Novi Aprilia
NIM : E1A019021
KELAS : A / VI
EVOLUSI
Istilah evolusi muncul untuk pertama kali didalam pengertian ilmiah modern oleh
Selanjutnya Charles Darwin kemudian menggunakan istilah ini satu kali dalam
paragraf penutup bukunya yang berjudul On The Origin of Species (Asal mula
Spesies) pada tahun 1859. Kata evolusi ini kemudian dipopulerkan oleh Herbert
Spencer dan ahli biologi lainnya. Seorang ahli filsafat bernama Herbet Spencer
yang berasal dari Inggris untuk pertamakali menuliskan istilah evolusi. Menurut
Spencer dalam bukunya “Social Static”, konsep evolusi sangat berkaitan dengan
perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat.
suatu proses perubahan. Akan tetapi, tampak bahwa pengertian yang dimaksud
tidak terkait dengan kajian biologi, dan pada perkembangannya istilah tersebut
tenggelam bersamaan dengan perkembangan pemikiran para ahli filsafat yang lain.
Evolusi dimasa kini berkembang dari ilmu tentang asal mula kehidupan manusia
menjadi hal yang baru mengarah kepada kata perubahan, tidak hanya mengenai
asal usul makhluk hidup, pada bidang ilmu yang lainya kata evolusi juga
perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama, akan
tetapi beberapa konsep awal yang dicetuskan Darwin dalam karyanya The origin
of species memberikan jejak kuat yang melatar belakangi pembantahan. Salah satu
hal yang menjadi perdebatan adalah permasalahan leluhur sama dalam pandangan
pertama kali bukan diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya
hingga zaman Yunani kuno. Thales (636 - 546 SM) dan Anaximander (611 - 547
SM) biasa memperbincangkan asal usul biota laut dan evolusi kehidupan.
Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan Empedocles (490 -
430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-tulisan mereka. Plato
(427-347 SM) percaya bahwa benda-benda yang diamati hanyalah tiruan (copy)
dari dunia ide di keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti dunia
Plato berpendapat bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang
Berbeda dengan Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato, yang berargumen
nalar (reason). Aristoteles menganut teori skala alami (scalae naturae) dimana
bentuk permanen, sempurna, dan tidak berkembang lagi. Pernyataan tersebut tidak
terlepas dari teori yang melekat bersamanya. Beberapa ahli biologi seperti Charles
tentang evolusi dan telah dapat menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat
sebagai suatu kumpulan fakta membingungkan dan tidak saling berkaitan menjadi
kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat indera merupakan
pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat
terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme (Hassan et al., 2014). Evolusi
hanya bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber
utama variasi adalah mutasi, rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow).
yang sama (Hassan et al., 2014). Kita dapat mendefinisikan evolusi sebagai
leluhur yang dulu berbeda dari spesies masa kini. Evolusi juga bisa didefinisikan
al., 2017). Pikiran tentang evolusi sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang
muncul dari pemikiran ahli-ahli filsafat Yunani kuno dan belum didasarkan pada
fakta yang akurat serta belum dikaitkan dengan lingkungannya. Pemikiran tentang
evolusi kembali berkembang melalui tokoh evolusi organik zaman Renaisans pada
Teori evolusi yang dicetus oleh Darwin menibulkan kegemaran yang luar biasa di
dunia Barat seabad yang lalu karena teori tersebut bertentangan sama sekali
dengan kisah penciptaan manusia dan alam semesta yang dianut oleh masyarakat
pada saat itu. Teori evolusi Kontroversial itu diuraikan oleh Darwin dalam On the
kemudian dengan The Descent of Man and Selection in Relation Sex yang terdiri
dari dua jilid pada tahun 1871. Jangka waktu dua belas tahun sejak terbitnya The
Origin of Spesies, para ilmuwan hampir semua telah sepakat mendukung teori
sekarang, sedang para agamawan berkeyakinan bahwa Nabi Adam adalah manusia
pertama yang langsung dicipta Tuhan dalam bentuk seperti sekarang tanpa melalui
secara biokimia, petunjuk adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubuh yang
akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda baik dari asesoris tubuh yang
Rekonstruksi dari sejarah evolusi gen dan spesies merupakan salah satu hal
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu mutasi spontan dan mutasi terimbas.
Mutasi spontan merupakan mutasi yang terjadi pasa kondisi alami selama proses
replikasi, perbaikan, dan rekombinasi DNA. Mutasi terimbas adalah mutasi yang
disebabkan oleh agen agen lingkungan spesifik (Sofro 1994). Mutasi substitusi
merupakan jenis mutasi gen dimana basa nukleotida berubah menjadi bentuk basa
lain dalam urutan DNA yang dapat menyebabkan terjadinya evolusi. Mutasi
substitusi dibagi ke dalam dua jenis yaitu transisi dan tranversi. Transisi adalah
pengubahan antara A dan G (purin) atau antara C dan T (pirimidin) (Wijana dan
Mahardika, 2010) Tranversi adalah pengubahan antara purin dengan pirimidin.
substitusi tranversi ditunjukkan oleh angka yang bercetak miring (Tabel 2) Mutasi
inilah yang menyebabkan variasi genetik pada suatu organisme. Pohon filogenetik
merupakan suatu metode untuk mengetahui tingkat evolusi dan kekerabatan suatu
spesies.
Evolusi adalah perubahan ciri-ciri populasi yang berlangsung seiring waktu (Mayr,
2010). Penemuan fosil merupakan salah satu sumber yang dijadikan bukti-bukti
Manusia pertama kali berevolusi di Afrika timur sekitar 2,5 juta tahun yang lalu
dari satu genus kera yang lebih awal yang dinamakan Autralopithecus yang berarti
kera selatan (Harari, 2017). Penemuan bukti fosil juga ditemukan di Indonesia,
tepat di pulau Jawa ditemukan bukti fosil Homo Soloensis atau manusia dari
lembah Solo. Penemuan juga terjadi di Flores, yakni ditemukan spesies manusia
yang bernama Homo florensis yang mempunyai tinggi 1 meter dan mempunyai
berat kurang lebih 25 kilogram. Homo florensis ini sudah mampu menghasilkan
peralatan dari batu dan bahkan kadangkadang mereka berhasil berburu gajah-gajah
di pulau tersebut.
pengetahuan yang berkaitan dengan teori tersebut. Saat ini, terdapat berbagai
macam versi mengenai teori evolusi yang berkembang di masyarakat ilmuwan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa di masa yang akan datang akan semakin
banyak versi tentang teori evolusi. Namun demikian, pada dasarnya bahwa teori
evolusi merupakan perpaduan antara gagasan (ide) dan kenyataan (fakta). Charles
Darwin (1809-1892) yang menerbitkan buku tentang asal usul spesies pada tahun
1859 dengan judul On the Origin of Species by Means of Natural Selection atau
The Prevervation of Favored Races in the Struggle for Life dianggap sebagai
pencetus ide evolusi. Ilmuwan lain, Alfred Russel Wallace (1823-1913), secara
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Darwin. Seorang teman Darwin, Joseph
Terjadinya proses evolusi ditunjukkan dengan berbagai bukti antara lain dari
secara biokimia, petunjuk adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubuh yang
akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda baik dari asesoris tubuh yang
Bukti adanya fosil gastropoda telah banyak dicari oleh para pakar di bidang
beberapa saat setelah Precambrian, yaitu pada masa Paleozoic, periode Cambrian.
Spesimen yang didapat masih dalam kondisi yang cukup bagus dari Pegunungan
Ellsworth, Amerika Barat. Fosil gastropoda yang didapat berasal dari beberapa
genus, dengan genus yang paling umum adalah Pelagiella. Genus lain yang juga
didapatkan pada masa itu antara lain Scaevogyra, Sinuopea dan Proplina Jenis
terbesar yang didapat berasal dari Pelagiella paucivoluta dan yang paling kecil dari
Bukti adanya evolusi, juga dapat dilihat dari berbagai hasil penelitian di masa
tawar memiliki nenek moyang yang bersifat ovipar. Sedangkan pada Famili
Pachychilidae memiliki sifat seperti gastropoda air laut, yaitu menghasilkan telur
dalam jumlah banyak namun dengan jumlah kantung telur sedikit. Pembentukan
telur dalam jumlah banyak tersebut adalah salah satu bentuk adaptasi untuk
Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 12
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17
PENDAHULUAN
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat
terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme (Hassan et al., 2014). Evolusi
hanya bisa terjadi bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber utama
variasi adalah mutasi, rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah
membentuk keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama (Hassan
et al., 2014). Kita dapat mendefinisikan evolusi sebagai keturunan dengan modifikasi,
istilah yang digunakan Darwin dalam menjelaskan bahwa dari kejadian yang terjadi
dibumi ini, banyak spesies keturunan dari spesies leluhur yang dulu berbeda dari
spesies masa kini. Evolusi juga bisa didefinisikan sebagai perubahan komposisi
genetik suatu populasi turun-temurun (Campbell et al., 2017). Pikiran tentang evolusi
sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang muncul dari pemikiran ahli-ahli filsafat
Yunani kuno dan belum didasarkan pada fakta yang akurat serta belum dikaitkan
dengan lingkungannya. Pemikiran tentang evolusi kembali berkembang melalui tokoh
evolusi organik zaman Renaisans pada abad 17 yang lebih banyak mendasari teori
Darwin.
Teori evolusi yang dicetus oleh Darwin menibulkan kegemaran yang luar biasa
di dunia Barat seabad yang lalu karena teori tersebut bertentangan sama sekali
dengan kisah penciptaan manusia dan alam semesta yang dianut oleh masyarakat
pada saat itu. Teori evolusi Kontroversial itu diuraikan oleh Darwin dalam On the Origin
of Spesies by Means of Natural Selection pada tahun 1859, disusul kemudian dengan
The Descent of Man and Selection in Relation Sex yang terdiri dari dua jilid pada tahun
1871. Jangka waktu dua belas tahun sejak terbitnya The Origin of Spesies, para
ilmuwan hampir semua telah sepakat mendukung teori evolusi, sedangkan para
agamawan dengan keras tetap menentangnya (Junaidi, 2017). Darwin berpendapat
bahwa manusia berasal dari makhluk-makhluk yang lebih rendah derajatnya manusia,
lalu berevolusi sampai bentuknya seperti sekarang, sedang para agamawan
berkeyakinan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang langsung dicipta
Tuhan dalam bentuk seperti sekarang tanpa melalui evolusi (Junaidi, 2017).
Hubungan antara sains dan agama semakin menunjukkan pertentangan. Sains
berasal dari kata Science, Scienta, Scine, Scienta, Scine yang artinya mengetahui.
Kata lain sains adalah logos, sendi dan ilmu. Sains dapat diartikan ilmu pengetahuan
yang mempunyai tujuan sebagai mencari kebenaran dengan berdasarkan kepada
fakta atau fenomena alam. Agama merupakan segenap kepercayaan (kepada Tuhan,
Dewa) dan kebaktian serta kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
itu (Sodikin, 2003). Teori Darwin pada zaman modern ini masih diperdebatkan di
kalangan akademisi di perguruan tinggi, termasuk di Institut Agama Islam Negeri
Kerinci. Institut Agama Islam Negeri Kerinci memiliki salah satu jurusan yang di identik
dengan sains yakni jurusan tadris biologi. Jurusan Tadris biologi merupakan jurusan
yang telah berdiri sejak 2006. Mahasiswa tadris biologi khsususnya yang berada di
semester 6 terdapat mata kuliah tentang evolusi. Materi asal usul manusia pada
matakuliah evolusi merupakan salah satu materi yang membangkitkan kontroversi
Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 13
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17
sains dan agama di kalangan mahasiswa. Cara untuk melihat kontroversi yang terjadi
di jurusan biologi tentang asal usul manusia yaitu melalui pengatahuan dan persepsi.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Cara untuk
mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, merasa oleh
mahasisa biologi dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Persepsi ialah proses
penilaian seseorang terhadap suatu objek. Dalam hal ini, sudut pandang mahasiswa
biologi (sains) dan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (agama) tentan asal usul
manusia. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mendeskripsikan
pengetahuan mahasiswa jurusan biologi dan Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengatahuan mahasiswa jurusan biologi dan Pedidikan
Agama Islam tentang asal usul manusia: Studi komparatif antara mahasiswa jurusan
biologi dan Pendidikan Agama Islam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekolompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusian (Creswell, 2010). Informan penelitian ini adalah mahasiswa biologi yang
telah mempelajari mata kuliah evolusi dan mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang
mempelajari mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu data tertentu (Saebani, 2008). Wawancara yang digunakan ialah
wawancara semiterstruktur. Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan tertulis seperti
berita di media, notulen-notulen rapat, surat menyurat dan laporan-laporan untuk
mencari informasi yang diperlukan (Afrizal, 2017) Teknis analisis data digunakan
anaisis data Miles and Huberman yang meliputi Reduction, Dislay dan Verification.
14 Dharma Ferry et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17
kera yang lebih awal yang dinamakan Autralopithecus yang berarti kera selatan
(Harari, 2017). Penemuan bukti fosil juga ditemukan di Indonesia, tepat di pulau Jawa
ditemukan bukti fosil Homo Soloensis atau manusia dari lembah Solo. Penemuan juga
terjadi di Flores, yakni ditemukan spesies manusia yang bernama Homo florensis yang
mempunyai tinggi 1 meter dan mempunyai berat kurang lebih 25 kilogram. Homo
florensis ini sudah mampu menghasilkan peralatan dari batu dan bahkan kadang-
kadang mereka berhasil berburu gajah-gajah di pulau tersebut.
Pengetahuan mahasiswa biologi dari segi agama menyatakan bahwa asal usul
manusia itu dari saripati tanah. Tanah itu mengandung unsur organik dan anorganik
yang dibutuh oleh manusia untuk berkembagbiak. Bahan - bahan itu seperti protein,
karbohidrat, mineral, dan vitamin semua itu berasal dan hidup dari tanah. Di dalam Al-
Qur an Allah sudah menjelaskan hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim), Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik”.
Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 15
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17
RUJUKAN
Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Depok: Rajawali Pers.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A. (2017). Biology (Eleventh Edition). New York:
Pearson.
Creswell, John W. (2009). Reseach Design :Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hassan, Munif Said. (2014). Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Erlangga.
Harari, Yuval Noah. (2017). Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Junaidi, Helmi. (2010). Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama: Teori Evolusi dan
Asal Usul Manusia di Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta.
Kurniawati, Eka & Nurhasanah Bakhtiar. (2018). Manusia Menurut Konsep Al-Qur’an
16 Dharma Ferry et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci
Tentang Teori Asal Usul Manusia
Bioeduca: Journal of Biology Education
Vol. 1, No. 1 (2019), Hal. 12 – 17
Dharma Ferry, et al. – Pengetahuan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kerinci 17
Tentang Teori Asal Usul Manusia
BIOEDUKASI ISSN:1693-2654
13
Volume Nina R.D.±2 Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggotaAgustus
5, Nomor sapindaceae
2012
Halaman13-24
EVOLUSI, SPESIASI, DAN HIBRIDISASI PADA BEBERAPA
ANGGOTA SAPINDACEAE
Nina Ratna Djuita
Departemen Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus
Dramaga, Bogor 16680
Diterima 21 Mei 2012, disetujui 25 Juli 2012
pusat diversifikasi dan penyebaran Sapin- dari pertengahan Cretaceous (Dilcher &
daceae di daerah tropik. Basson 1990).
Anggota Sapindaceae ada yang Ada hal yang menarik dari
berupa perdu, pohon, dan liana. Beberapa penemuan Sapindopsis yaitu fosil ini be-
anggotanya yang penting secara ekonomis rasal dari tahap awal evolusi tumbuhan
antara lain lengkeng (Dimocarpus longan berbunga. Selain itu, fosil dari Libanon
Lour.), leci (Litchi cinensis Sonn.), dan juga ditemukan bersama-sama dengan
rambutan (Nephelium lappaceum L.). paku-pakuan, kadal, dan fosil hewan laut.
Semuanya menghasilkan buah yang dapat Campuran seperti ini jarang terjadi dan
dimanfaatkan sebagai buah meja. Buah tentunya bernilai dalam rekonstruksi pale-
SapindusL. dapat digunakan sebagai oekologi dari deposit fosil tersebut
sabun alami karena adanya saponin (Jud (Dilcher & Basson 1990).
et al. 2002). Ada juga yang dimanfaatkan Batu kapur di laut bukan merupa-
sebagai tanaman hias seperti Koelreuteria kan substrat yang umum bagi fosil tum-
Laxm.,Ungnadia Endl. (Buerki 2009), buhan angisopermae. Hal ini men-
Acer L., Aesculus L., dan Cardiospermum imbulkan pertanyaan, apakah mungkin
L. (Jud et al. 2002). Marga lainnya, tumbuhan ini bisa hidup di daerah dengan
digunakan dalam mempelajari kromosom, kadar garam yang cukup tinggi ataukah
contohnya Serjania Mill., Urvillea Kunth, habitatnya dulu telah terendam oleh air
dan Talisia Aubl. laut? Untuk menjawab hal tersebut masih
Suku Sapindaceae telah lama memerlukan penelitian lebih lanjut.
mendiami bumi. Berdasarkan catatan Setelah melalui pengamatan pada
fosil diketahui bahwa salah satu ang- fosil daun yang ditemukan di Libanon,
gotanya yaitu Sapindopsis F.C. How & fosil tersebut diberi nama Sapindopsis an-
C.N. Ho (SUH) dijumpai di Cheyenne houryi sp. nov. Dilcher & Basson. Nama
Sandstone di bagian barat daya Kansas. ini diberikan sebagai penghormatan kepa-
Fosil tersebut diduga berasal dari tahap da Roland Anhoury yang menyediakan
Cretaceous. Fosil ini ditemukan bersama- spesimen untuk penelitian yang dilakukan
sama dengan fosil paku-pakuan, konifer, oleh Dilcher dan Basson.
dan angiospermae lainnya (Huang & Sifat khusus dari jenis baru ini
Dilcher 1994). Fosil Sapindopsis juga adalah mempunyai sepasang organ mirip
dijumpai di dalam endapan batu kapur di stipula yang melekat pada dasar tangkai
sepanjang pantai di Libanon. Umur fosil daun. Morfologi dan pertulangan daun ju-
ini diduga sekitar 93 juta tahun, berasal ga berbeda dari jenis lain pada Sapin-
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 16
dopsis F.C. How & C.N. Ho (SUH). Jenis na yaitu Serjania Mill. (2n = 24) dan Ur-
baru ini memberi kesan bahwa daun villea Kunth (2n = 22, 2n = 24, 2n = 44,
majemuk menyirip dengan stipula atau 2n = 86), yang termasuk puakPaullinieae,
daun berlekuk menyirip merupakan ben- dan Talisia Aubl. berupa pohon atau se-
tuk awal dari daun angiospermae. Ber- mak (2n = 32) termasuk puak Melicoc-
dasarkan adanya ciri seperti anak daun ceae.
yang kecil, menyempit, mengulit,dan se- Terdapat rangkaian poliploid un-
bagian helai daun yang menggulung, tuk Urvillea berdasarkan pada x = 11.
diduga bahwa fosil daun ini dihasilkan Jumlah ini tampaknya merupakan turunan
oleh tumbuhan yang hidup dalam ling- dari jumlah kromosom dasar x = 12 yang
kungan yang stress (Dilcher & Basson dijumpai pada puak Paullinieae. Jika x =
1990). 11 diterima untuk marga Urvillea, ada
Peneliti lain melihat evolusi Sap- kemungkinan terjadi aneuploidi, tapi tidak
indaceae dari segi kromosom yang diikuti oleh poliploidi U. laevis (2n = 24)
jumlahnya bervariasi, ada yang 2n = 14, (Ferrucci 1981).
sampai 2n = 96. Variasi jumlah kromosom Menurut Lombello dan Forni-
menunjukkan bahwa disploidi mungkin Martins (1998), investigasi terhadap hub-
memainkan peranan penting dalam evolu- ungan antara evolusi habitus pemanjat dan
si suku ini (Lombello & Forni-Martins diferensiasi kromosom dimudahkan oleh
1998). adanya fakta bahwa marga Serjania Mill.
Menurut Ferrucci (2000), jumlah dan Urvillea Kunth mempunyai habitus
kromosom dasar pada Sapindaceae adalah tetap berupa liana, sedangkan Talisia
x = 7, sedangkan x = 9, 10, 11, 12, 13, 15, Aubl. berupa semak atau pohon. Tampak-
dan 16 diperoleh melalui aneuploidi dan nya ada hubungan antara habitus tum-
poliploidi. Poliploidi pada suku tersebut buhan dan pengelompokan jumlah kromo-
termasuk jarang, hanya tiga marga dari som dalam puak anggota Sapindaceae.
puak yang berbeda yang menunjukkan Pada marga liana seperti Paullinia
jenis poliploidi yaitu Urvillea Kunth(puak L., Serjania Mill., Thinouia Triana &
Paullinieae), Allophylus L. (puak Planch, Houssayanthus Hunz., dan Ur-
Thouinieae), dan Melicoccus P. Browne villea Kunth (puak Paullinieae) jumlah
(puak Melicocceae). kromosom bervariasi dari 2n = 14 sampai
Lombello dan Forni-Martins 2n = 86, tetapi seringnya 2n = 24. Urvillea
(1998) mempelajari tentang kromosom Kunth mempunyai jumlah kromosom 2n =
anggota Sapindaceae yang berbentuk lia- 44 atau 86 karena poliploid. Sementara
17 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae
itu, dalam jenis bukan liana, variasi Adanya rintangan geografi dapat
jumlah kromosom berkisar dari 2n = 18 pula menjadi penghalang bagi jenis terse-
sampai 2n = 96, tetapi seringnya 2n = 32. but untuk dapat mengadakan perkawinan.
Penghitungan kromosom untuk Talisia Salah satu masalah dalam mempelajari
obovata A.C.Sm (2n = 32) sesuai dengan spesiasi adalah prosesnya yang lama. Kita
pola perdu dan pohon (Lombello dan For- hanya bisa melihat peristiwa ini setelah
ni-Martins 1998). Masih menurut peneliti bertahun-tahun lamanya dan harus
ini, ada dugaan bahwa habitus liana dalam menduga suatu proses berdasarkan polan-
Sapindaceae berasal dari jenis bukan liana ya (Jud et al. 2002).
melalui evolusi kromosom berdasarkan Spesiasi pada anggota Sapin-
reduksi jumlah kromosom, seperti yang daceae dapat dijumpai pada marga Acer
diamati pada puak Paullinieae. Secara L. Di Pulau Ullung, Korea, dijumpai jenis
umum, tampaknya peningkatan panjang Acer takesimense Nakai dan A. okamo-
kromosom dalam jenis liana berhubungan toanum Nakai yang bersifat endemik.
dengan reduksi jumlah kromosom. Perbe- Pfosser et al. (2002) mengadakan
daan jumlah kromosom yang berhub- penelitian untuk mengetahui asal geografi
ungan dengan jumlah kromosom antara dan kemungkinan nenek moyang dari
jenis liana dan perdu/pohon mungkin kedua jenis tersebut. Analisis sekuens
menunjukkan bahwa spesiasi dapat trnL intron dan trnL-trn-F intergenic
disebabkan oleh perubahan struktur seper- spacer dari cpDNA menunjukkan bahwa
ti inversi dan translokasi. A. takesimense Nakai mempunyai hub-
ungan yang dekat dengan A. pseudo-
Spesiasi dan Hibridisasi pada Anggota sieboldianum (Pax) Komarov dari daratan
Sapindaceae utama Korea dan A. okamotoanum Nakai
Spesiasi dapat dihasilkan dari pe- kemungkinan berasal dari individu A
rubahan adaptif (Jud et al. 2002). Suatu mono Maxim. yang berada di Korea.
jenis yang telah memasuki lingkungan ba- Populasi A. takesimense Nakai merupa-
ru yang berbeda dari lingkungan induknya kan kelompok monofiletik, diduga bahwa
dapat beradaptasi di tempat tersebut. La- mereka berasal dari satu populasi intro-
ma-kelamaan dapat terjadi perubahan duksi dari Semenanjung Korea, sedangkan
secara lambat dalam morfologinya, populasi A. okamotoanum Nakai mempu-
mungkin juga ada isolasi reproduksi yang nyai kesamaan alel setidaknya dengan dua
mencegah keberhasilan perkawinan. populasi nenek moyangnya, yang
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 18
bakal biji mengalami penurunan sebesar Jumlah ini lebih besar dibandingkan
60 % setelah penyerbukan silang dan dengan daerah lainnya.
jumlah buah yang dihasilkan kurang dari Beberapa contoh jenis Nephelium
10 %. Meskipun ada penghalang dalam adalah N. lappaceum L., N. costatum Hi-
pemuliaan baik dalam tahap pre-zigotik ern, N. cuspidatum Blume, N. daedaleum
maupun post-zigotik namun masih Radlk., N. hamulatum Radlk., N. juglandi-
memungkinkan untuk menghasilkan ke- folium Blume, N. laurinum Blume, N.
turunan hibrid yang viable antara leci dan maingayi Hiern, N. meduseum Leenh., N.
lengkeng (McConchie et al. 1994). melliferum Gagnep., N. papillatum
Ellis et al. (1991) menduga bahwa Leenh., N. reticulatum Radlk., N.
interaksi serbuk sari dan putik dapat subfalcatum Radlk., N. uncinatum Radlk.
digunakan untuk menguji hubungan evo- ex Leenh., dan N. ramboutan-ake (Labill.)
lusi di antara kelompok taksonomi. Hal Leenh. (Uji 1998). Di antara marga
ini berdasarkan teori yang dikemukakan Nephelium, N. lappaceum L. (rambutan)
Hogenboom (1984) yang menyatakan merupakan salah satu jenis yang paling
bahwa koordinasi serbuk sari dan putik digemari. Biji rambutan mempunyai pulp
hilang karena hubungan antara jenis putih yang manis dan mengelotok pada
menurun melalui evolusi konvergen. kultivar yang baik, sedangkan pada ben-
tuk liarnya mempunyai pulp sedikit dan
rasanya asam.
Bagaimana Spesiasi pada Nephelium ? Asal rambutan budidaya (2n = 2x
Marga Nephelium berpusat di Se- = 22) kemungkinan dari rambutan liar
menanjung Malaysia, kemudian menyebar atau dari kerabat liar yang sangat dekat di
ke daratan Asia, Filipina, dan Kalimantan. bagian barat Malaysia, mungkin di Papa-
Anggota marga ini terdiri atas 22 jenis, 5 ran Sunda ketika Malaysia, Kalimantan,
di Burma, Thailand, dan Indochina, 13 di Sumatera, dan Jawa masih tertutup oleh
Semenanjung Malaysia, 16 di Borneo, 4 hutan hujan (Simmonds 1976). Pada jenis
di Filipina, 3 di bagian barat Jawa, dan 1 liar Nephelium dan jenis budidaya yang
di Sulawesi (Seibert 1992). Namun kurang terpilih, daging buahnya (pulp)
demikian, bila kita lihat datanya, kemung- tidak terpisah dari lapisan dalam testa
kinan yang menjadi pusat Nephelium ada- yang kuat. Seleksi untuk mem-
lah Borneo, karena di sini terdapat 16 LVDKNDQGDJLQJ EXDK PHQJKDVLONDQ ³3e-
jenis Nephelium meliputi 6 jenis endemik. QDQJ 5DPEXWDQ´ 6HOHNVL LQL PHQLQJNDt-
BIOEDUKASI Vol. 5, No.2, hal. 13-24 20
kan rasa manis tapi menghilangkan rasa ummengelompok bersama membentuk ke-
liarnya (Corner 2009). lompok monofiletik. Namun demikian,
Berbagai varietas unggul rambutan dari hasil yang diperoleh ternyata ada
telah diketahui, misalnya rambutan Binjai, Nephelium dari jenis yang sama (N. cus-
Rapiah, Lebak Bulus, Sibongkok, Antala- pidatum) tetapi varietasnya berbeda tern-
gi, Garuda, dan Sibatuk Ganal (Kalie yata tidak mengelompok pada klad yang
1995). Varietas tersebut dihasilkan oleh sama. Ada juga yang jenisnya berbeda
para pemulia yang berbeda-beda. Untuk (N. maingayi dan N. ramboutan-ake) tern-
dapat menghasilkan rambutan dengan yata mengelompok pada klad yang sama.
kualitas baik dapat dilakukan kawin silang Menurut Zamzuriada et al. (2009), taksa
atau hibridisasi, namun demikian belum Nephelium yang mengelompok bersama
diketahui secara pasti hibridisasi pada dalam klad mempunyai asal geografi yang
Nephelium yang menghasilkan jenis baru. sama.
Saat ini ada dugaan bahwa rambu- Clyde et al. (2005) meneliti ten-
tan rapiah (N. lappaceum) kemungkinan tang keanekaragaman genetik N. rambou-
berupa hibrid yang berasal dari kapulasan tan-ake dengan menggunakan marker
(N. ramboutan-ake) dan rambutan lain. Random Amplified Polymorphism DNA
Dugaan ini antara lain didasarkan pada dan Inter Simple Sequence Repeat. Per-
adanya rambut-rambut yang pendek pada sentase polimorfisme yang tinggi
rapiah, yang diduga berasal dari sifat kap- dideteksi pada semua aksesi yang diuji,
ulasan, namun hal ini masih perlu dibuk- sebanyak 98,54 % pita ditemukan po-
tikan dengan penelitian yang lebih men- limorfik. Aksesi N. ramboutan-ake dibagi
dalam. menjadi dua kluster besar yaitu Y dan Z.
Tampaknya, penelitian tentang Kluster Y dibagi lagi menjadi Y1 dan Y2.
spesiasi pada rambutan khususnya atau Subgrup Y2 (1) mempunyai pulp yang
Nephelium pada umumnya belum banyak manis dan mudah lepas dari biji, se-
dilakukan. Yang sudah dikerjakan be- dangkan pulp dari aksesi S1, subgroup Y2
berapa peneliti adalah melihat hubungan (2) rasanya manis asam dan arilusnya tid-
kekerabatan di antara jenis-jenis Nepheli- ak mudah lepas. Hal ini menunjukkan
um yang ada. Zamzuriada et al. (2009) kegunaan dan kemampuan marker RAPD
meneliti tentang hubungan kekerabatan dalam mendeteksi aksesi dengan karakter
Nephelium berdasarkan sekuens DNA tertentu.
kloroplas dan DNA inti. Hasilnya menun-
jukkan bahwa semua taksa Nepheli-
21 Nina R.D.± Evolusi, spesiasi, dan hibridisasi pada beberapa anggota sapindaceae
jenis-jenis yang semakin bervariasi dalam Campbell N.A., Mitchell L.G., Reece
kan dengan pada waktu awal kemuncu- and Connections. 2nd. The Ben-
Alaninda Saputra
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Jebres Surakarta
E-mail: alanindra@staff.uns.ac.id
ABSTRACT
Evolution is one of biology material that learn in senior high school. Many
differences on understanding evolution theory give effect this material cannot be
taught optimally. The main factor that cause it is religiousity and the low of teachers’
background knowledge. This research conducted to analyze biology preservice
teacher about evolutionary learning at senior high school. This descriptive research
did at Biology Education Study Program, Universitas Sebelas Maret Surakarta on
August 2016 until January 2017. Population were students of Biology Education
Study Program Universitas Sebelas Maret Surakarta on semester five in academic
year 2015/2016 that took evolutionary course in two parallel class with total 47
students. Sampling used total sampling. Data was the result of students’ last paper
analysis. The result showed that 100% students said that evolution material is
needed and important to teach for senior high school students; with various reason.
For the method of teaching evolution, 75% students suggest that evolution should be
teach by some interesting methods. Furthermore, students (±20%) also gave opinion
that evolution can be taught by using prehistoric site, such as Sangiran and Trinil to
give direct experience to them.
Keywords: Evolution material and learning, biology preservice teacher perception
PENDAHULUAN
Evolusi merupakan salah satu materi pokok yang diajarkan untuk siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu untuk siswa kelas XII. Kompetensi Dasar
(KD) yang berkaitan dengan materi Evolusi yaitu: (1) KD 3.9 Menganalisis tentang
teori evolusi dan seleksi alam dengan pandangan baru mengenai pembentukan
spesies baru di bumi berdasarkan studi literatur; dan (2) KD 4.9 Mengevaluasi
pemahaman diri tentang berbagai pandangan mengenai evolusi makhluk hidup dan
menciptakan gagasan baru tentang kemungkinan-kemungkinan teori evolusi
berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
Evolusi makhluk hidup merupakan teori yang dipelajari sejak jaman Romawi
dan Yunani kuno meskipun secara ilmiah teori ini dikemukakan oleh Darwin pada
tahun 1859. Secara garis besar teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup yang
Alaninda Saputra 1
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
ada di dunia sampai dengan saat ini merupakan hasil perkembangan dari makhluk
hidup yang telah ada sebelumnya baik berkaitan dengan struktur maupun fungsi,
secara turun temurun dari generasi ke generasi atau dengan kata lain berlangsung
dalam waktu yang amat panjang seiring evolusi alam semesta. Secara komprehensif,
kajian teori evolusi meliputi evolusi alam semesta, evolusi geologik, evolusi fisik-
kimiawi, dan evolusi biologis (Henuhili dkk., 2012).
Evolusi sampai saat ini masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan.
Pangkal teori evolusi adalah pengamatan fakta dan bukti berupa fosil yang umumnya
tidak utuh dengan jumlah yang sangat sedikit yang kemudian direkonstruksi. Proses
rekonstruksi harus dibantu dengan penentuan umur geologis, yang kemudian diikuti
penentuan kedudukan taksonomik dari individu hasil rekonstruksi itu. Berbagai
kendala dan perbedaan kemampuan para pakar evolusi dalam merekonstruksi fosil
sebagai bukti evolusi mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda di kalangan para
ahli dalam memaknai fosil. Perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya konflik
opini tentang teori evolusi (Prastiwi, 2009).
Pandangan-pandangan pro dan kontra terhadap teori evolusi sampai saat ini
masih terjadi dan menyebar di kalangan ilmuwan, akademisi, pemuka agama hingga
masyarakat awam. Interpretasi yang berbeda-beda terhadap teori evolusi muncul
akibat perbedaan sudut pandang dalam memahami teori evolusi. Penjelasan evolusi
makhluk hidup dari sudut pandang filsafat dan agama saat ini dipandang sebagai
sesuatu hal yang bertentangan dengan teori evolusi biologi (Afidah, 2012).
Berbagai perdebatan mengenai teori evolusi Biologi berpengaruh terhadap
pembelajaran evolusi di sekolah. Kose (2010) dalam hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terjadi penolakan terhadap evolusi terkait dengan pandangan agama. Banyak
guru yang dengan sengaja tidak mengajarkan teori evolusi di kelas karena
menganggap berbenturan dengan nilai-nilai agama dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa untuk materi evolusi juga
rendah. Salah satu bukti dari permasalahan ini adalah laporan hasil ujian akhir
nasional tahun 2010/2011 penguasaan untuk mata pelajaran Biologi khususnya
materi evolusi masih lemah yang ditunjukkan pada stándar kompetensi lulusan
menginterpretasikan kasus atau pembuktian asal usul kehidupan dengan persentase
40,52%, mengidentifikasi teori atau fakta yang mendukung proses evolusi sebanyak
69,13% dan menerapkan hukum Hardy Weinberg sebanyak 64,47% (Sistem
Informasi Ujian Nasional, 2010 dalam Minarti dkk., 2014).
Sebagai salah satu materi yang diamanatkan di dalam kurikulum, maka sudah
seharusnya materi tentang teori evolusi dikuasai dan dipahami dengan baik oleh guru
termasuk para mahasiswa calon guru Biologi.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi
mahasiswa calon guru Biologi tentang pembelajaran materi evolusi di sekolah
menengah atas (SMA). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
Alaninda Saputra 2
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
bagi pengajar matakuliah Evolusi untuk memilih dan menentukan cara terbaik
memberikan bekal materi dan pemahaman yang benar tentang teori Evolusi.
Penelitian ini didasari pada pandangan awal bahwa munculnya penolakan
terhadap materi evolusi yang utama disebabkan oleh faktor religiusitas serta tingkat
dan latar belakang pengetahuan guru yang salah dalam memahami teori Evolusi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lainnya (Sugiyono,
2006). Pada penelitian ini hanya akan dipaparkan data yang diperoleh dari hasil
analisis tugas paper responden (mahasiswa) untuk selanjutnya diinterpretasikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 36 A
Kentingan Jebres Surakarta pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Januari 2017.
Populasi menurut Sugiyono (2006) merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP UNS semester V tahun ajaran 2015/2016 yang mengambil matakuliah
Evolusi yang terdiri dari dua kelas paralel dengan total 47 orang mahasiswa. Sampel
diambil dengan population sampling yang artinya sampel yang diambil adalah
seluruh anggota populasi.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
analisis hasil paper akhir matakuliah Evolusi serta studi kepustakaan dan dokumen
melalui buku, jurnal, dan dokumen lain berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu deskripsi persepsi
mahasiswa calon guru Biologi tentang pembelajaran materi evolusi di SMA. Data
diperoleh dari hasil analisis paper sebagai tugas akhir mata kuliah. Pada paper yang
disusun mahasiswa, terdapat dua poin penting yang dianalisis yaitu: (1) perlukah
materi evolusi diajarkan di SMA? dan (2) bagaimana cara yang paling tepat untuk
membelajarkannya?
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan teknik
persentase. Data ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel sistematis kemudian
dihitung persentasenya untuk selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis
data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Alaninda Saputra 3
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
Keterangan:
P = persentase
F = jumlah jawaban yang diperoleh
n = jumlah responden
Alaninda Saputra 4
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
dengan muncul teori baru dengan ikon “Tumbangnya Teori Evolusi” sebenarnya
mengakui Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Kalimat paling
akhir pada karyanya yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural
Selection (1959) yang intinya menyatakan bahwa segala yang ada di bumi telah
diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk tunggal.
Salah satu cara mencegah miskonsepsi adalah dengan melakukan
pengembangan materi evolusi sesuai dengan penemuan-penemuan yang ada.
Berbagai penelitian tentang evolusi berbasis molekuler telah dilakukan dan hasil
penelitian ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa calon guru Biologi. Kemajuan
teknologi sangat menunjang perkembangan ilmu Biologi yang dikaji semakin
mendalam dan memfokus. Seiring perkembangan genetika molekuler dan
bioteknologi, terjadi revolusi di bidang riset dan aplikasi teknik dalam uji genetik.
Salah satu temuan riset yang memiliki sumbangan besar terhadap perkembangan
evolusi adalah ditemukannya perbandingan sekuen DNA antar organisme dapat
menjadi alat yang kuat untuk memahami proses dan pola substitusi nukleotida yang
berpengaruh dalam penelusuran filogenetik atau hubungan kekerabatan diantara
organisme (Amin, dkk., 2015; Nuha, dkk., 2016).
PENUTUP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh mahasiswa (100%) berpendapat
bahwa materi Evolusi perlu dan penting untuk diajarkan bagi siswa SMA. Terdapat
beberapa pendapat yang berbeda mengenai alasan yang mendasari mengapa materi
Evolusi penting diajarkan bagi siswa SMA salah satunya sebagian besar (±75%)
mahasiswa calon guru Biologi berpendapat bahwa materi evolusi penting untuk
diajarkan di SMA karena materi evolusi mengkaji tentang kejadian-kejadian penting
mengenai pembentukan bumi dan alam semesta serta memberikan gambaran
makhluk hidup yang ada di bumi pada masa sebelum dan sesudah manusia muncul di
bumi. Sebagian kecil (±10%) mahasiswa calon guru Biologi berpendapat bahwa
materi evolusi perlu diajarkan di SMA untuk menghindari pemahaman yang keliru
tentang teori evolusi. Sebagian besar mahasiswa calon guru Biologi (± 75%)
berpendapat bahwa materi evolusi harus diajarkan dengan metode atau model-model
pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran materi evolusi tidak hanya
disampaikan dengan ceramah. Hampir setengah mahasiswa (±20%) berpendapat
bahwa materi evolusi dapat dibelajarkan dengan memanfaatkan situs-situs
peninggalan prasejarah seperti Sangiran dan Trinil untuk memberikan pengalaman
langsung pada siswa.
Alaninda Saputra 7
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, M. 2012. Identifikasi Pola Miskonsepsi Mahasiswa pada Konsep Mekanisme
Evolusi Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). (Online), (https://
www.unilak.ac.id/media/file/77802842250Artikel_MARATUL_AFIDAH.pdf),
diakses pada 27 Januari 2017.
Alanindra, S., & P., Agustina. 2016. Persepsi Mahasiswa Calon Guru tentang
Pemanfaatan Situs Sangiran sebagai Sumber Belajar Evolusi. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Sains “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan
Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi
Tantangan Abad 21”.
Kose, E.O. 2010. Biology Students’ and Teachers’ Religious Beliefs and Attitudes
Towards Theory of Evolution. H.U. Journal of Education. 38: 189-200.
Minarti, dkk. 2014. Profil Modul Evolusi untuk Melatih Berpikir Kritis Siswa SMA
Kelas XII. Bioedu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(1): 315-318. ISSN:
2302-9528.
Nelson, C.E. 2008. Teaching Evolution (and all of Biology) More Effectively:
Strategies for Engagement, Critical Reasoning, and Confronting Misconceptions.
Integrative and Comparative Biology. 48(2): 213-225. DOI: 10.1093/icb/icn027.
Nuha, U., dkk. 2016. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Penelitian Evolusi dan
Filogenetik Molekuler untuk Matakuliah Evolusi di Universitas Jember. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 1(9): 1791-1796.
Alaninda Saputra 8
ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret 2017
Prastiwi, M.S. 2009. Implikasi Evaluasi Proses Kuliah Evolusi Manusia pada
Domain Afektif Mahasiswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei
2009.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung: Alfa Beta.
Supardi, A. 2006. Statistik. Bandung: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati.
Tidon, R. & Lewontin, R.C. 2004. Teaching Evolutionary Biology. Genetic and
Molecular Biology. 27(1): 124-131.
Alaninda Saputra 9
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Jurnal Universitas Djuanda (Unida)
ABSTRACT
Evolution is a crucial keyword to discuss concerning beliefs in various religions. In Indonesia
as the country with the largest Muslim population in the world, evolution is a fairly sensitive
issue and controversy. This study conducted a study of the views of students at Islamic-
based universities on the concept of evolution. This study uses a case study methodology
with 36 students majoring in biology as a key informant and involves one lecturer as other
information. The results obtained in this study were that most respondents believed in
evolution as the origin of the diversity of living things, but opposed the theory of the origin of
life, especially the concept of "common ancestor." The most surprising finding was that even
though they did not believe in some parts of the theory of evolution, they stated that they
would still teach it when they were teachers.
Keywords: Belief, Evolution, Scientific perspectives.
ABSTRAK
Evolusi merupakan kata kunci yang sangat krusial untuk dibahas dalam kaitannya dengan
keyakinan di berbagai agama. Di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia evolusi adalah isu yang cukup sensitif dan kontroversi. Penelitian ini
melakukan studi terhadap pandangan mahasiswa di Universitas berbasis Islam terhadap
konsep evolusi. Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus dengan informan kunci
adalah 33 mahasiswa jurusan biologi serta 1 orang dosen sebagai informan tambahan. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagian besar responden mempercayai evolusi
sebagai asal usul keberagaman makhluk hidup, namun menentang teori tentang asal usul
kehidupan terutama konsep “common ancestor”. Temuan yang paling mengejutkan dalam
penelitian ini adalah meskipun mereka tidak percayai beberapa bagian dari teori evolusi,
mereka menyatakan akan tetap mengajarkannya ketika telah menjadi guru.
Kata Kunci : Evolusi, Keyakinan, Pandangan Ilmiah.
Helmi, T. A, Rustaman, N, Y., Tapilouw, F, S., & Hidayat, T. (2019). Perspektif Ilmiah dan Keyakinan
Terhadap Evolusi Mahasiswa Biologi di Universitas Berbasis Agama. Jurnal Sosial Humaniora,
10(2), 83-92.
84 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi
100
90
Rentang persentase
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Hakikat Adaptasi Hukum keberaga Asal-Usul Spesies Mikro
dan dan HardyWe man dan Manusia dan dan
sejarah Seleksi inberg Variasi Spesiasi Makro
evolusi alam makhluk Evolusi
Hidup
Persentase 8.358 3.43 9.03 10.12 16.34 4.01 2.03
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 89
Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat utuh? 3) hal yang dianggap sangat mustahil,
fakta bahwa masih terdapat cukup besar misalnya, struktur dan kebiasaan seekor
miskonsepsi siswa terhadap konsep asal kelelawar, dapat dibentuk oleh modifikasi
usul kehidupan. Sebagian mahasiswa beberapa hewan lain dengan kebiasaan dan
menyatukan antara pengetahuan yang struktur yang sangat berbeda, 4) ketika
didapat melalui berbagai literature sebagai berkaitan dengan mikro evolusi, bagaimana
kebenaran yang dipaksakan untuk diterima. kemudian gen flow dan genetic drift bisa
Padahal, bab teori asal usul kehidupan pada dianggap sebagai proses evolusi. sedangkan
kurikulum perkuliahan evolusi mengajarkan selama ini, kelainan atau perubahan dari
tentang pemikiran-pemikiran para peneliti bentuk asalnya selalu menjadi lebih buruk
terdahulu seperti Charles Robert Darwin, (tidak menuju kesempurnaan) atau cacat.
Jean Baptise Lamarck dan lainnya Untuk pertanyaan wawancara yang
menyangkut evolusi, tidak serta merta menanyakan apakah evolusi penting untuk
mahasiswa harus menerimanya sebagai diajarkan pada program studi pendidikan
sebuah bukti kebenaran yang disangkut biologi, 91% mahasiswa menyatakan
pautkan dengan keyakinan. Berdasarkan penting untuk adanya mata kuliah evolusi.
jawaban mahasiswa pada pertanyaan Alasan yang dikemukakan mahasiswa
mengenai pustaka atau literature sumber tentang mengapa pentingnya evolusi bagi
yang mereka baca, sebagian besar mahasiswa pendidikan biologi diantaranya
mahasiswa mengakses materi tentang adalah untuk member pemahaman
evolusi melalui internet. Terdapat hanya 2 mendalam agar mahasiswa tidak menjadi
(dua) orang atau 6.06% dari keseluruhan salah pemikiran atau miskonsepsi terhadap
mahasiswa yang memiliki atau bahkan konsep dan teori evolusi. selain itu
sempat membaca tentang teori evolusi pendapat lainnya menyatakan pentingnya
langsung dari the origin of species karya mata kuliah ini karena banyak hal penting
Charles Darwin sedangkan 92,94% lainnya mengenai ilmu-ilmu seperti genetika lanjut,
membaca dari potongan-potongan atau adaptasi, sejarah waktu geologi dan lain
cuplikan dari karya orang lain (bukan karya sebagainya yang mahasiswa jurusan biologi
asli Darwin). Dalam hal ini mahasiswa memang harus mengetahui dan menguasai
mengakui pemikiran dan pemahaman pengetahuan tersebut.
mereka cukup terpengaruh oleh sudut
pandang karya siapapun yang mereka Evolusi dan Penciptaan
pernah baca. Sebagian dari mahasiswa
Evolusi dan penciptaan selalu mengalami
(30%) memiliki buku (cetak maupun
ebook) yang berkaitan dengan materi pergolakan atau perang pemikiran
dikalangan terdidik maupun masyarakat
evolusi.
umum. Pada penelitian ini, mahasiswa
Menyangkut jawaban akan pertanyaan jurusan pendidikan biologi sebagai
tentang hal-hal yang menjadi dasar bagi informan juga melakukan penolakan
kebingungan mahasiswa atau hal yang terhadap asal usul manusia yang secara
mengawali ketidakpercayaan akan teori umum dipahami masyarakat yaitu berasal
evolusi, jawaban mahasiswa dapat dari kera atau keturunan kera, hal terebut
disimpulkan mengarah pada 4 (empat) hal dianggap merupakan kontroversi mengakar
pokok yaitu: 1) Seandainya saja spesies yang terjadinya turun temurun dari
turun dari spesies lain dalam waktu yang generasi kegenerasi dalam berbagai
lama, tentunya kita di mana-mana melihat kalangan. Padahal secara kultur budaya,
bentuk transisi yang tak terhitung masyarakat sebagai lingkungan tempat
banyaknya. mengapa hal ini tidak terjadi?, tinggal informan adalah lingkungan
2) Mengapa tidak semua makluk hidup terpelajar dan kultur masyarakat yang
ditemukan bentuk evolusinya, mengapa berfikiran terbuka. Mahasiswa menganggap
terdapat spesies yang ditemukan secara bahwa teori tersebut adalah sebuah
90 Helmi et al. Perspektif Ilmiah Terhadap Evolusi
Bauto, L.M. (2014). Perspektif Agama Dan Konnemann, C., Höger, C., Asshoff, R.,
Kebudayaan Dalam Kehidupan Hammann, M & Rieß, W. (2018). A Role
Masyarakat Indonesia (Suatu Tinjauan for Epistemic Insight in Attitude and
Sosiologi Agama). Jurnal Pendidikan Ilmu Belief Change? Lessons from a Cross-
Sosial, 23(2): 11-25 Curricular Course on Evolution and
Creation. Research in Science Education,
Creswell, J.W. & Clarck, V.P. (2007). 48(6): 1187-1204
Designing and Conduting Mixed Methods
Research. London: Sage Publications Luthfi, M.J & Khusnuryani, A. (2005).
Agama Dan Evolusi: Konflik Atau
Darwin, C.R. (1859). The Origin of Species. Kompromi? Kaunia, 1(1): 1-19
New York: D. Appleton & Company
Owens, D.A., Butler, A.M., Aguero, T.H.,
Devine, P.E. (1996). Creation and Evolution. Newman, K.M., Van Booven, D., King, M.L.
Journal Religious Studies, 32(03): 325- (2017). High-throughput analysis reveals
337 novel maternal germline RNAs crucial for
primordial germ cell preservation and
H Helmi. Rustaman, N.Y., Tapilouw, F.S. & proper migration. Development, 144
Hidayat, T. (2018). Preconception (2017): 292-304
analysis of evolution on pre-service
biology teachers using certainty of Saputra, A. (2017). Persepsi Mahasiswa
response index. J.Phys.: Conference Series, Calon Guru Biologi tentang Pembelajaran
1157 (2019): 1-7 Materi Evolusi di SMA: Studi Kasus
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
Hermann, R.S. (2016). Elementary Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Education Majors' Views on Evolution: A Bioeducation Journal, 1(1): 1-9
Comparison of Undergraduate Majors
Understanding of Natural Selection and Yin, Robert K. (2009). Studi Kasus: Desain
Acceptance of Evolution. Electronic dan Metode. Jakarta : Rajagrafindo
Journal of Science Education, 20(6): 21-44 Persada.
TEORI EVOLUSI MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Abstract: This paper will analyze the theory of human evolution that
developed in the West and the theory of human evolution that is explained in
the Qur'an with the interpretation approach. The method used in this paper
is to use qualitative methods derived from sharing books relating to the
above problems. The approach to the interpretation method of the Qur'an
uses the thematic method, because this method can study contemporary
problems. The theory of evolution began to be studied and debated in the 6th
century BC, beginning with the Greek philosopher Anaximander,
Empedocles, Lucretius, the same opinion was expressed by Arab biologist Al
Jahiz, Persian philosopher Ibn Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, and Chinese
philosopher Zhuangzi. Furthermore, the theory of evolution was published
by a British scientist named Charles Darwin, the results of his research on
evolution, especially human evolution, explained that the theory of evolution
was not created by God but stood alone. This opinion caused debate among
scientists and religious leaders especially Islam was rejected because it
contradicted the Qur'an.
1
Aas Siti Sholichah , Dosen Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ)
Jakarta. Email: shalichah@gmail.com
A. Pendahuluan
Evolusi merupakan cabang sains biologi yang menjelaskan mengenai
proses perkembangan dan perubahan makhluk hidup baik secara genetik
maupun organik. Kemunculan teori evolusi pada awalnya tepatnya pada fase
fixisme tidak dipersoalkan dan tidak menimbulkan berbagai perdebatan, baik
dikalangan ilmuan maupun kalangan agamawan. Perdebatan mulai hadir
ketika seorang ilmuan berkebangsaan Inggris Charles Darwin,
mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai spesies makhluk hidup yang
menjelaskan bahwa spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah
oleh Tuhan tetapi diciptakan berdasarkan dari nenek moyang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lain akibat seleksi alam. Penemuan dan penelitian
tersebut menimbulkan kontradiktif baik dikalangan ilmuan maupun
dikalangan agamawan. Teori evolusi Charles Darwin menganggap manusia
berasal dari Sinpanse (kera), pernyataan tersebut yang memicu pro kontra,
sehingga karena teori evolusi seleksi alam Charles Darwin mayoritas
manusia menyamakannya dengan teori evolusi yang lain. Hal ini
mengakibatkan ketidakpercayaan dan keraguan terhadap teori evolusi yang
sudah berkembang.
Menjelang abad ke 20, perdebatan teori evolusi seleksi alam
mengalami titik terang dengan berkembangnya ilmu genetika yang
menemukan struktur molekul DNA oleh ahli Botani dari Austria Gregor
Mendelan pada tahun 1865. Pada tahun 1950 setelah ditemukan struktur gen
dan kromosom menguatkan penemuan struktur molekul DNA
(Deoxyribonucleic Acid) yang berisi informasi genetik meragukan teori
evolusi seleksi alamnya Charles Darwin dengan alasan kerumitan yang luar
biasa dari kehidupan untuk berubah menjadi species baru dan ketidakabsahan
mekanisme evolusi yang diajukan Charles Darwin.
Artikel ini akan menjelaskan mengenai teori evolusi manusia baik
berdasakan sejarah dan perkembangannya, Untuk mendapatkan pejelasan
yang terperinci dan benar, tulisan ini akan mengurai teori evolusi manusia
baik berdasarkan ilmu pengetahuan dan perspektif Al-Qur‟an, dengan
harapan tulisan ini dapat berguna untuk ilmu pengetahuan.
2
Teori terdiri dari hukum-hukum atau statement yang menjelaskan hubungan antar
yang variabel. Teori bersifat universal dan memiliki tingkat keumuman yang tinggi
berfungsi sebagai teori ilmiah. Syarat teori adalah, pertama, konsisten dengan teori
sebelumnya, kedua, Sesuai dengan data empiris, ketiga Mengganti teori lama yang tidak
cocok dengan pengujian empiris dan fakta. Suwardi Endaswara, Filsafat Ilmu: Konsep,
Sejarah dan Pengembangan Metode Ilmiah, Yogyakarta: Capas, 2012, hal. 8.
3
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017, cet-3, hal. 27.
4
Teori adalah pernyataan tentang prinsip-prinsip yang berlaku bagi subjek bahasan
tertentu. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017, cet-3, hal. 27.
5
Dick Hartono, Kamus Populer Fisafat, Jakarta: Rajawali, 1986 hal. 25.
6
Dalam pandangan organik atau biologi kehidupan yang ada saat ini adalah berasal
dari kehidupan sebelumnya yang mengalami perkembangan dan perubahan dan perbedaan
bentuk, dan tipe. Ismet Junus, Memahai Manusia dalam Bingkai Pelangi Filsafat, Medan:
Fakultas Psikologi Universitas Medan, 2010, Cet-2, hal. 56.
10
Tjatjuk Siswandoko Darsono, Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21,
Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, hal. 20.
11
Darwis Hude, disampaikan padadiskusi kelas pasca sarjana mengenai Sumber
Daya Manusia pandangan Islam, Jakarta: PTIQ 21 Februari 2016.
12
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
13
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, Jakarta: Al-
Mawardi, 2012, hal. 41.
14
Umiarso, Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur,
Jakarta: Ar-Ruz Media, 2011 hal.7
15
Umiarso, Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat dan Timur,
Jakarta: Ar-Ruz Media, 2011 hal.7
16
Dedhi Suharto, Qur‟anic Intelligence Quotient (membangun kecerdasan Al-
Qur‟an), Tangerang: FBA Press, hal. xix
17
Hadari Nawawi, Mimi Martini, Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1994, hal. 48-61.
20
Lihat Husei Bahreisj, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya: Al-Ikhlas,
1987, hal. 244-245.
21
Hamka Abdullah Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, Jakarta: Al-
Mawardi, 2012, hal. 26-30.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
22
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudu‟I atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1998, hal. 281.
23
Syaikh Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurtubi Akhmad Khatib (penerjemah), judul
asli Al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, hal. 101-102.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka).
Jalaluddin Rahmat menjelaskan kata al-Insan dengan tiga kategori,
pertama, manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah, kedua manusia
predisposisi negatif pada diri manusia, ketiga manusia berhubungan dengan
potensi manusia. 25
Jika dilihat dari penjelasan di atas, kata al-Insan dapat dijelaskan
mengenai proses kejadian manusia secara dinamis dan sempurna, yaitu
manusia yang mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pemimpin, baik
pemimpin untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat, serta fungsi manusia
sebagai pelengkap manusia lain, sehingga antara manusia yang satu dengan
yang lain dapat bekerja sama untuk saling melengkapi dan memperbaiki diri,
potensi manusia juga memiliki potensi negatif dan kejelekan dalam bentuk
nafsu, yang senantiasa harus dikendalikan agar potensi tersebut dapat
diminimalisir.
3. Al- Basyar
Kata basyar secara etimologi mengandung arti sesuatu yang indah,
gembira dan baik. Dalam Al-Qur‟an kata al-Basyar dijelaskan sebanyak 27
kali. 26
24
Muhamad Fu‟ad „bdul Baqi, al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an al-
Karim, Qahirah: Dar Hadits, hal. 153-154. hal. 159.
25
Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Islam: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002, hal. 55.
26
Muhamad Fu‟ad „bdul Baqi, al- Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an al-
Karim… hal. 153-154.
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat
duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk
memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai
(jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia".
Ayat ini menceritakan mengenai perempuan-perempuan pembesar
Mesir yang didukung Zulaikha takjub melihat ketampanan Nabi Yusuf,
dalam konteks ayat ini yang dilihat adalah aspek biologis.
Untuk itu sebagai al-Basyar, Allah memberikan kekuatan dan
kebebasan dengan batasan potensi yang dimiliki untuk mengelola alam
semesta. Pendapat lain kata al- Basyarmerupakan pemahaman tentang
manusia ditinjau dari sisi kecerdasan, memahami keberadaan diri
(eksistensi), alam semesta dan Allah SWT.28 Isyarat ini dijelaskan dalam al-
Qur‟an surat Fushshilat/41: 6 sebagai berikut,
27
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an … hal. 279.
28
Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati, hal. 28
31
Victoria Henuhili dkk, Diktat Kuliah Evolusi, Yogyakarta: Fakultas Pendidian
Biologi UNY, 2012, hal. 5.
32
Primata merupakan kelompok eutherian (mamalia berplasenta) tua dan beragam,
dengan sekitar ratusan spesies yang hidup ditempatkan di beberapa keluarga. Sebagian besar
tinggal di hutan tropis. Primata yang hidup terkecil adalah pygmy mouse lemur, yang
beratnya sekitar 30 g. Yang terbesar adalah gorila, beratnya mencapai sekitar 175 kg.
Primata adalah ordo dalam kelas mammalia yang terdiri dari prosimian, kera dan monyet.
Manusia juga termasuk dalam ordo ini.
33
http://www.perpusku.com/2017/01/teori-evolusi-pengertian-sejarah-dan-tokoh-
pencetusnya.html, diakses pada tanggal, 14 Februari pukul. 18.05.
34
Pandangan dan hasil penelitiannya ia tulis dan publikasikan dalam buku The
Origin of Species by Means of Natural Selection pada tahun 1859. Namun dalam teori
evolusinya Darwin mengalami masalah dan kesulitan sehingga ia tulis dalam satu bab buku
tersebut dengan judul Difficulties of the Theory. Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima
Press, 2008, hal. 4
35
Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima Press, 2008, hal. 4.
36
Adelbert Snijders, Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan,
Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal.177.
37
Dalam catatan fosil telah ditemukan keganjilan mengenai penemuan tulang
rahang dan fragmen tengkrak oleh seorang dokter dan ahli Paleontologi di Piltdown Inggris
pada tahun 1912, bernama Charles Dawson yang menjelaskan tulang rahang tersebut lebih
mirip kera akan tetapi bentuk gigi dan tengkorak lebih mirip manusia, penemuan tersebut
terbantahkan oleh penelitian fluorin yang dilakukan oleh Kenneth Oakley dari Departemen
Paleontologi British, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tengkorak tersebut
berasal dari manusia 500 tahun yang lalu dan tulang rahang adalah kepunyaan kera yang
baru saja mati, gigi disusun berderet dan ditambahkan pada rahangnya dan sendinya
dirancang untuk menyerupai manusia. Hal ini membuktikan telah terjadi pemalsuan fosil
oleh Charles Dawson dan pemalsuan tersebut diumumkan pada tahun 1953 oleh Weiner.
Cartono, Teori Evolusi, Bandung: Prima Press, 2008, hal. 196-200.
40
Abd al Razziq Nawfal, Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern, Surabaya:
Bina Ilmu, 1983, hal. 149.
41
Adapun kandungan sperma terdiri dari ammonia, ascorbic acid, ash, calcium,
carbon dioxide, chloride, cholesterol, citrid acid, creatine ergothioneine, fructose,
glutathione, gycerylphorylcholine, inositol, lactid acid, magnesium, nitrogen non protein,
phosphorus, acid soluble, inorganic, lipid, phosphorylcholine, total (lipid), potassium,
pyruvic acid, sodium, sorbitol, vitamin B 12, sulfur, urea, uric acid, zinc, copper
Muhammad Abdul Jawad, Menyingkap Fakta Baru dan MIsteri Kehidupan Manusia,
Jakarta: AMP Press, 2014, hal. 20-21.
42
Nasaruddin Umar, Agumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta:
Paramadina, 2010, cet-2, hal.202-204.
43
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an (Di Bawah Naungan Al-Qur‟an), As‟ad
Yasin dkk (penerjemah), Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hal. 269-272.
C. Kesimpulan
Evolusi yang terjadi di bumi ini terjadi secara keseluruhan, baik itu
tumbuhan, binatang dan manusia. Al-Qur‟an menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan dan sains berbagai kandungan Al-Qur‟an mengisyaratkan
mengenai evolusi diantaranya proses penciptaan manusia, proses penciptaan
langit dan bumi dalam enam masa dan teori big bang. Perbedaan teori
evolusi dengan teori evolusi yang berkembang di Barat terutama teori
evolusi Charles Darwin terletak pada keyakinan bahwa seluruh makhluk
yang ada dan hidup di bumi ini adalah diciptakan, dan Allah SWT sebagai
penciptanya. Selain itu terdapat perbedaan pandangan antara teori evolusi
Barat dan Al-Qur‟an, teori evolusi Barat khususnya teori Darwin
menjelaskan bahwa manusia tercipta dan berasal dari induk yang sama
dengan makhluk lain, hal ini adalah titik perbedaannya, dimana Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa manusia Allah ciptakan dan berasal dari ketrunan Nabi
Adam, yang Alah SWT telah siapkan untuk menjadi khalifah fi al-Ardh.
44
Ibrahim hosein, Ahmad Munif Duratma Putra, Al-Quran dan Peranan
Perempuan dalam Islam, Jakarta: IIQ, 2007, hal. 41-42
http://doi.org/10.21107/jk.v10i1.1615
ABSTRACT
Sardinella lemuru is one of the fish species that dominate in the Bali Strait. Identification Sardinella
lemuru with the others Sardinella in the Strait of Bali is based on morphological characteristics,
whereas genetic identification of Sardinella lemuru in Bali Strait has not been done and variations
genetic also unknown. This research aims to ascertain the type of Sardinella lemuru in the bali strait
and Determine genetic variation and kinship based on cytochrome oxidase subunit (COI) gene. The
method is performed by isolating DNA from fish organs and the results are amplified by the COI
gene sequencing then performed to obtain the data sequence of Sardinella lemuru Bali Strait and
analysed using the program MEGA 5.2. Results showed that lemuru in Bali Strait is Sardinella
lemuru species with the degree of similarity BLAST analysis of 98-100%. 11 samples sequence of
lemuru forming two large clad. The results also showed that the species of Sardinella lemuru and
Sardinella longiceps different species with genetic distance> 0,019.
ABSTRAK
Sardinella lemuru merupakan salah satu spesies ikan yang mendominasi di perairan Selat Bali.
Identifikasi Sardinella lemuru dengan sardinella lain di perairan Selat Bali hanya dibedakan
berdasarkan secara morfologi, sedangkan identifikasi genetik belum pernah dilakukan dan variasi
gentetik juga belum diketahui. Penelitian ini bertujuan memastikan jenis Sardinella lemuru di
perairan Selat Bali dan mengetahui variasi genetik dan kekerabatannya berdasarkan gen
Cythocrome oxidase sub unit 1 (COI). Metode yang dilakukan adalah dengan mengisolasi DNA
dari organ tubuh ikan lemuru dan hasilnya diamplifikasi dengan gen COI, kemudian dilakukan
skuensing untuk mendapatkan sekuen data ikan lemuru perairan Selat Bali dan urutan basa hasil
skuensing dianalisis menggunakan program MEGA 5.2. Hasil menunjukan bahwa ikan lemuru di
Selat Bali termasuk kedalam spesies Sardinella lemuru dengan tingkat kesamaan analisis BLAST
adalah sebesar 98-100%. 11 sampel skuen ikan lemuru membentuk 2 kelompok besar. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa spesies Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps
merupakan speies ikan yang berbeda dengan jarak genetik >0,019
Selat Bali sehingga komoditi tersebut paling analisis kelompok hewan dan studi evolusi
banyak dieksploitasi oleh nelayan yang sebagaimana diperlihatkan pada studi
bermukim di sekitar Selat Bali. Hal ini yang karakter genetik maupun pola-pola evolusi
menyebabkan perikanan lemuru mempunyai pada hewan (Tubaro dan Lijtmaer, 2002).
peranan yang cukup penting bagi kehidupan Gen COI merupakan salah satu region target
masyarakat setempat. dalam teknik DNA Barcoding karena dinilai
efektif untuk digunakan sebagai diskriminan
Nilai penting komoditas perikanan lemuru di kelompok hewan (Costa et al., 2007).
selat bali dapat dilihat dari data tangkapan Penggunaan gen COI untuk membedakan
ikan yang didominasi oleh jenis ikan lemuru. species sudah dilakukan pada beberapa jenis
Berdasarkan data pendaratan ikan lemuru di spesies hewan contohnya pada udang
PPI Muncar selama 10 tahun terakhir terlihat mantis, kerang, ulat sutra, serangga, sapi dan
bahwa puncak produksi terjadi pada tahun beberapa jenis species ikan. Menurut Buhay
2006 dan 2007 yang mencapai lebih dari (2009) bahwa COI merupakan salah satu
50.000 ton. Namun dalam kurun beberapa metode yang sangat membantu untuk
tahun terakhir produksi perikanan lemuru mengidentifikasi kekerabatan pada spesies
mengalami penurunan yang signifikan. hewan dan ikan. Herbert et al. (2003), juga
Penurunan ini diduga terkait dengan menyatakan bahwa Gen COI dapat
perubahan kondisi lingkungan dan membantu sistem bioidentifikasi pada
penangkapan yang sudah sangat berlebihan berbagai jenis hewan dan mampu
(Susilo, 2015). Penangkapan yang berlebih memberikan jawaban terhadap kekerabatan
dengan menggunakan armada purse seine dalam spesies mencapai 100 %. Divya et al.,
pada komoditas ikan lemuru di selat bali (2009).
dapat mengancam kelestarian sumberdaya
ikan itu sendiri yang pada giliran berikutnya Penurunan jumlah populasi ikan lemuru
menyebabkan turunnya produksi atau dapat menyebabkan variasi genetik akan
bahkan kepunahan. berubah pada masa selanjutnya. Kecilnya
populasi ikan lemuru yang tersisa akan
Pengetahuan tentang aspek biologi dan mengarah terjadinya silang dalam yang
ekologi ikan lemuru sangat diperlukan dalam berakibat kepada perubahan keragaman
pengelolaan pelestarian sumberdaya ikan genetik. Dunham (2002) menjelaskan bahwa
lemuru. Selama ini pengelolaan sumberdaya variasi genetik penting untuk kelangsungan
ikan lemuru pada umumnya hanya hidup jangka panjang suatu species dan juga
ditekankan pada pengertian yang sempit dapat menjamin kekuatan suatu spesies atau
yaitu kelimpahan dan ukuran ikan yang akan populasi dengan memberikan spesies atau
ditangkap. Akibat dari fokus jangka pendek populasi tersebut kemampuan untuk
tersebut, maka perspektif biologi dari beradaptasi pada perubahan lingkungan.
pengelolaan sumberdaya ikan lemuru lebih Sampai saat ini publikasi tentang studi
didominasi oleh pengetahuan tentang kekerabatan dalam spesies Sardinella
dinamika populasi dan ekologi dibandingkan lemuru di Selat Bali masih sangat sedikit,
dengan pemahaman tentang aspek genetika bahkan dengan metode COI belum pernah
populasi (Noor, 2008). Aspek genetika ikan dilaporkan, sehingga perlunya mengetahui
merupakan salah satu bagian terpenting varian genetic Sardinella lemuru di Selat Bali
dalam mengetahui kekerabatan dan varian sebagai data base untuk berbagai
genetic suatu populasi ikan di suatu daerah. kepentingan seperti manajemen
Salah satu metode yang dapat digunakan penangkapan ikan lemuru di perairan Selat
untuk mengetahui varian genetic dan Bali dan berbagai kepentingan lain.
kekerabatan pada hewan adalah
menggunakan gen penyandi yaitu gen
cytochrome oxidase sub unit I (COI) MATERI DAN METODE
Gen cytochrome oxidase sub unit I (COI) Pengambilan sampel ikan lemuru dilakukan
merupakan salah satu gen dalam mitokondria di Pelabuhan Perikanan Muncar
yang dapat digunakan dalam studi karakter Banyuwangi, Jawa Timur dan Tempat
genetik maupun filogeni dari hewan. Ukuran Pendaratan Ikan Kedonganan Badung, Bali.
dan struktur dari gen cytochrome oxidase Analisis DNA berdasarkan gen Cytochrome
subunit 1 (COI) telah menjadi fokus pada Oxidase Sub Unit I dilakukan di Laboratorium
22
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru
Biomolekuler Fakultas MIPA Universitas dan kontaminan lainnya. Hasil PCR dicampur
Brawijaya Malang. dengan etanol absolute dan NaAcin pda
tabung PCR, kemudian dicampur dan di
Bahan - bahan yang digunakan dalam inkubasi pada suhu 200 C selama 30 menit.
ekstraksi DNA adalah sebgai berikut: Larutan ini disentrifuse dengan kecepatan
akuadest steril,larutan lysis buffer, maksimum selama 5 menit lalu supernatan
ammonium acetate, ETOH 100%, Etanol 70 dibuang. 750 ul etanol 70% ditambahkan ke
%, larutan buffer TE. Metode ekstraksi DNA dalam butiran DNA, setelah itu disentrifuse
yang dilakukan mengacu pada metode yang pada kecepatan maksimum selama 3 menit,
diterapkan oleh Ausubel et al, (2002). Pada dan butiran dilarutkan dengan 50ul ddH2O.
penelitian ini menggunakan primer forward
(5’- TCAACCAACCACAAAGACGACATTG Urutan basa dari hasil skuensing DNA
GCAC -3’) sebagai primer pertama dan diperiksa dengan menggunakan gene scane
primer reverse (5’- ABI. Urutan dicek kebenarannya
TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATC A - berdasarkan kemiripan dengan COI dari
3’) (Jonas, 2011). Amplifikasi dilakukan genus Sardinella di gen bank dengan
menggunakan sekuen gen dengan panjang menggunakan metode BLAST. Software
650 base pair dari COI Fragment. Volume Mega 5.2 digunakan untuk mengetahui
total Mixture PCR : 5 μl terdiri dari : indeks kemiripan di antara sampel. Kemiripan
Aquabidest : 2 μl, Primer I : 5’- berdasarkan panjang DNA mengikuti metode
TCAACCAACCACAAAGACGACATTG dari (Nei dan Kumar, 2000) , yang diperoleh
GCAC -3’ 1 μ,l, Primer II : 5’- dengan membagi jumlah perbedaan
TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAATC A -3’ nukleotida dengan jumlah total nukleotida
1 μl, Master mix: 5μl, Sampel DNA : 1 μl. pembanding.
Proses amplifikasi PCR adalah denaturasi
pada suhu 94o C selama 1 menit, annealing Basa nukleotida hasil sekuensing kemudian
pada suhu 54o C selama 30 detik dan dibandingkan dengan skuen Gen Sardinella
pemanjangan pada suhu 72o C selama 1 lemuru dan Sardinella longiceps dari daerah
menit dengan jumlah siklus adalah 35 siklus. lain. Sekuen gen COI yang digunakan
Pemanjangan terakhir dilakukan pada suhu sebagai pembanding diperoleh dari gen bank
72o C selama 10 menit. Verifikasi hasil dari NCBI (Tabel 1). Pohon filogenetik akan
analisa PCR dilakukan dengan running dibangun menggunakan software Mega 5.2
electrophoresis menggunakan gel agarose berdasarkan jarak DNA dari analisa
1,5%. Hasil dari electrophoresis kemudian sebelumnya. Rekonstruksi dari sejarah
diamati dengan UV - transiluminator dan evolusi gen dan spesies merupakan salah
difoto sebagai dokumentasi satu hal terpenting dalam evolusi molekuler.
Data ini sangat penting untuk memahami
Hasil dari PCR (band pada gel agarose) mekanisme evolusi dari satu spesies (Nei
harus dimurnikan dengan menghilang protein and Kumar, 2000).
Tabel 1. Sekuen gen COI Sardinella lemuru dan Sardinella longiceps dari Gen Bank
NO Lokasi Gen Bank Acc numb
1 Laut China Selatan (MBCSC-2711073) EU5955255.1
2 Laut China Selatan (MBCSC-2711073) EU5955256.1
3 China (FSCS327-06) EF607505.1
4 China (FSCS328-06) EF607504.1
5 Filipina (2) HQ231366.1
6 Filipina (3) HQ231365.1
7 Filipina (4) HQ231364.1
8 Selat Taiwan (1) KX2544.86.1
9 Selat Taiwan (1) KX2544.86.1
10 S. longiceps (COML-111) KF36899.1
11 S. longiceps (IOBML) FJ384694
23
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)
Gambar 1. Hasil Amplifikasi Gen COI Sardinella Lemuru Pada Gel Agarosa 1,5%
Mutasi gen merupakan faktor yang menjadi bentuk basa lain dalam urutan DNA
menyebabkan timbulnya keanekaragaman yang dapat menyebabkan terjadinya evolusi.
genetik yang berakibat pada timbulnya Mutasi substitusi dibagi ke dalam dua jenis
keanekaragaman dalam kehidupan. Dilihat yaitu transisi dan tranversi. Transisi adalah
dari sudut penyebabnya, mutasi pengubahan antara A dan G (purin) atau
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu antara C dan T (pirimidin) (Wijana dan
mutasi spontan dan mutasi terimbas. Mutasi Mahardika, 2010) Tranversi adalah
spontan merupakan mutasi yang terjadi pasa pengubahan antara purin dengan pirimidin.
kondisi alami selama proses replikasi, Substitusi transisi ditunjukkan oleh angka
perbaikan, dan rekombinasi DNA. Mutasi yang bercetak tebal sedangkan substitusi
terimbas adalah mutasi yang disebabkan tranversi ditunjukkan oleh angka yang
oleh agen agen lingkungan spesifik (Sofro bercetak miring (Tabel 2) Mutasi inilah yang
1994). Mutasi substitusi merupakan jenis menyebabkan variasi genetik pada suatu
mutasi gen dimana basa nukleotida berubah organisme.
24
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru
A T C G
A - 2.58 2.7 12.47
T 1.92 - 28.1 1.6
C 1.92 26.85 - 1.6
G 14.98 2.58 2.7 -
25
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)
G2B
G2A
G1
Gambar 3. Pohon Filogeni Sardinella lemuru. Menggunakan Sekuen Gen COI. Konstruksi Pohon
Filogeni Berdasarkan Algoritma Neighbour Joining Tree Dengan Model Evolusi K2P
(Bootstrap 1000x Pengulangan).
Pada clade Sardinella lemuru membentuk sendiri diduga dipengaruhi oleh adanya Arus
beberapa kelompok percabangan yang lintas Indonesia (ARLINDO). Arlindo adalah
mengindikasikan bahwa terdapat populasi aliran massa air yang membentuk arus laut
yang berbeda pada clade Sardinella lemuru. pada wilayah perairan Indonesia dari Utara
Skuen M2 terlihat berada di luar percabangan yang berasal dari Samudera Pasifik, menuju
yang mengindikasikan individu ini berasal ke Selatan ke Samudera Hindia (Rizal, 2015)
dari populasi yang berbeda dengan yang (Gambar 4). Faktor ini yang mengakibatkan
lainnya. Skuen K5 dan M5 berada pada satu terjadinya percampuran genetic antara ikan
cabang yang sama dan berdekatan, yang lemuru diperairan selat bali dengan ikan
menunnjukkan kedua individu ini memiliki lemuru didaerah lain, karena ikan lemuru
kekerabatan yang sangat dekat. Pada skuen mengikuti arus arlindo untuk mencari
K9 dan M8 terlihat berada pada percabangan makanan.Ini sesuai dengan pernyataan
berbeda pada clade Sardinella lemuru Tomascik et al., (1997), Ketika melewati
lainnya yang menunjukkan individu ini perairan Indonesia, maka massa air Arlindo
memiliki jarak genetik terjauh dengan yang akan bercampur dengan massa air lainnya,
lainnya. sehingga terjadi percampuran massa air dari
dua Samudera yang berbeda. Sebagai salah
Kekerabatan genetik yang dekat antara ikan satu jalur arlindo, perairan ini kaya akan
lemuru di perairan selat bali dengan ikan nutrien penting bagi kehidupan fitoplankton.
lemuru yang terdapat di perairan filipina, laut Dalam rantai makanan, fitoplankton akan
china selatan, laut china dan selat Taiwan dimakan ikan kecil dan kemudian oleh ikan
salah satu penyebab persebaran lemuru besar.
26
Kartika et al, Varian Genetik Sardinella lemuru
Hasil analisis genetik mitokondria 11 skuen Ausubell, F. M, Brent, R., Kingston, R. E.,
yang diperoleh dari Muncar Banyuwangi dan Moore, P.D., Seidemen, J. G.,
Kedonganan, Badung, teridentifikasi sebagai Smith, J. A., & Struhl, K. (2002).
Sardinella lemuru berdasarkan Gen COI, Short Protocols in Molecular
dengan panjang amplikon sebesar 650 bp. Biology, Fifth Edition. John Willey
Berdasarkan analisis gen COI Variasi genetic and Son Inc. Canada
Sardinella lemuru di perairan Selat Bali masih Avise, J. C. (1994). Molecular Marker, Natural
tergolong tinggi. Sardinella lemuru di perairan History and Evolution. Chapman
Selat Bali memiliki hubungan kekerabatan and Hall. USA
genetik yang dekat dengan Sardinella lemuru Buhay, E. (2009). “COI-Like” Sequences Are
yang terdapat di perairan Laut Cina Selatan, Becoming Problematic In Molecular
Selat Taiwan, Filipina dan Cina. Kedekatan Systematic And DNA Barcoding
secara genetic, ini diduga akibat pengaruh Studies. University Of South
dari Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Carolina
Costa, F. O., de Waard, J. R., Boutillier, J.,
TERIMA KASIH Ratnasingham, S., Dooh, R. T.,
Hajibabei, M., & Hebert. P. D. N.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih (2007). Biological Identifications
kepada segenap staf dan peneliti di through DNA Barcodes: The Case
Laboratorium Biomolekuler fakultas MIPA of Crustacea. Canadian J. Fish. &
Universitas Brawijaya Malang, kelompok Aqua. Sci., 64(2), 272-295. doi:
nelayan di Muncar, Banyuwangi dan 10.1139/f07-008
Kedonganan, bali yang telah membantu Divya, P., Gopalakrisna, A., Jhon, L.,
dalam mengumpulkan sampel ikan lemuru Thomas, P.C., & Cakra, W. S.
yang digunakan (2009). Mithocondrial DNA
(Cythocrome C Oxidase I)
Sequencing of Indian Marine
27
Jurnal Kelautan, 10(1), 21-28 (2017)
Mussels. Indian J. Fish., 56(3), 223- Tjong, D. H., Matseu, M., Kuramoto, M.,
226. Belabut, D. M., Sen, Y. H.,
Dunham, R. A. (2002). Aquaculture and Nishioka, M., & Sumida, M. (2007).
Fisheries Biotechnology: Genetic Morphological Divergence,
Approach. New York: CABI Reproductive Isolating Mechanism
Publishing, Cambridge. pp 85-99 and Molecular Phylogenetic
Gordon, L. (2005). Oceanography of the Relationship, Among Indonesia,
Indonesian Seas and Their Malaysia, and Japan Populations of
Through flow. Oceanography, the Fejervaria limnocharis Complex
18(4). (Anura, Ranidae). Zoological
Hebert, P. D. N., Cywinska, A., Shelley, L., & Science, 24, 1197- 1212.
de Waard, J. R. (2003). Biological Tubaro, P., & Lijtmaer, D. A. (2002).
Identifications Through DNA Hybridization Patterns and The
Barcodes. Proc. R. Soc. Lond., 270. Evolution of Reproductive Isolation
Hebert, P. D. N., Ratnasingham, S., & de in Ducks. División Ornitología,
Ward, J. R. (2003). Barcoding Museo Argentino de Ciencias
Animal Life Cytochrome C Oxidase Naturales ‘Bernardino Rivadavia’
Divergences Among Closely Buenos Aires, Argentina. Biological
Related Species. Proc. R. Soc. Journal of the Linnean Society,
Lond., 270. 197-200
Jonas, P. Q., Brian, S., Santos, P., Ong., Tomascik, T., Mah, A. J., Nontji, A., Moosa,
Zubaida, U., Basiao., Ian Kendrich, M. K. (1997). The ecology of
C., Fontanilla, & Cao, E. P. (2011). Indonesian seas. Part I, Periplus
DNA Barcoding of the Philippine Editions Ltd., Singapore
Endemic Freshwater Sardine Wijana, I. M. S., & Mahardika, I. G. N. (2010).
Sardinella tawilis Struktur Genetik Dan Filogeni Tuna
(Clupeiformes: Clupeidae) and Its Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Marine Relatives. Philipp. Agric. Berdasarkan Sekuen DNA
Scientist, 94(3), 248-257. Mitkondria Control Region Sitokrom
Liu, W., Lathrop, A., Fu, J., Yang, D., & Oksidase I Pada Diversitas Zone
Murphy, R. W. (2000). Phylogeny of Biogeografi. Jurnal Bumi Lestari,
East Asian Bufonids Inferred 10(2): 270 – 274.
from Mitochondrial DNA Zhang, J. (2011). Species Identification of
Sequences (Anura: Amphibia). Marine Fishes in China with DNA
Molecular Phylogenetics and Barcoding. Evidence-Based
Evolution, 14(3), 423-435. Complementary and Alternative.
Nei, M., & Kumar, S. (2000). Molecular Medicine, Article ID 978253, 10
Evolution and Phylogenetics. pages.
Oxford University Press, New York.
Noor, R. (2008). Genetika Ekologi.
Laboratorium Genetika Ternak.
Institut Pertanian Bogor
Rizal, F., Setiyo, W., Pratomo, Y., dan Andri,
E. (2015). Identifikasi Komponen
Harmonik Di Selat Lombok
Berdasarkan Data Arus Time
Series. Depik, 4(1), 24-32.
Sofro, A. S. M. (1994). Keanekaragaman
Genetik. Yogyakarta: Andi Offset.
127 hal
Susilo, K. (2015). Variabilitas Faktor
Lingkungan Pada Habitat Ikan
Lemuru Di Selat Bali
Menggunakan Data Satelit
Oseanografi Dan Pengukuran
Insitu.
28
Oseana Volume xxxvn Nomor 2 Tahun 2012: 41-51 lSSN 0216-1877
ABSTRACT
41
Gambar I. Berdasarkar Geologic Time Scale (A), Gastropoda telab hadir pada masa Precambrian (B) walau
sangat sedikit buJcti fosil yang bisa ditemukan. Pada masa setelah itu, banyak fosil yang telah
ditemukan, misalnya fosil Strombus roegli (C) yang ditemukan pada masa Cenozoic, Periode
Paleogene, epoch Oligocene (HARZHAUSER, 2001).
Hal ini kemungkinan besar karena adanya evolusi juga dapat dilihat dari berbagai
waktunya yang sudah terlalu lama, sehingga hasil penelitian di masa sekarang, yaitu dari
sisa-sisa gastropoda yang hid up pada masa itu bukti-bukti di lapangan maupun dari hasil
sudah hancur menjadi tanah. Namun demikian, percobaan di laboratorium. Pembuktian adanya
terdapat cukup banyak bukti fosil cangkang proses evolusi pada jaman modern, kini sudah
gastropod a yang didapatkan pada masa setelah mulai menerapkan teknologi genetika. Dengan
Precambrian. Fosil-fosil yang ditemukan metode modem tersebut, bukan tidak rnungkin
tersebut, sering kali dimanfaatkan sebagai pertanyaan besar tentang proses evolusi akan
material untuk memperkirakan bentuk fisiknya terjawab suatu saat nanti (GITIENBERGER &
maupun untuk memperkirakan kondisi a1am pada GmENBERGER,2(03).
saat organisme tersebut hidup. Lebih jauh, Tulisan ini adalah suatu tinjauan
penemuan fosil juga menjadi material yang (review) tentang proses evolusi gastropoda
penting untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari masa lalu hingga masa kini,
kekerabatan antar makhluk hidup maupun untuk beserta beberapa bukti dan pendapat yang
mempelajari proses evolusi yang terjadi. Bukti dirangkum dari beberapa publikasi ilmiah yang
terkait
42
PROSESEVOLUSI memiliki pengertian, bahwa mutasi gen akan
meningkatkan keberlangsungan dan reproduksi
Teori tentang evolusi berkembang suatu organisme menjadi lebih umum dari satu
seiring dengan perkembangan ilmu dan generasi ke generasi selanjutnya pada sebuah
pengetahuan yang berkaitan dengan teori populasi. Dalam proses ini, sifat-sifat yang
tersebut Saat ini, terdapat berbagai macam versi menguntungkan akan diwariskan ke keturunan ,
mengenai teori evolusi yang berkembang di sedangkan sifat-s ifat yang tidak
masyarakat ilmuwan (YOCKEY, 2005). Tidak menguntungkan cenderung tidak diwariskan
menutup kemungkinan bahwa di masa yang (yOCKEY, 2005).
akan datang akan semakin banyak versi tentang Proses evolusi, pada akhirnya
teori evolusi. Namun demikian, pada dasarnya mempengaruhi segala aspek dari bentuk fisik
bahwa teori evolusi merupakan perpaduan dan perilaku dari suatu organisme. Perubaban
antara gagasan (ide) dan kenyataan (fakta). yang terjadi paling menonjol ditunjukkan, karena
Charles Darwin (1809-1892) yang menerbitkan adaptasi perilaku dan fisik yang dialabatkan oleh
buku tentang asal usul spesies pada tahun 1859 peristiwa seleksi alamo Adaptasi tersebut
dengan judul On the Origin of Species by Means memungkinkan suatu organisme menjadi
of Natural Selection atau The Prevervation of terbantu dalam hal mencari makanan ,
Favored Races in the Struggle for Life menghindarkan did dari pemangsa hingga
dianggap sebagai pencetus ide evolusi. menarik perbatian lawan jenis. Seleksi alam juga
Umuwan lain, AlfredRussel Wallace(l823-1913), mendorong terjadinya kooperasi antara dua atau
secara terpisah mengembangkan pemikirannya lebih organisme yang berbeda, melalui sebuab
dan menghasilkan konsep yang sarna dengan hubungan untuk saling membantu dalam
pendapat yang dikemukakan oleh Darwin. sebuah bubungan simbiosis. Evolusi dalam
Seorang ternan Darwin, Joseph Hooker, jangka waktu yang relatif lama, akan
menggabungkan tulisan Wallace dan Darwin menghasilkan spesies baro (spesiasi) melalui
dan membukukannya dengan judul On the
pemisahan populasi leluhur organisme menjadi
Tendency of Species to from Varieties and on
sebuah kelompok baru yang terisolir dan tidak
the Perpetuation of Varieties and Species by
akan bercampur atau kawin (yOCKEY, 2005).
Natural Means of Selection (yOCKEY, 2005).
Dikenal dua macam evolusi, yaitu
Terjadinya proses evolusi ditunjukkan
evolusi progresif dan evolusi regresif
dengan berbagai bukti antara lain dari
(retrogresif). Evolusi progresifmenitikberatkan
perbandingan anatomi, perbandingan
pada basil akhir, yaitu makhluk hidup dapat
embriologi, perbandingan fisiologi, petunjuk
bertahan hidup pada lingkungannya (survive),
secara biokimia (FITZ et al., 2007), petunjuk
sedangkan evolusi regresif memiliki
adanya domestikasi, petunjuk dari alat tubub
kecenderungan pada kepunahan dari makhluk
yang tersisa, serta petunjuk paleontologi.
hidup yang mengalami evolusi karena tidak
Berbagai bukti tersebut, menghasiIkan bentuk
akhir dari makhluk hidup yang berbeda-beda mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
baik dari asesoris tubuh yang dimiliki, fungsi lingkungannya (STRAND et al., 2002;
masing-masing asesoris tubuh tersebut, DANILOVA, 2008). Ke dua macam evolusi
maupun sifat-sifat dari makhuk hidup yang tersebut, pada dasarnya dibagi berdasarkan
bersangkutan (yOCKEY, 2005). pada pengarub akhir dari proses evolusi yang
Salah satu mekanisme utama yang terjadi, yaitu bertahan karena mampu
terjadi untuk menghasilkan perubahan beradaptasi atau punah karena tidak mampu
evolusioner dari suam makhluk hidup adalah beradaptasi dengan perubahan lingkungan
adanya seleksi alamoSeleksi alam pada dasarnya yang terjadi (DANILOVA, 2008).
43
Gambar 2. Pola sebaran biogeografi gastropoda famili Cypraeidae berdasarkan kekayaan jenis atau species
richness (ROY et al., 2001; FOlO koleksi pribadi).
44
BUKTIEVOLU~PADAGASTROPODA Beberapa waktu lebih muda setelah
masa itu, juga banyak ditemukan bukti fosil
Bukti masa lalu (fosil) gastropoda, misaLnya pad a peri ode Premian
Fosil menurut asal katanya berasal dari termasuk dalam masa Paleozoic juga (BANDEL,
babasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar 2002). Gastropoda yang ditemukan berasal dari
dari dalam tanah". Secara garis besar, fosil dapat Subkelas Heterostropha dan Superfamili
diartikan sebagai sisa-sisa atau bekas- Streptacidoidea yang memiliki ciri teleoconch
bekas makhluk hidup yang meojadi batu atau kecil dan protoconch datar. Jenis yang
mineral. Untuk dapat menjadi fosil, sisa-sisa didapatlcan an tara lain berasal dari Genus
hewan atau tumbuhan tersebut, harns segera Streptacis, Mapesella dan Laxella yang
tertutup sedimen. Fosil terbentuk dari proses termasuk dalamFamili Streptacidae. Selain itu,
penghancuran peninggalan organisme yang juga ditemukanjenis lain dari Genus Donaldina,
pemah hid up. Hal ini sering terjadi ketika Royalel/a, Texalella, Yoospira dan
tumbuhan atau hewan yang terkubur dalam Heteroaclisina dari Famili Donaldinidae. Dari
kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil Famili Stuoraxidae ditemukan jenis dari Genus
yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya Stuoraxis dan Straparo//us. Sedangkan dari
yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan Famili Heterosubulitidae hanya didapatkan satu
mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa- jenis dari GenusHeterosubulites.
sisanya terlarut semua sehingga digantikan Pada masa yang lebih muda lagi, yaitu
dengan cetakan. Fosilyang paling umum adalah pada masa Mesozoic periode Triasic ditemukan
kerangka kapur yang tersisa, seperti cangkang, bukti fosil adanya gastropod a dari beberapa
gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat famili yang termasuk dalam Superfamili
jarang ditemukan. Ilmu yang mempelajari fosil Cerithioidea, dan beberapa superfamili yang
adalah paleontologi, yang juga merupakan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.
cabang ilmu arkeologi (YOCHELSON & Namun demikian, haoya beberapa famili saja
WEBERS,2006). yang masih hidup pada mas a sekarang,
Bukti adanya fosil gastropoda telah sedangkan yang lain telah mengalami
banyak dicari oleh para pakar di bidang kepunahan. Hasiloya membuktikan bahwa tidak
paleontology, geologi maupun biologi untuk ada perbedaao yang signifikan antara morfologi
membuktikan bahwa gastropoda telah muncul cangkang pada masa itu dengan morfologi
pada masa Cambrian. Bukti tertua yang baru cangkang yang masih hidup pada masa sekarang
didapatlcan pada masa beberapa saat setelah ini. Ciri-ciri yang dimiliki oleh fosil cangkang
Precambrian, yaitu pada masa Paleozoic, periode yang didapatkan masih dimiliki oleb cangkang
Cambrian. Spesimen yang didapat masih dalam yang ada pada Gastropoda tersebut pada masa
kondisi yang cukup bagus dari Pegunungan sekarang, sehingga dapat dikatakan bahwa
Ellsworth, Am erika Barat. Fosil gastropoda yang superfamili tersebut merupakan salah satu
didapat berasal dari beberapa genus, dengan kelompok fosil bidup (BANDEL, 2006).
genus yang paling umum adalah Pelagiel/a. Pada masa yang sarna namun pada
Genus lain yang juga didapatlcan pada masa itu periode berbeda, yaitu periode Cretaceous
antara lain Scaevogyra, Sinuopea dan Prop/ina KOLLMANN (2009) berhasil menemukan
Jenis terbesar yang didapat berasaJ dari banyak fosil dari Superfamili Trochoidea dan
Pelagiella paucivoluta dan yang paling kecil Stromboidea yang didapatlcan dariAustria. Hasil
darijenis Pelagiel/a bridgei (YOCHELSON & dari penemuan terse but, terdapat perbedaao
WEBERS,2006). hubungan kekerabatan antara basil analisa
45
secara genetika dengan hasil analisa hanya terdapat tiga genus yang masing-masing
berdasarkan ciri-ciri morfologi. Kurangnya hanya terdiri dari satu jenis yang masih hidup
karakter morfologi karena materi fosil yang pada masakini, dan tiga (mungkin empat) genus
tersisa umumnya sudah tidak utuh menjadi yang terdiri dari delapan (mungkin sembi Ian)
penyebab yang masuk akal untuk menjelaskan jenis. Faktor-faktor alamiah diduga kuatmenjadi
perbedaan tersebut. Di lain pihak, asal muasal penyebab berkurangnya jenis pada famili
famili-famili yang diteliti tidak diketahui dan tersebut, antara lain pemangsaan, kompetisi,
hubungannya dengan Superfamili Stromboidea tingginya produktivitas, besarnya masukan air
beluro bisa dibuktikan (KOLLMANN, 2009). dari runoof senz pengangkatan lempeng bumi
VERMEIJ & RAVEN (2009) (VERMEIJ &RAVEN, 2009).
menemukan bukti fosil gastropoda dari Famili Studi ontogeni cangkang pada Famili
Melongenidae pada masa yang lebih muda, yaitu Cerithidae yang didapatkan dari Polandia
masa Cenozoic periode Paleogene epoch Eocene menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan
yang didapatkan dari Pulau Kalimantan yang signifikan selama 160 jura tahun sejak
(Indonesia) di bagian barat laut. Famili jaman Mesozoic sampai sekarang. Berdasarkan
Melongenidae roerupakan famili yang relatif bukti yang ada, diduga kuat bahwa Superfamili
kecil pada gastropoda, yaitu hanya terdiri dari Cerithioidea (dan juga Soleniscidae) memiliki
22 jenis yang hidup pada masa kini dan 42 jenis nenek moyang Orthonemidae yang berasal dari
yang berupa fosil pada peri ode Paleogene. Loxonematidae, yaitu Gastropoda yang mirip
Berdasarkan hasil temuan fosil dari Kalimantan, Caenogastropoda (di sebut Caenogastropoda
muda) (KAIM, 2004).
Gambar 3. Bukti tidak adanya perubahan mendasar pada struktur cangkang famili Cerithiidae: (J) pada masa
Jalu (KAIM. 2004), (2) pada masa sekarang (FOlO koleksi pribadi).
46
Bukti masa kioi tersebut digunakan untuk mengetahui spesiasi
Bukti adanya evolusi, juga dapat yang terjadi pada gastropoda dan memetakan
dilihat dari berbagai hasil penelitian di masa model evolusinya dengan menggunakan 70
sekarang. Studi viviparitas pada gastropoda air jenis gastropoda dari Famili Conidae. Walaupun
tawar Famili Pachychilidae menggunakan ada delapan jenis yang tidak diketahui data-
filogeni berdasar sekuensi mitokondria gen 16S, datanya pada saat masih fase larva pada saat
menunjukkan adanya evolusi strategi ini, namun ciri-cirinya tetap memperlihatkan
reproduksi sebagai upaya adaptasi terhadap karakter yang dimiliki oleh nenek moyangnya.
lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut, Perubahan pad a perkembangan mulai larva
diketahui bahwa hampir seluruh gastropod a air sangat umum dan wajar terjadi pada kelompok
tawar memiliki nenek moyang yang bersifat gastropoda ini. Model sederhana yang dibuat
ovipar. Sedangkan pada Famili Pachychilidae untuk menjelaskan fenomena ini memperlihatkan
memiliki sifat seperti gastropoda air laut, yaitu bahwa, adanya seleksi spesies yang berkaitan
menghasilkan telur dalamjumlah banyak namun dengan adanya pola dispersal pada tahap larva
dengan jumlab kantung telur sedikit. sebagai bagian dari strategi adaptasi terbadap
Pembentukan telur dalamjumlah banyak tersebut lingkungannya (DUDA & PALUMBl, 1999).
adalah salah satu bentuk adaptasi untuk SERB & EERNISSE (2008) melakukan
mengatasi masalah lingkungan, yaitu studi mengenai pola evolusi konvergensi pada
memperbesar peluang eksistensi keturunan agar moluska, dan hasilnya menuojukkan bahwa
terhindar dari kepunahan (KOHLER et al.,2004). seleksi a1am berperan besar pada kompleksitas
Studi mengenai bubungan evolusi mata. Kompleksitas mata ternyata juga
dengan predasi menunj ukkan adaoya merupakan salah satu strategi terbadap
perubahan pada omamen cangkang sebagai Jingkungan, baik dalaro hal merespons mangsa,
bentuk dari pertahanan diri dari pemangsa pemilihan tempat tinggal, mewaspadai mangsa
utama, yaitu krustasea dan ikan. Hipotesa dari maupun untuk alasan lainnya. Kompleksitas
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin mata tersebut terjadi sebagai wujud fenotifik dari
kompleks omamen cangkang, maka gastropoda kode genotifik yang berbeda-beda antar tiap
akan semakin dihindari oleh pemangsa. Hal ini jenis moluska. Secara umum, dapat dilihat
ditunjukkan dengan adanya fakta, bahwa bagian adanya perkembangan kompleksitas mata sejak
cangkang yang menjadi target perusakan oleh masa laropau sampai masa sekarang, yaitu dari
pemangsa adalah bagian yang tidak memiliki yang paling sederhana menjadi lebih kompleks
ornamen. Fakta lain menunjukkan bahwa bahkan sangat komplek. Tentunya dengan
semakin muda usia fosil yang ditemukan beberapa pengecualian pada jenis-jenis moluska
temyata omarnen pada cangkang gastropod a yang tidak begitu memerlukan mata, misalnya
semakin kompleks, sebagai bukti adanya jenis-jenis yang bidup di laut dalarn yang gelap
adaptasi terhadap lingkungan dan pemangsa. atau yang hidup sebagai endoparasit (SERB &
Pola adaptasi terse but berlangsung secara EERNISSE,2008).
perlahan, namun berjalan terus-menerus dan COLGAN et al. (2000) melakukan studi
diwariskan kepada keturunannya sebagai bagian molekuler, yakni dengan menggunakan selruensi
dari evolusi (PALMER, 1979). parsial dengan 28S rONA dan histone H3 pada
Studi sekuensi pada Famili Conidae 36 jenis gastropoda, chiton, dua jenis bivalvia
menunjukkan adanya transisi evolusioner sejak dan Nautilus untuk membuktikan hubungan
masa planktonik yang diturunkan oleh nenek kekerabatan gastropod a secara filogenetik
moyangnya, sebingga terjadi spesiasi. Penelitian berdasarkan karakter morfologi. Hasilnya
47
menunjukkan, bahwa jika dibandingkan antara histone H3 memiliki bias pada kodonoya
hasil analisa fiJogenetik berdasarkan morfologi (COLGAN et al., 2000).
dengan hasil analisa genetika dengan 28S rONA Contoh evolusi pada gastropoda
dan histone H3, masih terdapat banyak adalah yang terjadi dan masih dapat dilihat
ketidakcocokan, karena berbagai aJasan. Hasil sampai saat ini, yaitu pada kelompok siput
sekuensi dengan 28S rONA dan histone H3 ektoparasit pada karang dari Famili Epitoniidae
menunjukkan adanya varabilitas yang cukup dan kelompok siput endoparasit pada karang
tinggi, walaupun untuk histone H3 masih lebih dari Famili CoraJliopbiliidaeyang diJaporkan oleb
rendah, jika dibandingkan dengan sekuensi (GIITENBERGER& GI1TENBERGER, 2003;
menggunakan 28S rONA. lika dikomparasikan 2005). Kedua ilmuwan terse but melaporkan
antara hasil sekuensi dengan 28S rON A dan adanya radiasi adaptif dari kelompok siput
histone H3 tersebut, terlihat adanya perjalanan parasit menjadi sekitar 22 spesies untuk Famili
evolusi yang terjadi, namun tidak dapat Epitoniidae dan 16 spesies untuk Farnili
diketahui faktor-faktor penyebabnya, karena CoraUiophiliidae.
Gambar4. Keanekaragamanjenis lensa mata pada empat kelas moJuska sebagai bentuk bukti adanya
evolusi: a. bagian dorsal chiton (Polyplacopora); b. c. cangkang bagian anterior
diperbesar; d. mata palial berulang2 pada bivalvia (pelecypoda); e. mata cephalic pada
Strombidae (Gastropoda); f. mata tipe kamera pada cumi-cumi (Cephalopoda); g. mata
pada sotoog (Cephalopoda) (SERB & EERNISSE, 2008).
48
Gambar 5. Leptoconchus sp., salah satu gastropoda parasit pada karangjamur Fungia sp. a) Karangjamur
tampak atas; b) Karangjamur tampak bawah, lingkaran merah menunjukkan Iubang keciI yang
merupakan lnbang keluamya siphon siput parasit; c) Siput parasit didapatkan setelah karang
jamur ketika dipecah; d) Siput parasitjantan dengan cangkang memanjang; e) Siput parasit betina
dengan cangkang melebar (Foto pribadi).
-.....
Cytoc:lu-ome Oxidase 1 phylogmy
~ -t
'1
~-- 1
•
~-
Loc.ility~CorAl no..t"","_c
.- I----I'JI •:,,"~F"uI"_' ..
Co,,,,,U.optuhd:
I..q_"'>d;~
i..qt_us I"p(lra
••·
Lll't"'""'"'"'s IJf#Cl<bIrla
~
-,
~
_,....r
•,
.. "'_1<'_-
to ~_IC"""""'_(lI
•:r-~}J'
:"1
...... ,.&
~ ~ .
,..:.
i ~!~~'l ........... ., ••,.
.......!W ~ .""- ·
r-~"'--t~
... •
-~
- ..
.~I==
-1:= ~
• "'-,
_.c=: ,
• ~f'iN
__~_m
'= i...,~""_'-II'I
as .., .....
I"" "'¥ ....,
_.
~d.7)
~(P
-'i"l
--
,_.,
....
-"'I.:
... ,
t\o..........
; t=«lb""....,4"
""".(11
... to """_00
tc-<,,---m
-,
...,1 . ........
.....
•
t. ~=~
I,!'li..t..:=r;;I'!)
.
I~I!I.'-~(f~ "'-xwtItNJi
L6pron.tdtws
l..q_"'_d~J
Gambar 6. Radiation adaptifyang terjadi pada Leptoconchus spp., salah satu gastropoda parasit pada karang
jamur famili Fungiidae (GlITENBERGER & GIITENBERGER, 2(03).
49
Peristiwa radiasi adaptif merupakan BANDEL, K. 2006. Families of the Cerithioidea
proses panjang yang menjadikan satu spesies and related superfamiJies (Paleo-
menjadi dua atau beberapa spesies dengan Caenogastropoda; Mollusca) from the
karakter yang hampir mirip, namun dengan pola Triassic to the recent characterize by
adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda- protoconch morphology - including
beda satu sarna lain. Sumber makanan, diduga the description of new taxa.
kuat menjadi faktor utarna terjadinya peristiwa Freiberger Forchungshefte C 511(14):
tersebut. Namun demikian, pad a akhirnya 59-138.
simbiosis yang terjadi antara siput parasit
COLGAN,OJ., W.F.PONDER and P.E.EGGLER
dengan inangnya memiliki sifat yang spesifik
2000. Gastropod evolutionary rates
(GITTENBERGER& GITIENBERGER, 2003).
and phylogenetic relationships
Artinya bahwa satu jenis siput paras it hanya
assesed using partial 28S rDNA and
bersimbiosis dengan jenis inang tertentu saja.
histone H3 sequences. Zoologica
Fenomena tersebut terjadi baik pada kelompok
Scripta 29 (1): 29-63.
siput ektoparasit maupun kelompok siput
endoparasit (GITTENBERGER & DANILOVA, N. 2008. Evolution of the human
GITIENBERGER,2003). immune system. Encyclopedia of Life
Science: 1-7.
DUDA, T.F. Jr. and S.R. PALUMBI 1999.
Developmental shifts and species
Pertanyaan besar mengenai adanya selection in gastropods. Proc. Natl.
proses evolusi pada Gastropoda, masib perlu Acad. Sci. USA vol. 96: 10272-10277.
dibuktikan kebenarannya. Bukti saat ini adalah
FITZ, D., H. REINNERAND and B.M. RODE
dilihat dari segi viviparitas, ontogeni, masa
2007. Chemical evolution toward the
planktonik, kompleksitas mata, morfologi,
origin oflife. Pure Appl. Chern. Vol 79
predasi, dan sebagainya, baik melalui studi fosiJ
No. 12:2101-2117.
maupun eksperimental. Studi molekuler
menggunakan sekuensi partial 28S rONA dan GITTENBERGER, A and E. GITTENBERGER
histone H3, sebenarnya menunjukkan adanya 2003. A Largely Criptic, Adaptive
proses evolusi, namun jika dibandingkan Radiation of Parasite Snails: Sibling
hasilnya dengan menggunakan morfologi masih Species in Leptoconchus (Gastropoda:
banyak ketidakcocokan karena berbagai macam Caenogastropoda: Corall iophilidae)
alasan. Oleh karena itu, masih sangat perlu Associated with Species Coral Hosts
banyak bukti dan alat bantu untuk mengetahui, (Scleractinia: Fungidae). In:
seberapajauh proses evolusi terjadi dan sejaub Gittenberger, A. The evolutionary
apa perubahan yang terjadi. history of parasitic gastropods and
their coral hosts. PhD Thesis, Leiden
University, Chapter 4: 61-78.
DAFTARPUSTAKA GITTENBERGER, A. aodE. GITTENBERGER
2005. A hitherto unnoticed adaptive
BANDEL, K. 2002. About the Heterostropha radiation: epitoniid species (Gastro-
(Gastropoda) from the carboniferous poda: Epitoniidae), associated with
and Premian. Mitt. Geol. - Palaont. corals (Scleractinia). Contributions to
Inst. Heft 86: 45-80. Zo%gy74 (Ifl): 125-203.
50
HARZHAUSER, M. 2001. Strombus PALMER, A.R. 1979. Fish predation and the
(Dilatilabrum) roegli sp. nov. A giant evolution of gastropod shell sculpture:
Oligocene strombid (Gastropoda) and its exsperimental and geographic evidence.
bearing on palaeoclimatic Evolution 33 (2): 697-713.
reconstructions of the Western Tethys.
ROY,K.,D.P.BALCHand M.E.HEllBERG 2001.
Annalen des Naturhistorischen
Spatial pattern of morphological diversity
Museums in Wien 102A: 61-67.
across the Indo-Pacific: analyses using
KAIM, A. 2004. The evolution of conch strombid gastropods. Proc. R. Soc. Lond.
ontogeny in Mesozoic open sea B 268:2503-2508.
gastropods. Palaeontologia Polonica
SERB, I.M. and D.J. EERNISSE 2008. Charting
62: 1-183.
evolution's trajectory: using molluscan
KENRICK, P. and P.R CRANE ]997. The origin eye diversity to understanding paralell
and early evolution of plants on land. and convergent evolution. Evo. Edu.
Nature Vol.389: 33-39. Outreach. 1: 439-447.
KOHLER, F., T.RINTELEN von,A. MEYER and STRAND, E., U HUSE and J. GISKE 2002.
M. GLAUBRECHT 2004. Multiple origin Artificial evolution of life history and
of viviparity in Southeast Asian behavior. The American Naturalist Vol.
gastropods (Ceritbioidea: Pachychilidae) 159No. 6: 624-644.
and its evolutionary implications.
VERMEU, G. J. and H. RAVEN 2009. Southest
Evolution 58 (10): 2215-2226.
Asia as the birthplace of unusual traits:
KOLLMANN, H.A. 2009. A Late Cretaceous the Melongenidae (Gastropoda) of
Aporrhaidae - dominated gastropod northwest Borneo. Contributions to
assemblage from the Gosau Group of the Zoology 78 (3): 113-127.
Pletzach AIm near Kramsach (Tyrol,
WAGNER, PJ. 2001. Gastropod phylogenetics:
Austria). Ann. Naturhist. Mus. Wien. III
progress, problems and implications.
A: 33-72.
Journal o/Phalaeonthology 75 (6): 1128-
MEYER, C.P.2004. Toward comprehensiveness: 1140.
increased molecular sampling with
YOCHELSON, E.L. and UF. WEBERS 2006. A
Cypraeidae and its phylogenetic
restudy of the Late Cambrian molluscan
implications. Malacologia 46 (1): 127-
fauna of Berkey (1898) from Taylors Falls,
156.
Minnesota. Minnesota Geological
OLENDZENSKl, L. and J.P. GOGARTEN 2009. Survey Report of Investigations 64: 60p.
Evolution of genes and organisms: the
YOCKEY, H.P. 2005. Information Theory,
tree / web of life in light of horizontal
Evolution and the Origin of Life.
gene transfer. Annals 0/ the New York
Cambridge University Press., New York.
Academe of Sciences 1178: 137-145.
51
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019
ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990
Abstrak
Perkembangan ilmu tidak terlepas dari kemajuan teknologi begitu pula perkembangan teori
Evolusi sebagai cabang dari ilmu Biologi yang sampai saat ini terus mengalami perkembangan.
Walaupun banyak menimbulkan kontroversi, sampai saat ini teori evolusi Darwin dipandang
memiliki keunggulan dibanding teori evolusi lainnya karena Darwin berhasil memperlihatkan data-
data empiris terjadinya proses evolusi yang mengarah pada diversitas organisme. Artikel ini
membahas teori evolusi Darwin sebagai bagian dari filsafat sains sesuai bukti- bukti
pendukungnya. Berdasar hasil kajian dan analisis, teori evolusi Darwin hingga saat ini masih
layak digunakan dan berkesesuaian dengan teori lainnya.
Kata Kunci: Teori Darwin, Epistemologi; Teori Evolusi; Ontologi Teori Evolusi
Abstract
1. Pendahuluan
Apakah evolusi benar-benar terjadi? Pertanyaan ini mengundang banyak persepsi yang
sulit untuk diterima oleh semua golongan. Teori tentang evolusi seringkali menjadi bahan
perdebatan sekaligus mengundang penolakan dari berbagai golongan terutama dari golongan
agamawan. Alasan penolakan tersebut tidak lain karena evolusi dianggap bertentangan dengan
dalil yang tercantum dalam kitab suci yang mereka yakini. Kemunculan dan perkembangan teori
evolusi tidak bertujuan untuk membuat manusia meragukan kebenaran kitab suci yang
diyakininya akan tetapi justru dapat memperkuat keyakinan seseorang terhadap kebenaran
agamanya. Sebagaimana Iskandar (2008) menyatakan bahwa teori evolusi tidak bertentangan
dengan agama mana pun di dunia. Perdebatan yang selama ini terjadi disebabkan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, teori evolusi pun mengalami perkembangan menurut masanya.
Pada masa evolusi modern seperti saat ini telah banyak sarana serta konsep-konsep
yang menunjang kemajuan teori evolusi. Kemajuan di bidang genetika, biokimia dan molekuler
turut menyumbangkan konsep-konsep yang mendorong pada perkembangan teori evolusi
khususnya dalam, memetakan materi genetik dari fosil-fosil yang ditemukan di lapisan bumi
tertentu, pewarisan sifat serta kekerabatan antar organisme ditinjau dari persentase persamaan
materi genetiknya. Semakin besar persentase persamaan matergi genetiknya maka kekerabatan
organisme yang diperbandingkan tersebut dapat disimpulkan semakin dekat.
Perkembangan teknologi komputer dan informatika berhasil menuntun sains untuk
melacak bukti-bukti empiris tentang kehidupan masa lampau sehingga terjadinya evolusi tidak
diragukan lagi pertanggungjawabannya secara ilmiah. Dengan semakin banyaknya bukti-bukti
baru yang ditemukan, semakin besar pencerahan yang kita dapatkan dalam menyibak misteri
evolusi makhluk hidup. Kini, kita tidak bisa lagi mengingkari ketika sains sampai pada kesimpulan
bahwa bumi dan kehidupan di atasnya merupakan produk dari evolusi, termasuk manusia
sebagai sang khalifah di muka bumi.
Sebagai cabang ilmu Biologi kajian evolusi terfokus pada perubahan struktur organisme
yang terjadi secara berangsur menuju kesesuaian fungsi dengan waktu dan tempat hidupnya.
Bertolak dari batasan tersebut, banyak muncul anggapan bahwa evolusi hanya terjadi dalam
jangka waktu yang sangat lama. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya perubahan
organisme seringkali menjadi pembeda istilah evolusi dengan revolusi dalam ilmu sosial. Istilah
revolusi merujuk pada perubahan yang terjadi dalam tempo yang relatif cepat. Lalu apakah
mikroorganisme yang dapat mengalami perubahan dalam waktu relatif cepat dapat disebut
sebagai evolusi?
Fenomena yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa evolusi mikroorganisme dapat
terjadi hanya dalam jangka waktu satu tahun (Mader & Windelspecht, 2018) dan manusia turut
andil dalam mempercepat proses evolusi. Salah satu jenis mikroba yang diketahui mengalami
evolusi dalam kisaran tahun adalah strain virus H5N1 yaitu virus penyebab penyakit flu burung.
Data menunjukkan bahwa virus H5N1 yang pertama kali menyebabkan kematian di Indonesia
yaitu pada tahun 2005 setelah sebelumnya ditemukan di Hongkong tahun 1997. Pada tahun
2018 harian Republika edisi 17 Februari 2018 mewartakan bahwa strain virus penyebab flu
burung telah berubah menjadi H7N4. Apakah perubahan yang terjadi pada virus tersebut dapat
dikategorikan sebagai evolusi? Jika dalam hitungan beberapa tahun saja virus dapat
dikategorikan mengalami evolusi jadi berapakah batasan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
evolusi makhluk hidup?
Pemahaman mengenai teori evolusi memberikan pandangan baru tentang cara
menyikapi evolusi mikroba dalam jangka waktu yang singkat. Sebagai contoh, dokter tidak akan
memberikan antibiotik kepada pasiennya hingga benar-benar diketahui bahwa pasiennya
terinfeksi jenis bakteri spesifik. Berdasarkan hal tersebut perlu kita pelajari bukti-bukti empiris
yang terjadi serta mekanisme proses evolusi terjadi.
2. Metode
Metode yang digunakan adalah studi literatur terkait teori evolusi Darwin beserta bukti-
bukti empiris yang mendukungnya. Artikel ini memberikan pemahaman pragmatis mengenai
bagaimana teori evolusi berlaku di era modern saat ini.
Teori evolusi identik dengan Darwin, walapun sebenarnya gagasan evolusi pertama kali
bukan diperkenalkan oleh Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya hingga zaman Yunani kuno.
Thales (636 - 546 SM) dan Anaximander (611 - 547 SM) biasa memperbincangkan asal usul
biota laut dan evolusi kehidupan. Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500 SM) dan
Empedocles (490 - 430 SM) juga membicarakan isu yang sama dalam tulisan-tulisan mereka
(Comas, 1957 dalam Risatasa, 2013). Plato (427-347 SM) percaya bahwa benda-benda yang
diamati hanyalah tiruan (copy) dari dunia ide di keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti
dunia seseorang harus berkontemplasi prinsip-prinsip umum di sebalik hal yang diamati (Firman,
2019). Plato berpendapat bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang
organismenya sudah ideal dan beradaptasi sempurna terhadap lingkungannya. Berbeda dengan
Aristoteles (384-322 SM) murid dari Plato, yang berargumen bahwa pengetahuan tentang dunia
datang melalui pengalaman yang diinterpretasi nalar (reason) (Firman, 2019). Aristoteles
menganut teori skala alami (scalae naturae) dimana skala alami membahas bahwa adanya
klasifikasi bentuk kehidupan berdasarkan tingkat kompleksitas. Aristoteles meyakini bahwa
spesies sudah berada dalam bentuk permanen, sempurna, dan tidak berkembang lagi.
Evolusi merupakan proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu yang
bertujuan agar mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan perubahan
tersebut kepada generasi berikutnya (Campbell, 2003). Evolusi menjadi konsep pemersatu dalam
biologi karena evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi terutama bagaimana organisme
yang hidup saat ini merupakan evolusi dari satu nenek moyang (ancestor) dan diversitas
kehidupan yang besar di bumi ini.
Pernyataan tersebut tidak terlepas dari teori yang melekat bersamanya. Beberapa ahli
biologi seperti Charles Darwin, Alfred Russel Wallace mencoba menerangkan mengenai
keberagaman makhluk hidup melalui pemikiran-pemikirannya. Charles Darwin melalui bukunya
“On The Origin of Species: by Means of Natural Selection” melalui beragam fakta-fakta empiris.
Buku tersebut menyajikan kasus-kasus yang meyakinkan tentang evolusi dan telah dapat
menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat sebagai suatu kumpulan fakta membingungkan
dan tidak saling berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif mengenai kehidupan. Kaum realis
memiliki ketertarikan kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat indera
merupakan pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum
realis yakin akan bukti empiris mengenai teori evolusi Darwin.
Dalam budaya Judeo-Kristen, Kitab Perjanjian Lama yang berisi penciptaan, dikuatkan
ide bahwa setiap spesies telah diciptakan atau dirancang satu per satu dan bersifat permanen.
Pada awal tahun 1700-an, biologi di Eropa dan Amerika didominasi oleh teologi alami (natural
theology), yaitu suatu filosofi yang dikhususkan pada penemuan rencana Sang Pencipta dengan
mempelajari alam. Para pengikut teologi alami melihat adaptasi organisme sebagai bukti Sang
Pencipta telah merancang masing- masing dan setiap spesies untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan
utama teologi alami adalah untuk mengelompokkan spesies yang memperlihatkan tahapan skala
kehidupan yang telah diciptakan oleh Tuhan (Risatasa, 2013).
Teori dan pemikiran Charles Darwin mengenai evolusi mahkluk hidup menggunakan
kajian secara ontologi dan epistemologi, karena hasil pemikiran Charles Darwin berdasarkan
pengamatan-pengamatan yang ia lakukan lalu dianalisa dan munculah konsep adaptasi dan
seleksi alam. Darwin menggunakan paradigma positivistik karena teori evolusi mahkluk hidup
berlandaskan data-data empiris, dapat diobservasi secara nyata, dan dibuktikan secara ilmiah.
Dimensi dinamis dalam sains digambarkan oleh lahirnya teori evolusi makhluk hidup melalui
metode ilmiah yang menggambarkan sains sebagai sebuah proses. Hal ini memberikan produk
berupa teori evolusi Darwin sebagai produk dari pengkajian fenomena alam secara ilmiah. Sesuai
dengan pernyataan Firman (2019) bahwa sains pada hakikatnya merupakan proses dan produk
dimana produk sains adalah hasil dari proses sains itu sendiri.
Biologi mengenal kata “evolusi” yang berarti bahwa makhluk hidup mengalami
perubahan (modifikasi) dari makhluk hidup sebelumnya. Implikasi hadirnya Teori evolusi tidak
memperkenankan keanekaragaman hayati terjadi melalui proses revolusi. Teori evolusi sejalan
dengan teori asal usul kehidupan yaitu teori biogenesis dimana makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup sebelumnya. Walaupun demikian, teori evolusi memiliki keterbatasan dalam
menjelaskan asal-usul kehidupan. Teori ini pun sejalan dengan hukum Mendel yang
dikemukakan pada tahun 1920-an mengenai sifat yang diturunkan kepada generasi berikutnya
melalui substansi tertentu (yang akhirnya dikenal dengan sebutan “gen”). Pengurutan gen pada
DNA pada akhir abad ke 20 melahirkan filogenetik molekuler dan merombak pohon kehidupan
menjadi tiga sistem domain. Seiring perkembangan zaman, pandangan saintis mengenai evolusi
terpusat pada gen sebagai “kode kehidupan” (Campbell, 2003).
Teori evolusi Darwin membantu dalam menerangkan pemikiran mengenai evolusi yang
terjadi di dunia saat ini dan merupakan tonggak berkembangnya berbagai disiplin ilmu melalui
inferensi berdasarkan bukti empiris. Teori evolusi Darwin ditunjang dengan berbagai bukti empiris
dan diperkuat dengan teori lain sehingga mengukuhkan teori Darwin sebagai teori evolusi yang
diyakini hingga saat ini. Berdasarkan teori Darwin, maka kata “evolusi” lebih tepat digunakan
dalam menjelaskan keberagaman makhluk hidup daripada kata “revolusi” karena menurut teori
Darwin, terdapat keterkaitan antara generasi sebelumnya dan generasi setelahnya melalui
proses reproduksi. Proses evolusi makhluk hidup masih terus berlanjut hingga saat ini dan sejalan
dengan seleksi alam yang terjadi. Untuk itu, perlu adanya tinjauan lebih mendalam mengenai
aksiologi teori darwin. Pada dasarnya teori darwin menitikberatkan pada proses seleksi alam dan
adaptasi makhluk hidup bukan pada perubahan morfologis manusia. Aksiologi perlu diperdalam
terkait isu penggunaanya di tengah masyarakat agamis.
5. Daftar Pustaka
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Iskandar, Djoko T. 2008. Evolusi. Jakarta: Universitas Terbuka. pp. 1-44.
Firman, Harry. 2019. Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Mader, S.S., Windelspecht, M. 2018. Essentials of Biology 5th edition. New York: McGraw-Hill
Education
Ramadani,A.C. 2018. Kasus Flu Burung H7N4 Pertama Pada Manusia Ditemukan di Cina.
[Online]. https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/18/02/17/p4a7tf366-
kasus-flu-burung-h7n4-pertama-pada-manusia-ditemukan-di-cina (diakses pada tanggal
12 November 2019).
Risatasa. 2013. Modul 1: Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup. [Online].
http://repository.ut.ac.id/4251/1/PEBI4204-M1.pdf (diakses pada tanggal 12 November
2019).