makhluk berevolusi sampai bentuk akhir sudah dinyatakankarena adanya kekuatan trasenden,
namun apa yang dimaksudkan dengan kekuatan trasenden itu tidak disebutkan. Kaum finalis
tidak dapat menjelaskan proses perubahan yang ditentukan oleh kekuatan tersebut. Pada
kaum vitalis jelas bahwa kekuatan trasenden itu adalah kekuatan alam yang maha hebat.
Ada beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau tuntunan
khusus seperti pada vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang pada teori
Orthogenesis, Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup itu
berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma. Contoh:
perkembangan bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio; Warna,
bentuk, letak dan bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup bunga. Perubahan
pada kuncup menjadi bunga hanya memerlukan tenaga untuk mekarnya sang bunga.
Ketiga teori ini mempunyai perbedaan yaitu: Orthogenesis menitikberatkan perkembangan
makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin besar, semakin
bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah ada. Nomogenesis menyatakan bahwa
perkembangan hanya berlangsung sesuai dengan aturan tertentu. Untuk setiap makhluk ada
aturan tertentu yang mengikat. Aristogenesis menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi
adalah perubahan menuju ke yang lebih baik.
Beberapa tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori evolusi
antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik, telah berhasil
memberi nama 4.235 spesies hewan dan 5.250 spesies tumbuhan menyatakan bahwa
makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan tetap (konstan), serta tergolong makhluk
pertama yang benar-benar ada. Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa
semua organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses pembentukan melalui
rantai/tangga yang panjang dantek terputus, tak tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang
selanjutnya berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan,
invertebrata, ikan, burung, dsb.
Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu
paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga alam.
Pada tangga kehidupan ini yang berada di dasar adalah organisme yang sederhana,
selanjutnya organisme yang berada di atasnya adalah organisme yang lebih sempurna. Tetapi
dalam hal ini tidak disinggung hubungan antara organisme yang berada pada masing-masing
anak tangga, sehingga dapat dimengerti mengapa teori evolusi tidak lahir melalui paham ini.
Dikemudian hari beberapa pengikut evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat
pandangan yang semakin maju dan semakin kompleks. Linnaeus, meskipun percaya adanya
tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species
to Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of
Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan
Alfred Wallace.
Gagasan Charles Darwin dan Alfred Wallace tentang evolusi ditandai dengan adanya tiga
observasi dan dua kesimpulan, yaitu:
Observasi : Bila tidak ada tekanan dari lingkungannya, makhluk hidup cenderung untuk
memperbanyak diri seperti deret ukur.
Observasi : Dalam kondisi lapangan, meskipun anggota populasi sering berubah dalam
jangka waktu yang panjang, besarnya populasi adalah tetap.
Kesimpulan : Tidak semua telur dan sperma dapat menjadi zigot. Tidak semua zigot menjadi
dewasa. Tidak semua makhluk dewasa dapat bertahan dan mengadakan reproduksi. Untuk
dapat bertahan perlu adanya perjuangan.
Observasi : Tidak semua anggota suatu spesies adalah sama, dengan perkataan lain terjadi
variasi dalam spesies.
Kesimpulan : Dalam perjuangan untuk hidup, varian yang baik akan menikmati hasil
kompetisi terhadap varian lain. Varian tersebut akan berkembang menjadi lebih banyak secara
proporsional dan akan mempunyai keturunan secara proporsional pula.
Asal mula spesies telah dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan
spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu
kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa
makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi
dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 1837) dan juga
pada ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin
mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan
yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi
burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan
yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau
yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch
yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau
memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan
dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima idea yang
menyatakan bahwa spesies dapat berubah.
Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah.
Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap
hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga
mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup
(struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat
memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut keoffspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap,
tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya,
antara lain (1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi,
(3) Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya Zoonomia, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari
asal mula yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya.
Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan kata,
perjuangan untuk hidup.
Thomas Robert Maltus mengemukakan pada bukunya Essay On the Principle of Population
as it Affect the Fulture Improvement of Man Kind, bahwa tidak ada keseimbangan antara
pertambahan penduduk dan makanan.
Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya variasi karena pengaruh alam.
Dalam bukunya Priciple of Geology ia mengemukakan bahwa perubahan terus menerus
pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak gagasan
Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan Darwin
tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah
panjang leher jerapah.
Pada dasarnya teori Darwin dapat dibedakan atas dua hal pokok yaitu konsep tentang
perubahan evolutif dan konsep mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak
pendapat bahwa makhluk hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk
hidup yang sekarang adalah produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek
moyang/dari makhluk asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam
yang menuntun terjadinya perubahan tersebut.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari
adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut
berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan,
fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya, terlihat
adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi
tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan
interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut,
bagi para ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang
diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang
kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut
menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk
hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam,
dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik
terjadi karena peristiwa seleksi alam.
1. Fakta yang menjadi dasar Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal sebagai prinsip-prisip
seleksi alam Darwin adalah
a. Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas
perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu
menampungnya
Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, dan itulah merupakan fakta yang
kedua.
b. Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak
melonjak tanpa terkendali. Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur
pertambahan jumlah individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang
mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang berhasil tetap
hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan yang dihasilkan tetapi
banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor pembatas itulah yang menjadi fakta
ketiga.
c. Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus berjuang baik secara aktif maupun
pasif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya Persaingan, baik antar
individu sespesies atupun yang berlainan spesies; Pemangsaan, termasuk juga parasitisme;
Perjuangan terhadap alam lingkungan yang tidak hidup seperti iklim, dsb.
d. Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman
tersebut antara lain berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas.
Keanekaragaman terlihat mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan
atar individu se spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang
menyebankan keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari
generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai sebab
keanekaragaman tersebut bertambah luas.
Adanya keanekaragaman itulah yang menyebabkan keberhasilan perjuangan untuk hidup
tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak
mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga banyak individu
yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi turunan tidak terlalu melonjak
jumlahnya sekalipun individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
e. Seleksi alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan perjuangan untuk hidup yang tidak sama antar
individu disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai
dari yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam perjuangan
untuk hidup. Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk
melanjutkan keturunan dan sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya.
Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke
generasi.
f. Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus
menerus mengadakan penyesuaian melalui perjuangan untuk hidup yang tiada
hentinya.Artinya peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya
pada generasi tertentu akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif
serta spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
2. Evolusi Organik terjadi karena peristiwa seleksi alam
Makna utama wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi organik memang terjdi,
dan bahwa evolusi organik tersebut terjadi karena peristiwa seleksi alam. Dalam
hubungannya dengan teori seleksi alam Darwin, terdapat kesan yang cukup kuat bahwa
peristiwa seleksi alam adalah sebab utama terjadinya evolusi (G.G. Simpson, Life: An
Introduction to Biology, 1957); disamping itu peristiwa seleksi alam diartikan sebagai suatu
perjuangan langsung antar individu sespesies ataupun antar spesies (direct combat: C.A.
Villec, General Zoology, 1978)
Munculnya teori seleksi alam Darwin ternyata menimbulkan banyak kontroversi di kalangan
para ahli biologi. Disamping itu pula mendapatkan reaksi keras dan tantangan. Sejak semula
teori seleksi alam Darwin ini ditafsirkan secara keliru sebagai teori yang memperkenalkan
bahwa manusia berasal dari kera. Reaksi dan tantangan masih berkelanjutan hingga sekarang
dan menjadi demikian kacaunya karena reaksi agama terlebih lagi dengan munculnya buku
karya Harun Yahya tentang Runtuhnya Teori Evolusi;. Dalam hal ini makna wawasan Darwin
telah dipertentangkan dengan ajaran agama atas dasar persepsi yang salah. Oleh karena itu
peluang munculnya pemikiran yang jernih atas teori seleksi alam Darwin berkurang atau
hilang sama sekali dan pada akhirnya menutup kemungkinan ditemukannya manfaat terapan
dari teori tersebut. Sangat boleh jadi diantara kita tidak sedikit yang masih mempunyai
persepsi keliru atas teori seleksi alam Darwin. Sesungguhnya makna wawasan Darwin adalah
berkenaan dengan kedua makna yang telah disebutkan sebelumnya dan sama sekali tidak
memperkenalkan ajaran yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Namun
demikian, sebagai suatu teori keilmuan yang berkenaan dengan perkembangan (perubahan)
makhluk hidup, pada kenyataannya teori seleksi alam Darwin telah mengalami
perkembangan dan penyempurnaan. Hasil dari pengembangan dan penyempurnaan tersebut
telah melahirkan teori/paham baru tentang seleksi alam yang lebih dikenal dengan Neo
Darwinisme.
1.3. Teori Evolusi Genetika
Teori ini dipelopori oleh George Mendel. Ia mengemukakan teori genetika yang menyangkut
adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Dengan demikian banyaknya variasi
alel menentukan kemampuan terhadap ketahanan untuk dapat terus hidup. Hanya saja pada
zaman George Mendel, teori genetika belum dipahami dan belum diperkirakan dapat
dimanfaatkan untuk menerangkan teori yang lain. Teori genetika mengalami stagnasi hampir
selama 35 tahun sejak dikemukakan, dan baru disadari kegunaannya di awal abad ke-20.
1.3.1. Hukum Pertama Mendel
Berdasarkan eksperimen persilangan yang dilakukan Mendel dengan menggunakan satu sifat
beda (ingat pelajaran Genetika Dasar mengenai persilangan Monohibdira) dari tanaman
kacang ercis (Pisum sativum), Mendel menarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan pertama
yang dinyatakan oleh Mendel bahwa, setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi
(faktor tertentu) dari parental. Satu informasi (faktor) berasal dari sel jantan dan satu
informasi (faktor) yang lain berasal dari sel betina. Kedua informasi (faktor) ini yang
sekarang dikenal dengan istilah gen (pembawa sifat keturunan). Mendel mengungkapkan
bahwa kedua informasi (faktor) ini akan berpisah pada saat pembentukan gamet dan
kemudian akan menentukan ciri-ciri atau sifat yang akan nampak pada keturunan. Sekarang
konsep ini yang dikenal dengan Hukum Mendel Pertama Hukum Segregasi.
Dari setiap ciri dalam kacang ercis yang diteliti oleh Mendel, terdapat satu ciri yang dominan
sedangkan yang lainnya terpendam (resesif). Induk galur murni dengan ciri dominan
mempunyai sepasang gen dominan (AA) yang pada saat pembentukan gamet hanya akan
memberikan satu gen dominan (A). Induk galur murni dengan ciri terpendam mempunyai
sepasang gen resesif (aa) yang pada saat pembentukan gamet hanya akan memberikan satu
gen resesif (a). Dengan demikian keturunan pada generasi pertama menerima satu gen
dominan dan satu gen resesif (Aa) yang menunjukkan ciri gen dominan. Bila keturunan ini
berbiak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, dimana sel-sel (induk jantan) dan
sel-sel (induk betina) masing-masing mengandung satu gen dominan (A) dan satu gen resesif
(a). Oleh karena itu, ada empat kombinasi yang mungkin terjadi yaitu: AA, Aa, Aa, dan aa.
Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan keturunan dengan ciri dominan, sedangkan
kombinasi terakhir menghasilkan keturunan dengan ciri resesif (Gambar 1.3).
1.3.2. Hukum Kedua Mendel
Mendel kemudian melakukan penyelidikan terhadap kacang ercis (Pisum zativum) dengan
dua ciri atau tanda beda sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih
(kuning atau hijau). Mendel melakukan persilangan antara tumbuhan yang selalu
menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri
terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam (resesif) tidak
muncul pada keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama
mempunyai ciri kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua mempunyai empat macam
ciri benih yang berbeda yakni, bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, serta
keriput dan hijau. Keempat macam ciri ini terbagi dalam perbandingan kira-kira 9 : 3 : 3 : 1
(lihat Gambar 1.4). Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Ternyata
perbandingan yang sama muncul lagi.
Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 menunjukkan bahwa kedua ciri dari masing-masing induk tidak
saling tergantung, namun dapat berpadu bebas. Hasil ini disebut Hukum kedua Mendel
(Hukum Independet assorment- berpadu bebas). Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa
ketika tanaman induk membentuk sel-sel gamet jantan dan betina, semua kombinasi bahan
genetik dalam keturunannya, dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setap generasi.
Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi
karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi berikut, bila ciri dominan tidak
ada, maka ciri terpendam (resesif) akan muncul lagi.
1.3.3. Pentingnya Karya Mendel dalam Evolusi
Temuan Mendel mempunyai implikasi penting. Karyanya membantah adanya teori
percampuran dalam keturunan (The Blending Theory of Inheritance) yaitu, pemikiran bahwa
ciri-ciri orang tua diwariskan kepada anak dan kemudian bercampur, lalu diwariskan ke
generasi berikut dalam bentuk campuran. Di kalangan manusia, ungkapan yang menyatakan
seseorang berdarah campuran, sebenarnya berawal pada teori ini.
Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar; yakni faktor genetik
ciri atau sifat yang diwarisi dari orang tua hanya bergabung untuk sementara waktu dalam
diri anak, dan dalam generasi berikutnya faktor genetik tersebut akan pecah atau memisah
lagi menjadi satuan-satuan yang ada pada induk aslinya. Perbandingan antara teori atau
hukum Mendel dengan teori percampuran sifat diperlihatkan pada (Gambar 1.5a dan 1.5b).
Diagram tersebut menunjukkan bahwa teori percampuran ternyata menghasilkan
keseragaman (Gambar 1.5a), sedangkan eksperimen Mendel menunjukkan hasil keturunan
yang beragam (Gambar 1.5b). Berdasarkan kedua teori tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa teori pewarisan menurut Mendel memberi peluang kejadian evolusi biologi makluk
hidup.
2. Perbedaan Pendapat dan Tantangan yang Berkembang
Teori Darwin menimbulkan efek sosial yang menghebohkan karena dianggap bertentangan
dengan pedoman hidup yang berlaku saat itu, baik yang menyangkut segi agama maupun
yang menyangkut etika sosial.
dalam menerangkan proses evolusi. Selain itu semua sifat yang dimiliki oleh suatu organisme
dapat digunakan untuk menunjang teori evolusi. Dengan demikian semua bidang ilmu biologi
digunakan dalam menerangkan evolusi suatu organisme.
Setelah para ahli hanya bekerja dengan data morfologi, anatomi maupun genetika, pada masa
berikutnya mereka beranjak ke pendekatan molekuler, fisiologi perkembangan, model
matematik dan banyak pendekatan lainnya. Dengan demikian dapatlah ditentukan bahwa
suatu organisme berkerabat dekat atau jauh dari organisme lainnya dari perbedaan semua
aspek yang mungkin dipelajari.
4. Bentuk-bentuk Adaptasi Suatu Kehidupan
Adaptasi merupakan salah satu konsep krusial dari teori-teori evolusi. Dalam hal ini, satu
tujuan utama biologi evolusi moderen adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk adaptasi yang
kita temui pada kehidupan organisme di dunia. Adaptasi menunjuk kepada bentuk makluk
hidup yaitu suatu bentuk organ makluk hidup yang berubah agar supaya makluk hidup
tersebut dapat bertahan hidup (survive) dan bereproduksi di alam.
Konsep adaptasi menjadi mudah dipahami dengan dibantu contoh-contoh. Banyak atribut
(ciri-ciri atau karakter) pada suatu makluk hidup yang dapat digunakan untuk
mengilustrasikan adaptasi, karena kebanyakan ciri atau karakter berupa struktur,
metabolisme, dan tingkah laku suatu makluk hidup akan terbentuk agar supaya mereka dapat
bertahan hidup. Contoh yang sering digunakan Darwin untuk menjelaskan konsep ini adalah
perubahan yang terjadi pada burung finch. Burung finch menunjukkan banyak bentuk
adaptasi terutama pada ciri bentuk paruhnya. Adaptasi ciri-ciri ini memungkinkan burung
finch menggali lubang di dalam pohon untuk menyimpan makanan, memakan insekta yang
terdapat di dalam pohon, dan menghisap getah dari pada pohon. Lubang di pohon digunakan
juga untuk meletakkan telur. Burung finch mempunyai banyak bentuk bentuk paruh yang
telah berkembang dalam adaptasi. Dengan paruh yang panjang, untuk mencari insekta yang
cocok dari dalam lubang. Mereka juga mempunyai paruh dengan pelindung gigi yang kuat
sebagai pengerat, kaki yang pendek, dan mempunyai kuku jari yang panjang untuk menaiki
pohon. Burung finch lebih mampu bertahan hidup dalam habitat alami oleh karena memiliki
mekanisme adaptasi dari atribut-atribut yang dimiliki tersebut (lihat Gambar 1.6).
Kamuflase adalah contoh lain yang lebih khusus untuk menjelaskan adaptasi. Organismeorganisme tertentu berkamuflase dalam macam-macam warna, bentuk-bentuk tubuh khusus,
dan tingkah laku, yang memungkinkan makluk hidup tertentu itu tidak kelihatan pada
lingkungan alami mereka. Dengan bantuan kamuflase ini, dimaksudkan agar makluk hidup
dapat bertahan hidup (survive) dengan jalan adaptasi warna, bentuk, dan tingkah laku agar
tidak kelihatan oleh pemangsa (predator) di alam.
Adaptasi adalah suatu konsep yang tidak hanya terbatas menunjuk kepada beberapa sifat
khusus pada suatu kehidupan. Pada manusia, sebagai contoh, menggunakan hampir setiap
bagian tubuh. Sayap burung adaptasi untuk terbang, mata untuk melihat, saluran usus untuk
pencernaan makanan, kaki untuk bergerak; semua fungsi ini sebagai bantuan untuk dapat
bertahan hidup. Meskipun kebanyakan yang teramati tercatat sebagai adaptasi, tidak setiap
bentuk dan tingkah laku detail organisme dapat beradaptasi. Darwin memperkenalkan
adaptasi sebagai masalah kunci pemecahan setiap teori evolusi. Dalam hal ini teori Darwin
sebagaimana dalam biologi evolusi moderen masalah dipecahkan melalui seleksi alam
(natural selection).
Seleksi alam artinya bahwa beberapa jenis individu dalam satu populasi yang cenderung
berkemampuan menghasilkan banyak keturunan ke generasi berikut dibanding yang lain.
Bahwa keturunan yang mirip orang tua dihasilkan, menyebab-kan setiap atribut (ciri atau
karakter) suatu organisme tertinggal pada kebanyakan keturuanan, kemudian meningkat
frekuensinya dalam populasi sejalan dengan waktu; komposisi populasi kemudian akan
berubah secara automatis.