yang lebih luas, baik di belahan bumi
suku lerak-lerakan. Sapindaceae dalam utara maupun selatan (Buerki et al. 2011).
arti sempit hanya meliputi suku ini saja, Skenario biogeografi tersebut menduga
namun dalam perkembangannya, suku bahwa wilayah Asia Tenggara merupakan
Aceraceae dan Hypocastanaceae
15 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae

pusat diversifikasi dan penyebaran Sapin- dari pertengahan Cretaceous (Dilcher &
daceae di daerah tropik. Basson 1990).
Anggota Sapindaceae ada yang Ada hal yang menarik dari
berupa perdu, pohon, dan liana. Beberapa penemuan Sapindopsis yaitu fosil ini be-
anggotanya yang penting secara ekonomis rasal dari tahap awal evolusi tumbuhan
antara lain lengkeng (Dimocarpus longan berbunga. Selain itu, fosil dari Libanon
Lour.), leci (Litchi cinensis Sonn.), dan juga ditemukan bersama-sama dengan
rambutan (Nephelium lappaceum L.). paku-pakuan, kadal, dan fosil hewan laut.
Semuanya menghasilkan buah yang dapat Campuran seperti ini jarang terjadi dan
dimanfaatkan sebagai buah meja. Buah tentunya bernilai dalam rekonstruksi pale-
SapindusL. dapat digunakan sebagai oekologi dari deposit fosil tersebut
sabun alami karena adanya saponin (Jud (Dilcher & Basson 1990).
et al. 2002). Ada juga yang dimanfaatkan Batu kapur di laut bukan merupa-
sebagai tanaman hias seperti Koelreuteria kan substrat yang umum bagi fosil tum-
Laxm.,Ungnadia Endl. (Buerki 2009), buhan angisopermae. Hal ini men-
Acer L., Aesculus L., dan Cardiospermum imbulkan pertanyaan, apakah mungkin
L. (Jud et al. 2002). Marga lainnya, tumbuhan ini bisa hidup di daerah dengan
digunakan dalam mempelajari kromosom, kadar garam yang cukup tinggi ataukah
contohnya Serjania Mill., Urvillea Kunth, habitatnya dulu telah terendam oleh air
dan Talisia Aubl. laut? Untuk menjawab hal tersebut masih
Suku Sapindaceae telah lama memerlukan penelitian lebih lanjut.
mendiami bumi. Berdasarkan catatan Setelah melalui pengamatan pada
fosil diketahui bahwa salah satu ang- fosil daun yang ditemukan di Libanon,
gotanya yaitu Sapindopsis F.C. How & fosil tersebut diberi nama Sapindopsis an-
C.N. Ho (SUH) dijumpai di Cheyenne houryi sp. nov. Dilcher & Basson. Nama
Sandstone di bagian barat daya Kansas. ini diberikan sebagai penghormatan kepa-
Fosil tersebut diduga berasal dari tahap da Roland Anhoury yang menyediakan
Cretaceous. Fosil ini ditemukan bersama- spesimen untuk penelitian yang dilakukan
sama dengan fosil paku-pakuan, konifer, oleh Dilcher dan Basson.
dan angiospermae lainnya (Huang & Sifat khusus dari jenis baru ini
Dilcher 1994). Fosil Sapindopsis juga adalah mempunyai sepasang organ mirip
dijumpai di dalam endapan batu kapur di stipula yang melekat pada dasar tangkai
sepanjang pantai di Libanon. Umur fosil daun. Morfologi dan pertulangan daun ju-
ini diduga sekitar 93 juta tahun, berasal ga berbeda dari jenis lain pada Sapin-
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 16

dopsis F.C. How & C.N. Ho (SUH). Jenis na yaitu Serjania Mill. (2n = 24) dan Ur-
baru ini memberi kesan bahwa daun villea Kunth (2n = 22, 2n = 24, 2n = 44,
majemuk menyirip dengan stipula atau 2n = 86), yang termasuk puakPaullinieae,
daun berlekuk menyirip merupakan ben- dan Talisia Aubl. berupa pohon atau se-
tuk awal dari daun angiospermae. Ber- mak (2n = 32) termasuk puak Melicoc-
dasarkan adanya ciri seperti anak daun ceae.
yang kecil, menyempit, mengulit,dan se- Terdapat rangkaian poliploid un-
bagian helai daun yang menggulung, tuk Urvillea berdasarkan pada x = 11.
diduga bahwa fosil daun ini dihasilkan Jumlah ini tampaknya merupakan turunan
oleh tumbuhan yang hidup dalam ling- dari jumlah kromosom dasar x = 12 yang
kungan yang stress (Dilcher & Basson dijumpai pada puak Paullinieae. Jika x =
1990). 11 diterima untuk marga Urvillea, ada
Peneliti lain melihat evolusi Sap- kemungkinan terjadi aneuploidi, tapi tidak
indaceae dari segi kromosom yang diikuti oleh poliploidi U. laevis (2n = 24)
jumlahnya bervariasi, ada yang 2n = 14, (Ferrucci 1981).
sampai 2n = 96. Variasi jumlah kromosom Menurut Lombello dan Forni-
menunjukkan bahwa disploidi mungkin Martins (1998), investigasi terhadap hub-
memainkan peranan penting dalam evolu- ungan antara evolusi habitus pemanjat dan
si suku ini (Lombello & Forni-Martins diferensiasi kromosom dimudahkan oleh
1998). adanya fakta bahwa marga Serjania Mill.
Menurut Ferrucci (2000), jumlah dan Urvillea Kunth mempunyai habitus
kromosom dasar pada Sapindaceae adalah tetap berupa liana, sedangkan Talisia
x = 7, sedangkan x = 9, 10, 11, 12, 13, 15, Aubl. berupa semak atau pohon. Tampak-
dan 16 diperoleh melalui aneuploidi dan nya ada hubungan antara habitus tum-
poliploidi. Poliploidi pada suku tersebut buhan dan pengelompokan jumlah kromo-
termasuk jarang, hanya tiga marga dari som dalam puak anggota Sapindaceae.
puak yang berbeda yang menunjukkan Pada marga liana seperti Paullinia
jenis poliploidi yaitu Urvillea Kunth(puak L., Serjania Mill., Thinouia Triana &
Paullinieae), Allophylus L. (puak Planch, Houssayanthus Hunz., dan Ur-
Thouinieae), dan Melicoccus P. Browne villea Kunth (puak Paullinieae) jumlah
(puak Melicocceae). kromosom bervariasi dari 2n = 14 sampai
Lombello dan Forni-Martins 2n = 86, tetapi seringnya 2n = 24. Urvillea
(1998) mempelajari tentang kromosom Kunth mempunyai jumlah kromosom 2n =
anggota Sapindaceae yang berbentuk lia- 44 atau 86 karena poliploid. Sementara
17 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae

itu, dalam jenis bukan liana, variasi Adanya rintangan geografi dapat
jumlah kromosom berkisar dari 2n = 18 pula menjadi penghalang bagi jenis terse-
sampai 2n = 96, tetapi seringnya 2n = 32. but untuk dapat mengadakan perkawinan.
Penghitungan kromosom untuk Talisia Salah satu masalah dalam mempelajari
obovata A.C.Sm (2n = 32) sesuai dengan spesiasi adalah prosesnya yang lama. Kita
pola perdu dan pohon (Lombello dan For- hanya bisa melihat peristiwa ini setelah
ni-Martins 1998). Masih menurut peneliti bertahun-tahun lamanya dan harus
ini, ada dugaan bahwa habitus liana dalam menduga suatu proses berdasarkan polan-
Sapindaceae berasal dari jenis bukan liana ya (Jud et al. 2002).
melalui evolusi kromosom berdasarkan Spesiasi pada anggota Sapin-
reduksi jumlah kromosom, seperti yang daceae dapat dijumpai pada marga Acer
diamati pada puak Paullinieae. Secara L. Di Pulau Ullung, Korea, dijumpai jenis
umum, tampaknya peningkatan panjang Acer takesimense Nakai dan A. okamo-
kromosom dalam jenis liana berhubungan toanum Nakai yang bersifat endemik.
dengan reduksi jumlah kromosom. Perbe- Pfosser et al. (2002) mengadakan
daan jumlah kromosom yang berhub- penelitian untuk mengetahui asal geografi
ungan dengan jumlah kromosom antara dan kemungkinan nenek moyang dari
jenis liana dan perdu/pohon mungkin kedua jenis tersebut. Analisis sekuens
menunjukkan bahwa spesiasi dapat trnL intron dan trnL-trn-F intergenic
disebabkan oleh perubahan struktur seper- spacer dari cpDNA menunjukkan bahwa
ti inversi dan translokasi. A. takesimense Nakai mempunyai hub-
ungan yang dekat dengan A. pseudo-
Spesiasi dan Hibridisasi pada Anggota sieboldianum (Pax) Komarov dari daratan
Sapindaceae utama Korea dan A. okamotoanum Nakai
Spesiasi dapat dihasilkan dari pe- kemungkinan berasal dari individu A
rubahan adaptif (Jud et al. 2002). Suatu mono Maxim. yang berada di Korea.
jenis yang telah memasuki lingkungan ba- Populasi A. takesimense Nakai merupa-
ru yang berbeda dari lingkungan induknya kan kelompok monofiletik, diduga bahwa
dapat beradaptasi di tempat tersebut. La- mereka berasal dari satu populasi intro-
ma-kelamaan dapat terjadi perubahan duksi dari Semenanjung Korea, sedangkan
secara lambat dalam morfologinya, populasi A. okamotoanum Nakai mempu-
mungkin juga ada isolasi reproduksi yang nyai kesamaan alel setidaknya dengan dua
mencegah keberhasilan perkawinan. populasi nenek moyangnya, yang
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 18

kemungkinan menunjukkan asal yang akukan Thomas et al. (2008) menunjuk-


banyak dari jenis endemik tersebut. kan bahwa variabilitas genetik antara
Acer okamotoanum Nakai dan A. populasi hibrid dan tetuanya sama,
mono Maxim. juga diteliti oleh Takayama mengindikasikan bahwa tidak ada bukti
et al. (2011). Hasilnya menunjukkan peningkatan keanekaragaman dalam zona
bahwa keragaman genetik dalam hal hibrid.
kekayaan alel dan heterozigositas lebih Penelitian tentang hibridisasi
rendah pada A. okamotoanum Nakai da- lainnya dilakukan oleh McConchie et al.
ripada A. mono Maxim. Analisis kluster (1994). Mereka meneliti hibrid antar
Bayesian menunjukkan nilai F yang relatif marga pada leci (Litchi chinensis Sonn.)
tinggi pada kluster A. okamotoanum dan lengkeng (Dimocarpus longan Lour.).
Nakai, diduga ada episode hanyutan ge- Litchi chinensis cv Bengal yang diserbuki
netik yang kuat selama kolonisasi dan oleh D. longan cv. Macleans Ridges
spesiasi di Pulau Ullung. menghasilkan buah dengan morfologi
Pembentukan variasi pada tana- berbeda: yang pertama adalah buah tanpa
man baru dapat juga dihasilkan melalui biji atau embrio yang berkembang, yang
proses hibridisasi. Meskipun spesiasi kedua buah dengan biji yang berkembang
hibrid banyak berasosiasi dengan polip- namun embrionya gugur, dan yang ketiga
loidi, namun pada beberapa kasus adalah buah dengan biji dan embrio yang
dijumpai hibridisasi diploid, dimana persi- berkembang normal.
langan antara dua jenis diploid Secara morfologi, hibrid yang
menghasilkan jenis diploid pula (Jud et al. diduga dari leci mempunyai daun yang
2002). lebih kecil daripada bibit yang berasal dari
Anggota Sapindaceae yang men- bunga yang diserbuki sendiri. Indumen-
galami hibridisasi dapat dijumpai pada tum dari semua tumbuhan hibrid mirip
Aesculus L. Contoh anggota marga ini leci dan tidak mempunyai kumpulan ram-
adalah jenis A. pavia L., A. sylvatica W. but-rambut seperti pada lengkeng.
Bartram, dan A. flava Sol. Hibrid yang Pada persilangan leci dan
terbentuk adalah A sylvatica x A. pavia lengkeng dijumpai inkompatibilitas. Hal
dan A sylvatica x A. flava. Ketiga jenis ini ini dapat dilihat dari sedikitnya buluh ser-
dan hibridnya ada di bagian tenggara buk sari yang ada pada putik setelah
Amerika Serikat (Hardin 1957). Zona penyerbukan silang dibandingkan dengan
hibridnya sendiri termasuk luas, mencapai penyerbukan sendiri. Pada leci, rata-rata
200 km. Hasil analisis genetik yang dil- jumlah buluh serbuk sari yang masuk ke
19 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae

bakal biji mengalami penurunan sebesar Jumlah ini lebih besar dibandingkan
60 % setelah penyerbukan silang dan dengan daerah lainnya.
jumlah buah yang dihasilkan kurang dari Beberapa contoh jenis Nephelium
10 %. Meskipun ada penghalang dalam adalah N. lappaceum L., N. costatum Hi-
pemuliaan baik dalam tahap pre-zigotik ern, N. cuspidatum Blume, N. daedaleum
maupun post-zigotik namun masih Radlk., N. hamulatum Radlk., N. juglandi-
memungkinkan untuk menghasilkan ke- folium Blume, N. laurinum Blume, N.
turunan hibrid yang viable antara leci dan maingayi Hiern, N. meduseum Leenh., N.
lengkeng (McConchie et al. 1994). melliferum Gagnep., N. papillatum
Ellis et al. (1991) menduga bahwa Leenh., N. reticulatum Radlk., N.
interaksi serbuk sari dan putik dapat subfalcatum Radlk., N. uncinatum Radlk.
digunakan untuk menguji hubungan evo- ex Leenh., dan N. ramboutan-ake (Labill.)
lusi di antara kelompok taksonomi. Hal Leenh. (Uji 1998). Di antara marga
ini berdasarkan teori yang dikemukakan Nephelium, N. lappaceum L. (rambutan)
Hogenboom (1984) yang menyatakan merupakan salah satu jenis yang paling
bahwa koordinasi serbuk sari dan putik digemari. Biji rambutan mempunyai pulp
hilang karena hubungan antara jenis putih yang manis dan mengelotok pada
menurun melalui evolusi konvergen. kultivar yang baik, sedangkan pada ben-
tuk liarnya mempunyai pulp sedikit dan
rasanya asam.
Bagaimana Spesiasi pada Nephelium ? Asal rambutan budidaya (2n = 2x
Marga Nephelium berpusat di Se- = 22) kemungkinan dari rambutan liar
menanjung Malaysia, kemudian menyebar atau dari kerabat liar yang sangat dekat di
ke daratan Asia, Filipina, dan Kalimantan. bagian barat Malaysia, mungkin di Papa-
Anggota marga ini terdiri atas 22 jenis, 5 ran Sunda ketika Malaysia, Kalimantan,
di Burma, Thailand, dan Indochina, 13 di Sumatera, dan Jawa masih tertutup oleh
Semenanjung Malaysia, 16 di Borneo, 4 hutan hujan (Simmonds 1976). Pada jenis
di Filipina, 3 di bagian barat Jawa, dan 1 liar Nephelium dan jenis budidaya yang
di Sulawesi (Seibert 1992). Namun kurang terpilih, daging buahnya (pulp)
demikian, bila kita lihat datanya, kemung- tidak terpisah dari lapisan dalam testa
kinan yang menjadi pusat Nephelium ada- yang kuat. Seleksi untuk mem-
lah Borneo, karena di sini terdapat 16 LVDKNDQGDJLQJ EXDK PHQJKDVLONDQ ³3e-
jenis Nephelium meliputi 6 jenis endemik. QDQJ 5DPEXWDQ´ 6HOHNVL LQL PHQLQJNDt-
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 20

kan rasa manis tapi menghilangkan rasa ummengelompok bersama membentuk ke-
liarnya (Corner 2009). lompok monofiletik. Namun demikian,
Berbagai varietas unggul rambutan dari hasil yang diperoleh ternyata ada
telah diketahui, misalnya rambutan Binjai, Nephelium dari jenis yang sama (N. cus-
Rapiah, Lebak Bulus, Sibongkok, Antala- pidatum) tetapi varietasnya berbeda tern-
gi, Garuda, dan Sibatuk Ganal (Kalie yata tidak mengelompok pada klad yang
1995). Varietas tersebut dihasilkan oleh sama. Ada juga yang jenisnya berbeda
para pemulia yang berbeda-beda. Untuk (N. maingayi dan N. ramboutan-ake) tern-
dapat menghasilkan rambutan dengan yata mengelompok pada klad yang sama.
kualitas baik dapat dilakukan kawin silang Menurut Zamzuriada et al. (2009), taksa
atau hibridisasi, namun demikian belum Nephelium yang mengelompok bersama
diketahui secara pasti hibridisasi pada dalam klad mempunyai asal geografi yang
Nephelium yang menghasilkan jenis baru. sama.
Saat ini ada dugaan bahwa rambu- Clyde et al. (2005) meneliti ten-
tan rapiah (N. lappaceum) kemungkinan tang keanekaragaman genetik N. rambou-
berupa hibrid yang berasal dari kapulasan tan-ake dengan menggunakan marker
(N. ramboutan-ake) dan rambutan lain. Random Amplified Polymorphism DNA
Dugaan ini antara lain didasarkan pada dan Inter Simple Sequence Repeat. Per-
adanya rambut-rambut yang pendek pada sentase polimorfisme yang tinggi
rapiah, yang diduga berasal dari sifat kap- dideteksi pada semua aksesi yang diuji,
ulasan, namun hal ini masih perlu dibuk- sebanyak 98,54 % pita ditemukan po-
tikan dengan penelitian yang lebih men- limorfik. Aksesi N. ramboutan-ake dibagi
dalam. menjadi dua kluster besar yaitu Y dan Z.
Tampaknya, penelitian tentang Kluster Y dibagi lagi menjadi Y1 dan Y2.
spesiasi pada rambutan khususnya atau Subgrup Y2 (1) mempunyai pulp yang
Nephelium pada umumnya belum banyak manis dan mudah lepas dari biji, se-
dilakukan. Yang sudah dikerjakan be- dangkan pulp dari aksesi S1, subgroup Y2
berapa peneliti adalah melihat hubungan (2) rasanya manis asam dan arilusnya tid-
kekerabatan di antara jenis-jenis Nepheli- ak mudah lepas. Hal ini menunjukkan
um yang ada. Zamzuriada et al. (2009) kegunaan dan kemampuan marker RAPD
meneliti tentang hubungan kekerabatan dalam mendeteksi aksesi dengan karakter
Nephelium berdasarkan sekuens DNA tertentu.
kloroplas dan DNA inti. Hasilnya menun-
jukkan bahwa semua taksa Nepheli-
21 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae

Kesimpulan methods in biogeography: a case

Evolusi pada Sapindaceae telah study using the globally distrib-

dimulai sejak Cretaceous. Sampai uted plant family Sapindaceae.

sekarang banyak perubahan yang terjadi [Electronic version]. Journal of

pada anggota suku ini, dengan munculnya Biogeography, 38, 531-550.

jenis-jenis yang semakin bervariasi dalam Campbell N.A., Mitchell L.G., Reece

struktur maupun habitusnya, dibanding- J.B. (1997). Biology, Concepts

kan dengan pada waktu awal kemuncu- and Connections. 2nd. The Ben-

lannya. Terjadinya spesiasi dan jamin/ Cummings Publishing

hibridisasi telah menambah keane- Company. Menlo Park.

karagaman anggota Sapindaceae. Clyde, M.M., Chew, P.C., Normah, M.N.,


Rao, V.R., & Salma, I. (2005).

Daftar Pustaka Genetic diversity of Nephelium


ramboutan-ake Leenh. Assessed
using RAPD and ISSR markers.
Alters, S., Alters, B. (2006). Biology,
Proceeding. 2nd on Lychee, Lon-
Understanding Life. John Wiley
gan, Rambutan & Other Sapin-
& Sons, Inc. Hoboken.
daceae Plants. Eds Chomchalow
Buerki, S., Forest, F., Acevedo-Rodrigues,
N, Sukhvibul N. Acta
P., Callmander, M.W., Nylander,
Hort.665,ISHS 2005.
J.A.A., Harrington, M., Sanmar-
Corner, E.C.J. (2009). The Seeds of Di-
tin, I., Kupfer, P., & Alvarez, N.
cotyledons. Cambridge Univer-
(2009). Plastid and nuclear
sity Press. Cambridge.
DNA markers reveal intricate re-
Dilcher, D.L., & Basson, P.W. (1990).
lationships at subfamilial and
Mid-Cretaceous angiosperm
tribal levels in the sopberry
leaves from a new fossil locality
family (Sapindaceae). Molecu-
in Lebanon. Botanical Gazette,
lar Phylogenetics and Evolution,
151, 538-547.
51, 238-258.
Ellis, M.F., Sedgley, M., & Gardner, J.A.
Buerki, S., Forest, F., Alvarez, N.,
(1991). Interspecific pollen-
Nylander, J.A.A., Arrigo, N., &
pistil interaction in Eucalyptus
Sanmartin, I. (2011). An evalua-
/¶+HU Myrtaceae): The effect
tion of new parsimony-based
of taxonomic distance. Annals
versus parametric inference
of Botany, 68, 185-194.
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 22

Ferucci, M.S. (1981). Recuentos cromo- Heslop-Harrison (Eds.), Ency-


somicos en Sapinddceas. Bon- clopedia of Plant Physiology,
panlandia, 5, 73-81. New Series vol 17, Cellular in-
Ferrucci, M.S. (2000). Cytotaxonomy of teractions: pp. 640-651. Berlin:
Sapindaceae with special refer- Springer-Verlag.
ence to the tribe Paullinieae.
[Electronic version]. Genetic and Huang, Q.C., and Dilcher, D. L. (1994),
Molecular Biology, 23, 941- Evolutionary and paleoecolo-
946. gycal implications of fossil
Friis, E.M., Pedersen, K.J., & Crane, P.R. plants from the Lower Creta-
(2010). Diversity in obscurity: ceous Cheyenne Sandstone of
fossil flowers and the early his- the Western Inlenor. In Shurr. G.
tory of angiosperms [Electronic W., Ludvigson. G. A., and
version]. Philosopical Transac- Hammond, R. H.. eds., Perspec-
tion of the Royal Society B (Bi- tives on the Eastern Margin of
ologycal Sciences), 365, 369- the Cretaceous Western Interior
382. Basin: Boulder. Colorado. Geo-
Hardin, J.W. (1957). Studies in the Hip- logical Society of America Spe-
pocastanaceae. IV. Hybridiza- cial Paper 287.
tion in Aesculus. Rhodora, 59, Hymowitz, T. (1976). Soybeans Glycine
185-203. max (Leguminosae ± Papiliona-
Harrington, Mark, G., Edwards, Karen, J., tae). In N.W. Simmonds (Ed.).
Sheila, A., Chase, Mark, W., Evolution of Crop Plants.
Gadek, & Paul A. (2005). Phy- Longman Group Limited. Lon-
logenetic inference in Sapin- don.
daceae sensu lato using matK Judd, W.S., Campbell, C.S., Kellog, E.A.,
and rbcl DNA sequences. Sys- Stevens, P.F., & Donoghue, M.J.
tematic Botany, 30, 366-382. (2002). Plant Systematics, A
Phylogenetic Approach. 2nd.
Hogenboom, N.G. (1984). Incongruity: Sinauer Associates, Inc. Sunder-
non-functioning of intercellular land.
and intracellular partnership Kalie, M.G. (1993). Budidaya Rambutan
through mismatching infor- Varietas Unggul. Kanisius.
mation. In H.F. Linskens & J. Yogyakarta.
23 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae

Lombello R.A., and Forni-Martins, E.R. Simmonds, N.W. (1976). Evolution of


(1998). Chromosomal studies Crop Plants. Longman Group
and evolution in Sapindaceae. Limited. London.
Caryologia, 51, 81-93. Simpson, M.G. (2006). Plant Systemat-
ics. Elsevier Academic Press.
McConchie, C.A., Vithanage, V., & Bat- Amsterdam.
ten, D.J. (1994). Intergeneric Takayama, K., Sun, B.Y., & Stuessy, T.F.
hibridization between litchi (Li- (2011). Genetic consequences
tchi chinensis Sonn.) and longan of anagenetic speciation in Acer
(Dimocarpus longan Lour.). okamotoanum (Sapindaceae) on
Annals of Botany, 74, 111-118. Ullung Island, Korea. [Electron-
Pfosser, M.F., Guzy-Wrobelska, T, Sun, ic version). Annals of Botany.
B.Y., Stuessy, T.F., Sugawara, http://aob.oxfordjournals.org.
T., & Fujii N. (2002). The Thomas, D.T., Ahedor, A.R., Williams,
origin of species of Acer (Sapin- C.F., dePamphilis, C., Crawford,
daceae) endemic to Ullung Is- D.J., & Qiu-Yun, X. (2008).
land, Korea. Systematic Botany, Genetic analysis of a broad hy-
27, 351-367. brid zone in Aesculus (Sapin-
Raven, P.H., Evert, R.F., & Eichorn, S.E.. daceae): is there evidence of
(2005). Biology of Plants. Ed ke long-distance pollen dispersal?
7, WH Freeman and Company International Journal of Plant
Publishers. New York. Sciences, 169, 647-657.
Russel, P.J. (1994). Fundamental of Ge- Uji, T. (1998). Nephelium L. In M.S.M.
netics. Harper Collins College Sosef., L.T. Hong., S. Prawiro-
Publishers. New York. hatmodjo (Eds.), Plant Re-
Seibert, B. (1992). In E.W.M., Verheij sources of South-East Asia no 5
and R.E. Coronel (Eds). (3) Timber trees: Lesser-known
PlantResources of South-East timbers. (pp 404-406). Prosea
Asia no 2. Edible fruits and nuts. Foundation, Bogor.
Prosea Foundation. Bogor. Wallace R.A., Sanders G.P., & Ferl R.J.
Shukla, P., and Misra, S.P. (1979). An In- (1996). Biology, The Science of
troduction to Taxonomy of Angi- Life. 4th. Harper Collins College
osperms. Vikas Publishing Publishers. New York.
House PVT Ltd. New Delhi.
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 24

Zamzuriada, A.S., Mahani, M.C., &


Choong, C.Y. (2009). Phyloge-
netic study of Nephelium spe-
cies based on the chloroplast
DNA sequences. Proceedings of
the Eighth Malaysia Congress on
Genetics. Role of Genetics in
Wealth Creation and Quality of
Life. Pahang: 345-348
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

Persepsi Mahasiswa Calon Guru Biologi tentang Pembelajaran


Materi Evolusi di SMA: Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Alaninda Saputra
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Jebres Surakarta
E-mail: alanindra@staff.uns.ac.id

ABSTRACT
Evolution is one of biology material that learn in senior high school. Many
differences on understanding evolution theory give effect this material cannot be
taught optimally. The main factor that cause it is religiousity and the low of teachers’
background knowledge. This research conducted to analyze biology preservice
teacher about evolutionary learning at senior high school. This descriptive research
did at Biology Education Study Program, Universitas Sebelas Maret Surakarta on
August 2016 until January 2017. Population were students of Biology Education
Study Program Universitas Sebelas Maret Surakarta on semester five in academic
year 2015/2016 that took evolutionary course in two parallel class with total 47
students. Sampling used total sampling. Data was the result of students’ last paper
analysis. The result showed that 100% students said that evolution material is
needed and important to teach for senior high school students; with various reason.
For the method of teaching evolution, 75% students suggest that evolution should be
teach by some interesting methods. Furthermore, students (±20%) also gave opinion
that evolution can be taught by using prehistoric site, such as Sangiran and Trinil to
give direct experience to them.
Keywords: Evolution material and learning, biology preservice teacher perception

PENDAHULUAN
Evolusi merupakan salah satu materi pokok yang diajarkan untuk siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu untuk siswa kelas XII. Kompetensi Dasar
(KD) yang berkaitan dengan materi Evolusi yaitu: (1) KD 3.9 Menganalisis tentang
teori evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru mengenai pembentukan
spesies baru di bumi berdasarkan studi literatur; dan (2) KD 4.9 Mengevaluasi
pemahaman diri tentang berbagai pandangan mengenai evolusi makhluk hidup dan
menciptakan gagasan baru tentang kemungkinan-kemungkinan teori evolusi
berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
Evolusi makhluk hidup merupakan teori yang dipelajari sejak jaman Romawi
dan Yunani kuno meskipun secara ilmiah teori ini dikemukakan oleh Darwin pada
tahun 1859. Secara garis besar teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup yang

Alaninda Saputra 1
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

ada di dunia sampai dengan saat ini merupakan hasil perkembangan dari makhluk
hidup yang telah ada sebelumnya baik berkaitan dengan struktur maupun fungsi,
secara turun temurun dari generasi ke generasi atau dengan kata lain berlangsung
dalam waktu yang amat panjang seiring evolusi alam semesta. Secara komprehensif,
kajian teori evolusi meliputi evolusi alam semesta, evolusi geologik, evolusi fisik-
kimiawi, dan evolusi biologis (Henuhili dkk., 2012).
Evolusi sampai saat ini masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan.
Pangkal teori evolusi adalah pengamatan fakta dan bukti berupa fosil yang umumnya
tidak utuh dengan jumlah yang sangat sedikit yang kemudian direkonstruksi. Proses
rekonstruksi harus dibantu dengan penentuan umur geologis, yang kemudian diikuti
penentuan kedudukan taksonomik dari individu hasil rekonstruksi itu. Berbagai
kendala dan perbedaan kemampuan para pakar evolusi dalam merekonstruksi fosil
sebagai bukti evolusi mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda di kalangan para
ahli dalam memaknai fosil. Perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya konflik
opini tentang teori evolusi (Prastiwi, 2009).
Pandangan-pandangan pro dan kontra terhadap teori evolusi sampai saat ini
masih terjadi dan menyebar di kalangan ilmuwan, akademisi, pemuka agama hingga
masyarakat awam. Interpretasi yang berbeda-beda terhadap teori evolusi muncul
akibat perbedaan sudut pandang dalam memahami teori evolusi. Penjelasan evolusi
makhluk hidup dari sudut pandang filsafat dan agama saat ini dipandang sebagai
sesuatu hal yang bertentangan dengan teori evolusi biologi (Afidah, 2012).
Berbagai perdebatan mengenai teori evolusi Biologi berpengaruh terhadap
pembelajaran evolusi di sekolah. Kose (2010) dalam hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terjadi penolakan terhadap evolusi terkait dengan pandangan agama. Banyak
guru yang dengan sengaja tidak mengajarkan teori evolusi di kelas karena
menganggap berbenturan dengan nilai-nilai agama dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa untuk materi evolusi juga
rendah. Salah satu bukti dari permasalahan ini adalah laporan hasil ujian akhir
nasional tahun 2010/2011 penguasaan untuk mata pelajaran Biologi khususnya
materi evolusi masih lemah yang ditunjukkan pada stándar kompetensi lulusan
menginterpretasikan kasus atau pembuktian asal usul kehidupan dengan persentase
40,52%, mengidentifikasi teori atau fakta yang mendukung proses evolusi sebanyak
69,13% dan menerapkan hukum Hardy Weinberg sebanyak 64,47% (Sistem
Informasi Ujian Nasional, 2010 dalam Minarti dkk., 2014).
Sebagai salah satu materi yang diamanatkan di dalam kurikulum, maka sudah
seharusnya materi tentang teori evolusi dikuasai dan dipahami dengan baik oleh guru
termasuk para mahasiswa calon guru Biologi.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi
mahasiswa calon guru Biologi tentang pembelajaran materi evolusi di sekolah
menengah atas (SMA). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
Alaninda Saputra 2
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

bagi pengajar matakuliah Evolusi untuk memilih dan menentukan cara terbaik
memberikan bekal materi dan pemahaman yang benar tentang teori Evolusi.
Penelitian ini didasari pada pandangan awal bahwa munculnya penolakan
terhadap materi evolusi yang utama disebabkan oleh faktor religiusitas serta tingkat
dan latar belakang pengetahuan guru yang salah dalam memahami teori Evolusi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lainnya (Sugiyono,
2006). Pada penelitian ini hanya akan dipaparkan data yang diperoleh dari hasil
analisis tugas paper responden (mahasiswa) untuk selanjutnya diinterpretasikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 36 A
Kentingan Jebres Surakarta pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Januari 2017.
Populasi menurut Sugiyono (2006) merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP UNS semester V tahun ajaran 2015/2016 yang mengambil matakuliah
Evolusi yang terdiri dari dua kelas paralel dengan total 47 orang mahasiswa. Sampel
diambil dengan population sampling yang artinya sampel yang diambil adalah
seluruh anggota populasi.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
analisis hasil paper akhir matakuliah Evolusi serta studi kepustakaan dan dokumen
melalui buku, jurnal, dan dokumen lain berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu deskripsi persepsi
mahasiswa calon guru Biologi tentang pembelajaran materi evolusi di SMA. Data
diperoleh dari hasil analisis paper sebagai tugas akhir mata kuliah. Pada paper yang
disusun mahasiswa, terdapat dua poin penting yang dianalisis yaitu: (1) perlukah
materi evolusi diajarkan di SMA? dan (2) bagaimana cara yang paling tepat untuk
membelajarkannya?
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan teknik
persentase. Data ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel sistematis kemudian
dihitung persentasenya untuk selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis
data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F/n …………… (Hadi, 1981)

Alaninda Saputra 3
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

Keterangan:
P = persentase
F = jumlah jawaban yang diperoleh
n = jumlah responden

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang diperoleh dari tabulasi data,


digunakan metode menurut Supardi (1979) yaitu:

1 – 25% : sebagian kecil


26 – 49% : hampir setengah
50% : setengah
51 – 75% : sebagian besar
76 – 99% : pada umumnya
100% : seluruhnya

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menganalisis persepsi mahasiswa calon guru Biologi tentang pembelajaran materi
Evolusi untuk siswa SMA. Deskripsi data yang akan dipaparkan di bawah ini adalah
hasil analisis dan interpretasi terhadap paper akhir matakuliah Evolusi yang
digunakan sebagai syarat kelulusan matakuliah Evolusi. Pada paper akhir, mahasiswa
diminta menyusun paper yang berisi hasil telaah terhadap berbagai sumber referensi
meliputi perlukah materi Evolusi diajarkan bagi siswa SMA dan bagaimana cara
yang paling tepat untuk membelajarkan materi Evolusi bagi siswa SMA. Selain itu,
dipaparkan juga hasil kajian penulis terhadap pentingnya pengembangan materi
Evolusi untuk mencegah miskonsepsi pada mahasiswa calon guru Biologi.
a. Pentingnya Materi Evolusi diajarkan di SMA
Pada bagian pertama paper akhir mata kuliah Evolusi, mahasiswa diminta
mengutarakan pendapat mereka apakah materi Evolusi penting untuk diajarkan bagi
siswa SMA. Berdasarkan analisis terhadap hasil telaah mahasiswa, diketahui bahwa
seluruh mahasiswa (100%) berpendapat bahwa materi Evolusi perlu dan penting
untuk diajarkan bagi siswa SMA. Namun, terdapat beberapa pendapat yang berbeda
mengenai alasan yang mendasari mengapa materi Evolusi penting diajarkan bagi
siswa SMA salah satunya sebagian besar (±75%) mahasiswa calon guru Biologi
berpendapat bahwa materi evolusi penting untuk diajarkan di SMA karena materi
evolusi mengkaji tentang kejadian-kejadian penting mengenai pembentukan bumi
dan alam semesta serta memberikan gambaran makhluk hidup yang ada di bumi pada
masa sebelum dan sesudah manusia muncul di bumi. Dengan bekal pengetahuan

Alaninda Saputra 4
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

tersebut maka siswa dapat diberikan wawasan bahwa keanekaragaman makhluk


hidup yang ada pada masa saat ini adalah hasil dari peristiwa evolusi melalui
berbagai macam mekanisme yang terjadi sejak masa lampau.
Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Nurhidayati & Zulandri (2012)
bahwa evolusi perlu diajarkan di sekolah karena untuk menambah bekal ilmu
pengetahuan khususnya tentang sejarah, palaentologi, arkeologi, biologi molekuler,
biologi secara umum, geografi, dan lain sebagainya. Lebih lanjut Makkadafi, dkk.
(2016) menyatakan bahwa evolusi perlu diajarkan di sekolah untuk menambah
wawasan siswa tentang evolusi sehingga siswa mampu memahami konsep teori
evolusi dan mekanisme terjadinya evolusi.
Selain alasan di atas, sebagian kecil (±10%) mahasiswa calon guru Biologi
berpendapat bahwa materi evolusi perlu diajarkan di SMA untuk menghindari
pemahaman yang keliru tentang teori evolusi. Evolusi sangat berkaitan dengan
sejarah masa lampau sehungga teori-teori tentang sejarah masa lampau dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang yang memungkinkan munculnya
beranekaragam pandangan mengenai teori evolusi. Oleh karena itu, persepsi-persepsi
peserta didik yang berbeda mengenai teori evolusi perlu diluruskan dalam
pembelajaran. Hal ini tentu dapat terwujud jika guru memiliki pengetahuan yang
cukup komprehensif dalam memahami dan memaknai materi teori evolusi.
Amin (1992) dalam Prastiwi (2009) menyatakan bahwa pembelajaran evolusi
sangat penting karena memiliki beberapa tujuan yaitu:
1) kebutuhan individual (personal), artinya evolusi dapat mengapresiasi bahwa
perubahan sosial kultural dan biologi mempengaruhi pola hidup dan kehidupan
saat ini dan akan berlanjut untuk masa mendatang;
2) isu-isu sosio kultural, dimana evolusi dapat mengapresiasi keunikan manusia
pada proses evolusi;
3) pengetahuan ilmiah (akademik), evolusi dapat memahami bahwa spesies itu
berbeda dalam kemampuan adaptifnya tetapi semua tergantung pada kondisi
lingkungan; serta
4) pengetahuan atau kesadaran karier, evolusi dapat mengembangkan suatu
kesadaran terhadap pilihan-pilihan karier, mengeksplorasi pilihan-pilihan yang
diminatinya, dan dapat memperoleh keterampilan dasar akademik dan atau
keterampilan vokasional.

b. Cara Membelajarkan Materi Evolusi untuk Siswa SMA


Pada bagian kedua paper akhir mata kuliah evolusi, mahasiswa diminta
memaparkan hasil analisis dan studi referensinya tentang cara membelajarkan materi
evolusi bagi siswa SMA. Sebagian besar mahasiswa calon guru Biologi (± 75%)
berpendapat bahwa materi evolusi harus diajarkan dengan metode atau model-model
pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran materi evolusi tidak hanya
Alaninda Saputra 5
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

disampaikan dengan ceramah. Nelson (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa


perubahan yang fundamental berkaitan dengan pembelajaran evolusi yaitu: (1)
menggunakan strategi pembelajaran aktif yang memaksimalkan keterlibatan siswa
secara aktif; (2) fokus pada berpikir ilmiah dan berpikir kritis; (3) mengurangi
miskonsepsi dan penolakan oleh siswa.
Selain menggunakan metode dan model-model pembelajaran yang menarik
dan bervariasi, hampir setengah mahasiswa (±20%) berpendapat bahwa materi
evolusi dapat dibelajarkan dengan memanfaatkan situs-situs peninggalan prasejarah
seperti Sangiran dan Trinil untuk memberikan pengalaman langsung pada siswa.
Situs Sangiran misalnya, merupakan salah satu situs bersejarah yang menyimpan
berbagai koleksi benda-benda peninggalan kehidupan pada masa prasejarah dan juga
telah ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage) oleh UNESCO dengan nama
Sangiran the Early Man Site (Dwiyantoro, 2012). Membelajarkan siswa dengan
memanfaatkan situs sejarah dapat dilakukan dengan metode karya wisata sehingga
siswa dapat melihat langsung contoh-contoh peninggalan sejarah. Model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah PjBL (Project Based Learning) dimana
tugas akhirnya siswa diminta menyusun laporan hasil kunjungan (Alanindra &
Agustina, 2016).

c. Pengembangan Materi Evolusi untuk Mencegah Miskonsepsi Mahasiswa


Calon Guru Biologi
Penolakan terhadap teori evolusi seperti dikemukakan sebelumnya, tidak
hanya ada karena faktor perbedaan pandangan dari sisi religiusitas, namun salah satu
alasan yang paling penting mengenai sulitnya materi ini diajarkan di sekolah adalah
faktor tingkat pengetahuan guru. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Pazza (2010)
bahwa tingkat dan latar belakang pengetahuan guru yang salah dan mengalami
miskonsepsi adalah faktor utama terjadinya penolakan terhadap materi evolusi. Lebih
lanjut pada hasil penelitiannya, Pazza menyatakan bahwa terdapat dua topik evolusi
yang dianggap oleh guru-guru dan mahasiswa di Brazil sulit dipahami yaitu
frekuensi gen dan hukum (teorema) Hardy-Weinberg. Selain itu, Tidon & Lewontin
(2004) menyatakan bahwa terdapat konsep alternatif dan konsep yang dinilai rumit
terjadi pada siswa untuk beberapa subtopik yaitu seleksi alam, adaptasi, reproduksi,
dan spesiasi.
Miskonsepsi tentang teori evolusi yang paling banyak adalah pemahaman
bahwa evolusi menyangkal keberadaan Tuhan. Amin (2016) menyatakan bahwa
tidak ada alasan untuk mempercayai Tuhan tidak berperan dalam proses evolusi.
Tidak sedikit ilmuwan yang percaya terhadap adanya Tuhan dan menerima
kebenaran teori evolusi. Evolusi bahkan dapat dianggap sebagai cara Tuhan dalam
menciptakan keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini. Hal ini dibuktikan
dengan pendapat Darwin yang teorinya mengalami banyak penolakan salah satunya
Alaninda Saputra 6
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

dengan muncul teori baru dengan ikon “Tumbangnya Teori Evolusi” sebenarnya
mengakui Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Kalimat paling
akhir pada karyanya yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural
Selection (1959) yang intinya menyatakan bahwa segala yang ada di bumi telah
diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk tunggal.
Salah satu cara mencegah miskonsepsi adalah dengan melakukan
pengembangan materi evolusi sesuai dengan penemuan-penemuan yang ada.
Berbagai penelitian tentang evolusi berbasis molekuler telah dilakukan dan hasil
penelitian ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa calon guru Biologi. Kemajuan
teknologi sangat menunjang perkembangan ilmu Biologi yang dikaji semakin
mendalam dan memfokus. Seiring perkembangan genetika molekuler dan
bioteknologi, terjadi revolusi di bidang riset dan aplikasi teknik dalam uji genetik.
Salah satu temuan riset yang memiliki sumbangan besar terhadap perkembangan
evolusi adalah ditemukannya perbandingan sekuen DNA antar organisme dapat
menjadi alat yang kuat untuk memahami proses dan pola substitusi nukleotida yang
berpengaruh dalam penelusuran filogenetik atau hubungan kekerabatan diantara
organisme (Amin, dkk., 2015; Nuha, dkk., 2016).

PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh mahasiswa (100%) berpendapat
bahwa materi Evolusi perlu dan penting untuk diajarkan bagi siswa SMA. Terdapat
beberapa pendapat yang berbeda mengenai alasan yang mendasari mengapa materi
Evolusi penting diajarkan bagi siswa SMA salah satunya sebagian besar (±75%)
mahasiswa calon guru Biologi berpendapat bahwa materi evolusi penting untuk
diajarkan di SMA karena materi evolusi mengkaji tentang kejadian-kejadian penting
mengenai pembentukan bumi dan alam semesta serta memberikan gambaran
makhluk hidup yang ada di bumi pada masa sebelum dan sesudah manusia muncul di
bumi. Sebagian kecil (±10%) mahasiswa calon guru Biologi berpendapat bahwa
materi evolusi perlu diajarkan di SMA untuk menghindari pemahaman yang keliru
tentang teori evolusi. Sebagian besar mahasiswa calon guru Biologi (± 75%)
berpendapat bahwa materi evolusi harus diajarkan dengan metode atau model-model
pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran materi evolusi tidak hanya
disampaikan dengan ceramah. Hampir setengah mahasiswa (±20%) berpendapat
bahwa materi evolusi dapat dibelajarkan dengan memanfaatkan situs-situs
peninggalan prasejarah seperti Sangiran dan Trinil untuk memberikan pengalaman
langsung pada siswa.

Alaninda Saputra 7
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

DAFTAR PUSTAKA
Afidah, M. 2012. Identifikasi Pola Miskonsepsi Mahasiswa pada Konsep Mekanisme
Evolusi Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). (Online), (https://
www.unilak.ac.id/media/file/77802842250Artikel_MARATUL_AFIDAH.pdf),
diakses pada 27 Januari 2017.

Alanindra, S., & P., Agustina. 2016. Persepsi Mahasiswa Calon Guru tentang
Pemanfaatan Situs Sangiran sebagai Sumber Belajar Evolusi. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Sains “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan
Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi
Tantangan Abad 21”.

Amin, M. 2016. Perkembangan Biologi dan Tantangan Pembelajarannya. Prosiding


Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek. ISSN: 2557-533X.

Dwiyantoro, S. 2012. Museum Sangiran: Historisitas dan Relevansinya sebagai


Sumber Pembelajaran Sejarah. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program
Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember.

Hadi, S. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi


UGM.

Henuhili, V. dkk. 2012. Diktat Kuliah Evolusi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Kose, E.O. 2010. Biology Students’ and Teachers’ Religious Beliefs and Attitudes
Towards Theory of Evolution. H.U. Journal of Education. 38: 189-200.

Makkadafi, dkk. 2016. Pengembangan Modul Primata Berbasis Hasil Penelitian.


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek. (Online),
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7991), diakses pada 2 Februari
2017.

Minarti, dkk. 2014. Profil Modul Evolusi untuk Melatih Berpikir Kritis Siswa SMA
Kelas XII. Bioedu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(1): 315-318. ISSN:
2302-9528.

Nelson, C.E. 2008. Teaching Evolution (and all of Biology) More Effectively:
Strategies for Engagement, Critical Reasoning, and Confronting Misconceptions.
Integrative and Comparative Biology. 48(2): 213-225. DOI: 10.1093/icb/icn027.

Nuha, U., dkk. 2016. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Penelitian Evolusi dan
Filogenetik Molekuler untuk Matakuliah Evolusi di Universitas Jember. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 1(9): 1791-1796.

Alaninda Saputra 8
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017

Nurhidayati, S., & Zulandri. 2012. Pengembangan Karakter Mahasiswa


Menggunakan Metode Team Quiz disertai Penulisan Jurnal Belajar pada
Matakuliah Evolusi. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram. 2(2): 552-558. (Online),
(http://ejournal.pkpsmikipmataram.org/index.php/jiim/article/view/373), diakses
pada 2 Februari 2017.

Pazza, R. & Penteado, P.R. (2010). Misconception about Evolution in Brazilian


Freshmen Student. Evo Education Outreach. 3: 107-113. DOI. 10.1007/s12-052-
009-0187-3.

Prastiwi, M.S. 2009. Implikasi Evaluasi Proses Kuliah Evolusi Manusia pada
Domain Afektif Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei
2009.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung: Alfa Beta.

Supardi, A. 2006. Statistik. Bandung: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati.

Tidon, R. & Lewontin, R.C. 2004. Teaching Evolutionary Biology. Genetic and
Molecular Biology. 27(1): 124-131.

Alaninda Saputra 9
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Jurnal Universitas Djuanda (Unida)

Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 83


Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

PERSPEKTIF ILMIAH DAN KEYAKINAN TERHADAP EVOLUSI


MAHASISWA BIOLOGI DI UNIVERSITAS BERBASIS AGAMA

SCIENTIFIC PERSPECTIVE AND FAITH TOWARDS EVOLUTION BIOLOGY


STUDENTS IN RELIGION BASED UNIVERSITIES

T A Helmi1a, N Y Rustaman 2, F S Tapilouw 2, T Hidayat2


1Faculty of Teacher Training and Education Djuanda University ,
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.
2Biology Education Department, Indonesia University of Education Jl.

Dr. Setiabudi No 229. Bandung 40154, Indonesia.


a Korespondensi: Helmi, E-mail: Helmia.suwarjono@gmail.com

(Diterima: 15-07-2019; Ditelaah: 17-07-2019; Disetujui: 09-09-2019)

ABSTRACT
Evolution is a crucial keyword to discuss concerning beliefs in various religions. In Indonesia
as the country with the largest Muslim population in the world, evolution is a fairly sensitive
issue and controversy. This study conducted a study of the views of students at Islamic-
based universities on the concept of evolution. This study uses a case study methodology
with 36 students majoring in biology as a key informant and involves one lecturer as other
information. The results obtained in this study were that most respondents believed in
evolution as the origin of the diversity of living things, but opposed the theory of the origin of
life, especially the concept of "common ancestor." The most surprising finding was that even
though they did not believe in some parts of the theory of evolution, they stated that they
would still teach it when they were teachers.
Keywords: Belief, Evolution, Scientific perspectives.

ABSTRAK
Evolusi merupakan kata kunci yang sangat krusial untuk dibahas dalam kaitannya dengan
keyakinan di berbagai agama. Di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia evolusi adalah isu yang cukup sensitif dan kontroversi. Penelitian ini
melakukan studi terhadap pandangan mahasiswa di Universitas berbasis Islam terhadap
konsep evolusi. Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus dengan informan kunci
adalah 33 mahasiswa jurusan biologi serta 1 orang dosen sebagai informan tambahan. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagian besar responden mempercayai evolusi
sebagai asal usul keberagaman makhluk hidup, namun menentang teori tentang asal usul
kehidupan terutama konsep “common ancestor”. Temuan yang paling mengejutkan dalam
penelitian ini adalah meskipun mereka tidak percayai beberapa bagian dari teori evolusi,
mereka menyatakan akan tetap mengajarkannya ketika telah menjadi guru.
Kata Kunci : Evolusi, Keyakinan, Pandangan Ilmiah.

Helmi, T. A, Rustaman, N, Y., Tapilouw, F, S., & Hidayat, T. (2019). Perspektif Ilmiah dan Keyakinan
Terhadap Evolusi Mahasiswa Biologi di Universitas Berbasis Agama. Jurnal Sosial Humaniora,
10(2), 83-92.
84 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi

evolusi hingga sekarang ini masih terjadi


PENDAHULUAN menyeluruh di lingkungan para ilmuwan,
Evolusi merupakan bagian ilmu biologi yang kalangan terdidik, pemuka agama hingga
dianggap cukup penting. Pada sekolah masyarakat umum. pandangan yang tidak
umum yang tidak berbasis agama, evolusi sama terhadap teori evolusi muncul
merupakan mata kuliah wajib. Meskipun dikarenakan perbedaan cara pandang ketika
demikian evolusi hanya mendapatkan mempelajari teori evolusi. pandangan
tempat yang tidak begitu besar dikarenakan evolusi makhluk hidup dari sisi filsafat dan
mata kuliah ini tidak melakukan praktik, keyakinan hingga saat ini dipandang sebagai
murni semuanya teori. Evolusi adalah sesuatu hal yang bertolak belakang dengan
sejarah perkembangan makhluk hidup teori evolusi (Afidah, 2012). Akan tetapi
dimana banyak orang yang menganggap teori ilmiah apa pun sesungguhnya tidak
sejarah adalah bagian yang penting yang dapat meniadakan Tuhan. Beberapa
tidak bisa dipisahkan dari fakta terkini pandangan ateistik atas teori ilmiah
tentang suatu hal. Di banyak penelitian, merupakan bentuk dari "saintisme", yaitu
ditemukan bahwa tidak semua konsep yang keyakinan yang menjadikan sainslah
berhubungan dengan evolusi ditentang oleh sebagai satu-satunya cara untuk
kalangan umum dan akademisi. Sebagian mempelajari pengetahuan. Saintisme
besar ilmu evolusi yang tidak mengaitkan memandang bahwa hanya alam (material)
antara kehidupan manusia dan asal usulnya, satu-satunya realitas yang ada (Luthfi &
nyatanya dapat diterima oleh masyarakat. Khusnuryani, 2005). Peneliti terdahulu
Tingkat pengetahuan pendidik yang rendah mengungkapkan bahwa penentangan pada
dan latar belakang pengetahuan yang salah teori evolusi yang juga ditemukan oleh
dan mengalami miskonsepsi adalah faktor banyak peneliti yaitu bukan hanya
paling utama menyebabkan penolakan didasarkan pada faktor perbedaan
kepada konsep-konsep evolusi. Penolakan pandangan dari sisi keyakinan (agama) saja,
terhadap konsep evolusi terjadi pada akan tetapi alasan yang sangat mendasar
masalah yang mengandung topic asal usul mengenai sulitnya materi ini untuk
manusia. Pada topik ini, sebagian besar dipelajari di sekolah adalah bersumber dari
anggapan menyatakan bahwa manusia kemampuan dan kapasitas pengetahuan
berasal dari kera. Peneliti pendahulu guru (Saputra, 2017).
menyebutkan bahwa bahkan guru sains pun Evolusi di dunia sangat kontroversi dan
sering merasa tidak nyaman dengan topik mengalami banyak penentangan. Di mulai
pengajaran seperti evolusi karena evolusi pada level yang terendah hingga level
kontroversial secara sosial, kebanyakan dari pendidikan tertinggi. Sebelum kita melihat
mereka tidak ingin menyinggung siswa, atau pada tingkat SMA dan Universitas, kita lihat
berbeda pandangan dengan orang tua terlebih dahulu dari dasar dimana Guru
mereka, bahkan administrasi di bawah sekolah dasar memainkan peran penting
tempat mereka bekerja (Asghar et al. 2007; dalam memutus siklus kontroversi evolusi
Jackson et al. 1995; Schilders et al. 2009; yang berkelanjutan. Mereka memiliki
Owens et al, 2017). kapasitas untuk memperkenalkan konsep-
Penolakan ini tentu lebih besar lagi konsep pada saat yang sama para siswa
ditemukan oleh peneliti dinegara-negara dapat pertama kali menemukan pesan anti
dengan tingkat keagamaan yang taat/kuat. revolusi. Studi ini membandingkan
Tidak hanya di Indonesia, di negara lain baik religiusitas, penerimaan, dan pemahaman
di kawasan Asia, negara-negara Eropa evolusi jurusan pendidikan dasar dengan
maupun Amerika dan Australia, evolusi juga jurusan lain. Hasil penelitian menunjukkan
mengalami penentangan yang keras bahwa jurusan pendidikan dasar
(Atanasiou, dkk, 2014). Pandangan- mempertahankan tingkat religiusitas yang
pandangan pro dan kontra kepada teori tinggi dan penerimaan yang jauh lebih
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 85
Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

rendah dibandingkan dengan jurusan lain tidak dikuantifikasi, objektivitas hasus


yang tidak ditugaskan mengajar evolusi di sangat dijunjung tinggi (Cresswell, 2007)
sekolah umum Amerika. Jurusan pendidikan Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama
dasar mempertahankan tingkat pemahaman 3 bulan di sebuah sekolah tinggi berbasis
evolusi yang tidak jauh lebih tinggi dari agama Islam di Kota Bogor. Data hasil
pada mereka yang tidak berencana penelitian diperoleh melalui wawancara dan
mengajar siswa sekolah dasar (Herman, pemberian angket terhadap key informan
2016). Hal ini mengindikasikan bahwa dan responden sebagai narasumber. Key
memutus mata rantai penolakan semakin informan dalam penelitian ini adalah
akan menjadi pekerjaan berat. Pandangan mahasiswa program studi pendidikan
ini mendorong peneliti untuk menyelidiki biologi dan informan lainnya adalah 1 (satu)
seberapa kuat pengaruh keyakinan orang dosen pengampu mata kuliah evolusi.
seseorang terhadap penolakan ataupun Adapun secara detail prosedur
penerimaannya terhadap evolusi dan alasan pengumpulan data dilakukan melalui
apa yang mendasarinya dalam mengambil observasi langsung, observasi partisipan,
keputusan terhadap pendapatnya tersebut. wawancara serta pemberian angket. Untuk
Serta bagaimana pandangan dan sikap teknik pengujian keabsahan data dilakukan
dosen pengampu mata kuliah memposisikan dengan mencari siklus kesamaan data,
dirinya dalam menghadapi situasi evolusi ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi,
yang memang secara fakta menunjukkan serta mencari kelengkapan referensi yang
konflik pemikiran yang berkepanjangan berkaitan.
pada saat seorang pendidik harus
menyampaikan hal ini kepada peserta
didiknya sendiri. Bagaimanakah dosen HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai pengampu mata kuliah menyikapi
hal ini dan melaksanakan perkuliahan Hasil Temuan Penelitian
evolusi dikelasnya.
Materi evolusi berkaitan dengan kurikulum
pada mata kuliah bersumber dari Learning
Outcome (LO) pada KKNI. Dosen pengampu
MATERI DAN METODE mata kuliah juga berpedoman pada
Penelitian ini menggunakan pendekatan rekomendasi standar Konsorsium Biologi
deskriptif kualitatif studi kasus (case study). Indonesia (KOBI). Mahasiswa sebagai
Penelitian studi kasus tidak hanya sumber data utama adalah merupakan
menjawab pertanyaan penelitian mengenai mahasiswa program studi pendidikan
‘apa’ (what) objek yang diteliti, akantetapi biologi dengan latar belakang agama atau
lebih kompleks dan komprehensif lagi keyakinan yaitu islam. Keyakinan ini yang
meliputi ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ menjadi dasar utama dalam menentukan
(why) suatu hal/kasus bisa terjadi (Yin, pemahaman dan penerimaan terhadap
2009). Kualitatif memiliki karakterisktik: beberapa konsep yang dianggap cukup
terjadi pada latar alamiah baik tempat diragukan kebenarannya. Penelitian
kejadian maupun prilaku, tidak meminta menemukan bahwa meskipun ada konsep
teori sebagai dasar dan hasil, peneliti adalah yang tidak diyakini atau ditolak oleh
instrumen utama di dalam penelitian, hasil mahasiswa sebagai sebuah kebenaran, akan
penelitian dilaporkan secara deskriptif, tetapi tingkat penguasaan dan pemahaman
fokus diarahkan pada persepsi dan konsep siswa secara keseluruhan materi
pengalaman responden atau informan, atau topik dalam perkuliahan evolusi sangat
proses sangat penting dan menjadi data baik. Mahasiswa sebagian besar menolak
yang setara dengan produk atau hasil, konsep common ancestor yang oleh mereka
peneliti dituntut memunculkan pola dan dianggap sebagai konsep yang
merkonstruksi jawaban responden, data mengarahkan pada pemikiran bahwa kera
86 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi

adalah nenek moyang dari manusia dan Hukum 2. teori tentang


(perspektif mahasiswa). molekul, Hardy_Wein terjadinya
biologi berg kepulauan
Pembahasan Temuan Penelitian organismal, Variasi Indonesia,
Penelitian ini menemukan beberapa hal ekologi, makhluk 3.evolusi
yang menyangkut akan adanya penerimaan evolusi, dan hidup prokriot
dan indikasi penolakan terhadap teori biosfer protista dan
Spesies
evolusi, terutama penolakan menyangkut spesiasi munculnya
asal usul makhluk hidup (asal-usul 7. Mikro dan 4.keanekaraga
manusia) dan penerimaan terhadap konsep makro man makhluk
yang lainnya. evolusi hidup,
5.evolusi
Materi Evolusi Dalam Standar tumbuhan dan
Kurukulum dan Aplikasi Pada perannya
Program Studi terhadap
Evolusi adalah merupakan mata kuliah kehidupan
wajib bagi mahasiswa pendidikan biologi, bumi,
hal ini tidak terkecuali bagi mahasiswa 6.evolusi
tempat diadakan penelitian ini. Materi invertebrate,
perkuliahan evolusi di setiap Universitas evolusi
diselaraskan pada Standar Konsorsium vertebrata,
Biologi sebagai acuan lainnya disamping
radiasi
standar acuan utama/dasar yaitu kurikulum
mamalia dan
KKNI. Konsorsium biologi (KOBI)
asal usul
merupakan forum pertemuan para ilmuan
manusia,
bidang biologi di Indonesia. Dimana
konsorsium ini melahirkan banyak genetika
kesepakatan-kesepakatan melalui populasi,
penelaahan terhadap kurikulum dan sistem mekanisme
pendidikan dan pengajaran bidang biologi. evolusi,
Adapun rincian materi evolusi yang menjadi spesies dan
rujukan berdasarkan hasil kajian awal spesiasi,
terdapat pada Tabel 1 filogeni dan
Tabel 1. Kajian Materi Evolusi bukti evolusi.
Materi Materi Materi Evolusi Proses pembelajaran ini memiliki target
Evolusi Evolusi yang diajarkan capaian bahwa mahasiswa program studi
Rekomenda Analisa pada pendidikan Biologi dapat memahami
si KOBI kurikulum di Universitas dengan benar dan mendalam setiap konsep-
jurusan konsep dasar pada materi perkuliahan
pendidikan evolusi di jurusan pendidikan Biologi. Oleh
biologi pada karena itu, materi disusun sedemikian rupa
5 Universitas dari yang paling sederhana hingga yang
di Indonesia paling kompleks untuk memudahkan
Menguasai Mekanisme 1.hakikat pemetaan dan pengaturan tingkatan berfikir
teori evolusi evolusi, sejarah mahasiswa. Materi yang diajarkan di
biologi, Asal usul waktu geologi jurusan biologi ditempat penelitian ini
mencakup kehidupan dan keadaan dibagi menjadi beberapa kelompok materi
tingkat bumi awal yang disusun menurut tingkatan yang
Seleksi alam didasarkan pada standar isi dan kompetensi
kajian sel
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 87
Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

yang ditetapkan melalui analisis bahwa tidak benar adanya keruncingan


berdasarkan standar konsorsium biologi persepsi antara agama dan evolusi, akan
Indonesia (KOBI) dan Kerangka Kualifikasi tetapi tentu hal ini memerlukan pembuktian
Nasional Indonesia (KKNI). Sementara mendasar. Hal ini juga pernah diungkap
tingkat pemahaman mahasiswa terhadap oleh peneliti bahwa terdapat beberapa
konsep evolusi cukup tinggi kecuali temuan peneliti yang berbeda pendapat
menyangkut asal usul kehidupan, dimana memiliki argumen bahwa pengetahuan awal
pada materi asal usul kehidupan dan radiasi dianggap terlalu cepat diterima oleh
mamalia. Berdasarkan pada nilai yang masyarakat umum tentang evolusi versus
diperoleh pada ujian tengah semester penciptaan, meskipun pada hal ini banyak
(bersumber dari dosen pengampu), nilai peneliti terus-menerus menegaskan hal
keseluruhan mahasiswa cukup tinggi untuk sebaliknya dari pendapat mereka yang tidak
wilayah materi terdiri dari hakikat dan terbiasa dengan literatur sejarah yang
sejarah evolusi, asal usul makhluk hidup, relevan. Klaim konflik besar antara sains
seleksi alam dan Hukum Hardy-Weinberg. dan agama terlalu dibesar-besarkan.
Akan tetapi soal yang diberikan oleh dosen Sebagai contoh, debat terkenal antara Uskup
pengampu mata kuliah sama sekali tidak Oxford dan Thomas Huxley di Asosiasi
meyasar kepada keyakinan dan pendapat Inggris untuk kemajuan ilmu pengetahuan
mahasiswa terkait konsep. Semua tahun 1860 bukanlah tentang evolusi versus
pertanyaan yang diberikan oleh dosen penciptaan atau bahkan sains versus
dalam kegiatan ujian tengah semester kepercayaan. Sangat berbahaya
bermuatan konten. Berdasarkan informasi melegitimasi suatu perubahan di zaman
dosen pengampu mata kuliah, sama sekali dimana apapun yang dipercaya memiliki
tidak ada kekhawatiran yang timbul selama efek social, karenanya sangat diperlukan
ini akan pengetahuan evolusi mahasiswa pendampingan untuk pemahaman yang
dikarenakan selama ini semua nilai yang lebih baik dan benar (Devine, 1996; Helmi,
diperoleh mencapai skor maksimal yang 2019). Peneliti terdahulu menyajikan
diharapkan oleh dosen pengampu dan temuan-temuan dari studi kuasi-
ditargetkan oleh kurikulum. eksperimental yang mengevaluasi sikap dan
kepercayaan para guru dalam menanggapi
Latar Belakang Keyakinan pembelajaran lintas-kurikuler Universitas
Mahasiswa yang merupakan informan kunci tentang evolusi dan penciptaan yang
dalam penelitian ini adalah mahasiswa menjembatani perspektif teologis biologis
jurusan pendidikan biologi dengan latar dan Kristen dimana evolusi dan penciptaan
belakang agama Islam (muslim). Selain terlihat sangat berbenturan dalam
mereka memiliki identitas sebagai seorang pemahaman pendidik sekalipun
muslim, mereka sendiri memiliki (Konneman, 2018).
lingkungan yang sangat mendukung Sebelum kita dapat memahami
keyakinannya yakni lingkungan yang kental pandangan agama seseorang, budaya dan
atau sarat dengan nilai-nilai islam yang masyarakat yang ada di dalamnya, maka
murni. Latar belakang budaya dan terlebih dahulu kita harus mengetahui
keyakinan tersebut tidak menjadikan key penjelasan tentang eksistensi mengenai
informan menjadi tertutup. Key informan agama itu sendiri. Agama adalah sebuah
maupun masyarakat sekitar sangat terbuka kepercayaan tertentu yang diyakini oleh
terhadap pengetahuan baru yang diberikan. sebagian besar masyarakat merupakan
Hal ini dapat dilihat dari kerukunan dan pedoman dalam kehidupan. Agama
kebaikan perilaku mereka terhadap warga menyangkut tingkat keyakinan dan berbagai
lainnya yang berbeda adat budaya maupun prakteknya (Bauto, 2014). Pada penelitian
keyakinan dengan mereka. Fakta ini cukup ini, agama yang dianut oleh mahasiswa
sedikit menguak tentang kemungkinan adalah islam, dimana agama inilah yang
88 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi

kemudian menjadi dasar yang kuat bagi Pandangan Mahasiswa Terhadap


informan untuk melakukan penolakan Evolusi
terhadap satu diantara teori yang
dikemukakan dalam kurikulum evolusi Berdasarkan data yang dimiliki oleh
yakni mengenai teori evolusi yang berkaitan dosen yang diambil pada awal perkuliahan,
dengan mekanisme evolusi manusia. Akan didapati bahwa pengetahuan evolusi
tetapi terlepas dari teori evolusi manusia, mahasiswa yang akan belajar materi evolusi
keseluruhan informan menyatakan bahwa sangat beragam. Akan tetapi dapat
mereka menerima berbagai teori yang disimpulkan bahwa hampir semua
memiliki bukti secara ilmiah. mahasiswa sudah memiliki pengetahuan
awal (dasar) dalam evolusi. Berdasarkan
Hal yang mendasari mahasiswa menolak informasi dosen pengampu mata kuliah
akan adanya manusia dan kera memiliki evolusi di prodi pendidikan biologi,
nenek moyang bersama atau dalam bahasa kesulitan yang didapati dalam mengajar
mereka “seketurunan” adalah keyakinan mata kuliah ini adalah kekhawatiran akan
yang mereka anut tidak mengajarkan banyaknya miskonsepsi yang dibawa
demikian. Mahasiswa mempedomani ajaran mahasiswa kedalam kelas. Miskonsepsi
agama mereka yang mengajarkan bahwa yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan
manusia pertama yang ada dimuka bumi ini aku mulasi dari pengetahuan mereka sejak
adalah seorang manusia yaitu Adam as dan sebelum mereka mengikuti perkuliahan.
diajarkan bahwa Adam adalah manusia Asumsi-asumsi yang mereka bawa telah
sempurna secara fisik dan tidak sama sekali terbangun sangat lama jauh sebelum
berkerabat dengan kera ataupun primata perkuliahan dilaksanakan. Ketika
lainnya. Di dalam keyakinan mereka, Adam perkuliahan berlangsung, dosen
as adalah manusia pilihan Tuhan yang mendapakan sedikit kesulitan dalam
merupakan penyampai wahyu atau orang mengajarkan karena pemahaman yang telah
suci dalam konteks keyakinan. kuat sebelum pembelajaran sehingga
diperlukan strategi khusus untuk dosen
dapat membantu mahasiswa merubah atau
meluruskan pemahaman konsepnya.
Gambar 1. Konsep Evolusi Mahasiswa

Konsepsi Evolusi Mahasiswa

100
90
Rentang persentase

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Hakikat Adaptasi Hukum keberaga Asal-Usul Spesies Mikro
dan dan HardyWe man dan Manusia dan dan
sejarah Seleksi inberg Variasi Spesiasi Makro
evolusi alam makhluk Evolusi
Hidup
Persentase 8.358 3.43 9.03 10.12 16.34 4.01 2.03
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 89
Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat utuh? 3) hal yang dianggap sangat mustahil,
fakta bahwa masih terdapat cukup besar misalnya, struktur dan kebiasaan seekor
miskonsepsi siswa terhadap konsep asal kelelawar, dapat dibentuk oleh modifikasi
usul kehidupan. Sebagian mahasiswa beberapa hewan lain dengan kebiasaan dan
menyatukan antara pengetahuan yang struktur yang sangat berbeda, 4) ketika
didapat melalui berbagai literature sebagai berkaitan dengan mikro evolusi, bagaimana
kebenaran yang dipaksakan untuk diterima. kemudian gen flow dan genetic drift bisa
Padahal, bab teori asal usul kehidupan pada dianggap sebagai proses evolusi. sedangkan
kurikulum perkuliahan evolusi mengajarkan selama ini, kelainan atau perubahan dari
tentang pemikiran-pemikiran para peneliti bentuk asalnya selalu menjadi lebih buruk
terdahulu seperti Charles Robert Darwin, (tidak menuju kesempurnaan) atau cacat.
Jean Baptise Lamarck dan lainnya Untuk pertanyaan wawancara yang
menyangkut evolusi, tidak serta merta menanyakan apakah evolusi penting untuk
mahasiswa harus menerimanya sebagai diajarkan pada program studi pendidikan
sebuah bukti kebenaran yang disangkut biologi, 91% mahasiswa menyatakan
pautkan dengan keyakinan. Berdasarkan penting untuk adanya mata kuliah evolusi.
jawaban mahasiswa pada pertanyaan Alasan yang dikemukakan mahasiswa
mengenai pustaka atau literature sumber tentang mengapa pentingnya evolusi bagi
yang mereka baca, sebagian besar mahasiswa pendidikan biologi diantaranya
mahasiswa mengakses materi tentang adalah untuk member pemahaman
evolusi melalui internet. Terdapat hanya 2 mendalam agar mahasiswa tidak menjadi
(dua) orang atau 6.06% dari keseluruhan salah pemikiran atau miskonsepsi terhadap
mahasiswa yang memiliki atau bahkan konsep dan teori evolusi. selain itu
sempat membaca tentang teori evolusi pendapat lainnya menyatakan pentingnya
langsung dari the origin of species karya mata kuliah ini karena banyak hal penting
Charles Darwin sedangkan 92,94% lainnya mengenai ilmu-ilmu seperti genetika lanjut,
membaca dari potongan-potongan atau adaptasi, sejarah waktu geologi dan lain
cuplikan dari karya orang lain (bukan karya sebagainya yang mahasiswa jurusan biologi
asli Darwin). Dalam hal ini mahasiswa memang harus mengetahui dan menguasai
mengakui pemikiran dan pemahaman pengetahuan tersebut.
mereka cukup terpengaruh oleh sudut
pandang karya siapapun yang mereka Evolusi dan Penciptaan
pernah baca. Sebagian dari mahasiswa
Evolusi dan penciptaan selalu mengalami
(30%) memiliki buku (cetak maupun
ebook) yang berkaitan dengan materi pergolakan atau perang pemikiran
dikalangan terdidik maupun masyarakat
evolusi.
umum. Pada penelitian ini, mahasiswa
Menyangkut jawaban akan pertanyaan jurusan pendidikan biologi sebagai
tentang hal-hal yang menjadi dasar bagi informan juga melakukan penolakan
kebingungan mahasiswa atau hal yang terhadap asal usul manusia yang secara
mengawali ketidakpercayaan akan teori umum dipahami masyarakat yaitu berasal
evolusi, jawaban mahasiswa dapat dari kera atau keturunan kera, hal terebut
disimpulkan mengarah pada 4 (empat) hal dianggap merupakan kontroversi mengakar
pokok yaitu: 1) Seandainya saja spesies yang terjadinya turun temurun dari
turun dari spesies lain dalam waktu yang generasi kegenerasi dalam berbagai
lama, tentunya kita di mana-mana melihat kalangan. Padahal secara kultur budaya,
bentuk transisi yang tak terhitung masyarakat sebagai lingkungan tempat
banyaknya. mengapa hal ini tidak terjadi?, tinggal informan adalah lingkungan
2) Mengapa tidak semua makluk hidup terpelajar dan kultur masyarakat yang
ditemukan bentuk evolusinya, mengapa berfikiran terbuka. Mahasiswa menganggap
terdapat spesies yang ditemukan secara bahwa teori tersebut adalah sebuah
90 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi

kebohongan. Jawaban mereka akan Mengenai pemahaman mahasiswa terhadap


pertanyaan yang menyangkut evolusi asal usul manusia, mahasiswa mengakui
manusia terutama “common ancestor” bahwa mereka meragukan akan kebenaran
adalah sebuah kemungkinan yang dianggap teori tentang nenek moyang manusia yang
mustahil. Mahasiswa mengakui bahwa berkerabat dengan kera tersebut. Akan
literatur yang mereka baca tidak dapat tetapi meskipun mahasiswa mengaku
menunjukkan bukti secara ilmiah hal menolak tentang common ancestor sebagai
tersebut benar dan dapat dibuktikan. bagian dari konsep evolusi, sebagian besar
Mengenai hal ini, sebagian kalangan agama 78% (tujuh puluh delapan persen)
juga memiliki sudut pandangnya sendiri. mahasiswa mengaku bahwa ia akan tetap
Tercantum pada buku karangannya yang mengajarkan konsep ini ketika mereka
sangat fenomenal yaitu On The Origin of menjadi guru biologi suatu hari nanti.
Species by means of the natural selection Pandangan ini didasarkan pada
conception, Charles Robert Darwin kekhawatiran mereka akan dampak dari
menyatakan bahwa manusia berasal atau posisinya sebagai guru jika mereka memilih
berevolusi dari nenek moyang yang untuk mengabaikan atau menolak
sebenarnya bukanlah manusia (the human mengajarkan. Kekhawatiran ini lebih
species evolved from ancestors who were not kepada ketakutan mereka akan teguran dan
men). Pada kalimat ini agak diragukan peringatan terkait pekerjaan mereka
bahwa apa yang dimaksud oleh Darwin sebagai guru nantinya. Sehingga semua itu
dengan "ancestors". Jika ancestors terlepas dari pemahaman dan penerimaan
dimaksudkan bahwa itu adalah nenek karena hakikatnya mereka tetap tidak
moyang, maka manusia pertama tentu menerima secara keyakinan. Beberapa
bukanlah Adam seperti yang diyakini yaitu persen sisanya mengaku akan menyimpan
nabi Adam bahkan manusia tentu diyakini teori ini dan tidak akan mengajarkannya
tidak mempunyai ayah, ibu, kakek, dan sama sekali. Keputusan untuk tidak
nenek, apabila ancestors dimaksudkan mengajarkan didasari oleh rasa tanggung
sebagai kekerabatan, tentunya dalam hal ini jawab dan kekhawatiran akan memberikan
diartikan mempunyai hubungan penyesatan dan dampak negatif kepada
kekerabatan dengan simpanse, gorila, anak didiknya kelak (perspektif
orangutan dan kera. (Alam, 1984). mahasiswa). Pertanyaan terbesar dari
Darwin pun menyadari bahwa teorinya mahasiswa adalah apakah makhluk hidup
cukup menghadapi banyak masalah. Ia terjadi secara perlahan berubah antar
sempat mengakui hal ini pada bukunya di spesies atau ada yang menciptakan secara
bab “Difficulties of the Theory”(Darwin, C.R, tiba-tiba? Kedua hal ini yang kemudian
1859). Berdasarkan kedua literatur masing-masing mahasiswa menyimpulkan
tersebut, ditambah dengan beberapa buku sendiri jawabannya berdasarkan
sumber lainnya, dapat diambil kesimpulan pengetahuan sendiri.
bahwa dari sinilah pandangan miring dari Pertanyaan mengenai bagaimana
mahasiswa tentang konsep nenek moyang mahasiswa meyakini proses munculnya
bersama (common ancestor) adalah hal yang manusia dimuka bumi ini, mendapatkan
mustahil. Akan tetapi pandangan semacam jawaban yang sangat umum, dimana
ini tidak berlaku pada semua konsep dalam jawaban yang diberikan oleh keseluruhan
evolusi. Mahasiswa justru dapat menerima mahasiswa adalah mereka percaya akan
konsep lainnya. konsep penciptaan. Hal ini sejalan dengan
Ketika berbicara adaptasi, peneliti terdahulu dimana pertentangan
keanekaragaman, genetika dan sebagainya pemahaman tentang teori evolusi yang
sebagian besar mahasiswa yang dimana paling banyak adalah pemikiran bahwa
mereka adalah muslim, menyetujui dan evolusi meniadakan keberadaan Tuhan
menganggapnya sebagai suatu kebenaran. (Saputra, 2017). Hal ini menjadikan
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 91
Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

pemahaman yang dimiliki mahasiswa yang sangat berbeda, 4) ketika berkaitan


menjadi kuat dan tidak tergoyahkan. dengan mikro evolusi, bagaimana kemudian
Pandangan akan ketidak setujuan terhadap gen flow dan genetic drift bisa dianggap
“nenek moyang bersama” tidak dapat sebagai proses evolusi. Sedangkan selama
dirubah oleh dosen maupun oleh literatur ini, kelainan atau perubahan dari bentuk
sebagai acuan. Pandangan akan konsep asalnya selalu menjadi lebih buruk (tidak
ketuhanan menjadi dasar bagi mahasiswa menuju kesempurnaan) atau cacat.
untuk mempertahankan pendapat dan Beberapa hal tersebut yang kemudian
pemahamannya. Secara terus terang dosen menjadi inti utama keyakinan mahasiswa
mengakui bahwa lembaga dan dosen tidak untuk menolak sebagian dari konsep di
dapat berbuat banyak dalam upaya dalam cakupan materi evolusi.
mencegah kesalah pahaman konsep. Dosen
mengakui bahwa tidak hanya mahasiswa Implikasi
bahkan dosen biologi antara satu dengan
yang lainnya pun terkadang berbeda
Rekomendasi dan implikasi disampaikan
pendapat dan ada pula yang mengalami
kepada program studi tempat dilakukannya
pertentangan batin antara keyakinan dan
evolusi. hal ini menyiratkan seolah-olah penelitian ini, agar kiranya sedini mungkin
mengidentifikasi kemungkinan terjadi
evolusi menentang keyakinan.
miskonsepsi pada pemahaman
mahasiswanya mengenai konsep-konsep
dalam evolusi sehingga kemudian juga
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI dapat disiapkan pencegahan atau model
perubahan konsepsi yang tepat untuk
Kesimpulan
perbaikan konsepsi siswa. Selanjutnya
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah disampaikan kepada dosen pengampu mata
bahwa sebagian besar mahasiswa kuliah evolusi agar peduli dengan konsepsi
mempelajari dengan pemikiran terbuka mahasiswanya terhadap evolusi dan tidak
akan konsep-konsep dalam perkuliahan hanya berfokus pada penguasaan konsep
evolusi. Mahasiswa hanya melakukan saja. Kemudian kepada peneliti selanjutnya,
penolakan terhadap evolusi yang berkaitan agar dapat mengambil bagian dalam upaya
dengan asal usul manusia. Konsep tentang mengurai benang kusut antara kesalah
evolusi sebagai the origin of species lebih pahaman dan perang pendapat antara teori
diterima dibandingkan dengan pemahaman evolusi dan penciptaan sehingga dapat
bahwa evolusi adalah sebagai the origin of ditemukan solusi perbaikannya agar
life. Berdasarkan pertanyaan wawancara, mahasiswa dimanapun tidak menjadi
didapatkan bahwa kesimpulan dari korban dari mendapat imbas perang
pandangan negatif mahasiswa terhadap pemikiran ini (evolution versus creation).
evolusi mengarah pada 4 (empat) hal pokok
yaitu: 1) Seandainya saja spesies berasal
dari spesies lain dalam waktu yang lama, DAFTAR PUSTAKA
tentunya kita di mana-mana melihat bentuk
Alam, S. (1984). Evolusi Manusia dan
transisi yang tak terhitung banyaknya.
Konsepsi Islam. Bandung: Risalah.
mengapa hal ini tidak terjadi?, 2) Mengapa
tidak semua makluk hidup ditemukan
Athanasiou, K. (2014). Evolution theory
bentuk evolusinya, mengapa terdapat
teaching and learning: what conclusions
spesies yang ditemukan secara utuh? 3) hal
can we get from comparisons of teachers'
yang dianggap sangat mustahil, misalnya,
and students' conceptual ecologies in
struktur dan kebiasaan seekor kelelawar,
greece and turkey?. Eurasia, 11(4):842-
dapat dibentuk oleh modifikasi beberapa
852
hewan lain dengan kebiasaan dan struktur
92 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi

Bauto, L.M. (2014). Perspektif Agama Dan Konnemann, C., Höger, C., Asshoff, R.,
Kebudayaan Dalam Kehidupan Hammann, M & Rieß, W. (2018). A Role
Masyarakat Indonesia (Suatu Tinjauan for Epistemic Insight in Attitude and
Sosiologi Agama). Jurnal Pendidikan Ilmu Belief Change? Lessons from a Cross-
Sosial, 23(2): 11-25 Curricular Course on Evolution and
Creation. Research in Science Education,
Creswell, J.W. & Clarck, V.P. (2007). 48(6): 1187-1204
Designing and Conduting Mixed Methods
Research. London: Sage Publications Luthfi, M.J & Khusnuryani, A. (2005).
Agama Dan Evolusi: Konflik Atau
Darwin, C.R. (1859). The Origin of Species. Kompromi? Kaunia, 1(1): 1-19
New York: D. Appleton & Company
Owens, D.A., Butler, A.M., Aguero, T.H.,
Devine, P.E. (1996). Creation and Evolution. Newman, K.M., Van Booven, D., King, M.L.
Journal Religious Studies, 32(03): 325- (2017). High-throughput analysis reveals
337 novel maternal germline RNAs crucial for
primordial germ cell preservation and
H Helmi. Rustaman, N.Y., Tapilouw, F.S. & proper migration. Development, 144
Hidayat, T. (2018). Preconception (2017): 292-304
analysis of evolution on pre-service
biology teachers using certainty of Saputra, A. (2017). Persepsi Mahasiswa
response index. J.Phys.: Conference Series, Calon Guru Biologi tentang Pembelajaran
1157 (2019): 1-7 Materi Evolusi di SMA: Studi Kasus
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Hermann, R.S. (2016). Elementary Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Education Majors' Views on Evolution: A Bioeducation Journal, 1(1): 1-9
Comparison of Undergraduate Majors
Understanding of Natural Selection and Yin, Robert K. (2009). Studi Kasus: Desain
Acceptance of Evolution. Electronic dan Metode. Jakarta : Rajagrafindo
Journal of Science Education, 20(6): 21-44 Persada.
TEORI EVOLUSI MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Oleh: Aas Siti Sholichah1

Abstract: This paper will analyze the theory of human evolution that
developed in the West and the theory of human evolution that is explained in
the Qur'an with the interpretation approach. The method used in this paper
is to use qualitative methods derived from sharing books relating to the
above problems. The approach to the interpretation method of the Qur'an
uses the thematic method, because this method can study contemporary
problems. The theory of evolution began to be studied and debated in the 6th
century BC, beginning with the Greek philosopher Anaximander,
Empedocles, Lucretius, the same opinion was expressed by Arab biologist Al
Jahiz, Persian philosopher Ibn Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, and Chinese
philosopher Zhuangzi. Furthermore, the theory of evolution was published
by a British scientist named Charles Darwin, the results of his research on
evolution, especially human evolution, explained that the theory of evolution
was not created by God but stood alone. This opinion caused debate among
scientists and religious leaders especially Islam was rejected because it
contradicted the Qur'an.

Keywords: Human, Theory of Evolution, Al-Qur'an

Abstrak: Tulisan ini akan menganalisa mengenai teori evolusi manusia


yang berkembang di Barat dan teori evolusi manusia yang dijelaskan dalam
Al-Qur‟an dengan pendekatan tafsir. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah menggunakan metode kualitatif yang bersumber dari
berbagi buku yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Adapun
pendekatan metode penafsiran Al-Qur‟an menggunakan metode tematik,
karena metode ini dapat mengkaji problem kontemporer. Teori evolusi mulai
menjadi kajian dan perdebatan pada abad 6 SM, Diwali oleh seorang filsuf
Yunani Anaximander, Empedocles, Lucretius, pendapat sama juga
disampaikan oleh biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu Miskawaih,
Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi. Selanjutnya teori evolusi
dipublikasikan oleh ilmuan Inggris bernama Charles Darwin, hasil
penelitiannya mengenai evolusi terutama evolusi manusia menjelaskan

1
Aas Siti Sholichah , Dosen Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ)
Jakarta. Email: shalichah@gmail.com

109| Aas Siti Sholichah


bahwa teori evolusi tidak diciptakan Tuhan akan tetapi berdiri sendiri.
Pendapat tersebut menimbulkan perdebatan dikalangan para ilmuan dan
agamawan terutama Islam ditolak karena bertentangan dengan Al-Qur‟an.

Kata kunci: Manusia, Teori Evolusi, Al-Qur‟an.

A. Pendahuluan
Evolusi merupakan cabang sains biologi yang menjelaskan mengenai
proses perkembangan dan perubahan makhluk hidup baik secara genetik
maupun organik. Kemunculan teori evolusi pada awalnya tepatnya pada fase
fixisme tidak dipersoalkan dan tidak menimbulkan berbagai perdebatan, baik
dikalangan ilmuan maupun kalangan agamawan. Perdebatan mulai hadir
ketika seorang ilmuan berkebangsaan Inggris Charles Darwin,
mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai spesies makhluk hidup yang
menjelaskan bahwa spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah
oleh Tuhan tetapi diciptakan berdasarkan dari nenek moyang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lain akibat seleksi alam. Penemuan dan penelitian
tersebut menimbulkan kontradiktif baik dikalangan ilmuan maupun
dikalangan agamawan. Teori evolusi Charles Darwin menganggap manusia
berasal dari Sinpanse (kera), pernyataan tersebut yang memicu pro kontra,
sehingga karena teori evolusi seleksi alam Charles Darwin mayoritas
manusia menyamakannya dengan teori evolusi yang lain. Hal ini
mengakibatkan ketidakpercayaan dan keraguan terhadap teori evolusi yang
sudah berkembang.
Menjelang abad ke 20, perdebatan teori evolusi seleksi alam
mengalami titik terang dengan berkembangnya ilmu genetika yang
menemukan struktur molekul DNA oleh ahli Botani dari Austria Gregor
Mendelan pada tahun 1865. Pada tahun 1950 setelah ditemukan struktur gen
dan kromosom menguatkan penemuan struktur molekul DNA
(Deoxyribonucleic Acid) yang berisi informasi genetik meragukan teori
evolusi seleksi alamnya Charles Darwin dengan alasan kerumitan yang luar
biasa dari kehidupan untuk berubah menjadi species baru dan ketidakabsahan
mekanisme evolusi yang diajukan Charles Darwin.
Artikel ini akan menjelaskan mengenai teori evolusi manusia baik
berdasakan sejarah dan perkembangannya, Untuk mendapatkan pejelasan
yang terperinci dan benar, tulisan ini akan mengurai teori evolusi manusia
baik berdasarkan ilmu pengetahuan dan perspektif Al-Qur‟an, dengan
harapan tulisan ini dapat berguna untuk ilmu pengetahuan.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 110


B. Konsep Teori Evolusi Manusia
1. Diskursus Teori Evolusi
Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai
suatu sektor tertentu dari disiplin ilmu dan dianggap benar2 berdasarkan hasil
pengamatan, penelitaian yang mendalam mengenai disiplin ilmu
tertentu.Menurut Kerlinger teori adalah suatu himpunan dari konstruk-
konstruk (konsep-konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang
saling berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang
suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarvariabel, dengan
tujuan menjelaskan fenomena tersebut.3 Oxford Advanced Learner‟s
Dictionary menjelaskan teori adalah suatu himpunan gagasan yang masuk
akal dan bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta atau kejadian-kejadian.4
Sedangkan kata evolusi berasal dar bahasa Latin “evolvere” artinya
berkembang, mekar. Jadi evolusi adalah perkembangan yang maju dan
meningkat setapak demi setapak dan tidak mendadak.5
Menurut biologi atau organik evolusi adalah proses perkembangan
segala bentuk kehidupan atau perkembangan tahap demi tahap yang dilawan
dengan tidak adanya perubahan sama sekali, atau perubahan yang
menjebatani kesenjangan.6
Secara sederhana, teori evolusi dapat didefinisikan sebagai himpunan
gagasan atau pendapat yang menjelaskan tentang proses kejadian tentang
fenomena yang lambat laun mengalami perkembangan dan perubahan dalam
bentuk dan fungsi.

2
Teori terdiri dari hukum-hukum atau statement yang menjelaskan hubungan antar
yang variabel. Teori bersifat universal dan memiliki tingkat keumuman yang tinggi
berfungsi sebagai teori ilmiah. Syarat teori adalah, pertama, konsisten dengan teori
sebelumnya, kedua, Sesuai dengan data empiris, ketiga Mengganti teori lama yang tidak
cocok dengan pengujian empiris dan fakta. Suwardi Endaswara, Filsafat Ilmu: Konsep,
Sejarah dan Pengembangan Metode Ilmiah, Yogyakarta: Capas, 2012, hal. 8.
3
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017, cet-3, hal. 27.
4
Teori adalah pernyataan tentang prinsip-prinsip yang berlaku bagi subjek bahasan
tertentu. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017, cet-3, hal. 27.
5
Dick Hartono, Kamus Populer Fisafat, Jakarta: Rajawali, 1986 hal. 25.
6
Dalam pandangan organik atau biologi kehidupan yang ada saat ini adalah berasal
dari kehidupan sebelumnya yang mengalami perkembangan dan perubahan dan perbedaan
bentuk, dan tipe. Ismet Junus, Memahai Manusia dalam Bingkai Pelangi Filsafat, Medan:
Fakultas Psikologi Universitas Medan, 2010, Cet-2, hal. 56.

111 | Aas Siti Sholichah


2. Hakikat Manusia
Manusia menurut kamus bahasa Indonesia adalah “makhluk yang
berakal, berbudi (mampu menguasai makhluk lain)”. 7 Dari pengertian ini,
manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diberikan potensi akal fikiran
dan budi, moral dan nalar untuk dapat menguasai makhluk lain demi
tercapainya kehidupan yang makmur dan maslahat.
Sedangkan dalan bahasa arab, kata manusia disepadankan dengan
kata nas, basyar, insan, mar‟u dan ins.8Meskipun bersinonim, namun kata-
kata tersebut mengandung makna yang spesifik. Sedangkan dalam
pandangan ilmu pengetahuan, manusia memiliki beberapa pendapat dan
argumen yang disesuaikan dengan metodologi yang dikembangkan.
Penganut teori behaviorisme berpendapat bahwa manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Dasar pemikiran ini bahwa segala tingkah laku
manusia terbentuk sebagai proses belajar manusia terhadap lingkungan.
Sedangkan penganut teori psikoanalisis berpendapat bahwa manusia
merupakan makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen
biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego).
Id merupakan pembawaan sifat fisik biologis sejak lahir dan menjadi
sumber energi yang memberikan kekuatan terhadap ego dan superego. Ego
adalah lingkup rasional yang berupaya menjinakkan keinginan dari id,
dimana ego berupaya mengatur hubungan antara keinginan subjektif
individual dan tuntunan objektif realitas sosial. Sedangkan superego
berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian dan selalu mengingatkan
ego agar senantiasa menjalankan fungsinya sebagai pengontrol id.9
Sedangkan manusia dalam pandangan teori kognitif berpendapat
bahwa manusia adalah homo sapiens yaitu manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara aktif dengan lingkungannya karena manusia merupakan
makhluk yang berfikir.
Jika melihat hakikat manusia berdasarkan dari berbagai pandangan
dan disiplin ilmu, maka manusia dapat dikategorikan dalam bentuk tipe
manusia sebagai berikut:
1. Tipe manusia politik memandang dunia sebagai arena perebutan
kekuasaan, persepsinya menang-kalah, menang artinya yang
memegang kekuasaan dan kalah adalah yang dikuasai.
2. Tipe manusia ilmuwan, memandang manusia sebagai wacana
penelitian dan diskusi keilmuan. Persepsinya benar-salah, benar
7
Usman A. Hakim, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal.
212.
8
Abdullah bin Nuh, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Mutiara, 2008, hal. 135.
9
Nasaruddin Umar, ArgumenKesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta:
Paramadina,2001, hal. 46.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 112


artinya sesuai pikiran dan kenyataan, dan salah artinya tidak
sesuainya pikiran dan kenyataan.
3. Tipe manusia bisnis, memandang dunia sebagai arena mencari
laba, persepsinya laba-rugi, laba artinya keberhasilan dan rugi
kegagalan.
4. Tipe manusia rohaniawan, memandang dunia sebagai arena
mencari kebaikan, persepsinya baik-buruk, baik artinya tidak
sesuainya hati nurani dengan kenyataan.
5. Tipe manusia biasa, memandang dunia sebagai arena mencari
pekerjaan, persepsinya upah layak dan upah tidak layak, upah
layak artinya bisa hidup layak sebagai manusia, dan upah tidak
layak artinya kemiskinan, penderitaan dan kesengsaraan. 10
6. Tipe manusia artis, memandang dunia sebagai arena indah dan
jelek, artinya indah artinya baik jika dipandang oleh mata.11

Dari berbagai tipe yang dikemukakan di atas, hal ini menggambarkan


manusia memiliki potensi yang luar biasa yang dapat dikembangkan dalam
mengelola alam raya dan menciptakan kemampuan dan potensi berdasarkan
ilmu pengetahuan dan lingkungan dimana manusia berada.
3. Hakikat Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an
Dari berbagai pendapat di atas, pandangan manusia disempurnakan
oleh pendapat Al-Qur‟an yang menjelaskan bahwa manusia merupakan
makhluk mulia dan sempurna, hal ini disebabkan manusia diberikan potensi
akal pikiran, dengan akal pikiran tersebut manusia dapat berfikir dan
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain dibekali akal
pikiran manusia diberikan potensi nafsu, dengan potensi nafsu jika tidak
dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan kejelekan, isyarat potensi
kebaikan dan keburukan dalam diri manusia dijelaskan dalam Al-Qur‟an asy-
Syams/91: 7-8:
12
       

10
Tjatjuk Siswandoko Darsono, Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21,
Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, hal. 20.
11
Darwis Hude, disampaikan padadiskusi kelas pasca sarjana mengenai Sumber
Daya Manusia pandangan Islam, Jakarta: PTIQ 21 Februari 2016.
12
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

113 | Aas Siti Sholichah


“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Dari penjelasan ayat Al-Quran tersebut, dapat dijelaskan bahwa


setiap manusia mempunyai potensi baik (taqwa),dan buruk (fujur). Potensi
tersebut merupakan indikator kualitas manusia, tergantung manusia
mengelola, jika potensi kebaikan yang dikembangkan maka manusia
berpotensi menjadi manusia yamg bertaqwa, namun jika potensi kejahatan
yang dikembangkan, manusia berpotensi menjadi jahat dan kelam. 13
Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain yang ada di bumi ini. kesempurnaan dan
keistimewaan manusia tersebut merupakan karunia yang telah Allah berikan
melalui potensi jasmaniah (tubuh), ruhaniah (spiritual), nafsiyah (jiwa) dan
aqliyah (pikiran) 14, potensi tersebut yang dapat menghantarkan manusia
sebagai makhluk berakal dan berfikir.
Dengan dibekali akal fikiran, manusia dapat berilmu pengetahuan
yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat dan dengan
dibekali akal fikiran manusia mampu berkomunikasi antara yang satu dengan
yang lain dan dengan perkembangan dan kemajuan komunikasi dan
pengetahuan manusia modern dapat menciptakan teknologi, sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan
dan dipergunakan untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya di bumi.
Untuk dapat mengembangkan diri dan melakukan peranannya baik
secara sosial maupun pribadi, Allah SWT memberikan potensi manusia
meliputi jasmaniah (tubuh), ruhaniah (spiritual), nafsiyah (jiwa) dan aqliyah
(pikiran) 15. Dengan berbekal potensi tersebut manusia akan mendapatkan
eksistensinya sebagai makhluk berfikir sebagai anugerah dari Allah SWT.
Al-Qur‟an sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung
dalam pribadi setiap manusia. Isyarat yang memberikan manusia
mendapatkan peluang makhluk yang sempurna tertuang dalam ayat-ayat Al-
Qur‟an dengan menggunakan istilah khalifah fil ardh.
Khalifah fil Ardh dapat diartikan sebagai pemimpin di muka bumi.
Proses penciptaan manusia menjadi pemimpin di bumi ini diawali dengan
keberadaan Nabi Adam. Untuk dapat bertahan dan memiliki tingkat berfikir
Allah memberikan ilmu dan pemahaman kepada Nabi Adam dalam kitab
suci Al-Qur‟an surat al-Baqarah/2: 30-37.

13
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, Jakarta: Al-
Mawardi, 2012, hal. 41.
14
Umiarso, Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur,
Jakarta: Ar-Ruz Media, 2011 hal.7
15
Umiarso, Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur,
Jakarta: Ar-Ruz Media, 2011 hal.7

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 114


Kandungan surat Al-Baqarah ayat 30-37 tersebut merupakan
rangkaian kisah yang merefleksikan keterpaduan unsur-unsur kecerdasan
spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual, serta digambarkan
suasana konflik, tipu daya dan makar musuh yaitu kekalahan sementara akal
melawan hawa nafsu. 16
Potensi dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil al-ardh
merupakan bentuk penghargaan Allah SWT yang diberikan kepada manusia,
sehingga dengan fungsi tersebut manusia menjadi makhluk yang terhormat,
dan diberikan keleluasaan untuk mengelola alam ini secara gratis. Untuk itu
agar potensi tersebut menjadi bermanfaat dan dipergunakan secara maksimal,
Kualitas manusia tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 17
1. Kualitas Jasmani
Manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri dari substansi yaitu
tubuh dan jiwa, jasmani atau tubuh adalah sesuatu yang konkrit yang
dapat dipelajari secara realistik, sedang jiwa yang abstrak hanya
dapat dipelajari melalui gejala-gejala yang ditampilkan melalui sikap
dan perilaku.
2. Kualitas Psikologis
Kualitas psikologi merupakan kualitas yang abstrak. Kualitas
psikologi diukur dari tingkat pengembangan dan pendayagunaan
potensi-potensi yang terdapat di dalam, seperti bakat minat,
kemampuan berfikir, kepedulian sosial dan kepekaan emosi.
3. Kualitas sebagai makhluk sosial
Kualitas ini bersumber dari substansi psikologi sebagai energi
penggerak manusia, baik berupa gerak fisik maupn gerak non fisik.
Perwujudan dari kualitas ini adalah mampu bergaul dan memiliki
kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi yang dapat ditampilkan
melalui perilaku yang baik sebagai anggota masyarakat.
4. Kualitas Kemandirian
Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang dapat mengantarkan
manusia pada kesuksesan dalam menjalankan kehidupan.
Kemandirian merupakan totalitas kepribadian yang harus dimiliki
sebagai sumber daya manusia. Karakteristik manusia berkualitas
adalah seseorang yang memiliki kepribadian mandiri dengan sikap
rajin bekerja, sanggup bekerja keras, tekun gigih disiplin mampu
bersaing dan dapat bekerja sama.
5. Kualitas Iman dan Taqwa

16
Dedhi Suharto, Qur‟anic Intelligence Quotient (membangun kecerdasan Al-
Qur‟an), Tangerang: FBA Press, hal. xix
17
Hadari Nawawi, Mimi Martini, Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994, hal. 48-61.

115 | Aas Siti Sholichah


Kualitas Iman dan taqwa adalah dapat mewujudkan kehidupan
dengan sukses secara spiritual, yaitu dengan cara menggunakan
segala potensi yang telah diciptakan Allah SWT.

Selain itu, sebagai makhluk Allah SWT manusia diberikan


keleluasaan untuk mengelola alam raya ini, untuk mengelola alam ini Allah
telah anugerahkan manusia dengan ilmu pengetahuan sebagai panduan
kehidupan, isyarat tersebut tertuang dalam Al-Qur‟an surat al-Isra/17: 70
sebagai berikut,

           

      


Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Menurut Al-Khazin, Allah memuliakan manusia dari semua makhluk


yang ada di alam raya ini yang bersifat fundamental secara alamiah, seperti
potensi akal pikiran, verbal, grafis, dan bentuk yang serba seimbang, dengan
penganugerahan potensi tersebutmanusia mampu mengubah dan
mengembangkan budaya secara progresif sejalan dengan kebutuhan dan
dinamika kehidupan dan lingkungan manusia.18
Al-Zamakhsyari, seorang ahli tafsir klasik, berpendapat bahwa
kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia dalam ayat di atas adalah
penganugerahan akal yang digunakan untuk berfikir, berkreasi, sekaligus
membedakan antara baik dan buruk. Kemuliaan tersebut menjadi modal bagi
manusia untuk mengelola dan menundukkan potensi bumi. Kekuatan akal
inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. 19
Isyarat mengenai kepemimpinan manusia dalam kehidupan ini pun
dijelaskan dalam sebuah hadits sebagai berikut:

Ketahuilah, bahwa kamu sekalian adalah sebagai pemimpin, dan sekalian


bertanggung jawab terhadap pimpinannya (rakyatnya), maka sebagai amir
(pemimpin) yang memimpin manusia yang banyak adalah sebagai pemimpin
18
Al-Khazin, disarikan oleh Darwis Hude, Logika Al-Qur‟an, Jakarta: Eurobia,
2013, hal. 50.
19
Al-Imam Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin „Umar al-Zamakhsyari, al-
Kasysyaf „an Haqaiq al-Tanzil wa al-„Uyun al-Aqawil fi wujuh al-Ta‟wil, Beirut : Dar al-
Kitab al-„Arabi, tth, Jilid 2, hal. 653.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 116


yang bertanggung jawab atas pimpinannya (rakyatnya), dan seorang suami
(lelaki) adalah sebagai pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung
jawab terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya
serta terhadap anak-anaknya yang ia bertanggung jawab terhadap mereka.
Dan seorang hamba (budak) adalah sebagai pemimpin dalam menjaga harta
tuannya dan ia bertanggung jawab terhadap tuannya. Ketahuilah, kamu
sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab terhadap
pimpinanya (HR. Muslim).20

Dari penjelasan hadits tersebut dijelaskan bahwa masing-masing


manusia adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, dan setiap pemimpin akan
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Dalam hadits tersebut juga
dijelaskan kepemimpinan dalam lembaga yaitu rumah tangga dan Negara
yang semua itu akan dimintai pertanggungan jawabnya kelak di hadapan
Allah SWT.
Dengan kualitas kepemimpinan yang dimiliki, manusia dapat menjadi
makhluk yang dapat mengelola alam ini dengan baik dan dapat menciptakan
inovasi-inovasi dalam kehidupan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini dirasakan
merupakan bukti bahwa sumber daya manusia memiliki peranan yang
penting dalam kehidupan ini.
Jika diamati dari sejarah awal manusia ada, kehidupan manusia
sangat sederhana, manusia menjadi makhluk yang berpindah-pindah dari
tempat satu ke tempat yang lain, untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan
keluarga, manusia berburu dan berpindah-pindah tempat, kegiatan berburu
rupanya tidak bisa bertahan lama, agar dapat bertahan hidup manusia mulai
melakukan perubahan pola kerja dan pola hidup dengan cara bercocok tanam
atau disebut masa agraris.
Kehidupan agraris semakin berkembang seiring dengan kemajaun
teknologi dimana terciptanya mesin-mesin penumbuk padi membuat manusia
semakin canggih dan beralih kepada masa industri dan teknologi.
Manusia yang ada di alam raya ini dapat menikmati dan merasakan
kemajuan ilmu pengetahuan, industridan teknologi merupakan sarana yang
mudah untuk melakukan pekerjaan, transaksi, transportasi dan komunikasi.
Hari ini terjadi peristiwa di belahan dunia lain, saat itu pula dapat diakses
informasi melalui media televisi dan internet.
Kecanggihan ilmu pengetahuan manusia juga menghantarkan
manusia pada masa dimana komunikasi dan informasi begitu mudah. Banyak
cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi, jika dahulu surat

20
Lihat Husei Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya: Al-Ikhlas,
1987, hal. 244-245.

117 | Aas Siti Sholichah


merupakan alat komunikasi yang efektif, maka saat ini media-media lain
dapat menjadi alat komunikasi seperti handphone, tablet, telepon, dan
internet, semua itu merupakan bukti dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dirancang yang berasal dari sumber daya manusia.
Untuk itu sebagai makhluk dinamis, manusia harus terus berusaha
dan bekerja secara profesional dalam mengemban tugas mulia sebagai
khalifah, untuk dapat bekerja dan berusaha dengan baik dan profesional,
Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur‟an Surat at-Taubah/9: 105 sebagai
berikut:

          

      


Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kandungan ayat tersebut mengisyaratkan kepada manusia hendaklah
bekerja dengan baik dan profesional, karena apa yang dikerjakan oleh
manusia akan dilihat oleh Allah dan Rasul serta akan dimintai pertanggung
jawaban dan dengan bekerja yang sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil
yang maksimal.
Dengan dibekali akal fikiran, manusia dapat berilmu pengetahuan
yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat dan dengan
dibekali akal fikiran manusia mampu berkomunikasi antara yang satu dengan
yang lain dan dengan perkembangan dan kemajuan komunikasi dan
pengetahuan manusia modern dapat menciptakan teknologi, sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan
dan dipergunakan untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya di bumi.
Al-Qur‟an sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung
dalam pribadi setiap manusia. Isyarat yang memberikan manusia
mendapatkan peluang makhluk yang sempurna tertuang dalam ayat-ayat Al-
Qur‟an dengan menggunakan istilahan-naas, insan, basyar.21
1. An-Naas

21
Hamka Abdullah Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, Jakarta: Al-
Mawardi, 2012, hal. 26-30.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 118


Kata an- Nas menurut al-Qur‟an bermakna eksistensi manusia
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup keturunan nabi Adam.
Dalam al-Qur‟an kata an- Nasdisebutkan sebanyak 240 kali dalam 53 surat.22
Manusia sebagai an- Nasdigunakan al- Qur‟an untuk menjelaskan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan manusia lain, untuk itu manusia mengembangkan berbagai aktifitas
untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Isyarat mengenai makna
manusia sebagai an- Nastertera dalam al-Qur‟an surat al- Hujurat/49: 13
sebagai berikut,

           

          
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perintah Rasulullah SAW


memerintahkan Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun dengan
seorang perempuan dari kalangan mereka yaitu hamba sahaya. Pendapat lain
menjelaskan bahwa ayat ini turun tentang Tsabit bi Qais bin Syamas dan
ucapannya yang tidak memberikan tempat pada dirinya, Tsabit melihat ada
yang merah, hitam dan putih, Rasulullah bersabda sesungguhnya engkau
tidak dapat mengungguli mereka kecuali ketakwaannya. 23
Dari tafsir ayat tersebut dijelaskan manusia merupakan ciptaan Allah
SWT yang diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa tujuannya untuk
saling mengenal antar manusia yang satu dengan yang lainnya, sehingga
dengan mengenal tersebut manusia saling berinteraksi dan saling melengkapi
juga saling membutuhkan, serta bekerjasama dalam berbagai kebutuhan
hidup, dan dalam tafsir ayat ini dijelaskan bahwa tidak diperkenankan untuk
menghina dan tidak menghargai sesama manusia, karena yang menjadi
penilaian di hadapan Allah SWT bukan fisik dan kecerdasan, namun
ketakwaannya.

22
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudu‟I atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1998, hal. 281.
23
Syaikh Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi Akhmad Khatib (penerjemah), judul
asli Al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, hal. 101-102.

119 | Aas Siti Sholichah


2. Al- Insan
Dalam Al- Qur‟an, manusia juga disebut al- Insan. Secara etimologi
al- Insan bermakna harmonis, lemah lembut dan pelupa. Dalam al- Qur‟an
kata al- Insan disebutkan sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.24
Manusia jika dilihat dari struktur lahir dan bathin memiliki panca
indra, otak dan hati yang sempurna. Potensi yang ada dalam diri manusia
tersebut merupakan karunia dari Allah SWT yang diberikan hanya kepada
manusia, untuk itu jika potensi tersebut dikembangkan dan digunakan ke
arah yang baik maka akan menjadi baik, namun jika potensi tersebut
dipergunakan ke arah yang tidak baik maka akan menghasilkan keburukan.
Isyarat mengenai al-Insan tersebut dijelaskan dalam al- Qur‟an surat at-
Tiin/95: 4-5 sebagai berikut,

           
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka).
Jalaluddin Rahmat menjelaskan kata al-Insan dengan tiga kategori,
pertama, manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah, kedua manusia
predisposisi negatif pada diri manusia, ketiga manusia berhubungan dengan
potensi manusia. 25
Jika dilihat dari penjelasan di atas, kata al-Insan dapat dijelaskan
mengenai proses kejadian manusia secara dinamis dan sempurna, yaitu
manusia yang mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pemimpin, baik
pemimpin untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat, serta fungsi manusia
sebagai pelengkap manusia lain, sehingga antara manusia yang satu dengan
yang lain dapat bekerja sama untuk saling melengkapi dan memperbaiki diri,
potensi manusia juga memiliki potensi negatif dan kejelekan dalam bentuk
nafsu, yang senantiasa harus dikendalikan agar potensi tersebut dapat
diminimalisir.
3. Al- Basyar
Kata basyar secara etimologi mengandung arti sesuatu yang indah,
gembira dan baik. Dalam Al-Qur‟an kata al-Basyar dijelaskan sebanyak 27
kali. 26

24
Muhamad Fu‟ad „bdul Baqi, al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an al-
Karim, Qahirah: Dar Hadits, hal. 153-154. hal. 159.
25
Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Islam: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002, hal. 55.
26
Muhamad Fu‟ad „bdul Baqi, al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an al-
Karim… hal. 153-154.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 120


Menurut Quraish Shihab, kata basyar mengandung arti
menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang serupa lahirlah
kata basyarahyang berarti kulit. Manusia disebut basyarah karena kulit
manusia tampak jelas dan indah berbeda dengan kulit binatang. 27
Al- Basyarmengandung pengertian bahwa manusia mengalami proses
reproduksi seksual dan senantiasa berupaya untuk memenuhi semua
kebutuhan biologis, memiliki ruang dan waktu serta tunduk kepada hukum
alamiah, baik yang berupa ketentuan Allah (takdir) maupun yang bersifat
kemanusiaan (sunatullah). Isyarat manusia sebagai makhluk biologis, Allah
jelaskan dalam Al-Qur‟an surat Yusuf/12: 31 sebagai berikut,

          

           

          
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat
duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk
memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai
(jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia".
Ayat ini menceritakan mengenai perempuan-perempuan pembesar
Mesir yang didukung Zulaikha takjub melihat ketampanan Nabi Yusuf,
dalam konteks ayat ini yang dilihat adalah aspek biologis.
Untuk itu sebagai al-Basyar, Allah memberikan kekuatan dan
kebebasan dengan batasan potensi yang dimiliki untuk mengelola alam
semesta. Pendapat lain kata al- Basyarmerupakan pemahaman tentang
manusia ditinjau dari sisi kecerdasan, memahami keberadaan diri
(eksistensi), alam semesta dan Allah SWT.28 Isyarat ini dijelaskan dalam al-
Qur‟an surat Fushshilat/41: 6 sebagai berikut,

27
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an … hal. 279.
28
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, hal. 28

121 | Aas Siti Sholichah


            

    


Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha
Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya.
Jika dilihat dari ayat di atas, setiap manusia memiliki kemampuan
dan kecerdasan untuk melakukan transformasi nilai yang bersifat dialogis,
yang dapat saling mengisi antara satu dengan lainnya.
4. Bani Adam
Istilah Bani Adam merupakan sebutan dalam Al-Qur‟an terhadap manusia.
Bani Adam dalam Al-Qur‟an mempunyai pengertian bahwa manusia beserta
keturunannya mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas. Istilah ini
disebutkan dalam Al-Qur‟an sebanyak 9 kali. 29
Berikut ayat Al-Qur‟an yang mengandung makna bani adam adalah
Al-Qur‟an surat yasin/36: 50sebagai berikut:

       


Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu".
Kata Bani Adam ditekankan pada aspek amaliah manusia, dan juga
pemberi arah aktifitas manusia yang dilakukan. 30
Istilah Bani Adam ini merupakan kekhususan yang diberikan kepada
manusia mengenai potensi akal dan potensi jasmani (fisik) serta kemampuan
ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.

4. Sejarah Teori Evolusi


Teori evolusi mulai menjadi kajian dan perdebatan pada abad 6 SM,
Diwali oleh seorang filsuf Yunani Anaximander, Empedocles, Lucretius,
pendapat sama juga disampaikan oleh biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf
Persia Ibnu Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi.
29
Moh. Hasyim dan Zaki Mubarok, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 1998,
hal. 1-3.
30
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hal. 14.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 122


Pendapat ini memperkirakan sejak kehidupan muncul di bumi, telah terjadi
suatu proses berkesinambungan. Organisme yang hidup berasal dari bentuk-
bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah sabagai hasil respons
makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini berupa
perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan
sifat yang telah mengalami perubahan itu.31
Teori evolusi secara biologis atau organik, telah dipelajari dan
dilakukan penelitian terhadap 500 jenis binatang dan microba, oleh filsuf
Yunani Aristoteles, dari hasil pengamatan tersebut terdapat perkembangan
ataupun hubungan dalam jenis-jenis tersebut, meskipun hasil penelitian dan
pengamatan ini masih bersifat spekulatif karena tanpa bukti secara ilmiah.
Lebih rinci penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa proses evolusi
makhluk yang baru merupakan hasil dari bentuk percabangan dari makhluk-
makhluk yang lebih tua. Manusia merupakan salah satu makhluk yang
mengalami perubahan dari berbagai cabang tersebut, maka dapat
digolongkan bahwa manusia berasal dari primat.32
Menurut pendapat di atas perkembangan manusia berasal dari suatu
yang sederhana dan satu makhluk yang selanjutnya berkembang menjadi
cabang-cabang dan manusia merupakan salah satu cabang tersebut.
Teori evolusi mengalami perkembangan, pada abad ke-18, pandangan
biologis Barat yang didominasi oleh aliran esensialisme, yang meyakini
mengenai pandangan bentuk-bentuk kehidupan tidak berubah. Seiring
perkembangan waktu aliran esensialisme ini mulai mengalami pergeseran hal
ini dipengaruhi berkembangnya faham kosmologi evolusioner dan filosofi
mekanis menyebar dari ilmu fisik ke sejarah alam. Para naturalis mulai
berfokus pada keanekaragaman spesies, dan mulai berkembang ilmu
paleontologi dengan konsep kepunahannya lebih jauh membantah pandangan
bahwa alam bersifat statis. Pada awal abad ke-19, Jean-Baptiste Lamark
mengajukan teorinya mengenai transmutasi spesies. Teori ini merupakan

31
Victoria Henuhili dkk, Diktat Kuliah Evolusi, Yogyakarta: Fakultas Pendidian
Biologi UNY, 2012, hal. 5.
32
Primata merupakan kelompok eutherian (mamalia berplasenta) tua dan beragam,
dengan sekitar ratusan spesies yang hidup ditempatkan di beberapa keluarga. Sebagian besar
tinggal di hutan tropis. Primata yang hidup terkecil adalah pygmy mouse lemur, yang
beratnya sekitar 30 g. Yang terbesar adalah gorila, beratnya mencapai sekitar 175 kg.
Primata adalah ordo dalam kelas mammalia yang terdiri dari prosimian, kera dan monyet.
Manusia juga termasuk dalam ordo ini.

123 | Aas Siti Sholichah


teori evolusi pertama yang ilmiah. 33Lamarack menjelaskan bahwa dalam
kehidupan dunia ini makhluk hidup tidak ada yang identik atau sama
(terdapat perbedaan). Lebih lanjut Lamark menjelaskan bahwa adanya
perbedaan tersebut disebabkan oleh latihan dan kebiasaan, seperti seseorang
yang suka berolahraga maka badannya akan sehat, berolahraga merupakan
kebiasaan dan dapat ditiru dan diturunkan kepada generasi setelahnya.
Perkembangan teori evolusi selanjutnya di temukan oleh Charles Darwin.
Pendapat Darwin mengenai evolusi alam adalah bahwa spesies makhluk
hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan tetapi diciptakan
berdasarkan dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama
lain akibat seleksi alam. Teori ini menjadikan seleksi alam sebagai pengaruh
dari terjadinya dan berkembangnya makhluk hidupyang ada di dunia ini.
Darwin berpendapat berdasarkan hasil pelayarannya selama 5 tahun dengan
kapal H.M.S Beagle yang berangkat dari Inggris 1832, ketika singgah di
kepulauan Galagapos, Darwin merasa takjub menyaksikan beragam makhluk
hidup terutama variasi pada paruh burung finch.34Seleksi alam menurut teori
evolusi Darwin ini mendapat dukungan para ahli Biologi materialis dan
Alfred Russel Wallace. Sampai akhir abad ke-20 teori evolusi dengan seleksi
alam mengalami krisis dan keraguan, hal ini seiring dengan berkembangnya
ilmu genetika yang menemukan struktur molekul DNA oleh ahli Botani dari
Austria Gregor Mendelan pada tahun 1865. Pada tahun 1950 setelah
ditemukan struktur gen dan kromosom menguatkan penemuan struktur
molekul DNA(Deoxyribonucleic Acid) yang berisi informasi genetik
meragukan teori evolusi seleksi alamnya Charles Darwin dengan alasan
kerumitan yang luar biasa dari kehidupan untuk berubah menjadi species
baru dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Charles
Darwin.35
Teori Darwin tidak dapat menjelaskan mengenai evolusi universal,
dengan perkembangan teknologi dan ilmu genetik tersebut melalui
mikroskop yang lebih canggih telah ditemukan organisme awal dengan
kromosomnya. Dalam kromosom tersebut dapat ditemukan gen-gen yang
menjadi penerus ciri-ciri yang diturunkan orang tua kepada anak dimana

33
http://www.perpusku.com/2017/01/teori-evolusi-pengertian-sejarah-dan-tokoh-
pencetusnya.html, diakses pada tanggal, 14 Februari pukul. 18.05.
34
Pandangan dan hasil penelitiannya ia tulis dan publikasikan dalam buku The
Origin of Species by Means of Natural Selection pada tahun 1859. Namun dalam teori
evolusinya Darwin mengalami masalah dan kesulitan sehingga ia tulis dalam satu bab buku
tersebut dengan judul Difficulties of the Theory. Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima
Press, 2008, hal. 4
35
Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima Press, 2008, hal. 4.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 124


kromosom dalam sel manusia ada 46 tersebut berasal dari ayah 23 dan ibu
23, dari hasil sel manusia dan kromosom ini dapat disimpulkan bahwa biji
gandum tetap dihasilkan dari biji gandum, dan dari manusia tetap lahir
manusia.36
Dalam analisis genetika gen-gen dalam kromosom manusia lebih
dekat dengan kentang yang memiliki kromosom 46, sedangkan pada
simpanse terdapat 48 kromosom, akan tetapi pembuktian homologi yang
berkaitan dengan kromosom dan gen tidak dapat dijadikan acuan dan bukti
kuat telah terjadinya evolusi. Hal ini membantah teori Carles Darwin yang
menjelaskan bahwa semua spesies berasal dari satu spesies yang sama.
Selain ditemukannya struktur DNA(Deoxyribonucleic Acid) dengan
pembuktian kromosom dan gen, catatan fosil dapat dijadikan salah satu
rujukan mengenai perjalanan teori evolusi ini. 37 Dalam catatan fosil
dijelaskan bahwa makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode
Kambrium hidup dan muncul dengan tiba-tiba tidak ada nenek moyang yang
hidup sebelumnya. Fosil-fosil tersebut berasal dari siput trilobite, bunga
karang, cacing tanah, ubur-ubur, landak dan inventebrata lainnya, terjadinya
kehidupan ini menjadi kejadian ajaib yang disebut ledakan Kambrium.
Ledakan Kambrium ini mengisyaratkan bukti kuat adanya penciptaan
terhadap makhluk hidup ini dan melemahkan teori evolusiCharles Darwin.
Dari berbagai pandangan dan pendapat mengenai teori evolusi di atas
dapat dijelaskan bahwa teori evolusi tentang makhluk hidup yang
berkembang sejak abad 6 SM mengalami perkembangan pesat dan
kontadiktif ketika Charles Darwin menemukan teori evolusi yang
menjelaskan bahwa Pendapat Darwin mengenai evolusi alam adalah bahwa
spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan tetapi
diciptakan berdasarkan dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda
satu sama lain akibat seleksi alam.

36
Adelbert Snijders, Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan,
Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal.177.
37
Dalam catatan fosil telah ditemukan keganjilan mengenai penemuan tulang
rahang dan fragmen tengkrak oleh seorang dokter dan ahli Paleontologi di Piltdown Inggris
pada tahun 1912, bernama Charles Dawson yang menjelaskan tulang rahang tersebut lebih
mirip kera akan tetapi bentuk gigi dan tengkorak lebih mirip manusia, penemuan tersebut
terbantahkan oleh penelitian fluorin yang dilakukan oleh Kenneth Oakley dari Departemen
Paleontologi British, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tengkorak tersebut
berasal dari manusia 500 tahun yang lalu dan tulang rahang adalah kepunyaan kera yang
baru saja mati, gigi disusun berderet dan ditambahkan pada rahangnya dan sendinya
dirancang untuk menyerupai manusia. Hal ini membuktikan telah terjadi pemalsuan fosil
oleh Charles Dawson dan pemalsuan tersebut diumumkan pada tahun 1953 oleh Weiner.
Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima Press, 2008, hal. 196-200.

125 | Aas Siti Sholichah


Dari penjelasan di atas tentang teori evousi dapat dijelaskan bahwa,
teori evousi tidak hanya berhubungan dengan manusia akan tetapi berkaitan
dengan makhluk hidup lainnya di alam raya ini. Selanjutnya teori evolusi
tentang seleksi alam yang ditemukan Charles Darwin merupakan salah satu
teori evolusi yang berkembang.Terdapat perbedaan antara teori evolusi
dengan teori evolusi seleksi alam Darwin. Teori evolusi menjelaskan bahwa
kehidupan berasal dari yang sederhana dan mengalami proses perubahan
yang memiliki bermacam-macam fungsi dan kemampuannya, sedangkan
teori evolusi Darwin menjelaskan bahwa suatu jenis makhluk hidup dapat
muncul dari jenis yang lain dan berasal dari nenek moyang dan tidak
diciptakan. Untuk lebih memperkaya khasanah keilmuan mengenai teori
evolusi akan dijelaskan dari perspektif Al-Qur‟an khususnya teori evolusi
manusia.

5. Teori Evolusi Manusia dalam Al-Qur’an


Teori evolusi dalam Al-Qur‟an merupakan rangkaian kehidupan
manusia yang Allah jelaskan dalam beberapa ayat dengan penjelasan
penciptaan manusia mulai dari tanah, air dan sperma, rangkaian evolusi
dalam Al-Qur‟an menghadirkan Allah SWT sebagai pencipta manusia dan
makhluk hidup. Proses penciptaan manusia yang dapat dijadikan pendekatan
teori evolusi Allah SWT isyaratkan dalam satu ayat secara lengkap yaitu Al-
Qur‟an Surat al-Hajj/ 22: 5:

             

              

            

           

           

      


Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 126


kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Proses penciptaan manusia dalam ayat tersebut Allah jelaskan
melalui dua bagian, pertama, proses penciptaan dari tanah yaitu Nabi Adam
dan kedua, proses penciptaan manusia setelah adam yaitu melalui proses
dalam Rahim (kandungan). Ayat ini juga mengisyaratkan tentang penciptaan
manusia dari mulai diciptakan (ditiupkan dalam rahim), proses dewasa, masa
tua dan sebagian Allah wafatkan sebelum masa dewasa dan tua sampai Allah
jelaskan bagaimana manusia setelah tua akan kembali lagi ke masa kanak-
kanak dan mengalami pikun hingga akhirnya kembali ke tanah sebagaimana
penciptaan pertama manusia.
Kata thurabsecara bahasa bermakna tanah gemuk, maksud tanah
gemuk menurut al-Ishfahani adalah tanah yang berada dalam lapisan pertama
yang berwarna hitam. Kata thurab dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 22
kali. 38 Ar-Razi menjelaskan bahwa jenis-jenis tanah yang terkandung dalam
unsur tersebut satu sama lin tidak bertentangan. Hal ini disesuaikan dengan
jenis pencitaan pertama yaitu diawali dengan thurab (debu) kemudian
menjadi thin (tanah), selanjutnya menjadi lumpur, kemudian seperti
tembikar.39
Tanah merupakan unsur terpenting yang melengkapi susunan tubuh
manusia. Dari unsur tanah ini, proses penciptaan berlanjut tahap demi tahap
dalam bentuk komposisi kimiawi yang sangat diperlukan untuk menyususn
tubuh manusia. Susunan tubuh manusia berdasarkan biokimia tersusun dari
karbohidrat, lemak dan protein. Dengan melalui proses kimia akan
membentuk gugusan atom (molekul) penyususn tubuh. Unsur-unsur tersebut
yaitu Karbonat (CO3, pen.), Oksigen (O2), Hidrogen (H2), Pospor (P),
Kibrit, Azur, Kalsium (Ca), Votasium, Sodium, Magnesium (Mg), Besi (Fe),
38
Al-Ragib al-Ishfahani, Mu‟jam Mufradat al-Alfazh al-Qur‟an, Beirut: Daral-Fikr
, T,Th, hal. 323.
39
Fakhr al-Razi. Al-Tafsir al-Kabir, Beirut: Dâr al-Hayâ al-Turâts al-„Arabia, 1990,
jilid Vlll, hal. 137.

127 | Aas Siti Sholichah


Tembaga (Cu), Yodium (Y), Florit, Kobait (Co), Seng (Zn), Silikon (Si), dan
Alumunium (Al).7 Unsur-unsur tersebut melalui proses rantai makanan
terserap ke dalam tubuh melalui tumbuh-tumbuhan, hewan, dan air. Melalui
proses kimiawi, unsur-unsur dalam tubuh manusia tersebut berubah menjadi
darah, daging, dan air mani.40
Beragam kandungan unsur yang bermanfaat terdapat dalam tanah
yang menjadi unsur penting dalam penciptaan manusia. kandungan unsur
tersebut mengisyaratkan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk
istimewa dan berguna.
Kandungan selanjutnya adalah nuthfah(sperma). Sperma merupakan
bagian dari dari air mani yang tersusun juga dari campuran zat-zat lain,
seperti zat gula yang diperlukan untuk menyediakan energy bagi sperma,
menetralkan asam di pintu masuk Rahim dan melicinkan sekitarnya agar
memudahkan perputaran sperma. Dari hasil penelitian terbaru dijelaskan
bahwa pria akan mengeluarkan sperma sekitar 200-500 juta dan dari sekian
banyak jumlah tersebut yang akan diterima indung telur hanya satu, karena
ketika air mani keluar jumlah sperma hanya 10%, selebihnya adalah zat
enzim, vitamin c, kalsium, protein, sodium, zat besi, zat asam seta fruktosa
gula. 41
Nasaruddin Umar berdasarkan berbagai sumber rujukan menjelaskan
bahwa substansi manusia terdapat 12 istilah yaitu, air, tanah, tanah gemuk,
tanah lempung, tanah lempung yang pekat, tanah lempung seperti tembikar,
tanah lempung dari lumpur, dari diri yang satu, sari pati lempung, air mani
yang ditumpahkan, cairan mani yang bercampur, dan cairan yang hina. 42
Penafsiran ayat di atas menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia sebagai kelanjutan dari Adam yang diciptakan melalui fungsi
reproduksi dengan melibatkan suami dan istri yang Allah beri kekuatan
untuk mengandung bagi perempuan dan laki-laki memberikan cairan dalam
bentuk sperma sebagai cikal bakal anak.

40
Abd al Razziq Nawfal, Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern, Surabaya:
Bina Ilmu, 1983, hal. 149.
41
Adapun kandungan sperma terdiri dari ammonia, ascorbic acid, ash, calcium,
carbon dioxide, chloride, cholesterol, citrid acid, creatine ergothioneine, fructose,
glutathione, gycerylphorylcholine, inositol, lactid acid, magnesium, nitrogen non protein,
phosphorus, acid soluble, inorganic, lipid, phosphorylcholine, total (lipid), potassium,
pyruvic acid, sodium, sorbitol, vitamin B 12, sulfur, urea, uric acid, zinc, copper
Muhammad Abdul Jawad, Menyingkap Fakta Baru dan MIsteri Kehidupan Manusia,
Jakarta: AMP Press, 2014, hal. 20-21.
42
Nasaruddin Umar, Agumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta:
Paramadina, 2010, cet-2, hal.202-204.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 128


Selanjutnya proses penciptaan manusia terdapat dalam Al-Qur‟an
surat an-Nisa/4: 1:

           

             

    

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.
Menurut Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‟anSurat An-Nisa
ayat 1 ini dimulai dengan menjelaskan manusia sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT. Manusia berasal dari ketentuan Allah yang berhubungan dalam
satu Rahim, bertemu dalam satu koneksi dan bersumber dari satu asal-usul
dan bernasab kepada satu nasab, hal ini merupakan upaya pembelajaran
untuk selalu memegang cinta kasih (kekeluargaan), memelihara hak masing-
masing individu, dan memegang teguh hubungan rububiyyah. Ayat ini
menjelaskan bahwa dasar kehidupan adalah keluarga, dimana Allah SWT
menciptkan laki-laki sebagai suami dan diciptakan perempuan sebagai isteri
untuk saling melengkapi sehingga dengan keduanya Allah mengembang
biakan menjadi banyak. Dari tatanan kelaurga terbentuklah sistem
masyarakat, untuk itu landasan kelaurga ini harus dikuatkan yaitu
menjalankan kehidupan sesuai fitrah, dan memposisikan manusia baik itu
laki-laki maupun perempuan sesuai kodrat, serta saling melengkapi dan
mengisi dalam membangun keutuhan keluarga. 43
Sedangkan Abu Muslim Al- Isfahani menafsirkan kata ‫ ِم ۡنهَا‬dalam ayat
tersebut dengan arti dari jenis bahan yang sama yakni tanah, dengan
beberapa alasan, pertama sebelum kata ‫ ِم ۡنهَا‬ada kata ‫س َٰ َو ِحدَة‬ ۡ
ٖ ‫ ِّمن نَّف‬yang
maknanya dari diri yang satu ini menunjukan kesetaraan dan kesejajaran,
kedua, penafsiran hadits dari tulang rusuk Adam berdasarkan hadis yang
dalam teks aslinya tidak ada kata Adam, ketiga tulang rusuk (dil‟un) tidak

43
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an (Di Bawah Naungan Al-Qur‟an), As‟ad
Yasin dkk (penerjemah), Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hal. 269-272.

129 | Aas Siti Sholichah


terdapat dalam surat annisa 1 bagaimana menjadi marji ( tempat kembali
dhamir haa pada minhâ) keempat, penafsiran jumhur tidak sesuai dengan al-
Quran yang tujuan pokoknya untuk menjunjung derajat perempuan. 44
Dari penafsiran ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa penciptaan
manusia dalam surat an-Nisa/4: 1 tidak hanya penciptaan Adam akan tetapi
penciptaan Hawa sebagai isteri yang bertujuan untuk membentuk keluarga
dalam satu ikatan dan saling melengkapi sehingga dari keduanya
menghasilkan anak-anak keturunan yang tersebar di bumi yang bertujuan
untuk beribadah kepada Allah SWT dan menggunakan alam ini dengan baik,
serta melalui proses evolusi dalam Al-Qur‟an dapat diambil hikmah bahwa
proses penciptaan manusia dalam Al-Qur‟an begitu terinci, sistematis dan
mengandung sains yang dapat dijadikan landasan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.

C. Kesimpulan
Evolusi yang terjadi di bumi ini terjadi secara keseluruhan, baik itu
tumbuhan, binatang dan manusia. Al-Qur‟an menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan dan sains berbagai kandungan Al-Qur‟an mengisyaratkan
mengenai evolusi diantaranya proses penciptaan manusia, proses penciptaan
langit dan bumi dalam enam masa dan teori big bang. Perbedaan teori
evolusi dengan teori evolusi yang berkembang di Barat terutama teori
evolusi Charles Darwin terletak pada keyakinan bahwa seluruh makhluk
yang ada dan hidup di bumi ini adalah diciptakan, dan Allah SWT sebagai
penciptanya. Selain itu terdapat perbedaan pandangan antara teori evolusi
Barat dan Al-Qur‟an, teori evolusi Barat khususnya teori Darwin
menjelaskan bahwa manusia tercipta dan berasal dari induk yang sama
dengan makhluk lain, hal ini adalah titik perbedaannya, dimana Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa manusia Allah ciptakan dan berasal dari ketrunan Nabi
Adam, yang Alah SWT telah siapkan untuk menjadi khalifah fi al-Ardh.

44
Ibrahim hosein, Ahmad Munif Duratma Putra, Al-Quran dan Peranan
Perempuan dalam Islam, Jakarta: IIQ, 2007, hal. 41-42

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 130


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. Filsafat Manusia, Bandung: Rosdakarya, 2006.
Achmadi Susanto. A, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara
Al-Imam Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin „Umar al-Zamakhsyari, al-
Kasysyaf „an Haqaiq al-Tanzil wa al-„Uyun al-Aqawil fi wujuh al-
Ta‟wil, Beirut : Dar al-Kitabal-„Arabi, tth.
Arifin, Chairul, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: ISTN, 1998
Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Baqi, Muhamad Fu‟ad „bdul. al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an
al-Karim, Qahirah: Dar Hadits, hal. 153-154.
Cartono, Teori Evolusi: Mengungkap Rahasia Evolusi Makhluk Hidup,
Bandung: Prisma Press, 2008.
Darsono, Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21,
Jakarta: Nusantara Consulting, 2011.
Durant, Will. The Story of Philosophy, New York: Garden City Publ. Co.
Inc, 1927.
Gaarder Jostien, Dunia Sophie (Sebuah Novel Filsafat): Bandung, 2014,
Hakim, Usman A. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
Hude, Darwis. Logika Al-Qur‟an, Jakarta:Eurobia, 2013.
Ibrahim M. Subhi, Asas-Asas Filsafat, Jakarta: Lecture, 2013.
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
Jawad, Muhammad Abdul. Menyingkap Baru dan Misteri Kehidupan
Manusia, Jakarta: AMP Press, 2014.
Koestenbaum, Peter. Philosophy: General Introduction, New York:
American Book Campany, 1968.
Madjid,Abdul Latief.Evaluasi Kinerja SDM: Konsep Aplikasi, Standard an
Penelitian, Jakarta: Haja Mandiri, 2014.
Nawawi,Hadari Mimi Martini, Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1994.
Nuh,Abdullah bin. Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Mutiara, 2008
Prawironegoro Darsono, Filsafat Ilmu, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010
Rahardjo,Dawam Ensiklopedia Islam: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002.

131 | Aas Siti Sholichah


Russel, Betrand. A history of Western Philosophy, London: Feffer & Simons
Inc, 1947.
Pascasarjana PTIQ, Panduan Penyusunan Tesis dan Disertasi, Jakarta:
Pascasarjana PTIQ, 2017
Saebani Ahmad Beni, Filsafat Ilmu, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Setiadi, Andi, Rahasia Cara Belajar Einstein, Yogyakarta: Diva Press, 2014
Sidharta B. Arif, Apakah Filsafat dan Filsafat ilmu itu? Bandung: Pustaka
Sutra, 2008
Shihab, Quraish. Wawasa Al-Qur‟an Tafsir Maudu‟I atas Berbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1998.
Snijders, Alberts. Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan,
Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Soebagio Mas, Supriatna Slamet, Dasar-dasar Filsafat Suatu Pengantar Ke
Filsafat Hukum, Jakarta: Akademika Presindo
Suharto,Dedhi Qur‟anic Intelligence Quotient (membangun kecerdasan Al-
Qur‟an), Tangerang: FBA Press.
Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
CV. Muliasari, 2001, cet ke-14.
Syradika Agus, Virgana, Filsafat Ilmu, Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012.
Umar,Nasaruddin. ArgumenKesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an,
Jakarta: Paramadina, 2001.
Umiarso, Zamroni. Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan
Timur, Jakarta : Ar-Ruz Media, 2011.
Watloly, Aholiab, Tanggung Jawab Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius,
2001
Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurtubi Akhmad Khatib, Jakarta : Pustaka
Azzam, 2009.
Loye, David. Introduction: Toward a Fully Human Theory of Evolution, The
Journal of New Paradigm Research, vol.58 issue 2-3, 2010.
---------- Darwin and the Fully Human Theory of Evolution, The Journal of
New Paradigm Research, vol.58 issue 2-3, 2010.

Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif… | 132


http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan
Volume 10, No. 1, 2017
ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

VARIAN GENETIK Sardinella lemuru DI PERAIRAN SELAT BALI

GENETIC VARIANCE OF Sardinela lemuru IN THE BALI STRAIT WATERS

Gde Raka Angga Kartika1*, Aida Sartimbul2, Widodo3


1
Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Bali
2
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
3
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang
*
Corresponding author email: raka.angga.k@gmail.com

Submitted: 1 Agustus 2016 / Revised: 24 Maret 2017 / Accepted: 25 April 2017

http://doi.org/10.21107/jk.v10i1.1615

ABSTRACT

Sardinella lemuru is one of the fish species that dominate in the Bali Strait. Identification Sardinella
lemuru with the others Sardinella in the Strait of Bali is based on morphological characteristics,
whereas genetic identification of Sardinella lemuru in Bali Strait has not been done and variations
genetic also unknown. This research aims to ascertain the type of Sardinella lemuru in the bali strait
and Determine genetic variation and kinship based on cytochrome oxidase subunit (COI) gene. The
method is performed by isolating DNA from fish organs and the results are amplified by the COI
gene sequencing then performed to obtain the data sequence of Sardinella lemuru Bali Strait and
analysed using the program MEGA 5.2. Results showed that lemuru in Bali Strait is Sardinella
lemuru species with the degree of similarity BLAST analysis of 98-100%. 11 samples sequence of
lemuru forming two large clad. The results also showed that the species of Sardinella lemuru and
Sardinella longiceps different species with genetic distance> 0,019.

Keywords: COI, Sardinella lemuru, Bali Straits

ABSTRAK

Sardinella lemuru merupakan salah satu spesies ikan yang mendominasi di perairan Selat Bali.
Identifikasi Sardinella lemuru dengan sardinella lain di perairan Selat Bali hanya dibedakan
berdasarkan secara morfologi, sedangkan identifikasi genetik belum pernah dilakukan dan variasi
gentetik juga belum diketahui. Penelitian ini bertujuan memastikan jenis Sardinella lemuru di
perairan Selat Bali dan mengetahui variasi genetik dan kekerabatannya berdasarkan gen
Cythocrome oxidase sub unit 1 (COI). Metode yang dilakukan adalah dengan mengisolasi DNA
dari organ tubuh ikan lemuru dan hasilnya diamplifikasi dengan gen COI, kemudian dilakukan
skuensing untuk mendapatkan sekuen data ikan lemuru perairan Selat Bali dan urutan basa hasil
skuensing dianalisis menggunakan program MEGA 5.2. Hasil menunjukan bahwa ikan lemuru di
Selat Bali termasuk kedalam spesies Sardinella lemuru dengan tingkat kesamaan analisis BLAST
adalah sebesar 98-100%. 11 sampel skuen ikan lemuru membentuk 2 kelompok besar. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa spesies Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps
merupakan speies ikan yang berbeda dengan jarak genetik >0,019

Kata Kunci: COI, Sardinella lemuru, Selat Bali

PENDAHULUAN tersendiri. Beberapa komoditas perikanan


yang sering dijumpai di Selat Bali adalah ikan
Perairan Selat Bali merupakan wilayah lemuru (Sardinella lemuru), tongkol dan ikan
perairan yang memisahkan antara Pulau layang. Sumberdaya perikanan lemuru
Jawa dan Bali. Perairan ini memiliki potensi merupakan sumberdaya perikanan yang
perikanan yang sangat besar dan keunikan paling dominan dan bernilai ekonomis di
21
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)

Selat Bali sehingga komoditi tersebut paling analisis kelompok hewan dan studi evolusi
banyak dieksploitasi oleh nelayan yang sebagaimana diperlihatkan pada studi
bermukim di sekitar Selat Bali. Hal ini yang karakter genetik maupun pola-pola evolusi
menyebabkan perikanan lemuru mempunyai pada hewan (Tubaro dan Lijtmaer, 2002).
peranan yang cukup penting bagi kehidupan Gen COI merupakan salah satu region target
masyarakat setempat. dalam teknik DNA Barcoding karena dinilai
efektif untuk digunakan sebagai diskriminan
Nilai penting komoditas perikanan lemuru di kelompok hewan (Costa et al., 2007).
selat bali dapat dilihat dari data tangkapan Penggunaan gen COI untuk membedakan
ikan yang didominasi oleh jenis ikan lemuru. species sudah dilakukan pada beberapa jenis
Berdasarkan data pendaratan ikan lemuru di spesies hewan contohnya pada udang
PPI Muncar selama 10 tahun terakhir terlihat mantis, kerang, ulat sutra, serangga, sapi dan
bahwa puncak produksi terjadi pada tahun beberapa jenis species ikan. Menurut Buhay
2006 dan 2007 yang mencapai lebih dari (2009) bahwa COI merupakan salah satu
50.000 ton. Namun dalam kurun beberapa metode yang sangat membantu untuk
tahun terakhir produksi perikanan lemuru mengidentifikasi kekerabatan pada spesies
mengalami penurunan yang signifikan. hewan dan ikan. Herbert et al. (2003), juga
Penurunan ini diduga terkait dengan menyatakan bahwa Gen COI dapat
perubahan kondisi lingkungan dan membantu sistem bioidentifikasi pada
penangkapan yang sudah sangat berlebihan berbagai jenis hewan dan mampu
(Susilo, 2015). Penangkapan yang berlebih memberikan jawaban terhadap kekerabatan
dengan menggunakan armada purse seine dalam spesies mencapai 100 %. Divya et al.,
pada komoditas ikan lemuru di selat bali (2009).
dapat mengancam kelestarian sumberdaya
ikan itu sendiri yang pada giliran berikutnya Penurunan jumlah populasi ikan lemuru
menyebabkan turunnya produksi atau dapat menyebabkan variasi genetik akan
bahkan kepunahan. berubah pada masa selanjutnya. Kecilnya
populasi ikan lemuru yang tersisa akan
Pengetahuan tentang aspek biologi dan mengarah terjadinya silang dalam yang
ekologi ikan lemuru sangat diperlukan dalam berakibat kepada perubahan keragaman
pengelolaan pelestarian sumberdaya ikan genetik. Dunham (2002) menjelaskan bahwa
lemuru. Selama ini pengelolaan sumberdaya variasi genetik penting untuk kelangsungan
ikan lemuru pada umumnya hanya hidup jangka panjang suatu species dan juga
ditekankan pada pengertian yang sempit dapat menjamin kekuatan suatu spesies atau
yaitu kelimpahan dan ukuran ikan yang akan populasi dengan memberikan spesies atau
ditangkap. Akibat dari fokus jangka pendek populasi tersebut kemampuan untuk
tersebut, maka perspektif biologi dari beradaptasi pada perubahan lingkungan.
pengelolaan sumberdaya ikan lemuru lebih Sampai saat ini publikasi tentang studi
didominasi oleh pengetahuan tentang kekerabatan dalam spesies Sardinella
dinamika populasi dan ekologi dibandingkan lemuru di Selat Bali masih sangat sedikit,
dengan pemahaman tentang aspek genetika bahkan dengan metode COI belum pernah
populasi (Noor, 2008). Aspek genetika ikan dilaporkan, sehingga perlunya mengetahui
merupakan salah satu bagian terpenting varian genetic Sardinella lemuru di Selat Bali
dalam mengetahui kekerabatan dan varian sebagai data base untuk berbagai
genetic suatu populasi ikan di suatu daerah. kepentingan seperti manajemen
Salah satu metode yang dapat digunakan penangkapan ikan lemuru di perairan Selat
untuk mengetahui varian genetic dan Bali dan berbagai kepentingan lain.
kekerabatan pada hewan adalah
menggunakan gen penyandi yaitu gen
cytochrome oxidase sub unit I (COI) MATERI DAN METODE

Gen cytochrome oxidase sub unit I (COI) Pengambilan sampel ikan lemuru dilakukan
merupakan salah satu gen dalam mitokondria di Pelabuhan Perikanan Muncar
yang dapat digunakan dalam studi karakter Banyuwangi, Jawa Timur dan Tempat
genetik maupun filogeni dari hewan. Ukuran Pendaratan Ikan Kedonganan Badung, Bali.
dan struktur dari gen cytochrome oxidase Analisis DNA berdasarkan gen Cytochrome
subunit 1 (COI) telah menjadi fokus pada Oxidase Sub Unit I dilakukan di Laboratorium
22
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru

Biomolekuler Fakultas MIPA Universitas dan kontaminan lainnya. Hasil PCR dicampur
Brawijaya Malang. dengan etanol absolute dan NaAcin pda
tabung PCR, kemudian dicampur dan di
Bahan - bahan yang digunakan dalam inkubasi pada suhu 200 C selama 30 menit.
ekstraksi DNA adalah sebgai berikut: Larutan ini disentrifuse dengan kecepatan
akuadest steril,larutan lysis buffer, maksimum selama 5 menit lalu supernatan
ammonium acetate, ETOH 100%, Etanol 70 dibuang. 750 ul etanol 70% ditambahkan ke
%, larutan buffer TE. Metode ekstraksi DNA dalam butiran DNA, setelah itu disentrifuse
yang dilakukan mengacu pada metode yang pada kecepatan maksimum selama 3 menit,
diterapkan oleh Ausubel et al, (2002). Pada dan butiran dilarutkan dengan 50ul ddH2O.
penelitian ini menggunakan primer forward
(5’- TCAACCAACCACAAAGACGACATTG Urutan basa dari hasil skuensing DNA
GCAC -3’) sebagai primer pertama dan diperiksa dengan menggunakan gene scane
primer reverse (5’- ABI. Urutan dicek kebenarannya
TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATC A - berdasarkan kemiripan dengan COI dari
3’) (Jonas, 2011). Amplifikasi dilakukan genus Sardinella di gen bank dengan
menggunakan sekuen gen dengan panjang menggunakan metode BLAST. Software
650 base pair dari COI Fragment. Volume Mega 5.2 digunakan untuk mengetahui
total Mixture PCR : 5 μl terdiri dari : indeks kemiripan di antara sampel. Kemiripan
Aquabidest : 2 μl, Primer I : 5’- berdasarkan panjang DNA mengikuti metode
TCAACCAACCACAAAGACGACATTG dari (Nei dan Kumar, 2000) , yang diperoleh
GCAC -3’ 1 μ,l, Primer II : 5’- dengan membagi jumlah perbedaan
TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATC A -3’ nukleotida dengan jumlah total nukleotida
1 μl, Master mix: 5μl, Sampel DNA : 1 μl. pembanding.
Proses amplifikasi PCR adalah denaturasi
pada suhu 94o C selama 1 menit, annealing Basa nukleotida hasil sekuensing kemudian
pada suhu 54o C selama 30 detik dan dibandingkan dengan skuen Gen Sardinella
pemanjangan pada suhu 72o C selama 1 lemuru dan Sardinella longiceps dari daerah
menit dengan jumlah siklus adalah 35 siklus. lain. Sekuen gen COI yang digunakan
Pemanjangan terakhir dilakukan pada suhu sebagai pembanding diperoleh dari gen bank
72o C selama 10 menit. Verifikasi hasil dari NCBI (Tabel 1). Pohon filogenetik akan
analisa PCR dilakukan dengan running dibangun menggunakan software Mega 5.2
electrophoresis menggunakan gel agarose berdasarkan jarak DNA dari analisa
1,5%. Hasil dari electrophoresis kemudian sebelumnya. Rekonstruksi dari sejarah
diamati dengan UV - transiluminator dan evolusi gen dan spesies merupakan salah
difoto sebagai dokumentasi satu hal terpenting dalam evolusi molekuler.
Data ini sangat penting untuk memahami
Hasil dari PCR (band pada gel agarose) mekanisme evolusi dari satu spesies (Nei
harus dimurnikan dengan menghilang protein and Kumar, 2000).

Tabel 1. Sekuen gen COI Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps dari Gen Bank
NO Lokasi Gen Bank Acc numb
1 Laut China Selatan (MBCSC-2711073) EU5955255.1
2 Laut China Selatan (MBCSC-2711073) EU5955256.1
3 China (FSCS327-06) EF607505.1
4 China (FSCS328-06) EF607504.1
5 Filipina (2) HQ231366.1
6 Filipina (3) HQ231365.1
7 Filipina (4) HQ231364.1
8 Selat Taiwan (1) KX2544.86.1
9 Selat Taiwan (1) KX2544.86.1
10 S. longiceps (COML-111) KF36899.1
11 S. longiceps (IOBML) FJ384694

23
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN sampel yang tampak terlihat jelas pita


DNAnya. Hasil sekuensing dapat terbaca
Keragaman genetik Sardinella lemuru dikaji dengan baik berkisar antara 650 bp. Hasil
berdasarkan gen cythocrome oksidase 1 analisis dengan fasilitas BLAST
(COI). Gen ini dipilih karena fragmen pendek menunjukkan bahwa ikan lemuru yang
COI dapat digunakan sebagai penanda diperoleh di Muncar, Banyuwangi dan
variasi yang secara akurat dapat Kedonganan, Badung dikonfirmasi sebagai
mengidentifikasi berbagai macam hewan spesies Sardinella lemuru. Panjang amplikon
sampai tingkat spesies (Hebert, 2003). Gen gen COI yang di dapat pada penelitian
COI juga sangat tepat untuk mengetahui hampir sama dengan panjang gen amplikon
keragaman genetik yang terdapat pada suatu Sardinella lemuru yang terdapat pada Gen
spesies atau antar populasi. Panjang gen Bank yaitu sebesar 652 bp. (Zhang, 2011).
COI yang berhasil teramplifikasi adalah ± 650 Beberapa hasil amplifikasi terlihat tidak jelas
bp (base pair), ini dibuktikan dengan uji atau samar, hasil yang samar dapat ini
kualitatif menggunakan elektroforesis gel disebabkan oleh konsentrasi DNA yang
agarose (Gambar 1). Dari hasil elektroforesis, terkandung rendah atau masih
20 sampel ikan lemuru hanya didapatkan 15 terkontaminasi dengan RNA dan protein.

Gambar 1. Hasil Amplifikasi Gen COI Sardinella Lemuru Pada Gel Agarosa 1,5%
Mutasi gen merupakan faktor yang menjadi bentuk basa lain dalam urutan DNA
menyebabkan timbulnya keanekaragaman yang dapat menyebabkan terjadinya evolusi.
genetik yang berakibat pada timbulnya Mutasi substitusi dibagi ke dalam dua jenis
keanekaragaman dalam kehidupan. Dilihat yaitu transisi dan tranversi. Transisi adalah
dari sudut penyebabnya, mutasi pengubahan antara A dan G (purin) atau
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu antara C dan T (pirimidin) (Wijana dan
mutasi spontan dan mutasi terimbas. Mutasi Mahardika, 2010) Tranversi adalah
spontan merupakan mutasi yang terjadi pasa pengubahan antara purin dengan pirimidin.
kondisi alami selama proses replikasi, Substitusi transisi ditunjukkan oleh angka
perbaikan, dan rekombinasi DNA. Mutasi yang bercetak tebal sedangkan substitusi
terimbas adalah mutasi yang disebabkan tranversi ditunjukkan oleh angka yang
oleh agen agen lingkungan spesifik (Sofro bercetak miring (Tabel 2) Mutasi inilah yang
1994). Mutasi substitusi merupakan jenis menyebabkan variasi genetik pada suatu
mutasi gen dimana basa nukleotida berubah organisme.

24
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru

Tabel 2. Matriks Probabilitas Substitusi Nukleotida Spesies Sardinella lemuru

A T C G
A - 2.58 2.7 12.47
T 1.92 - 28.1 1.6
C 1.92 26.85 - 1.6
G 14.98 2.58 2.7 -

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sekuen DNA mitokondria memperjelas


diketahui bahwa nilai similaritas dan jarak hubungan spesies secara evolusi yang kabur
genetik bervariasi pada kesebelas sampel akibat variasi morfologi (Avise, 1994).
yang dianalisis (Tabel 3). Sementara hasil Sekuen DNA mitokondria memperlihatkan
analisis jarak genetik skuen ikan lemuru dari variasi DNA suatu populasi, perubahan
gen COI menunjukkan bahwa jarak genetik breeding suatu individu dan isolasi terhadap
terdekat adalah 0,0%, yaitu sampel K3, M3, populasi tersebut (Liu et al., 2000; Tjong et
M6, Filipina 2 dan Taiwan 2 dengan memiliki al., 2007). Setelah dibandingkan antara 11
nilai similaritas sebesar 100%. Serta sampel sekuen gen COI Sardinella lemuru di perairan
K9 dan M8 memiliki nilai similaritas 100 %. Selat Bali dengan 7 sekuen gen COI
sampel M2 memiliki nilai similaritas 100 % Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps
dengan Sardinella lemuru MBCSC. Hasil dari Gen Bank menghasilkan pohon filogeni
analisa didapatkan Jarak genetic terjauh pada Gambar 2 yang dibuat dari program
diantara skuen Sardinella lemuru di perairan MEGA 5.2 berdasarkan algoritma neighbor
Selat Bali sebesar 1,9 % yaitu pada sampel joining tress dengan model evolusi Kimura-
K5 dengan M8 dengan nilai similaritas 2parameter (K2P). Hasil konstruksi pohon
keduanya yaitu 98,1 %. Dari hasil dapat filogeni menunjukkan bahwa 11 sekuen gen
diketahui bahwa ada 27% dari 11 sekuen COI lemuru dari perairan Selat Bali tidak
sampel Sardinella lemuru di perairan Selat berkelompok sesuai dengan daerah
Bali mempunyai kemiripan 100% dengan pendaratannya masing-masing, akan tetapi
Sardinella lemuru Filipina 2 dan Taiwan 2. bercampur menjadi dua sub clad besar.
Sebanyak 9% sekuen lemuru mempunyai Terdapat dua grup (clade) besar ikan Lemuru
kemiripan 100% dengan sekuen Sardinella yaitu G1 dan G2, pada clade G2 terbagi
lemuru MBCSC. Nilai similaritas sebesar menjadi 2 sub clade lagi yaitu sub clade G2A
100% menunjukkan bahwa spesies ikan dan Sub clade G2B Dari pohon filogeni
lemuru di Selat Bali merupakan spesies ikan diketahui 11 sekuen gen COI Sardinella
lemuru yang sama dengan ikan lemuru yang lemuru dari Selat Bali juga berkelompok
terdapat di Filipina dan selat Taiwan. Sofro menjadi satu sub clad besar dengan gen COI
(1994) menyatakan bahwa suatu populasi S. lemuru yang berasal dari China, Filipina,
yang memiliki tingkat kedekatan hubungan dan Selat Taiwan. Sedangkan subclad
kekerabatan yang tinggi mempunyai banyak lainnya mengelompok hanya dengan lemuru
persamaan morfologi, genetik dan yang terdapat di perairan Selat Bali yang
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kemungkinan besar merupakan berasal dari
populasi yang sama. Hasil Ini menunjukkan
Pohon filogenetik merupakan suatu metode bahwa ikan lemuru yang berada di perairan
untuk mengetahui tingkat evolusi dan Selat Bali merupakan dari jenis Sardinella
kekerabatan suatu spesies. Spesies lemuru dengan nilai jarak genetik <0.019.
Sardinella lemuru yang memiliki rantai DNA Skuen Sardinella longiceps yang digunakan
yang mirip akan membentuk suatu cabang sebagai outgroup membentuk subklad yang
yang berdekatan dan akan membentuk satu berbeda dengan sampel S. lemuru dengan
kelompok yang besar (clade). Analisis jarak genetik ≥ 0.019. Hal ini sesuai dengan
filogenetik suatu spesies dapat dilakukan dengan pernyataan Hebert (2003) bahwa
pada karakter morfologi dan gen-gen yang jarak genetik berdasarkan sekuen gen COI
berada di dalam dan di luar tubuh dengan lebih dari 0.02 merupakan spesies yang
sekuen DNA mitokondria. Penggunaan berbeda.

25
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)

G2B

G2A

G1

Gambar 3. Pohon Filogeni Sardinella lemuru. Menggunakan Sekuen Gen COI. Konstruksi Pohon
Filogeni Berdasarkan Algoritma Neighbour Joining Tree Dengan Model Evolusi K2P
(Bootstrap 1000x Pengulangan).

Pada clade Sardinella lemuru membentuk sendiri diduga dipengaruhi oleh adanya Arus
beberapa kelompok percabangan yang lintas Indonesia (ARLINDO). Arlindo adalah
mengindikasikan bahwa terdapat populasi aliran massa air yang membentuk arus laut
yang berbeda pada clade Sardinella lemuru. pada wilayah perairan Indonesia dari Utara
Skuen M2 terlihat berada di luar percabangan yang berasal dari Samudera Pasifik, menuju
yang mengindikasikan individu ini berasal ke Selatan ke Samudera Hindia (Rizal, 2015)
dari populasi yang berbeda dengan yang (Gambar 4). Faktor ini yang mengakibatkan
lainnya. Skuen K5 dan M5 berada pada satu terjadinya percampuran genetic antara ikan
cabang yang sama dan berdekatan, yang lemuru diperairan selat bali dengan ikan
menunnjukkan kedua individu ini memiliki lemuru didaerah lain, karena ikan lemuru
kekerabatan yang sangat dekat. Pada skuen mengikuti arus arlindo untuk mencari
K9 dan M8 terlihat berada pada percabangan makanan.Ini sesuai dengan pernyataan
berbeda pada clade Sardinella lemuru Tomascik et al., (1997), Ketika melewati
lainnya yang menunjukkan individu ini perairan Indonesia, maka massa air Arlindo
memiliki jarak genetik terjauh dengan yang akan bercampur dengan massa air lainnya,
lainnya. sehingga terjadi percampuran massa air dari
dua Samudera yang berbeda. Sebagai salah
Kekerabatan genetik yang dekat antara ikan satu jalur arlindo, perairan ini kaya akan
lemuru di perairan selat bali dengan ikan nutrien penting bagi kehidupan fitoplankton.
lemuru yang terdapat di perairan filipina, laut Dalam rantai makanan, fitoplankton akan
china selatan, laut china dan selat Taiwan dimakan ikan kecil dan kemudian oleh ikan
salah satu penyebab persebaran lemuru besar.

26
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru

Gambar 4. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) (Gordon, 2005)

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Hasil analisis genetik mitokondria 11 skuen Ausubell, F. M, Brent, R., Kingston, R. E.,
yang diperoleh dari Muncar Banyuwangi dan Moore, P.D., Seidemen, J. G.,
Kedonganan, Badung, teridentifikasi sebagai Smith, J. A., & Struhl, K. (2002).
Sardinella lemuru berdasarkan Gen COI, Short Protocols in Molecular
dengan panjang amplikon sebesar 650 bp. Biology, Fifth Edition. John Willey
Berdasarkan analisis gen COI Variasi genetic and Son Inc. Canada
Sardinella lemuru di perairan Selat Bali masih Avise, J. C. (1994). Molecular Marker, Natural
tergolong tinggi. Sardinella lemuru di perairan History and Evolution. Chapman
Selat Bali memiliki hubungan kekerabatan and Hall. USA
genetik yang dekat dengan Sardinella lemuru Buhay, E. (2009). “COI-Like” Sequences Are
yang terdapat di perairan Laut Cina Selatan, Becoming Problematic In Molecular
Selat Taiwan, Filipina dan Cina. Kedekatan Systematic And DNA Barcoding
secara genetic, ini diduga akibat pengaruh Studies. University Of South
dari Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Carolina
Costa, F. O., de Waard, J. R., Boutillier, J.,
TERIMA KASIH Ratnasingham, S., Dooh, R. T.,
Hajibabei, M., & Hebert. P. D. N.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih (2007). Biological Identifications
kepada segenap staf dan peneliti di through DNA Barcodes: The Case
Laboratorium Biomolekuler fakultas MIPA of Crustacea. Canadian J. Fish. &
Universitas Brawijaya Malang, kelompok Aqua. Sci., 64(2), 272-295. doi:
nelayan di Muncar, Banyuwangi dan 10.1139/f07-008
Kedonganan, bali yang telah membantu Divya, P., Gopalakrisna, A., Jhon, L.,
dalam mengumpulkan sampel ikan lemuru Thomas, P.C., & Cakra, W. S.
yang digunakan (2009). Mithocondrial DNA
(Cythocrome C Oxidase I)
Sequencing of Indian Marine

27
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)

Mussels. Indian J. Fish., 56(3), 223- Tjong, D. H., Matseu, M., Kuramoto, M.,
226. Belabut, D. M., Sen, Y. H.,
Dunham, R. A. (2002). Aquaculture and Nishioka, M., & Sumida, M. (2007).
Fisheries Biotechnology: Genetic Morphological Divergence,
Approach. New York: CABI Reproductive Isolating Mechanism
Publishing, Cambridge. pp 85-99 and Molecular Phylogenetic
Gordon, L. (2005). Oceanography of the Relationship, Among Indonesia,
Indonesian Seas and Their Malaysia, and Japan Populations of
Through flow. Oceanography, the Fejervaria limnocharis Complex
18(4). (Anura, Ranidae). Zoological
Hebert, P. D. N., Cywinska, A., Shelley, L., & Science, 24, 1197- 1212.
de Waard, J. R. (2003). Biological Tubaro, P., & Lijtmaer, D. A. (2002).
Identifications Through DNA Hybridization Patterns and The
Barcodes. Proc. R. Soc. Lond., 270. Evolution of Reproductive Isolation
Hebert, P. D. N., Ratnasingham, S., & de in Ducks. División Ornitología,
Ward, J. R. (2003). Barcoding Museo Argentino de Ciencias
Animal Life Cytochrome C Oxidase Naturales ‘Bernardino Rivadavia’
Divergences Among Closely Buenos Aires, Argentina. Biological
Related Species. Proc. R. Soc. Journal of the Linnean Society,
Lond., 270. 197-200
Jonas, P. Q., Brian, S., Santos, P., Ong., Tomascik, T., Mah, A. J., Nontji, A., Moosa,
Zubaida, U., Basiao., Ian Kendrich, M. K. (1997). The ecology of
C., Fontanilla, & Cao, E. P. (2011). Indonesian seas. Part I, Periplus
DNA Barcoding of the Philippine Editions Ltd., Singapore
Endemic Freshwater Sardine Wijana, I. M. S., & Mahardika, I. G. N. (2010).
Sardinella tawilis Struktur Genetik Dan Filogeni Tuna
(Clupeiformes: Clupeidae) and Its Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Marine Relatives. Philipp. Agric. Berdasarkan Sekuen DNA
Scientist, 94(3), 248-257. Mitkondria Control Region Sitokrom
Liu, W., Lathrop, A., Fu, J., Yang, D., & Oksidase I Pada Diversitas Zone
Murphy, R. W. (2000). Phylogeny of Biogeografi. Jurnal Bumi Lestari,
East Asian Bufonids Inferred 10(2): 270 – 274.
from Mitochondrial DNA Zhang, J. (2011). Species Identification of
Sequences (Anura: Amphibia). Marine Fishes in China with DNA
Molecular Phylogenetics and Barcoding. Evidence-Based
Evolution, 14(3), 423-435. Complementary and Alternative.
Nei, M., & Kumar, S. (2000). Molecular Medicine, Article ID 978253, 10
Evolution and Phylogenetics. pages.
Oxford University Press, New York.
Noor, R. (2008). Genetika Ekologi.
Laboratorium Genetika Ternak.
Institut Pertanian Bogor
Rizal, F., Setiyo, W., Pratomo, Y., dan Andri,
E. (2015). Identifikasi Komponen
Harmonik Di Selat Lombok
Berdasarkan Data Arus Time
Series. Depik, 4(1), 24-32.
Sofro, A. S. M. (1994). Keanekaragaman
Genetik. Yogyakarta: Andi Offset.
127 hal
Susilo, K. (2015). Variabilitas Faktor
Lingkungan Pada Habitat Ikan
Lemuru Di Selat Bali
Menggunakan Data Satelit
Oseanografi Dan Pengukuran
Insitu.

28
Oseana Volume xxxvn Nomor 2 Tahun 2012: 41-51 lSSN 0216-1877

SEJARAH DAN BUKTI EVOLUSI PADAGASTROPODA


Oleh
Ucu Yanu Arbi"

ABSTRACT

HISTORIES AND EVIDENCES OF GASTROPOD'S EVOLUTION. Evolution is a long


process of changing that occurs slowly in a relatively long period of time. Changes are
focus on the changes of the properties that are passed on to subsequent generations.
The evolution of gastropods is predicted to be happened since in the Precambrian era,
eventhough it is very difficult to be proven. The evidence of evolution on gastropods
can be seen from the fossil evidences as well as from the evidences available at the
present time. Still needed a lot of evidences and tools to knOw. how far the process of
gastropods evolution going on and how far the changes that occur. Technological
advances may become the key to get those answers.

PFlIDAHUWAN utama, yaitu variasi,reproduksidan seleksi. Gen


merupakan sifat-sifat yang menjadi dasar
Evolusi merupakan sebuah proses terjadinya evolusi, yang diwariskan kepada
yang panjang menyangkut tentang perubahan keturunan menjadi bentuk yang bervariasi. Hal
yang berlangsung sedikit demi sedikit ,dan ini jugalab yang pada akhirnya menjadi
dalam waktu yang relatif lama. Jadi evolusi penyebab adanya variasi dari suatu organisme.
merupakanserangkaianproses perubahan yang Variasi terjadi akibat adanya mutasi genetik,
terjadi pada makhluk hidup yang berlangsung aliran gen, dan perubaban susunan gen yang
dalam beberapa tahapan terteotu daJam waktu terjadi melalui reproduksi seksuaJ. Namun
yang cukup lama, sebingga menghasiLkan demikian, banyaknya variasi yang terjadi pada
sebuah bentuk kehidupan. Kemungkinan tidak satu spesies tetap memiliki sifat yang identik
ada bentuk akhir dari sebuah kehidupan, karena pada seluruh individu dari spesies tersebut
pad a dasamya proses tersebut masih terus (KENRICK & CRANE, 1997;OLENDZENSKl &
berjalan. Perubahan-perubahan yang terjadi GOOARIEN,2009).
tersebut dititikberatkan pada perubahan dati Evolusipada gastropoda diperkirakan
sifat-sifat yang terwariskan dari satu generasi sudah terjadi sejak masa Precambrian, namun
ke generasi-generasi berikutnya yang sulit untuk menemukan bukti adanya fosil
disebabkan oleh kombinasi dari tiga faktor gastropoda pada masa tersebut (COLGAN et
01.,2(00).

I)UPT Loka Kooservasi Biota Laut LIP!, Bitung

41
Gambar I. Berdasarkar Geologic Time Scale (A), Gastropoda telab hadir pada masa Precambrian (B) walau
sangat sedikit buJcti fosil yang bisa ditemukan. Pada masa setelah itu, banyak fosil yang telah
ditemukan, misalnya fosil Strombus roegli (C) yang ditemukan pada masa Cenozoic, Periode
Paleogene, epoch Oligocene (HARZHAUSER, 2001).

Hal ini kemungkinan besar karena adanya evolusi juga dapat dilihat dari berbagai
waktunya yang sudah terlalu lama, sehingga hasil penelitian di masa sekarang, yaitu dari
sisa-sisa gastropoda yang hid up pada masa itu bukti-bukti di lapangan maupun dari hasil
sudah hancur menjadi tanah. Namun demikian, percobaan di laboratorium. Pembuktian adanya
terdapat cukup banyak bukti fosil cangkang proses evolusi pada jaman modern, kini sudah
gastropod a yang didapatkan pada masa setelah mulai menerapkan teknologi genetika. Dengan
Precambrian. Fosil-fosil yang ditemukan metode modem tersebut, bukan tidak rnungkin
tersebut, sering kali dimanfaatkan sebagai pertanyaan besar tentang proses evolusi akan
material untuk memperkirakan bentuk fisiknya terjawab suatu saat nanti (GITIENBERGER &
maupun untuk memperkirakan kondisi a1am pada GmENBERGER,2(03).
saat organisme tersebut hidup. Lebih jauh, Tulisan ini adalah suatu tinjauan
penemuan fosil juga menjadi material yang (review) tentang proses evolusi gastropoda
penting untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari masa lalu hingga masa kini,
kekerabatan antar makhluk hidup maupun untuk beserta beberapa bukti dan pendapat yang
mempelajari proses evolusi yang terjadi. Bukti dirangkum dari beberapa publikasi ilmiah yang
terkait

42
PROSESEVOLUSI memiliki pengertian, bahwa mutasi gen akan
meningkatkan keberlangsungan dan reproduksi
Teori tentang evolusi berkembang suatu organisme menjadi lebih umum dari satu
seiring dengan perkembangan ilmu dan generasi ke generasi selanjutnya pada sebuah
pengetahuan yang berkaitan dengan teori populasi. Dalam proses ini, sifat-sifat yang
tersebut Saat ini, terdapat berbagai macam versi menguntungkan akan diwariskan ke keturunan ,
mengenai teori evolusi yang berkembang di sedangkan sifat-s ifat yang tidak
masyarakat ilmuwan (YOCKEY, 2005). Tidak menguntungkan cenderung tidak diwariskan
menutup kemungkinan bahwa di masa yang (yOCKEY, 2005).
akan datang akan semakin banyak versi tentang Proses evolusi, pada akhirnya
teori evolusi. Namun demikian, pada dasarnya mempengaruhi segala aspek dari bentuk fisik
bahwa teori evolusi merupakan perpaduan dan perilaku dari suatu organisme. Perubaban
antara gagasan (ide) dan kenyataan (fakta). yang terjadi paling menonjol ditunjukkan, karena
Charles Darwin (1809-1892) yang menerbitkan adaptasi perilaku dan fisik yang dialabatkan oleh
buku tentang asal usul spesies pada tahun 1859 peristiwa seleksi alamo Adaptasi tersebut
dengan judul On the Origin of Species by Means memungkinkan suatu organisme menjadi
of Natural Selection atau The Prevervation of terbantu dalam hal mencari makanan ,
Favored Races in the Struggle for Life menghindarkan did dari pemangsa hingga
dianggap sebagai pencetus ide evolusi. menarik perbatian lawan jenis. Seleksi alam juga
Umuwan lain, AlfredRussel Wallace(l823-1913), mendorong terjadinya kooperasi antara dua atau
secara terpisah mengembangkan pemikirannya lebih organisme yang berbeda, melalui sebuab
dan menghasilkan konsep yang sarna dengan hubungan untuk saling membantu dalam
pendapat yang dikemukakan oleh Darwin. sebuah bubungan simbiosis. Evolusi dalam
Seorang ternan Darwin, Joseph Hooker, jangka waktu yang relatif lama, akan
menggabungkan tulisan Wallace dan Darwin menghasilkan spesies baro (spesiasi) melalui
dan membukukannya dengan judul On the
pemisahan populasi leluhur organisme menjadi
Tendency of Species to from Varieties and on
sebuah kelompok baru yang terisolir dan tidak
the Perpetuation of Varieties and Species by
akan bercampur atau kawin (yOCKEY, 2005).
Natural Means of Selection (yOCKEY, 2005).
Dikenal dua macam evolusi, yaitu
Terjadinya proses evolusi ditunjukkan
evolusi progresif dan evolusi regresif
dengan berbagai bukti antara lain dari
(retrogresif). Evolusi progresifmenitikberatkan
perbandingan anatomi, perbandingan
pada basil akhir, yaitu makhluk hidup dapat
embriologi, perbandingan fisiologi, petunjuk
bertahan hidup pada lingkungannya (survive),
secara biokimia (FITZ et al., 2007), petunjuk
sedangkan evolusi regresif memiliki
adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubub
kecenderungan pada kepunahan dari makhluk
yang tersisa, serta petunjuk paleontologi.
hidup yang mengalami evolusi karena tidak
Berbagai bukti tersebut, menghasiIkan bentuk
akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
baik dari asesoris tubuh yang dimiliki, fungsi lingkungannya (STRAND et al., 2002;
masing-masing asesoris tubuh tersebut, DANILOVA, 2008). Ke dua macam evolusi
maupun sifat-sifat dari makhuk hidup yang tersebut, pada dasarnya dibagi berdasarkan
bersangkutan (yOCKEY, 2005). pada pengarub akhir dari proses evolusi yang
Salah satu mekanisme utama yang terjadi, yaitu bertahan karena mampu
terjadi untuk menghasilkan perubahan beradaptasi atau punah karena tidak mampu
evolusioner dari suam makhluk hidup adalah beradaptasi dengan perubahan lingkungan
adanya seleksi alamoSeleksi alam pada dasarnya yang terjadi (DANILOVA, 2008).

43
Gambar 2. Pola sebaran biogeografi gastropoda famili Cypraeidae berdasarkan kekayaan jenis atau species
richness (ROY et al., 2001; FOlO koleksi pribadi).

SEJARAH EVOLUSI PADA bahkan populasi terse but. Sebagian besar


GASTROPODA anggota gastropoda memiliki cangkang yang
membentuk uJiran, kecuali pada Limpet yang
Gastropoda adaLabhewan invertebrata memiliki cangkang hampir rata dan pada
yang melakukan aktivitas lokomosi deogan kaki- nudibranch yang tidak memiliki cangkang
perutnya (gastro-perut, poda-kaki). (WAGNER,2(01).
Kecenderungan dan aktivitas Gastropoda Sebagian besar gastropoda termasuk
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut herbivora. Pengelompokan gastropoda selama
air laut, dan keberadaan makanan. Sebaran ini didasarkan pada cangkang, bagian lunak,
hewan didasarkan atas dua faktor. Pertarna bentuk reproduksi, radula, tipe makan dan
adaJab faktor makanan, hewan cenderung akao sebagainya. Distribusi gastropoda terdapat
tinggaJ di suatu daerab tempat mereka dapat hampir di selurub bagian bumi, dengan
dengan mudah meodapatkan makanan. Faktor konsentrasi utama di sekitar Indo-Pasifik,
yang kedua adalab faktor penghalang atau terutama kawasan segitiga wang dunia (ROY
barrier. Faktor barrier i.ni temyata memiliki et al., 200 1; MEYER, 2004). Gastropoda dibagi
pengarub yang sangat bersar terhadap dalam tiga subkelas, yaitu Prosobranchia,
persebaran geografis dari suatu populasi. Hal Pulmonata dan Opistobranchia. Subkelas
ioi terjadi karena barrier atau riotangan ini akan terbesar, Prosobranchia terdiri tiga ordo, yaitu
menghambat kelangsungan bidup iodividu atau Archaeogastropoda, Mesogastropoda dan
Neogastropoda (WAGNER, 200 1).

44
BUKTIEVOLU~PADAGASTROPODA Beberapa waktu lebih muda setelah
masa itu, juga banyak ditemukan bukti fosil
Bukti masa lalu (fosil) gastropoda, misaLnya pad a peri ode Premian
Fosil menurut asal katanya berasal dari termasuk dalam masa Paleozoic juga (BANDEL,
babasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar 2002). Gastropoda yang ditemukan berasal dari
dari dalam tanah". Secara garis besar, fosil dapat Subkelas Heterostropha dan Superfamili
diartikan sebagai sisa-sisa atau bekas- Streptacidoidea yang memiliki ciri teleoconch
bekas makhluk hidup yang meojadi batu atau kecil dan protoconch datar. Jenis yang
mineral. Untuk dapat menjadi fosil, sisa-sisa didapatlcan an tara lain berasal dari Genus
hewan atau tumbuhan tersebut, harns segera Streptacis, Mapesella dan Laxella yang
tertutup sedimen. Fosil terbentuk dari proses termasuk dalamFamili Streptacidae. Selain itu,
penghancuran peninggalan organisme yang juga ditemukanjenis lain dari Genus Donaldina,
pemah hid up. Hal ini sering terjadi ketika Royalel/a, Texalella, Yoospira dan
tumbuhan atau hewan yang terkubur dalam Heteroaclisina dari Famili Donaldinidae. Dari
kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil Famili Stuoraxidae ditemukan jenis dari Genus
yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya Stuoraxis dan Straparo//us. Sedangkan dari
yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan Famili Heterosubulitidae hanya didapatkan satu
mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa- jenis dari GenusHeterosubulites.
sisanya terlarut semua sehingga digantikan Pada masa yang lebih muda lagi, yaitu
dengan cetakan. Fosilyang paling umum adalah pada masa Mesozoic periode Triasic ditemukan
kerangka kapur yang tersisa, seperti cangkang, bukti fosil adanya gastropod a dari beberapa
gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat famili yang termasuk dalam Superfamili
jarang ditemukan. Ilmu yang mempelajari fosil Cerithioidea, dan beberapa superfamili yang
adalah paleontologi, yang juga merupakan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.
cabang ilmu arkeologi (YOCHELSON & Namun demikian, haoya beberapa famili saja
WEBERS,2006). yang masih hidup pada mas a sekarang,
Bukti adanya fosil gastropoda telah sedangkan yang lain telah mengalami
banyak dicari oleh para pakar di bidang kepunahan. Hasiloya membuktikan bahwa tidak
paleontology, geologi maupun biologi untuk ada perbedaao yang signifikan antara morfologi
membuktikan bahwa gastropoda telah muncul cangkang pada masa itu dengan morfologi
pada masa Cambrian. Bukti tertua yang baru cangkang yang masih hidup pada masa sekarang
didapatlcan pada masa beberapa saat setelah ini. Ciri-ciri yang dimiliki oleh fosil cangkang
Precambrian, yaitu pada masa Paleozoic, periode yang didapatkan masih dimiliki oleb cangkang
Cambrian. Spesimen yang didapat masih dalam yang ada pada Gastropoda tersebut pada masa
kondisi yang cukup bagus dari Pegunungan sekarang, sehingga dapat dikatakan bahwa
Ellsworth, Am erika Barat. Fosil gastropoda yang superfamili tersebut merupakan salah satu
didapat berasal dari beberapa genus, dengan kelompok fosil bidup (BANDEL, 2006).
genus yang paling umum adalah Pelagiel/a. Pada masa yang sarna namun pada
Genus lain yang juga didapatlcan pada masa itu periode berbeda, yaitu periode Cretaceous
antara lain Scaevogyra, Sinuopea dan Prop/ina KOLLMANN (2009) berhasil menemukan
Jenis terbesar yang didapat berasaJ dari banyak fosil dari Superfamili Trochoidea dan
Pelagiella paucivoluta dan yang paling kecil Stromboidea yang didapatlcan dariAustria. Hasil
darijenis Pelagiel/a bridgei (YOCHELSON & dari penemuan terse but, terdapat perbedaao
WEBERS,2006). hubungan kekerabatan antara basil analisa

45
secara genetika dengan hasil analisa hanya terdapat tiga genus yang masing-masing
berdasarkan ciri-ciri morfologi. Kurangnya hanya terdiri dari satu jenis yang masih hidup
karakter morfologi karena materi fosil yang pada masakini, dan tiga (mungkin empat) genus
tersisa umumnya sudah tidak utuh menjadi yang terdiri dari delapan (mungkin sembi Ian)
penyebab yang masuk akal untuk menjelaskan jenis. Faktor-faktor alamiah diduga kuatmenjadi
perbedaan tersebut. Di lain pihak, asal muasal penyebab berkurangnya jenis pada famili
famili-famili yang diteliti tidak diketahui dan tersebut, antara lain pemangsaan, kompetisi,
hubungannya dengan Superfamili Stromboidea tingginya produktivitas, besarnya masukan air
beluro bisa dibuktikan (KOLLMANN, 2009). dari runoof senz pengangkatan lempeng bumi
VERMEIJ & RAVEN (2009) (VERMEIJ &RAVEN, 2009).
menemukan bukti fosil gastropoda dari Famili Studi ontogeni cangkang pada Famili
Melongenidae pada masa yang lebih muda, yaitu Cerithidae yang didapatkan dari Polandia
masa Cenozoic periode Paleogene epoch Eocene menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang didapatkan dari Pulau Kalimantan yang signifikan selama 160 jura tahun sejak
(Indonesia) di bagian barat laut. Famili jaman Mesozoic sampai sekarang. Berdasarkan
Melongenidae roerupakan famili yang relatif bukti yang ada, diduga kuat bahwa Superfamili
kecil pada gastropoda, yaitu hanya terdiri dari Cerithioidea (dan juga Soleniscidae) memiliki
22 jenis yang hidup pada masa kini dan 42 jenis nenek moyang Orthonemidae yang berasal dari
yang berupa fosil pada peri ode Paleogene. Loxonematidae, yaitu Gastropoda yang mirip
Berdasarkan hasil temuan fosil dari Kalimantan, Caenogastropoda (di sebut Caenogastropoda
muda) (KAIM, 2004).

Gambar 3. Bukti tidak adanya perubahan mendasar pada struktur cangkang famili Cerithiidae: (J) pada masa
Jalu (KAIM. 2004), (2) pada masa sekarang (FOlO koleksi pribadi).

46
Bukti masa kioi tersebut digunakan untuk mengetahui spesiasi
Bukti adanya evolusi, juga dapat yang terjadi pada gastropoda dan memetakan
dilihat dari berbagai hasil penelitian di masa model evolusinya dengan menggunakan 70
sekarang. Studi viviparitas pada gastropoda air jenis gastropoda dari Famili Conidae. Walaupun
tawar Famili Pachychilidae menggunakan ada delapan jenis yang tidak diketahui data-
filogeni berdasar sekuensi mitokondria gen 16S, datanya pada saat masih fase larva pada saat
menunjukkan adanya evolusi strategi ini, namun ciri-cirinya tetap memperlihatkan
reproduksi sebagai upaya adaptasi terhadap karakter yang dimiliki oleh nenek moyangnya.
lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut, Perubahan pad a perkembangan mulai larva
diketahui bahwa hampir seluruh gastropod a air sangat umum dan wajar terjadi pada kelompok
tawar memiliki nenek moyang yang bersifat gastropoda ini. Model sederhana yang dibuat
ovipar. Sedangkan pada Famili Pachychilidae untuk menjelaskan fenomena ini memperlihatkan
memiliki sifat seperti gastropoda air laut, yaitu bahwa, adanya seleksi spesies yang berkaitan
menghasilkan telur dalamjumlah banyak namun dengan adanya pola dispersal pada tahap larva
dengan jumlab kantung telur sedikit. sebagai bagian dari strategi adaptasi terbadap
Pembentukan telur dalamjumlah banyak tersebut lingkungannya (DUDA & PALUMBl, 1999).
adalah salah satu bentuk adaptasi untuk SERB & EERNISSE (2008) melakukan
mengatasi masalah lingkungan, yaitu studi mengenai pola evolusi konvergensi pada
memperbesar peluang eksistensi keturunan agar moluska, dan hasilnya menuojukkan bahwa
terhindar dari kepunahan (KOHLER et al.,2004). seleksi a1am berperan besar pada kompleksitas
Studi mengenai bubungan evolusi mata. Kompleksitas mata ternyata juga
dengan predasi menunj ukkan adaoya merupakan salah satu strategi terbadap
perubahan pada omamen cangkang sebagai Jingkungan, baik dalaro hal merespons mangsa,
bentuk dari pertahanan diri dari pemangsa pemilihan tempat tinggal, mewaspadai mangsa
utama, yaitu krustasea dan ikan. Hipotesa dari maupun untuk alasan lainnya. Kompleksitas
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin mata tersebut terjadi sebagai wujud fenotifik dari
kompleks omamen cangkang, maka gastropoda kode genotifik yang berbeda-beda antar tiap
akan semakin dihindari oleh pemangsa. Hal ini jenis moluska. Secara umum, dapat dilihat
ditunjukkan dengan adanya fakta, bahwa bagian adanya perkembangan kompleksitas mata sejak
cangkang yang menjadi target perusakan oleh masa laropau sampai masa sekarang, yaitu dari
pemangsa adalah bagian yang tidak memiliki yang paling sederhana menjadi lebih kompleks
ornamen. Fakta lain menunjukkan bahwa bahkan sangat komplek. Tentunya dengan
semakin muda usia fosil yang ditemukan beberapa pengecualian pada jenis-jenis moluska
temyata omarnen pada cangkang gastropod a yang tidak begitu memerlukan mata, misalnya
semakin kompleks, sebagai bukti adanya jenis-jenis yang bidup di laut dalarn yang gelap
adaptasi terhadap lingkungan dan pemangsa. atau yang hidup sebagai endoparasit (SERB &
Pola adaptasi terse but berlangsung secara EERNISSE,2008).
perlahan, namun berjalan terus-menerus dan COLGAN et al. (2000) melakukan studi
diwariskan kepada keturunannya sebagai bagian molekuler, yakni dengan menggunakan selruensi
dari evolusi (PALMER, 1979). parsial dengan 28S rONA dan histone H3 pada
Studi sekuensi pada Famili Conidae 36 jenis gastropoda, chiton, dua jenis bivalvia
menunjukkan adanya transisi evolusioner sejak dan Nautilus untuk membuktikan hubungan
masa planktonik yang diturunkan oleh nenek kekerabatan gastropod a secara filogenetik
moyangnya, sebingga terjadi spesiasi. Penelitian berdasarkan karakter morfologi. Hasilnya

47
menunjukkan, bahwa jika dibandingkan antara histone H3 memiliki bias pada kodonoya
hasil analisa fiJogenetik berdasarkan morfologi (COLGAN et al., 2000).
dengan hasil analisa genetika dengan 28S rONA Contoh evolusi pada gastropoda
dan histone H3, masih terdapat banyak adalah yang terjadi dan masih dapat dilihat
ketidakcocokan, karena berbagai aJasan. Hasil sampai saat ini, yaitu pada kelompok siput
sekuensi dengan 28S rONA dan histone H3 ektoparasit pada karang dari Famili Epitoniidae
menunjukkan adanya varabilitas yang cukup dan kelompok siput endoparasit pada karang
tinggi, walaupun untuk histone H3 masih lebih dari Famili CoraJliopbiliidaeyang diJaporkan oleb
rendah, jika dibandingkan dengan sekuensi (GIITENBERGER& GI1TENBERGER, 2003;
menggunakan 28S rONA. lika dikomparasikan 2005). Kedua ilmuwan terse but melaporkan
antara hasil sekuensi dengan 28S rON A dan adanya radiasi adaptif dari kelompok siput
histone H3 tersebut, terlihat adanya perjalanan parasit menjadi sekitar 22 spesies untuk Famili
evolusi yang terjadi, namun tidak dapat Epitoniidae dan 16 spesies untuk Farnili
diketahui faktor-faktor penyebabnya, karena CoraUiophiliidae.

Gambar4. Keanekaragamanjenis lensa mata pada empat kelas moJuska sebagai bentuk bukti adanya
evolusi: a. bagian dorsal chiton (Polyplacopora); b. c. cangkang bagian anterior
diperbesar; d. mata palial berulang2 pada bivalvia (pelecypoda); e. mata cephalic pada
Strombidae (Gastropoda); f. mata tipe kamera pada cumi-cumi (Cephalopoda); g. mata
pada sotoog (Cephalopoda) (SERB & EERNISSE, 2008).

48
Gambar 5. Leptoconchus sp., salah satu gastropoda parasit pada karangjamur Fungia sp. a) Karangjamur
tampak atas; b) Karangjamur tampak bawah, lingkaran merah menunjukkan Iubang keciI yang
merupakan lnbang keluamya siphon siput parasit; c) Siput parasit didapatkan setelah karang
jamur ketika dipecah; d) Siput parasitjantan dengan cangkang memanjang; e) Siput parasit betina
dengan cangkang melebar (Foto pribadi).

-.....
Cytoc:lu-ome Oxidase 1 phylogmy

~ -t
'1
~-- 1

~-
Loc.ility~CorAl no..t"","_c

.- I----I'JI •:,,"~F"uI"_' ..
Co,,,,,U.optuhd:
I..q_"'>d;~
i..qt_us I"p(lra

...... ·Jr..... ~...,-,.J


...~ ~- •..F._(~-t~
!.ql«_do....I,,~

••·
Lll't"'""'"'"'s IJf#Cl<bIrla

~
-,
~
_,....r

•,
.. "'_1<'_-
to ~_IC"""""'_(lI
•:r-~}J'
:"1
...... ,.&

~ ~ .
,..:.
i ~!~~'l ........... ., ••,.
.......!W ~ .""- ·
r-~"'--t~
... •

-~
- ..
.~I==
-1:= ~
• "'-,
_.c=: ,
• ~f'iN
__~_m

'= i...,~""_'-II'I
as .., .....
I"" "'¥ ....,
_.
~d.7)
~(P

-'i"l
--
,_.,
....
-"'I.:
... ,
t\o..........
; t=«lb""....,4"
""".(11

... to """_00
tc-<,,---m
-,
...,1 . ........
.....

t. ~=~
I,!'li..t..:=r;;I'!)

.
I~I!I.'-~(f~ "'-xwtItNJi
L6pron.tdtws
l..q_"'_d~J

Gambar 6. Radiation adaptifyang terjadi pada Leptoconchus spp., salah satu gastropoda parasit pada karang
jamur famili Fungiidae (GlITENBERGER & GIITENBERGER, 2(03).

49
Peristiwa radiasi adaptif merupakan BANDEL, K. 2006. Families of the Cerithioidea
proses panjang yang menjadikan satu spesies and related superfamiJies (Paleo-
menjadi dua atau beberapa spesies dengan Caenogastropoda; Mollusca) from the
karakter yang hampir mirip, namun dengan pola Triassic to the recent characterize by
adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda- protoconch morphology - including
beda satu sarna lain. Sumber makanan, diduga the description of new taxa.
kuat menjadi faktor utarna terjadinya peristiwa Freiberger Forchungshefte C 511(14):
tersebut. Namun demikian, pad a akhirnya 59-138.
simbiosis yang terjadi antara siput parasit
COLGAN,OJ., W.F.PONDER and P.E.EGGLER
dengan inangnya memiliki sifat yang spesifik
2000. Gastropod evolutionary rates
(GITTENBERGER& GITIENBERGER, 2003).
and phylogenetic relationships
Artinya bahwa satu jenis siput paras it hanya
assesed using partial 28S rDNA and
bersimbiosis dengan jenis inang tertentu saja.
histone H3 sequences. Zoologica
Fenomena tersebut terjadi baik pada kelompok
Scripta 29 (1): 29-63.
siput ektoparasit maupun kelompok siput
endoparasit (GITTENBERGER & DANILOVA, N. 2008. Evolution of the human
GITIENBERGER,2003). immune system. Encyclopedia of Life
Science: 1-7.
DUDA, T.F. Jr. and S.R. PALUMBI 1999.
Developmental shifts and species
Pertanyaan besar mengenai adanya selection in gastropods. Proc. Natl.
proses evolusi pada Gastropoda, masib perlu Acad. Sci. USA vol. 96: 10272-10277.
dibuktikan kebenarannya. Bukti saat ini adalah
FITZ, D., H. REINNERAND and B.M. RODE
dilihat dari segi viviparitas, ontogeni, masa
2007. Chemical evolution toward the
planktonik, kompleksitas mata, morfologi,
origin oflife. Pure Appl. Chern. Vol 79
predasi, dan sebagainya, baik melalui studi fosiJ
No. 12:2101-2117.
maupun eksperimental. Studi molekuler
menggunakan sekuensi partial 28S rONA dan GITTENBERGER, A and E. GITTENBERGER
histone H3, sebenarnya menunjukkan adanya 2003. A Largely Criptic, Adaptive
proses evolusi, namun jika dibandingkan Radiation of Parasite Snails: Sibling
hasilnya dengan menggunakan morfologi masih Species in Leptoconchus (Gastropoda:
banyak ketidakcocokan karena berbagai macam Caenogastropoda: Corall iophilidae)
alasan. Oleh karena itu, masih sangat perlu Associated with Species Coral Hosts
banyak bukti dan alat bantu untuk mengetahui, (Scleractinia: Fungidae). In:
seberapajauh proses evolusi terjadi dan sejaub Gittenberger, A. The evolutionary
apa perubahan yang terjadi. history of parasitic gastropods and
their coral hosts. PhD Thesis, Leiden
University, Chapter 4: 61-78.
DAFTARPUSTAKA GITTENBERGER, A. aodE. GITTENBERGER
2005. A hitherto unnoticed adaptive
BANDEL, K. 2002. About the Heterostropha radiation: epitoniid species (Gastro-
(Gastropoda) from the carboniferous poda: Epitoniidae), associated with
and Premian. Mitt. Geol. - Palaont. corals (Scleractinia). Contributions to
Inst. Heft 86: 45-80. Zo%gy74 (Ifl): 125-203.

50
HARZHAUSER, M. 2001. Strombus PALMER, A.R. 1979. Fish predation and the
(Dilatilabrum) roegli sp. nov. A giant evolution of gastropod shell sculpture:
Oligocene strombid (Gastropoda) and its exsperimental and geographic evidence.
bearing on palaeoclimatic Evolution 33 (2): 697-713.
reconstructions of the Western Tethys.
ROY,K.,D.P.BALCHand M.E.HEllBERG 2001.
Annalen des Naturhistorischen
Spatial pattern of morphological diversity
Museums in Wien 102A: 61-67.
across the Indo-Pacific: analyses using
KAIM, A. 2004. The evolution of conch strombid gastropods. Proc. R. Soc. Lond.
ontogeny in Mesozoic open sea B 268:2503-2508.
gastropods. Palaeontologia Polonica
SERB, I.M. and D.J. EERNISSE 2008. Charting
62: 1-183.
evolution's trajectory: using molluscan
KENRICK, P. and P.R CRANE ]997. The origin eye diversity to understanding paralell
and early evolution of plants on land. and convergent evolution. Evo. Edu.
Nature Vol.389: 33-39. Outreach. 1: 439-447.
KOHLER, F., T.RINTELEN von,A. MEYER and STRAND, E., U HUSE and J. GISKE 2002.
M. GLAUBRECHT 2004. Multiple origin Artificial evolution of life history and
of viviparity in Southeast Asian behavior. The American Naturalist Vol.
gastropods (Ceritbioidea: Pachychilidae) 159No. 6: 624-644.
and its evolutionary implications.
VERMEU, G. J. and H. RAVEN 2009. Southest
Evolution 58 (10): 2215-2226.
Asia as the birthplace of unusual traits:
KOLLMANN, H.A. 2009. A Late Cretaceous the Melongenidae (Gastropoda) of
Aporrhaidae - dominated gastropod northwest Borneo. Contributions to
assemblage from the Gosau Group of the Zoology 78 (3): 113-127.
Pletzach AIm near Kramsach (Tyrol,
WAGNER, PJ. 2001. Gastropod phylogenetics:
Austria). Ann. Naturhist. Mus. Wien. III
progress, problems and implications.
A: 33-72.
Journal o/Phalaeonthology 75 (6): 1128-
MEYER, C.P.2004. Toward comprehensiveness: 1140.
increased molecular sampling with
YOCHELSON, E.L. and UF. WEBERS 2006. A
Cypraeidae and its phylogenetic
restudy of the Late Cambrian molluscan
implications. Malacologia 46 (1): 127-
fauna of Berkey (1898) from Taylors Falls,
156.
Minnesota. Minnesota Geological
OLENDZENSKl, L. and J.P. GOGARTEN 2009. Survey Report of Investigations 64: 60p.
Evolution of genes and organisms: the
YOCKEY, H.P. 2005. Information Theory,
tree / web of life in light of horizontal
Evolution and the Origin of Life.
gene transfer. Annals 0/ the New York
Cambridge University Press., New York.
Academe of Sciences 1178: 137-145.

51
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI DAN NANTI


Leo Muhammad Taufik
Prodi Pendidikan IPA, Muhammadiyah Cirebon, Indonesia
E-mail: leotaufik.edu@gmail.com

Abstrak

Perkembangan ilmu tidak terlepas dari kemajuan teknologi begitu pula perkembangan teori
Evolusi sebagai cabang dari ilmu Biologi yang sampai saat ini terus mengalami perkembangan.
Walaupun banyak menimbulkan kontroversi, sampai saat ini teori evolusi Darwin dipandang
memiliki keunggulan dibanding teori evolusi lainnya karena Darwin berhasil memperlihatkan data-
data empiris terjadinya proses evolusi yang mengarah pada diversitas organisme. Artikel ini
membahas teori evolusi Darwin sebagai bagian dari filsafat sains sesuai bukti- bukti
pendukungnya. Berdasar hasil kajian dan analisis, teori evolusi Darwin hingga saat ini masih
layak digunakan dan berkesesuaian dengan teori lainnya.

Kata Kunci: Teori Darwin, Epistemologi; Teori Evolusi; Ontologi Teori Evolusi

Abstract

The development of science is inseparable from technological advances as well as the


development of the theory of Evolution as a branch of the science of Biology which until now
continues to develop. Although there are many controversies, up to now Darwin's theory of
evolution is considered to have advantages over other evolutionary theories because Darwin
succeeded in showing empirical data on the evolutionary process that leads to the diversity of
organisms. This article discusses Darwin's theory of evolution as part of the philosophy of science
in accordance with supporting evidence. Based on the results of studies and analysis, Darwin's
theory of evolution is still suitable to be used and in accordance with other theories.

Keyword: Darwin's theory’; Epistemologi; Evolutionary Theory; Ontology evolutionary Theory

1. Pendahuluan

Apakah evolusi benar-benar terjadi? Pertanyaan ini mengundang banyak persepsi yang
sulit untuk diterima oleh semua golongan. Teori tentang evolusi seringkali menjadi bahan
perdebatan sekaligus mengundang penolakan dari berbagai golongan terutama dari golongan
agamawan. Alasan penolakan tersebut tidak lain karena evolusi dianggap bertentangan dengan
dalil yang tercantum dalam kitab suci yang mereka yakini. Kemunculan dan perkembangan teori
evolusi tidak bertujuan untuk membuat manusia meragukan kebenaran kitab suci yang
diyakininya akan tetapi justru dapat memperkuat keyakinan seseorang terhadap kebenaran
agamanya. Sebagaimana Iskandar (2008) menyatakan bahwa teori evolusi tidak bertentangan
dengan agama mana pun di dunia. Perdebatan yang selama ini terjadi disebabkan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, teori evolusi pun mengalami perkembangan menurut masanya.
Pada masa evolusi modern seperti saat ini telah banyak sarana serta konsep-konsep
yang menunjang kemajuan teori evolusi. Kemajuan di bidang genetika, biokimia dan molekuler
turut menyumbangkan konsep-konsep yang mendorong pada perkembangan teori evolusi
khususnya dalam, memetakan materi genetik dari fosil-fosil yang ditemukan di lapisan bumi
tertentu, pewarisan sifat serta kekerabatan antar organisme ditinjau dari persentase persamaan
materi genetiknya. Semakin besar persentase persamaan matergi genetiknya maka kekerabatan
organisme yang diperbandingkan tersebut dapat disimpulkan semakin dekat.
Perkembangan teknologi komputer dan informatika berhasil menuntun sains untuk
melacak bukti-bukti empiris tentang kehidupan masa lampau sehingga terjadinya evolusi tidak
diragukan lagi pertanggungjawabannya secara ilmiah. Dengan semakin banyaknya bukti-bukti
baru yang ditemukan, semakin besar pencerahan yang kita dapatkan dalam menyibak misteri
evolusi makhluk hidup. Kini, kita tidak bisa lagi mengingkari ketika sains sampai pada kesimpulan

Jurnal Filsafat Indonesia | 98


Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

bahwa bumi dan kehidupan di atasnya merupakan produk dari evolusi, termasuk manusia
sebagai sang khalifah di muka bumi.
Sebagai cabang ilmu Biologi kajian evolusi terfokus pada perubahan struktur organisme
yang terjadi secara berangsur menuju kesesuaian fungsi dengan waktu dan tempat hidupnya.
Bertolak dari batasan tersebut, banyak muncul anggapan bahwa evolusi hanya terjadi dalam
jangka waktu yang sangat lama. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan
organisme seringkali menjadi pembeda istilah evolusi dengan revolusi dalam ilmu sosial. Istilah
revolusi merujuk pada perubahan yang terjadi dalam tempo yang relatif cepat. Lalu apakah
mikroorganisme yang dapat mengalami perubahan dalam waktu relatif cepat dapat disebut
sebagai evolusi?
Fenomena yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa evolusi mikroorganisme dapat
terjadi hanya dalam jangka waktu satu tahun (Mader & Windelspecht, 2018) dan manusia turut
andil dalam mempercepat proses evolusi. Salah satu jenis mikroba yang diketahui mengalami
evolusi dalam kisaran tahun adalah strain virus H5N1 yaitu virus penyebab penyakit flu burung.
Data menunjukkan bahwa virus H5N1 yang pertama kali menyebabkan kematian di Indonesia
yaitu pada tahun 2005 setelah sebelumnya ditemukan di Hongkong tahun 1997. Pada tahun
2018 harian Republika edisi 17 Februari 2018 mewartakan bahwa strain virus penyebab flu
burung telah berubah menjadi H7N4. Apakah perubahan yang terjadi pada virus tersebut dapat
dikategorikan sebagai evolusi? Jika dalam hitungan beberapa tahun saja virus dapat
dikategorikan mengalami evolusi jadi berapakah batasan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
evolusi makhluk hidup?
Pemahaman mengenai teori evolusi memberikan pandangan baru tentang cara
menyikapi evolusi mikroba dalam jangka waktu yang singkat. Sebagai contoh, dokter tidak akan
memberikan antibiotik kepada pasiennya hingga benar-benar diketahui bahwa pasiennya
terinfeksi jenis bakteri spesifik. Berdasarkan hal tersebut perlu kita pelajari bukti-bukti empiris
yang terjadi serta mekanisme proses evolusi terjadi.

2. Metode

Metode yang digunakan adalah studi literatur terkait teori evolusi Darwin beserta bukti-
bukti empiris yang mendukungnya. Artikel ini memberikan pemahaman pragmatis mengenai
bagaimana teori evolusi berlaku di era modern saat ini.

3. Hasil dan Pembahasan


Isu-Isu pokok
Evolusi: Konsep Inti Biologi

Teori evolusi identik dengan Darwin, walapun sebenarnya gagasan evolusi pertama kali
bukan diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya hingga zaman Yunani kuno.
Thales (636 - 546 SM) dan Anaximander (611 - 547 SM) biasa memperbincangkan asal usul
biota laut dan evolusi kehidupan. Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan
Empedocles (490 - 430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-tulisan mereka
(Comas, 1957 dalam Risatasa, 2013). Plato (427-347 SM) percaya bahwa benda-benda yang
diamati hanyalah tiruan (copy) dari dunia ide di keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti
dunia seseorang harus berkontemplasi prinsip-prinsip umum di sebalik hal yang diamati (Firman,
2019). Plato berpendapat bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang
organismenya sudah ideal dan beradaptasi sempurna terhadap lingkungannya. Berbeda dengan
Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato, yang berargumen bahwa pengetahuan tentang dunia
datang melalui pengalaman yang diinterpretasi nalar (reason) (Firman, 2019). Aristoteles
menganut teori skala alami (scalae naturae) dimana skala alami membahas bahwa adanya
klasifikasi bentuk kehidupan berdasarkan tingkat kompleksitas. Aristoteles meyakini bahwa
spesies sudah berada dalam bentuk permanen, sempurna, dan tidak berkembang lagi.
Evolusi merupakan proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu yang
bertujuan agar mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan perubahan
tersebut kepada generasi berikutnya (Campbell, 2003). Evolusi menjadi konsep pemersatu dalam
biologi karena evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi terutama bagaimana organisme
yang hidup saat ini merupakan evolusi dari satu nenek moyang (ancestor) dan diversitas
kehidupan yang besar di bumi ini.

Jurnal Filsafat Indonesia | 99


Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

Pernyataan tersebut tidak terlepas dari teori yang melekat bersamanya. Beberapa ahli
biologi seperti Charles Darwin, Alfred Russel Wallace mencoba menerangkan mengenai
keberagaman makhluk hidup melalui pemikiran-pemikirannya. Charles Darwin melalui bukunya
“On The Origin of Species: by Means of Natural Selection” melalui beragam fakta-fakta empiris.
Buku tersebut menyajikan kasus-kasus yang meyakinkan tentang evolusi dan telah dapat
menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat sebagai suatu kumpulan fakta membingungkan
dan tidak saling berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif mengenai kehidupan. Kaum realis
memiliki ketertarikan kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat indera
merupakan pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum
realis yakin akan bukti empiris mengenai teori evolusi Darwin.

Teori Evolusi Darwin (Tinjauan Filsafat)


Charles Darwin berusia sekitar 22 tahun ketika melakukan ekpedisi bersama HMS
Beagle (sebuah kapal inggris yang berlayar ke seluruh dunia). Ekspedisi ini seharusnya
memakan waktu dua tahun tetapi Darwin menghabiskan waktu hingga lima tahun. Selama
perjalanan, Darwin berkesempatan mengumpulkan dan mengobservasi keanekaragaman hayati
berdasarkan bentuknya. Pemikiran awal Darwin dipengaruhi pandangan Aristoteles adalah
bahwa : “tidak ada perubahan sejak waktu kreasi bumi”. Campbell (2003) memperlihatkan cara
Darwin mengambil kesimpulan berdasarkan data observasi. Berikut adalah pola inferensi Darwin:
Observasi 1: Individu dalam populasi memiliki karakteristik bervariasi yang sifatnya dapat
diturunkan.
Observasi 2: Organisme memproduksi keturunan lebih daripada daya dukung lingkungan
Inferensi 1: Individu yang sesuai dengan lingkungannya akan memproduksi
keturunannya lebih banyak daripada individu lain.
Inferensi 2: Seiring waktu, sifat yang menguntungkan akan terakumulasi dalam populasi.

Darwin membuat konklusi bahwa organisme yang mampu beradaptasi terhadap


lingkungan mampu meneruskan sifat unggul kepada keturunannya melalui proses reproduksi.
Darwin mengemukakan dua kata kunci dalam teorinya yaitu seleksi alam (natural selection) dan
adaptasi (adaptation). Darwin menyadari bahwa adaptasi berkembang seiring berjalannya waktu
sehingga Darwin perlu menjelaskan mekanisme evolusi. Darwin mengajukan kata “seleksi alam”
sebagai mekanisme perubahan evolusioner. Beberapa langkah mekanisme seleksi alam sebagai
mekanisme perubahan evolusioner adalah sebagai berikut.
1. Anggota populasi memiliki variasi sifat yang akan melewati proses seleksi alam
(keadaan lingkungan yang tidak menunjang).
2. Anggota populasi yang mampu bertahan hidup (beradaptasi) akan mampu
melakukan reproduksi dengan membawa sifat unggul daripada individu lain.
3. Seiring berjalan waktu, proporsi sifat yang menguntungkan (mampu beradaptasi)
akan meningkat dalam populasi dan yang tidak memiliki sifat tersebut akan musnah.
Seleksi alam merupakan proses yang terus berlangsung karena lingkungan terus
berubah. Kepunahan dapat terjadi bila proses adaptasi tidak sejalan dengan perubahan
lingkungan. Pandangan Darwin mengenai kehidupan memiliki perbedaan yang sangat tajam
dengan paradigma konvensional yang mengatakan bumi baru berumur beberapa ribu tahun saja,
dihuni oleh bentuk-bentuk kehidupan yang tidak berubah dan telah diciptakan satu per satu
selama seminggu penuh di mana Sang Pencipta membentuk keseluruhan jagad raya sehingga
Darwin perlu berhati-hati dalam menyampaikan gagasannya (Campbell, 2003).
Beberapa filsuf Yunani mulai meyakini terjadinya evolusi kehidupan secara bertahap,
akan tetapi Plato (1427 - 347 SM) dan muridnya Aristoteles (384 - 322 SM) yang merupakan dua
filsuf yang paling berpengaruh dalam kebudayaan barat, tetap memegang pendapat yang
bertentangan dengan konsep evolusi. Plato sangat meyakini tentang dua dunia: dunia nyata yang
ideal dan kekal dengan dunia khayal yang tidak sempurna yang kita tangkap melalui panca indera
kita. Evolusi akan kontra produktif di dalam suatu dunia di mana organisme ideal sudah
teradaptasikan secara sempurna terhadap lingkungannya. Aristoteles yakin bahwa semua bentuk
kehidupan dapat disusun dalam suatu skala, dengan tingkat kerumitan yang semakin tinggi yang
kemudian dikenal sebagai skala alam (scale of natural). Menurutnya, tiap-tiap bentuk kehidupan
memiliki anak tangga yang telah ditentukan untuknya pada tangga tersebut dan setiap anak
tangga ini telah terisi. Dalam pandangan ini, spesies bersifat permanen, sempurna dan tidak
berkembang (Risatasa, 2013).

Jurnal Filsafat Indonesia | 100


Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

Dalam budaya Judeo-Kristen, Kitab Perjanjian Lama yang berisi penciptaan, dikuatkan
ide bahwa setiap spesies telah diciptakan atau dirancang satu per satu dan bersifat permanen.
Pada awal tahun 1700-an, biologi di Eropa dan Amerika didominasi oleh teologi alami (natural
theology), yaitu suatu filosofi yang dikhususkan pada penemuan rencana Sang Pencipta dengan
mempelajari alam. Para pengikut teologi alami melihat adaptasi organisme sebagai bukti Sang
Pencipta telah merancang masing- masing dan setiap spesies untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan
utama teologi alami adalah untuk mengelompokkan spesies yang memperlihatkan tahapan skala
kehidupan yang telah diciptakan oleh Tuhan (Risatasa, 2013).
Teori dan pemikiran Charles Darwin mengenai evolusi mahkluk hidup menggunakan
kajian secara ontologi dan epistemologi, karena hasil pemikiran Charles Darwin berdasarkan
pengamatan-pengamatan yang ia lakukan lalu dianalisa dan munculah konsep adaptasi dan
seleksi alam. Darwin menggunakan paradigma positivistik karena teori evolusi mahkluk hidup
berlandaskan data-data empiris, dapat diobservasi secara nyata, dan dibuktikan secara ilmiah.
Dimensi dinamis dalam sains digambarkan oleh lahirnya teori evolusi makhluk hidup melalui
metode ilmiah yang menggambarkan sains sebagai sebuah proses. Hal ini memberikan produk
berupa teori evolusi Darwin sebagai produk dari pengkajian fenomena alam secara ilmiah. Sesuai
dengan pernyataan Firman (2019) bahwa sains pada hakikatnya merupakan proses dan produk
dimana produk sains adalah hasil dari proses sains itu sendiri.
Biologi mengenal kata “evolusi” yang berarti bahwa makhluk hidup mengalami
perubahan (modifikasi) dari makhluk hidup sebelumnya. Implikasi hadirnya Teori evolusi tidak
memperkenankan keanekaragaman hayati terjadi melalui proses revolusi. Teori evolusi sejalan
dengan teori asal usul kehidupan yaitu teori biogenesis dimana makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup sebelumnya. Walaupun demikian, teori evolusi memiliki keterbatasan dalam
menjelaskan asal-usul kehidupan. Teori ini pun sejalan dengan hukum Mendel yang
dikemukakan pada tahun 1920-an mengenai sifat yang diturunkan kepada generasi berikutnya
melalui substansi tertentu (yang akhirnya dikenal dengan sebutan “gen”). Pengurutan gen pada
DNA pada akhir abad ke 20 melahirkan filogenetik molekuler dan merombak pohon kehidupan
menjadi tiga sistem domain. Seiring perkembangan zaman, pandangan saintis mengenai evolusi
terpusat pada gen sebagai “kode kehidupan” (Campbell, 2003).

Evolusi dan Kemajuan Teknologi


Teori evolusi Darwin menjadi landasan bagi teori evolusi modern, termasuk rekayasa
genetika. Perkembangan teknologi dewasa ini memungkinkan saintis untuk melakukan rekaya
genetika. Melalui rekayasa genetik, manusia berkontribusi dalam mempercepat proses evolusi
(Campbell, 2003). Genetic Material Organism (GMO) merupakan hasil penggunaan teknologi
terkait proses mutasi genetik yang mengarah pada evolusi suatu makhluk hidup. Sebelum
rekayasa genetic ditemukan, manusia telah melakukan “rekayasa genetik” melalui peristiwa
kawin silang. Perkawinan silang dilakukan manusia hingga mendapatkan organisme dengan sifat
yang diinginkan manusia. Anjing merupakan contoh perkawinan silang ras serigala. Jelas
penggunaan teori evolusi ditangkap dengan baik oleh para teknolog dalam rangka merekayasa
materi genetika makhluk hidup sesuai keinginan dan kebutuhan manusia.

4. Simpulan dan Saran

Teori evolusi Darwin membantu dalam menerangkan pemikiran mengenai evolusi yang
terjadi di dunia saat ini dan merupakan tonggak berkembangnya berbagai disiplin ilmu melalui
inferensi berdasarkan bukti empiris. Teori evolusi Darwin ditunjang dengan berbagai bukti empiris
dan diperkuat dengan teori lain sehingga mengukuhkan teori Darwin sebagai teori evolusi yang
diyakini hingga saat ini. Berdasarkan teori Darwin, maka kata “evolusi” lebih tepat digunakan
dalam menjelaskan keberagaman makhluk hidup daripada kata “revolusi” karena menurut teori
Darwin, terdapat keterkaitan antara generasi sebelumnya dan generasi setelahnya melalui
proses reproduksi. Proses evolusi makhluk hidup masih terus berlanjut hingga saat ini dan sejalan
dengan seleksi alam yang terjadi. Untuk itu, perlu adanya tinjauan lebih mendalam mengenai
aksiologi teori darwin. Pada dasarnya teori darwin menitikberatkan pada proses seleksi alam dan
adaptasi makhluk hidup bukan pada perubahan morfologis manusia. Aksiologi perlu diperdalam
terkait isu penggunaanya di tengah masyarakat agamis.

Jurnal Filsafat Indonesia | 101


Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

5. Daftar Pustaka

Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Iskandar, Djoko T. 2008. Evolusi. Jakarta: Universitas Terbuka. pp. 1-44.
Firman, Harry. 2019. Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Mader, S.S., Windelspecht, M. 2018. Essentials of Biology 5th edition. New York: McGraw-Hill
Education
Ramadani,A.C. 2018. Kasus Flu Burung H7N4 Pertama Pada Manusia Ditemukan di Cina.
[Online]. https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/18/02/17/p4a7tf366-
kasus-flu-burung-h7n4-pertama-pada-manusia-ditemukan-di-cina (diakses pada tanggal
12 November 2019).
Risatasa. 2013. Modul 1: Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup. [Online].
http://repository.ut.ac.id/4251/1/PEBI4204-M1.pdf (diakses pada tanggal 12 November
2019).

Jurnal Filsafat Indonesia | 102

Anda mungkin juga menyukai