Anda di halaman 1dari 11

BIOLOGI

Petunjuk Adanya Evolusi

Disusun Oleh :

Kelas : XII IPA 2


Prolog

EVOLUSI BIOLOGI

Pengertian Evolusi dan Kreasionisme

Teori evolusi sudah dikemukakan sejak zaman Aristoteles dimana teori tersebut berusaha

menjelaskan proses evolusi yang meliputi sumber variabilitas, organisasi variasi genetic dalam

populasi, diferensiasi populasi, isolasi reproduktif, asal mula spesies dan hibridisasi. Biologi Evolusi

ilmu yang lunak yang mempunyai daya prediksi lemah. Teorinya tersusun atas data yang tidak

lengkap atau yang belum sempurna dipahami, meskipun ia tergolong ilmu hayat, bahasannya lebih

cenderung ke kutup humanika daripada ke kutup eksakta. Teori evolusi sendiri berevolusi sejak

zaman Aritoteles melalui Cuvier, lamarck, ke Erasmus Darwin dan Charles Darwin/Alfred Wallace.

Tokoh yang paling terkenal adalah Darwin. Darwin banyak terpengaruh oleh Linnaeus dan Malthus.

Teori evolusi sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh de Vries dan Mendel, Morgan dan Muller, lalu

Mayr, Dobhansky. Di jaman Darwin belum ada genetika, paleantropologi dan geokronologi, bahkan

ilmu-ilmu lain juga belum berkembang, seperti geologi, paleogeografi, dan embriologi komparatif.

Sekarang evolusi adalah teori sintetis atau teori biologi yang memanfaatkan segala disiplin

yang relevan. Seperti paleontology, palaekologi, biostratigrafi, paleogeografi, biologi molekuler,

biokimia, biostatistik dan lain sebagainya. Teori evolusi akan mudah dipelajari jika kita memahami

prinsip-prinsip dari disiplin ilmu tersebut.

Evolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu

yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup

dari yang sederhana menuju struktur dan fungsi yang kompleks dan beragam. Perubahan yang terjadi

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; perubahan progresif dan perubahan retrogresif. Perubahan

progresif yaitu perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dari kondisi sederhana menuju kondisi

yang maju atau modern untuk dapat bertahan hidup. Perubahan retrogresif yaitu perubahan struktur
dan fungsi yang menuju kepunahan. Kepunahan terjadi tidak hanya karena mundurnya struktur dan

fungsi tetapi juga dapat terjadi karena perkembangan struktur dan fungsi yang melebihi proporsinya

sehingga makhluk hidup tersebut tidak mampu bertahan hidup.

Perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup sangat tergantung pada struktur DNA dari

makhluk hidup tersebut, sehingga pengertian evolusi biologi adalah perubahan frekuensi gena

dalam suatu populasi karena faktor-faktor atau mekanisme evolusi. Adapun faktor-faktor

evolusi adalah rekombinasi seksual, mutasi, seleksi alam, arus gen / gen flow, dan genetic drift.

Proses evolusi dapat berbeda dalam skala, tempo dan moda. Evolusi juga dapat berlangsung lama

untuk hewan besar (makroevolusi), maka yang dapat diekplorasi adalah mikroevolusi pada makhluk

hidup dengan umur generasi yang pendek

Sebagai ilmu historis yang integratif, biologi evolusi masih banyak mempunyai banyak

kelemahan, sehingga dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ahli. Pertentangan

teori evolusi belum akan berakhir sampai sekarang. Saat ini, di berbagai negara berlangsung upaya

kolektif untuk mendorong sekolah-sekolah di sana untuk mengajarkan tidak hanya teori evolusi di

kelas-kelas biologi, tapi juga teori alternatifnya, seperti apa yang disebut sebagai teori kreasionisme

yaitu teori penciptaan menurut kitap suci. Dalam pandangan pendukung kreasionisme, argumen

Darwin bahwa seluruh mahluk hidup ini berawal dari sebuah sel tunggal yang kemudian berevolusi

selama jutaan tahun menjadi beragam spesies dan sub-spesies seperti yang kita kenal sekarang, tidak

berdasarkan pada bukti yang tak terbantahkan.

Sebaliknya, mereka percaya – seperti juga yang diyakini Harun Yahya -- keragaman spesies

ini terjadi karena dengan sengaja dirancang oleh Sang pencipta. Dengan kata lain, sejak awal Tuhan

menciptakan, manusia, gajah, monyet, ular dan beragam mahluk lainnya secara unik. Yang satu tidak

berhubungan dengan yang lain.


Ini bukan sekadar argumen ideologis. Yang menjadikan kalangan pendukung teori

kreasionisme  merasa layak membantah teori Darwin adalah karena, dalam pandangan mereka,

teori-teori evolusi sendiri mengandung banyak kelemahan dan cacat. Teori-teori ini memang

berdasarkan pada bukti-bukti kesamaan yang terlihat di antara fosil mahluk hidup dari jutaan tahun

lalu dengan, misalnya, mahluk hidup kontemporer. Bagi para pengecam teori evolusi, rangkaian

kesamaan itu tidak dengan sendirinya mengindikasikan adanya mata rantai yang berkesinambungan.

Bagi pendukung teori evolusi teori kreasionisme juga bukan tanpa cacat. Jacob (2001)

mengatakan bahwa Harun Yahya dengan bukunya Keruntuhan Teori Evolusi dikritik sebagai

karangan pamlet yang total menentang teori evolusi. Teori Kreasionisme yang diajukan tidak

terperinci dan tidak memberi keterangan alternatif tentang bukti-bukti evolusi menurut teori

kreasionisme. Harun Yahya tampak tidak memahami makna survival of the fittest sebagai bentuk

transisi hubungan seleksi alam dan arah evolusi. Ia heran bahwa teori evolusi hanya tambal sulam,

padahal seluruh ilmu alamiah adalah ilmu batu bata yang disusun satu persatu.

Jacob (2001) juga menulis bahwa Harun Yahya terlalu takjub oleh beberapa spesies hewan

seperti lebah mempunyai kemahiran membuat sarang yang tidak dapat ditiru oleh manusia. Luput

dari observasinya bahwa semua makhluk hidup mempunyai keistimewaan masing-masing, yang

tidak dapat ditiru oleh makhluk lain. Mahasiswa yang benar-benar ingin mendalami biologi evolusi

sebaiknya membaca buku-buku ilmiah dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah luntur imannya.

Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem untuk mengetahui bagaimana alam bekerja dan di belakang itu

semua ada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tetap ada meskipun ada yang mengatakan ia tidak ada.

Petunjuk – Petunjuk Adanya Evolusi


Bukti-Bukti Evolusi

Kecaman dari berbagai pihak tentang teori evolusi, mendorong para pendukung teori evolusi

membuktikan kebenaran teori evolusi. Hal-hal yang perlu dibuktikan dalam teori evolusi sebenarnya

sudah dibahas dalam buku Drawin ”The Origin of Species by Means Natural Selection”. Upaya

untuk mencari bukti sampai sekarang lebih mengarah pada petunjuk adanya evolusi daripada bukti

adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan dengan pendekatan multidisipliner.

Adapun bukti evolusi yang sering dipakai adalah fosil, anatomi komparatif, struktur sisa,

embriologi komparatif, biokimia komparatif dan biogeografi.

a. Petunjuk adanya evolusi dari segi palaentologi

Charles Darwin yang menyatakan bahwa fosil adalah bukti perkembangan makhluk hidup

masa lampau, yang menujukkan suatu perkembangan yang terus menerus secara evolutif.

Perkembangan evolusi kuda sering digunakan sebagai contoh perkembangan makhluk hidup

dari segi paleontologik.


Gambar 1. Evolusi Kuda
Perkembangan kuda dimulai dari apa yang disebut Hyracotherium, termasuk kelompok

Eohippus, yang muncul dari Eocene awal di Amerika Utara dan Eropa. Nenek moyang kuda

ini hanya sekitar 11 inci, berleher pendek dan mempunyai kaki depan yang berbeda dengan

kaki belakang, kaki depan jumlah jari kakinya empat dan kaki belakang jumlah jarinya hanya

tiga; jari keempat dan kelima masih ada tapi kecil sekali. Pada oligocene muncul Mesohippus

yang lebih besar daripada Eohippus, yakni sekitar 24 inci. Kaki depan dan kaki belakang

semua berjari 3. Pada Miocene dijumpai adanya Parahippus dan Merychippus, yang pertama
adalah pemakan daun dan yang kemudian adalah pemakan rumput. Baru pada Pleiocene

muncul apa yang disebut Pliohippus yang jari sampingnya sudah mereduksi. Pada akhir

Pleiocene akhir sudah muncul nenek moyang kuda yang berjari satu, yang menyebar ke

seluruh dunia kecuali Australia.

Kalau diikuti uraian tersebut di atas seakan-akan perkembangan kuda secara evolusi seperti

garis lurus. Dalam kenyataannya perkembangan tersebut bercabang-cabang. Sebagai contoh

adalah pada Miocene selain terdapat Parahippus dan Merychippus seperti disebut di atas,

juga ada Hypohippus, namun kemudian tidak berkembang dan akhirnya punah.

b. Petunjuk adanya Evolsi berupa Anatomi Komparatif

Dikenal adanya keadaan yang disebut homologi dan analogi. Homologi adalah adanya fungsi

yang berbeda beragai hewan yang bila dianalisa secara cermat ternyata mempunyai bentuk

dasar yang sama, sedangkan analogi adalah adanya fungsi yang sama pada beberapa makhluk

hidup yang secara anatomik organ yang mengemban fungsi tersebut tidak mempunyai

struktur dasar yang sama. Para ahli berpendapat bahwa peristiwa analogi ini adalah

merupakan proses perkembangan evolusi konvergen. Suatu peristiwa yang bertolak dari

adaptasi anggota makhluk hidup dari beberapa bentuk berbeda namun berada dalam

lingkungan yang sama untuk jangka waktu yang sangat lama. Yang biasa dipakai petunjuk

evolusi adalah homologi struktur ekstrimitas anterior beberapa hewan vertebrata (gambar 2)
Gambar 2. Homologi ekstremitas anterior beberapa binatang vertebrata

c. Petunjuk Evolusi Embriologi Komparatif


Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan dalam Ernst Haeckel bahwa
ontogeni adalah pilogeni yang dipersingkat. Ia menyebut sebagai teori rekapitulasi atau teori
biogenetik. Perkembangan embrio pada hewan vertebrata dijumpai kenyataan bahwa
perkembangan embrio dari zigot menujukkan struktur yang sama, namun selanjutnya
berkembang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga bentuk dewasanya mejadi sangat
berbeda (gambar 3).
Gambar 3. Embriologi Komparatif Beberapa hewan Vertebrata
d. Petunjuk dari Fisiologi Komparatif
Kemiripan faal tubuh dijumpai pada makhluk hidup mulai dari tingkat rendah sampai tingkat
tinggi meliputi:
- kemiripan dalam faal respiratoria
- kemiripan dalam metabolisme
- proses sintesis protein
- pembentukkan ATP sebagai molekul berenergi tinggi
e. Petunjuk dari usaha domestifikasi
Hasil perjalanan Darwin menunjukkan bahwa spesiasi dapat terjadi karena upaya
domestifikasi oleh manusia, misalnya upaya pemuliaan tanaman maupun hewan.
f. Petunjuk dari Alat Tubuh yang tersisa
Alat-alat sisa digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi, karena dalam kenyataanya
meskipun alat tersebut tidak lagi menunjukkan suatu fungsi nyata tapi tetap dijumpai secara
nyata dan jumlahnya boleh dikatakan cukup banyak. Penganut faham evolusi melihat adanya
kelemahan dari penganut faham ciptaan khusus, bertolak dari alat-alat tersisa yang tidak lagi
ada gunanya itu. Adapun organ-organ sisa antara lain: apendiks, selaput mata sebelah dalam,
otot-otot penggerak telinga, tulang ekor, gigi taring yang runcing, geraham ketiga, rambut
didada, mammae pada laki-laki, musculus piramidalis dan masih banyak lagi (Gambar 4).

Gambar 4. Beberapa Struktur Sisa dari Manusia

g. Petunjuk dari struktur DNA dan Protein


Semua organisme hidup tersusun oleh kode genetik (DNA=Dioksiribonukleotid Acid) yang
sama. Kode genetik makhluk hidup tersusun oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa
nitrogen yang saling berkombinasi menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode
genetik ini bersifat universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode-kode genetik ini
diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang menyusun protein. Secara universal
protein seluruh makhluk hidup tersusun oleh kombinasi 20 asam amino (Gambar 5 dan 6).
Gambar 5. Homologi Kode Genetik

Gambar 5. Kamus Kode Genetik

Anda mungkin juga menyukai