Anda di halaman 1dari 57

1

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

10
Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Desain Sampul Depan:


IBS
Fotografi:
IBS
Model:
I Made Edo Guftha

Diterbitkan pertama kali secara on-line oleh


IBS Official Website (http://www.ibswebsite.tk)
pada bulan Mei 2013.

Hak cipta ada pada Iman Budi Santosa/Iman Budi Susu (IBS).

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Daftar Isi
Puisi-puisi:
Masa Lalu yang Terkalahkan 5
Pramuka SMUNDA 7
Gemerlap Malam 8
Akankah Kau Kembali? 9
Aku Kembali 11
Berlari dalam Hujan 12
Eksploitasi 13
Raja IQ 14
Antonim Yudistira 16
Romeo dan Juliet Versi Gurun 17
Rebel Poem 19
Sobekan-sobekan Kertas 20
Tangis 22
Kurikulumkirimkelam 24
Sinta dan Cinta Sejati 25
Superbitch 29
Deklarasi Kemerdekaan 33
Tangisan Hitam 35
Di Pengasingan 36
Lupa 37
Kabar Kegelapan 38
Sebuah Pertemuan 1 39
Sebuah Pertemuan 2 40
Untuk Seorang Penyair 41
Kau Baru Saja Pergi 42
Manusia 1 43
Roberto Roof 45
Kepala Penismu (Penguntit) 47
Di Kehidupan yang Lain 48
Aku Mencintaimu 49
Mengenang 51
W 52
Kekasihku 53
Terbang 55
Suatu Hari Nanti 56
Tentang Penulis 57

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kepada mereka yang menginspirasi puisi-puisi di kumpulan puisi ini dalam 10 tahun
terakhir...
Muhammad Alfat Rahmat Sudrajat, Peri Apriadi, Nurmukhlis Abdullah, Muhammad Isa
Ramadhani, Toni Irwana, Ramdhan Wiguna, Yati Nuryati, Muhammad Lukman Deris
Firdaus, Galih Fernanda, Nurkafa Akbar, Yeyet Rohaeti, Lie Shen Shen Yulius, Afnaldi
Syaiful, Wida Waridah, Putra, Wiku Baskoro, Dika Jatnika, (alm) Samsir Mohamad,
Sutikno, Syarif Maulana, Matthew Kuntzi, Haji Herman Hidayat, Mimi Fadmi, dan
semua teman kencanku yang ganteng-ganteng dan kekar-kekar. ;-*

IBS
Mei 2013

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Masa Lalu yang Terkalahkan


jeruji diskriminasi
kerangkeng keterasingan
dihancurkan mentari pagi
pudarkan tangisan hitam
dan para lelaki cahaya
yang menungguku diam-diam
dalam hangat sinaran
berikan pembuktian
bahwa harapan cinta
bukanlah dongeng manja para pendusta
yang bahagia selamanya begitu saja
melainkan tualang taklukkan papa

13 Januari 2013 15:12 WIB

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Cerita Lalu
(terbit pertama kali pada bulan Desember 2003 di perpustakaan SMAN 2 Kuningan)

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Pramuka SMUNDA
: untuk semua bantara dan penegak SMUNDA
beringas mata sang bantara memandang
suara lancangnya terus terdendang
ketakutan kami semakin menjelang
akan sang bantara yang siap menantang
amukan, bentakan, dan amarahannya terlaksana
melepaskan keheningan hati kami semua
sang bantara, kataku, jahat dan kejam!
sebab pikiran kami mereka paksakan
inilah selintas kisah pramuka SMUNDA
yang terpandang galak, disiplin, dan tertata
namun, tersimpan keganjilan untuk kami semua
yang membuat kusutnya pikiran kami semata
seribu kali terpikirkan renungan
bahwa pramuka ini pun ada faedah tersimpan
yang membuat kami kuat dan bersigapan
walau sementara terasa pahit di perasaan

Oktober 2003
*) Puisi Pramuka SMUNDA ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Cerita Lalu
(2003). Puisi ini menuai kontroversi di SMAN 2 Kuningan pada akhir tahun 2003 karena sejumlah anggota
bantara dalam ekstra kurikuler pramuka di SMA tersebut menganggap puisi ini "menghina" ekstra
kurikuler pramuka di sekolah tersebut. Selain itu, puisi ini diulas dan dimuat di majalah "Lensa" edisi Mei Juli 2005.

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Gemerlap Malam
malam yang begitu indah
angin bertiup penuh desah
bagai penari yang tiada lelah
menari-nari begitu lincah
kerlip bintang terpandang remang
bagai lampu senter di hutan tenang
karena kegelapan menerjang
sinarnya berkerlip-kerlipan
jiwa di malam
terlihat begitu mesra
bagai kumbang dan bunga
senantiasa bersama
menuju impian bersama
realita
bagiku gemerlap malam
yang munafik dan selalu dendam
walau wajah dingin dan cemerlang
namun gelap hati dan harapan

November 2003
*) Puisi Gemerlap Malam ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Cerita Lalu
(2003).

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Akankah Kau Kembali?


akankah kau kembali?
di kala air menjadi keruh?
di kala nasi menjadi bubur?
dan di kala siang menjadi kabur?
tak harap beratku untuk kau kembali
namun rindulah yang selalu terjadi
yang membuatku ingin kau kembali
tanpa berat hati
tapi, akankah kau kembali?
di kala rindu telah meninggi?
di kala hujan membasahi bumi?
dan di kala mentari menyinari?

November 2003
*) Puisi Akankah Kau Kembali? ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Cerita
Lalu (2003).

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kontroversi
(terbit pertama kali pada bulan Juli 2004 di perpustakaan SMAN 2 Kuningan)

10

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Aku Kembali
hilang
masa gemilang
luruh
masa gemuruh
hampa terasa
dunia mereda
goresan tinta mulai terhenti
di pojok meja sudut aksara
menanti hari sebuah mimpi
bagaikan Rama menunggu Sinta
siang ini dan malam ini
suka ini dan duka ini
sepi ini dan ramai ini
silih berganti melayang pergi
tapi
tidak!
kini duniaku terang kembali
asa yang telah mati
kini terlahir kembali
seperti mentari di pagi hari
tetesan tinta menggores lagi
menguntai kata seribu arti
membuka pintu yang tertutupi
dan kini aku kembali

April 2004
*) Puisi Aku Kembali ini ditulis oleh IBS dan Ina Setiawati dengan judul sebelumnya Kembaliku Pada
Puisi dan terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Kontroversi (2004).

11

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Berlari dalam Hujan


tidakkah kau tahu, kawan?
kepedihanku telah menebang malam
menghasut waktu menjadi penyesalan
ke dalam perangai keburukan
telah lama sekali kucari-cari
jawaban dari kebohongan di sini
hingga kukorbankan tirain cita
yang terlalu pendek digantung jiwa
kini, hitungan hari sudah kuat bernafas
melepas lara dan samar yang beringas
sepanjang hidup berliku dan panjang
aku harus terayun untuk berjuang
walau rumah sendiri dilintasi dengki
walau susunan tangis selalu kulewati
tetaplah aku bernurani insan Illahi
menuju taman surgawi nan abadi

Januari 2004
*) Puisi Berlari Dalam Hujan ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Kontroversi
(2004).

12

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Eksploitasi
sunyi sepi
kudengar di hati
dalam bathinmu
yang biru kelabu
kuhisap sedih
kuinjak pedih
dalam hatimu
yang masih lugu
kukecup jiwa
bersama cinta
pada dirimu
yang haus cintaku
kuhapus sepi
kulebur sunyi
namun kau tiru
semua caraku

Maret 2004
*) Puisi Eksploitasi ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Kontroversi (2004).

13

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Raja IQ
Raja IQ
kepintarannya tinggi
namun sering khianati
dengan memanipulasi
semua fakta di sini
Raja IQ
bertopeng manis
dan malunya miris
hatinya akan teriris-teriris
bila kebusukannya tergubris
Raja IQ
kini
kehilangan tahta
dan motivasi
serta inspirasi
untuk membohongi
ia pun tiada
topengnya telah terbuka

April 2004
*) Puisi Raja IQ ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Kontroversi (2004).

14

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Siluet
(terbit pertama kali pada bulan April 2005 di perpustakaan SMAN 2 Kuningan)

15

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Antonim Yudistira
mulutmu seperti pena
yang lebih tajam dari pedang
menusuk jiwa
membelah
rangkaian cinta
menjadi
bualan nista
hatimu seperti merkurius
yang lebih panas dari venus
memanggang sukma
membakar
gelora jiwa
menjadi
abu sia-sia
jiwamu seperti singa
yang lebih ganas dari macan
menyerang asa
mencakar
belaian sayang
menjadi
goresan murka

Oktober 2004
*) Puisi Antonim Yudistira ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Siluet (2005).
Selain itu, puisi ini diulas dan dimuat di majalah "Lensa" edisi Mei - Juli 2005.

16

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Romeo dan Juliet Versi Gurun


1
Romeo tinggalkan suatu desa
Cinta namanya
Langkahnya ditemani derai debu.
Tanpa seorang melipat sepi
Ia melangkah tiada henti
2
Ia tinggalkan matahari, bulan, dan
awan tengah malam
Ia ingin gapai sebuah mimpi
temu belahan hati
Cinta sebutnya
3
Cinta? Apa artinya baginya?
Siapa cintanya? Apa cintanya?
Bagaimana cintanya? Orang tertawa menanyakannya
Ia tak berkata apa-apa
Romeo membisu ditanya cintanya
Ia hanya berjalan, dan hanya berjalan
Hingga akhirnya,
ia terjatuh di suatu kerumunan
4
Romeo? Itukah engkau?
Seorang gadis bertanya papa
Tak menangis tak melara
Tak tersenyum tak tertawa
Hanya tanya
Dekati dia tubuh yang tergeletak
di suatu kerumunan
Dipeluknya! Dirangkulnya penuh cinta!
5
Romeo terbangun dari jatuhnya
Ia tercengang, "Aku dimana?
Sang gadis menjawab,
Romeo, kau berada di cintamu .
Romeo terkesima dan menganga
Cintanya didepan mata
Juliet? Itukah engkau? ia bertanya
Ia sadar bahwa

17

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Cintanya itu ada, tak seperti


yang orang kata
6
Juliet, masihkah kau simpan cintaku
di tepian bening air yang mengalir di
dalam hatimu? Romeo bergumam pada Juliet
Sejenak Juliet tak menjawab, Juliet berkaca-kaca
Lalu, bibir manisnya mengucap suatu irama,
Cintamu telah mengalir ke muara luar hatiku.
Cintamu telah pergi, hatiku sepi. Lalu dia mengganti
seperti embun di pagi hari
Romeo tak menyangka
Sedetik lalu ia gembira
Seumur hidup kemudian ia nestapa
Cintanya usai, "Juliet, kau tadi katakan cinta. Tapi, kenapa kini?
Romeo, aku masih cinta. Bekas cintamu masih tersisa
di jiwaku. Tapi, hanya sedikit. Tak sebanyak mimpiku.
Juliet berbicara dengan tanda pasti
7
Romeo bergegas tinggalkan cintanya
Seraya ia bertanya
Apa arti cintanya? Hanya topeng!
Ia mabuk pun membayang cinta
Ia menangisi cinta terlonta-lonta
Ia menggelegar bagai guntur yang
tak terdengar dalam hati
Ia membisu, ia memurka
Tiada cinta
8
Romeo kembali ke desanya
Cinta namanya
Dimana keabadian ia temukan
dalam kesunyian
Tiada manusia
Tiada cinta
merangkul hidupnya
Sepi semata

Desember 2004
*) Puisi Romeo dan Juliet Versi Gurun ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul
Siluet (2005). Selain itu, puisi ini membuat IBS meraih Juara 3 Lomba Menulis Puisi yang
diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Bandung tahun 2005.

18

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Rebel Poem
dedicated to SMANDA December 2004
mungkin warna hitam
telah menjerat hatiku
mungkin hembusan angin
telah menyaput harapanku
mungkin hunusan pisau
telah menusuk jiwaku
mungkin gelombang laut
telah mengikis asaku
meleburkan sudah
bahkan pada sejernih air
wujudku tak tergambar
bayang di permukaan pun menghilang
lenyapkan hadirku
dalam khayatmu
walau bunga sajakku mengharumimu...
dan
bau busuk kau semburkan pada bungaku
Haruskah aku memerangimu?

Februari 2005
*) Puisi Rebel Poem ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Siluet (2005). Selain
itu, puisi ini diulas dan dimuat di majalah "Lensa" edisi Mei - Juli 2005.

19

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Sobekan-sobekan Kertas
Sayang sekali
sobekan-sobekan kertas berceceran
di kolong mejaku
hanya tertuliskan
puisi-puisi terindah
tentangmu
namun kau hanya
mimpi-mimpi
semu

April 2005
*) Puisi Sobekan-Sobekan Kertas ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Siluet
(2005). Selain itu, puisi ini diulas di majalah Lensa edisi Mei Juli 2005.

20

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Independen
(terbit pertama kali pada bulan Januari 2006 di perpustakaan SMAN 2 Kuningan)

21

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Tangis
Tangis
mengalir tiada henti
banjiri setiap mimpi
di dalamnya
banyak bertumpukan
kepedihan-kepedihan
sejak sekian lamanya
Karenamu

April 2005
*) Puisi Tangis ini ditulis oleh IBS dan Nur Asiah Jamilah dan terdapat dalam buku kumpulan puisi
pilihan IBS yang berjudul Independen (2006).

22

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Ayah, Aku Benci Padamu


(terbit pertama kali pada bulan Juli 2007 oleh penerbit Chibi dan didistribusikan ke
seluruh Indonesia)

23

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kurikulumkirimkelam
Seperti hari-hari dan bulan-bulan dan tahun-tahun biasanya, kami duduk berbarisan
berjajaran berbanjaran di sebuah ruangan. Rapi dan siap menerima santapan baru tentang
(katanya) ilmu yang seleranya begitu-begitu saja tanpa ada penyedap rasa: Hambar.
Termangu menatap papan yang berisi rumus-rumus dan istilah-istilah. Lalu berurusan
panas dengan ulangan-ulangan atau remedial-remedial, tanpa praktek-praktek atau
aplikasi-aplikasi jelas di kehidupan dan hanya diterapkan di lembaran putih buku-buku
tulis, tanpa jaminan akan terserap kemudian jadi cakap.
Saat nilai jadi patokan mana si bodoh dan mana si pintar, kami ketakutan hingga kami
ingin melawan ketakutan kami, agar tak ada kata bodoh, tolol, atau bebal menerpa
telinga kami karena kenapa harus dengan nilai sepuluh atau seratus bisa membuat pujianpujian kami ini pintar? Atau kenapa harus dengan nilai lima, empat, atau nol bisa
membuat olokan-olokan kami ini bodoh?
Kami pun menipu setiap tulisan yang tertera di lembaran surat pertarungan penentu nilai
kami dengan dokumen rahasia negara kami dan kerjasama antar negara kami. Hingga
siasat kami pun membuahkan hasil yang memuaskan. Hingga tak ada celaan dan selalu
ada pujian untuk kami dari mereka. Hingga kami tak punya apa-apa dari apa yang mereka
beri. Hingga kami terbuai di atas kebohongan kami. Hingga mereka dibodohi oleh
kebodohan kami karena kebodohan mereka.
Setelah hari-hari dan bulan-bulan dan tahun-tahun kemudian, kami tak berurusan dengan
nilai-nilai itu lagi. Kami duduk berbarisan berjajaran berbanjaran penuh kerapian di
belantara lapangan yang disesaki persaingan ketat keahlian. Kami pun gelagapan. Sebab
apa yang kami bisa? Bila setelah hari-hari dan bulan-bulan dan tahun-tahun yang lalu,
kami menerima penghargaan atas kebohongan kami dari mereka yang tak pernah
mengajari kami bagaimana berjalan sesungguhnya di kehidupan dengan apa yang mereka
beri.
Mereka pun gelagapan.

7 April 2006 11:20 AM


*) Puisi Kurikulumkirimkelam ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Ayah, Aku
Benci Padamu (2007), dengan judul sebelumnya Kurikulumkirimkaram.

24

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Sinta dan Cinta Sejati


Sinta membuka arena mimpi
Ia mengoyak-ngoyak kabut ragu di jalannya
Lantas lelap tidur semakin membantunya
Berdoa sebelum tidur pun jadi tamengnya
Ia berjalan dengan penuh semangat
Lama-lama ia berlari
Ke tujuan yang sudah ia rencanakan
Sesaat pun ia sampai
Tempat itu begitu indah seperti taman surgawi
Penuh wewangian tumbuhkan kebahagiaan
Bunga indah dan pohon rindang membentang
Lalu ia menoleh ke kiri dan ke kanan
Sinta mencari sebuah sosok di tempat itu
Sosok yang ia dambakan yang tak ia punya
Di arena realitanya
Yang selalu membuatnya menderita,
tersiksa dan terluka
Maka, ia begitu antusias mencarinya
Sosok baru pun muncul ke permukaan
Ia tersenyum begitu manis dan lembut
Sinta terpana dan asanya melayang
Sosok itu semakin mendekati
Menyelami jiwanya
Menyatu bersama
Berdansa di bawah reruntuhan daun yang berguguran
Ke mana dirimu tadi?
Sinta bisikkan kata-kata pada sosok itu
Aku akan datang saat kau tengah mencariku. Sejukkan hatimu
seperti biasa., sosok itu menjawab dengan senyum rindu
Mereka lanjutkan dansa paling romantis
Saling tersenyum mencipta kasih
Seolah tak ada yang bisa mengganggu
Tapi langit tiba-tiba berubah menjadi hitam
Tanah menggoncang hancurkan semuanya
Sinta dan sosok itu melepas dalam pisah
Mereka saling meraih
Tapi tak bisa
Badai pun datang menerpa taman yang indah itu

25

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Runtuhkan seluruhnya, hingga pelosok jiwa


Lantas Sinta menjadi kuyup
Ia membuka mata dan dingin menerpa
Lelaki penuh biadab yang membuat hidupnya
Seperti mendekam di neraka
Ada di hadapannya
Mengguyurnya dengan seember air
Heh, Bangun! Cepat masak untukku! Aku sudah lapar!
Goyangkan jiwa, lelaki itu berkata
Sinta yang baru saja terbangun dari mimpinya yang begitu indah
Berlari turuti apa yang lelaki itu mau
Dengan ketulusan yang kosong
Hatinya kembali menangis
Seperti biasa
Setengah tahun
Waktu yang terlalu lama untuk menderita
Sinta hanya bisa berpasrah belaka
Tak kuat dan tak bisa menguak
Ingin ia ekspresikan
Betapa tak ingin ia hidup bersama lelaki itu
Tapi keadaan membelenggunya
Andai waktu itu ia bisa enyah
Dari segenap birahi lelaki tak tahu diri itu
Ia takkan hidup dengannya
Dan bila ia tak hidup dengannya, lantas
Siapa yang mau menghidupi bayi dalam rahimnya
Yang tak tahu mengapa ia ada dalam keterpaksaan
Dalam penderitaan
Dalam ketidakbijaksanaan
Seperti pikirnya setiap saat
Lelaki itu menatapnya sinis besitkan kebencian
Seperti bara api yang kian berkobar
Sinta ingin sekali ini saja melawan segala penghalang
Menghancurkan segala ketakutannya
Untuk meraih haknya
Sekali dalam setengah tahun
Ia dengan dalih menguak ketidakbijaksanaan
Ia hunuskan perlawanan dalam amarah
Tancapkan pada tujuan
Ulur segala kekuatan

26

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Lelaki itu tak mau menerimanya


Ia serasa dihardik anak kecil
Lelaki itu membalas serangannya
Pertarungan pun terjadi dengan ramai
Sumpah serapah sampai pukul memukul
Membuat semakin panas pertarungan
Tak terasa emosi tak mengenal logika
Sebuah pisau menancap di
Dada Sinta
Ia merintih dan putih
Putih memudar
Marilah bersamaku. Kini kita akan selalu bersama.
Bersama kasih yang membuatmu bahagia selamanya,
yang selama ini kau cari di ketiadaan.
Sosok dalam mimpinya datang menjemputnya
Dan berlari bersamanya dalam sebuah jalan yang berarah menuju
Cinta sejati bernama sunyi

16 Desember 2006 11:02 PM


*) Puisi Sinta dan Cinta Sejati ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Ayah, Aku
Benci Padamu (2007).

27

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Antologi Puisi Berbahasa Daerah


(terbit pertama kali pada bulan November 2008 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jawa Barat)

28

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Superbitch
Kau dan aku suatu hari bertemu
Ketika rintik hujan berdatangan menghunjam
Tapi aku tak membawa payung
Padahal aku sudah berniat untuk berhenti berkeliaran
Di mendung hari
Aku pun berteduh di rumah yang kau bangun
Di balik bilik-bilik desah menyesakkan kota
Dan kau balas dengan senyum selamat datang
Hening
Padahal di luar rumah banyak kebisingan
Dari air-air langit yang berjatuhan
Gelombang bunyi enggan keluar dari mulut kita
Maka, aku ingin memecah keheningan itu
Di antara rintik hujan yang menyeringai
Sejenak kau mengerling, kita pun bicara
Tentang perahu yang terbalik
Saat lautan pasang karena realita
Mungkin memang seharusnya
layar berkembang saat
angin menerpa, agar
tak ada ombang-ambing
yang membingungkan.
Tapi, siapa yang mampu bertahan?
Walau pesiar menyiar, pasti akan kandas
terbawa ombak.
Maka aku berdiri, menjejaki pulau yang kusinggahi
di negara kehidupan. ucapmu
Entah karena iba atau entah
Aku seakan menemukan kesempurnaan tak tersinggah
Dalam kata-kata yang terucap dari mulutmu
Yang mulai basah oleh segelas hujan
Lantas kubertutur,
Tapi inilah dinamika kehidupan, menurutku.
Untuk apapun, terkadang kita
menelaah lewat satu teropong kecil saja
sedangkan laut luasnya tak bisa terjamah olehnya.

29

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Aku pun berenang-renang agar bertahan, tapi


ini juga yang kudapat. Secarik surat yang bernama
inspirasi, walau kadang lelah tanganku menggapai-gapai di air.
Dan matamu mulai menatap mataku, berubah jadi 2 cermin
Memantulkan pandangan menjorok ke dalam
Aku juga, biarpun aku berdiri,
aku berada di ketidakberdayaan.
Lututku bersimpuh seringkali
pada ganasnya malam
yang menghentikan terik matahari.
Jadi, kita sama saja. katamu mendayu
Dan kau pun
Menggenggam tanganku
Penuh keyakinan, seperti darah yang
Menggebu-gebu oleh semangat
Dan solidaritas:
Kasih tanpa pamrih seperti air murni yang
Membasuh noda-noda sepi pemberi lirih
Di hujan yang pekat
Pikiranku melambai, berfantasi pada suatu daerah
Yang rawan dengan peperangan
Penuh pertumpahan darah
Kuda-kuda yang ditumpangi pasukan berlarian
Menempuh berbagai serangan
Kau dan aku memimpin pasukan
Masuki gerbang musuh dengan mata membara
Kau tersenyum padaku, aku tersenyum padamu
Mengisyaratkan kekuatan kita satu
Sebuah pendirian bersama
Tentang kemandirian dan pertahanan
Kau masih menggenggam tanganku
Seakan fantasiku tadi
Sama dengan realita
Ditambah lagi senyumanmu yang meyakinkan
Seolah berbisik, Kita bisa!
Tetapi
Sirine berbunyi, seperti ada pelanggaran
Di batas garis lautan
Ikan-ikan melompat-lompat
Di atas gelombang air yang tak tenang

30

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Jemarimu menjadi raksasa yang memporak-poranda


Tiada kejam, cuma memaksakan kehendak
Kapitalisme kerdil dalam komite kecil
Bolehkah aku menyebrangi selat-selat di tubuhku
menggunakan kapal yang ada di jemarimu? Kita
sudah berjanji lewat dekap tangan, bukan? (berjanji?)
Bisikmu pelan sekali, hampir saja terkalahkan
Hembus angin hujan
Pipiku serasa tertampar, oleh
Kipas kenyataan yang keras deruannya
Merobohkan bangunan fantasiku tadi
Lidahmu menjulur-julur
Mencari umpan dari pemikiranku
Genggaman tanganmu tak lagi hangat
Suhunya naik beratus-ratus derajat
Hingga terasa berkarat
Aku tertawa, menganggapnya seperti
Parodi yang penuh lelucon
Dan kau membalas tawaku, dengan tawa yang
Menunjukan kegairahan
Padahal aku sudah berniat
Untuk berhenti berkeliaran
Di mendung hari
Hari ini memang hujan
Lumayan lebat
Hingga bunga-bunga jatuh ke tanah
Kuberi sedikit pemanis agar sedap
Tapi kau memintaku dosis glukosa yang
Melebihi standar kualifikasi moral
Tentu saja aku tertawa lagi
Memutuskan jadi kemarau di tubuh sendiri
Agar cepat pulang dan meninggalkan
Selangkah demi selangkah laju menghasilkan
Rasa menjadi kering mengembang
Kau balas lagi tawaku, dengan tawamu yang mengatakan,
Makanya berpikir! Kesempatan tak datang 2 kali!
Apa? Biarlah, kuanggap saja lagi sebagai parodi
Selama percakapan kita
Kau mengantarku pada pulang
Hingga jejakku terhapus debu-debu

31

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Berserakan di sekitarmu
Dan kau sapu dengan jilatan lidahmu
Tak lama kemudian, aku memberimu sedikit pesan melalui
Kecupan gelombang udara, setelah menjauh dari rumahmu,
Aku mendapatkan sesuatu yang sudah lama kunantikan
dalam tulisan penaku setelah pertemuan tadi.
Ya, judul yang kunantikan itu!
Dan kau balas dengan tanda tanya mengerut.

12 Februari 2008 23:48 WIB


*) Puisi Superbitch ini terdapat dalam buku Antologi Puisi Berbahasa Daerah (2008) yang diterbitkan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat dengan judul Super Jalang dan terdapat
dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi
ini menjadi salah satu nominasi puisi terbaik pilihan juri dalam Lomba Menulis Puisi yang diselenggarakan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Barat tahun 2008, dengan judul "Super
Jalang".

32

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Deklarasi Kemerdekaan
Langit biru yang memancarkan cahaya ultra violet
Menelusuri kepalaku dengan tanya
Di manakah kekalahan? Di manakah kemenangan?
Saat otak yang merancang peperangan tergoyahkan
Hanya oleh kepentingan yang berkilat-kilat?
Kebisuan seakan bersuara, lebih nyaring dari teriakan serangan
Yang menggempur ketentraman dan kekosongan pandangan
Tentang kehidupan yang bersembunyi di balik bukit
Menyusut di antara rimbun rerumputan yang lebat
Tempat mempersiapkan ranjau kehancuran
Hanya harapan
Yang bisa mempertahankan tiang negeri keyakinan
Tapi, apa artinya harapan?
Bila keyakinan berupa puisi-puisi picisan
Yang berkompensasi dari pahitnya kenyataan?
Semua pada akhirnya kembali ke jiwa yang lapar
Merenggut kemerdekaan agar kenyang berkelakar
Dan kemerdekaan seolah surat pernyataan
Yang siap usang dimakan zaman
Dideklarasikan lewat mikrofon kuno yang mengerang
Kurang terkontrol oleh sound-system perenungan
Kemerdekaan seperti itu
Nyatanya menjadi salju yang membekukan bayangan
Langkah demi langkah membias di tanah putih
Lantas tersesat di gunung es yang seluas kepala sendiri
Kemerdekaan bagiku
Adalah masa depan yang tak usah memaksa jejak
Ia datang sendiri dengan air sungai yang menapak
Pada laut yang semakin dewasa menebar ombak

13 Juli 2008 15:07 WIB


*) Puisi Deklarasi Kemerdekaan ini terdapat dalam buku Antologi Puisi Berbahasa Daerah (2008) yang
diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat dan terdapat dalam buku kumpulan
puisi IBS yang berjudul Merenggut Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini menjadi salah satu
nominasi puisi terbaik pilihan juri dalam Lomba Menulis Puisi yang diselenggarakan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Barat tahun 2008.

33

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Merenggut Kembali Keperjakaan


(terbit pertama kali pada bulan November 2009 oleh penerbit Ultimus dan didistribusikan
ke sejumlah provinsi di Indonesia)

34

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Tangisan Hitam
Mungkin mentari takkan bersinar lagi di wajahku
Aku tahu
Wajahku dipenuhi dendam pada pagi yang kabur
Mungkin rembulan takkan terpancar lagi di senyumku
Aku tahu
Senyumku ternodai luka pada malam yang lebur
Ternyata aku meratapinya
Saat semua itu belum tiba:
Dengan riang aku berjalan
Menuju candu di pesakitan
Tanah retak bukanlah keluhan
Hujan luka tidaklah sialan
Kisah senantiasa berulang
Menebarkan pengalaman
Tangisan hitam kualirkan
Pada sungai kenistaan
Berharap sampai di lautan
Deburkan ombak kearifan

30 Juli 2009 16:49 WIB


*) Puisi Tangisan Hitam ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran "Jurnal Nasional" edisi 20 Desember
2009.

35

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Di Pengasingan
Sejak dulu, di pengasingan, aku selalu menyanyikan lagu
Diiringi bunyi kegelapan yang menyuarakan luka waktu
Liriknya tentang kemerdekaan yang menghilangkan ragu
Terdendang bersama belenggu kelabu pada kesendirianku
Sebenarnya, aku tak sendirian, ada gelisah yang menemani
Juga dengung kenangan yang terdengar sendu sekali
Menambah pilu alunan lagu yang kunyanyikan
Hingga bertabuhan air mata yang berlinang
Seringkali, sambil menyanyi, aku merindukan mentari
Ia selalu tersenyum padaku saat datangnya hari
Dan mengecupku dengan embun-embun puisi
Di pengasingan, mentari diusir hingga pergi
Seharusnya, dengan sadar, aku tak boleh menyanyi
Di pengasingan, ada peraturan dilarang menyanyi
Bila melanggar, sepi akan menghukum dengan keji
Atas undang-undang fana berlandaskan lara hati
Sayang sekali, aku tak peduli, walau aku selalu dihukum
Biar langit jiwaku membasah, agar hujan kasih kian turun
Berharap membanjiri pengasingan hingga luluh dan runtuh
Walau perjuangan telah mengorbankan hakikat tubuh

6 September 2009 18:04 WIB


*) Puisi Di Pengasingan ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut Kembali
Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran "Jurnal Nasional" edisi 20 Desember 2009.

36

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Lupa
Ayah, kita senantiasa mencatat kelam
Pada hujan di sore kelabu
Yang meneteskan sendu
Adzan magrib pun berkumandang
Membawakan pesan
Tentang kemarau yang indah:
Kering air mata lirih kita
Perlukah merasa tersakiti bila sudah terobati?
Ayah, kini aku lupa pergantian musim
(Kenanganmu tak lagi bermukim)

7 Mei 2009 23:09 WIB


*) Puisi Lupa ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut Kembali
Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran Jurnal Nasional edisi 20 Desember 2009.

37

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kabar Kegelapan
Ibu, aku selalu lupa mengabarkanmu:
Angin masih menembus tubuhku
Seperti hantu
Dan membelai jiwaku, sodorkan rindu
Malam sendu
Aku terdiam dalam kelam
Ibu, apakah kau bisa tidur? Aku tahu:
Lelapmu menulis pilu tentangku
yang berkali-kali dicoret,
diperbaiki, dicoret lagi, diperbaiki lagi
Lantas menjadi puisi mimpi
Sedangkan aku seolah bangga pada malam
Yang membuat lelap menjadi alat
Untuk meniduri kenangan
Aku terdiam dalam kelam

7 Mei 2009 01:20 WIB


*) Puisi Kabar Kegelapan ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran Jurnal Nasional edisi 20 Desember
2009.

38

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Sebuah Pertemuan 1
: Dika Jatnika
Akhirnya kita sama-sama tahu
Cuaca dingin yang menebar angin kali ini
Adalah rindu-rindu awan kelabu:
Sebelum gerimis datang, terucaplah doa
Tentang pertemuan hujan yang tak sempat terwujud
Demikianlah
Hingga menjadi cerita di musim yang basah
Pada batas khatulistiwa yang meradang
Dan langit meratap, sebuah kebiasaan
Mendirikan kehampaan
Maka
Kau pun melebur ke dalam udara
Di musim selanjutnya, sambil menanti hujan
Membasahi tangismu yang mengering
Sedangkan aku menjadi puing-puing
Yang terombang-ambing
Oleh alam yang menjerit nyaring

6 Februari 2009 15:15 WIB


*) Puisi Sebuah Pertemuan 1 ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran Jurnal Nasional edisi 20 Desember
2009.

39

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Sebuah Pertemuan 2
: Dika Jatnika
Dan kita pun merebus pertemuan itu
Menjadi air mata yang mendidih
Tebarkan uap yang melukis perih
Menyatu dengan angin riuh nan lirih
Lantas kau putuskan untuk terbang
Agar melaju ke angkasa pilu
Raih awan-awan kelabu
Seperti harapan tanah tandus pada hujan
Sedangkan aku masih terdiam
Membeku dengan dinginnya malam
Mendurja pada kelam yang selalu bungkam
Seolah menghilangkan bising kejujuran
Mungkin hanya kicau burung hantu
Yang bisa menjelaskan
Mengapa sunyi itu penuh rahasia

10 Februari 2009 23:40 WIB


*) Puisi Sebuah Pertemuan 2 ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran Jurnal Nasional edisi 20 Desember
2009.

40

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Untuk Seorang Penyair


Wahai penyair
Aku tak bisa terlelap saat malam menjelma
Di mataku selalu nampak jiwamu membara
Mendobrak tatanan diri yang telah kubangun rapi
Seperti tahun-tahun berlalu dalam sejarah sepi
Awalnya kau basuh jiwaku dengan air puisi
Sampai bersih berkilau dari noda duniawi
Hingga bersamamu kugenggam dayung panjang
Sebrangi laut kehidupan yang lengang
Ungkapkan misteri yang tak terpecahkan
Deru mimpi pun kau libas bagai kereta api
Bermil-mil melaju menuju lorong-lorong sunyi
Hidupkan nurani yang telah lama mati
Pun derita yang menggulung dari gunung
Kurasakan sedemikian luka, menambah tetes air mata
Dalam kemanusiaan yang indah di tepi asa
Dan aku menaiki satu tangga dari langit
Kuraih tinggiku bersama pelukanmu yang hangat
Tapi entahlah saat ini
Jiwamu kian padam bersama lilin yang semakin jarang
Saat kutemui wajahmu di sebrang pulau mati
Kini ramaimu yang menyiar syair:
Mantra-mantra kelabu bertebaran
Lecet pun tak terhindari, menjadi bahan duka nan abadi
Wahai penyair
Akhirnya aku berjalan di kegelapan metafora
Kutemukan berbagai buntu yang penuh imaji
Puisimu usang dimakan kutu yang bersarang di otakku
Atas semua yang terjadi saat terakhirmu itu
Entah apa yang kini kutoreh dalam kata-kata
Mungkin hanya sebait makna yang mencari nyawa

19 Juni 2008 01:49 WIB


*) Puisi Untuk Seorang Penyair ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran "Jurnal Nasional" edisi 20 Desember
2009.

41

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kau Baru Saja Pergi


Kau baru saja pergi
Angin masih membelai kulitku
Lembut sekali
Tak menghembuskan kepergianmu
Detak jam bergerak cepat
Kau baru saja pergi
Kenangan penting terus dicatat
Aku membaca goresan pelangi
Seprei kasur berantakan, belum kubereskan
Biarkan saja, begitu katamu dengan nyaman
Kau baru saja pergi
Pintu kamar seharusnya dikunci
Mungkin aku selalu lupa
Ini hanya perkara biasa
Cinta bukan lagi fiksi
Kau baru saja pergi

21 Juni 2009 12:31 WIB


*) Puisi Kau Baru Saja Pergi ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut
Kembali Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran "Jurnal Nasional" edisi 20 Desember
2009.

42

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Manusia 1
Walau tubuhmu kian lapuk dengan mati
Jiwamu masih kusimpan dalam puisi

12 Juni 2008 08:24 WIB


*) Puisi Manusia 1 ini terdapat dalam buku kumpulan puisi IBS yang berjudul Merenggut Kembali
Keperjakaan (2009). Selain itu, puisi ini dimuat di koran "Jurnal Nasional" edisi 20 Desember 2009.

43

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Ziarah Kata 44 Penyair


(terbit pertama kali pada bulan Maret 2010 oleh Majelis Sastra Bandung)

44

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Roberto Roof
Masihkah kau ingat masa itu?
Begitu cantiknya tanah yang kita pijak
Seperti bidadari khayangan menyergap bumi
Daun-daun tak berguguran, melainkan semi menghijau
Bersama hilir mudik angin sejuk dari Ciremai*
Dalam keteguhan vulkanik yang sedu sedan
Hingga lahirlah penghujan yang memberi kenangan
Dan kau melihat jiwaku menembus awan kelam
Hatiku menari mendung di atas rambutmu
Air mataku memata-matai permata matamu
Kita pun saling menebar senyum, menepis kabut kelabu
Kau jangan berbicara!
Aku tahu isi kepalamu yang bercabang kata-kata
Aku tahu!
Karena aku terpaut pada debam di pintumu
Sungguh kerasnya rindu hingga memecah cermin
Maka merenunglah dengan hampa puing-puing
Masihkah kau ingat masa itu?
Adalah tempat yang ingin kutuju setelah meninggalkannya
Kini kita meratap di atap pengap yang amat senyap

8 Mei 2008 21:13 WIB


*) Ciremai merupakan nama gunung berapi yang terletak di kabupaten Kuningan, provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Puisi Roberto Roof ini terdapat dalam buku kumpulan puisi bersama yang berjudul Ziarah
Kata 44 Penyair (2010) yang diterbitkan oleh Majelis Sastra Bandung (MSB).

45

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Cinta Brengsek
(terbit pertama kali pada bulan Oktober 2010 oleh IBS Official Website dalam format
digital bersamaan dengan karya fotografi dengan judul yang sama)

46

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kepala Penismu (Penguntit)


Kepala penismu tak mampu membawamu
Arungi gelombang kedewasaan nuraga
Dalam kesunyian jiwa yang merdu
Kebingunganmu tak pernah bermuara
Kau menguntit duniaku dalam geli
Saat resahmu kian membasahi
Kau terus melakukannya sendiri
Seperti sepi meludahi diri
Padahal selalu ada yang mencari-carimu
Dalam katarsis usia yang kian merindu:
Kau mengerti makna dirimu sendiri
Tanpa melalah yang tak perlu kau cari
Waktu pun telah banyak kehilanganmu
Untuk kau peluk dengan kesadaranmu
Karena kau semakin membangun silu
Dengan terus menguntit duniaku
Mungkin kau termakan kepala penismu
Hingga kau mengharapkanku dalam kelu:
Mengagumi tanpa mau mengerti
Seperti nyawa yang selalu mati
Dan mungkin kau terlalu mencintaiku
Tanpa mempedulikan perasaanku padamu:
Pasangan yang menikah karena urusan tradisi
Terjebak oleh realitas yang menceraikan hati

1 Oktober 2010 23:43 WIB


*) Puisi Kepala Penismu (Penguntit) ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta
Brengsek (2010). Puisi ini pertama kali dipublikasikan di internet dan di situs facebook setelah IBS
mengalami berbagai macam teror dan penyerangan dari oknum orang beragama yang tidak menyukai
komentar personalnya mengenai kemunafikan dan kenaifan sejumlah orang beragama. Puisi ini sendiri
terinspirasi oleh sejumlah pria (yang diketahui sebagai oknum orang beragama) yang menguntit IBS,
meneror IBS, hingga membuat akun facebook IBS yang palsu.

47

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Di Kehidupan yang Lain


: Matthew Kuntzi
Di kehidupan yang lain, aku ingin menyerupaimu
Leburkan segala iri dan dengki dalam diri
Jadi rasa syukur yang tertanam diam-diam
Kenangan pun membenahi segala dendam
Untuk kesejahteraan sukma yang bermekaran
Bunga-bunga kasih sayang yang seharum kepasrahan
Tumbuh mewangi dan merebak hingga penuhi sanubari
Keberuntungan adalah hasil yang dipetik dari ketulusan
Pohon-pohon ketegaran telah membesar adanya
Rimbunkan tanah-tanah jiwa yang dilukai murka
Tapi itu di kehidupan yang lain, di kehidupan ini lain lagi
Aku hanya bisa meratapi bayanganmu dalam khayalanku
Walau kehadiranmu senyata hujan di subuh yang basah
Mimpi-mimpi buyar tanpa racikan peniduran yang lelap
Lantas air mata mengalir hapus keniscayaan mimpi
Sementara kau tetap tersenyum seperti mentari pagi
Embun-embunku berjatuhan mengingatkan malam
Atas kisah bahagia yang tercipta dari getirnya kelam
Dan di kehidupan ini, aku menunggu jiwamu di dalam tubuhku
Yang telah rapuh oleh candu pesakitan sepertimu dulu

16 Oktober 2010 05:16 WIB


*) Puisi Di Kehidupan yang Lain ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta
Brengsek (2010). Matthew Kuntzi adalah seorang mantan pengidap diabetes asal Amerika Serikat yang
sembuh dengan cangkok pankreas setelah beberapa kali mengalami komplikasi diabetes.

48

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Aku Mencintaimu
Aku mencintaimu
Pada keindahan malam
Kutitipkan rembulan
Di cahaya temaram yang kau sulam
Aku mencintaimu
Pada sinar mentari
Kumenaruh pagi
Di kecupan embun yang kau beri
Tapi hidup melukis pelangi
Hiasi langit biru
Aku akan singgah
Seperti air mengalir
Ke muara jiwa yang riuh permai
Di mana kasih sejuk membelai
Biar cinta ini mengalun abadi
Tanpa selalu tergenggami
Tahukah kau?
Kita adalah dua titik debu di tumpukan kelabu

28 April 2008 18:30 WIB


*) Puisi "Aku Mencintaimu" ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta Brengsek
(2010). Puisi ini adalah salah satu puisi IBS yang paling banyak dikomentari di situs facebook setelah
hanya dalam waktu kurang dari 2 hari dipublikasikan di situs tersebut pada hari Valentine, 14 Februari
2011.

49

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Cinta Brengsek 2: Lelaki Monster


(terbit pertama kali pada bulan Juni 2011 oleh IBS Official Website dalam format digital
bersamaan dengan karya fotografi yang berjudul Cinta Brengsek 2)

50

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Mengenang
Sungguh kekasihku
Cinta kita adalah cangkang telur yang rapuh
Dengan hantaman yang terkadang lembut
Pecahlah ruang-ruang di dalam
Hingga cairan tumpah ruah
Menyisakan licinnya bencana
Sungguh kekasihku
Gemintang yang genit tak mampu kupinjam
Rembulan pucat pasi tak bisa kubawa
Untuk hangatkan nuansa beku di antara kita
Rambutmu masih tergerai oleh angin hujan
Melambai-lambaikan kenangan
Mengisyaratkan kehampaan
Sungguh kekasihku
Masa silam menyimpan senyuman senja
Kita hanya termenung murung
Seharusnya bergegas bangun
Berlari mengejar siang
Kisahku bersamamu selintas kabut malam
Yang akan menghilang dengan sang fajar

31 Juli 2008 01:50 WIB


*) Puisi Mengenang ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta Brengsek 2:
Lelaki Monster (2011). Puisi ini juga merupakan puisi IBS yang paling populer dan paling banyak
dikomentari di situs facebook.

51

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

W
Aku tak mau lagi tidur di ranjang cintamu
Atau membelai seprei dadamu yang berbulu:
Tipis-tipis menggelikan dan mengecup haru
Malam demi malam menangisi waktu
Dalam ritus birahi yang menjamah pilu
Mungkin aku harus bertapa dalam kelam
Sampai kau mengerti tentang kehampaan
Yang selalu aku tanam dalam angan
Membuatmu semakin tak berharga
Dan desahku tersebar cuma-cuma
Tidakkah kau mengerti makna kesetiaan kita?
Adalah racun yang paling mematikan asa
Tempat rembulan membuat pusara untuk semua malam
Pada birahi yang kita taburkan dengan mata terpejam
Dan bila kita membukakan mata
Cinta menjadi tuhan yang berdosa

18 Desember 2009 00:14 WIB


*) Puisi W ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta Brengsek 2: Lelaki
Monster (2011).

52

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Kekasihku
Dia adalah sosok yang dinistai ulama payah
yang menyentuhku dengan kata yang patah
Lantas bercinta denganku dalam luka sejarah
Kisah Romeo dan Juliet dirobeknya susah-susah
yang menghasilkan kutukan-kutukan bedebah
Dari mereka yang menulis sumpah serapah
Mungkin kau akan melarangku untuk bersamanya
Dan mengecamku dengan sangat hina dina
Sambil menyantap kitab suci yang tak mampu kau cerna
Mencari-cari hukuman paling merah di dalam neraka
Sedangkan darahmu mengalahkan bara merahnya
Aku sama sekali tak mau peduli
Dia tetap bersamaku bersihkan sepi:
Kecupkan namaku saat hatinya menangis
Berharap takdir tak terbaca dengan bengis
Tak ada romansa biasa, tak ada puisi-puisi cinta
Aku dan dia berjalan di atas serpihan cahaya
Tersenyum pada mentari saat menyambut hari
Kau terbangun menggapai mimpi
Tentang cinta dan kebahagiaan hati
Aku dan dia tak perlu mencarinya lagi:
"Tuhan berlindung kepada kutukan setan yang suci."

27 Maret 2011 19:54 WIB


*) Puisi Kekasihku ini terdapat dalam kumpulan puisi cinta IBS yang berjudul Cinta Brengsek 2: Lelaki
Monster (2011).

53

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Selamat Tinggal, Cinta Brengsek!


(terbit pertama kali pada bulan Juli 2012 oleh IBS Official Website dalam format digital
bersamaan dengan karya fotografi dengan judul yang sama)

54

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Terbang
Di KFC Merdeka, kita rundingkan perkara kelu
tentang belenggu patriarki di banyak penjuru
dan kita racik ceria di kesederhanaan Imami
berbumbu pemberontakan atas jajahan lelaki
lantas kau menangis padaku karena suamimu yang berdebu
hatinya telanjur usang oleh zaman yang tak mampu ia sapa
buku-buku di kepalanya genggam teori yang membatu:
dua pernikahan dilahapnya tanpa dicerna rasanya
hingga aku mencintaimu dengan darah yang manis di tubuhku
kerap kukirim kehangatan waktu untuk dinginnya doamu
kala kau terjang mimpi-mimpi tentang masa depan
yang penuh nanah dan suramkan kepulangan
kau pun mencintaiku dengan perjuangan hujan
sembuhkan lara kekeringan atas murka sepiku
nutrisi basahnya tumbuhkan bunga kebebasan
bugarkan jiwaku dan jauhkan euforia cumbu
tapi mungkin kita terlena oleh sunyinya geram kegelapan
kicau burung hantu isyaratkan bisunya kelam malam
ada banyak hitam, kita terlalu bebas menafsirnya
padahal kebebasan meratapi kepekatannya
ternyata itu hanya aku, bukan juga kau
sucikan sugesti sendiri yang penuh keluh
kau terguling ke dalam sesal yang parau
kutukan takdir melucutimu dengan gaduh
aku tak dapat meraihmu di mana pun lagi
kau kehilanganku dengan khianat yang dini
jarak akhirnya rapat pada pelepasan mati
kita berpisah dengan letih yang pasti
kini aku sudah terbang jauh dari kisah kita
kutemukan nirwanaku pada awan mendung
walau masih tersisa endapan perjalanan kita:
selalu merdeka dan meraung-raung

16 April 2012 23:46 WIB


*) Puisi Terbang ini terdapat dalam kumpulan puisi digital IBS yang berjudul Selamat Tinggal, Cinta
Brengsek! (2012).

55

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Suatu Hari Nanti


Suatu hari nanti aku akan kembali
Membawa surga dari cahaya hati
Tebarkan kasih pada jalanan yang patah
Oleh langkah-langkahmu yang bedebah
Suatu hari nanti aku akan kembali
Cintai diri lewat puisi-puisi mimpi
yang dibacakan di panggung realita
Dan iblismu menangis menyaksikannya
Suatu hari nanti aku akan kembali
Gapai hatimu bersama mentari pagi
Waktu demi waktu berseri tanpa jeda
Warnai hari dengan indahnya cinta

1 Mei 2010 01:31 WIB


*) Puisi Suatu Hari Nanti ini terdapat dalam kumpulan puisi digital IBS yang berjudul Cinta Brengsek
2: Lelaki Monster (2011) dan Selamat Tinggal, Cinta Brengsek! (2012)

56

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Tentang Penulis
Iman Budi Santosa, atau dikenal dengan nama
panggilan IBS dan memiliki nama panggung Iman
Budi Susu, lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada
tanggal 27 Desember 1987. Semasa SMA, IBS
meraih Juara 1 Lomba Cipta Puisi Universitas
Kuningan tahun 2004 dan Juara 3 Lomba Menulis
Puisi Forum Lingkar Pena Bandung tahun 2005.
Selain itu, puisi-puisi IBS pernah diulas dan dimuat
dalam majalah "Lensa" dan koran "Jurnal Nasional"
serta tergolong ke dalam buku "Antologi Puisi
Berbahasa Daerah" (2008) yang diterbitkan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Barat dan buku "Ziarah Kata 44 Penyair" (2010)
yang diterbitkan oleh Majelis Sastra Bandung.
IBS yang merupakan lulusan Teknik Informatika Universitas Padjadjaran Bandung ini
juga telah menulis 6 buku antologi puisi tunggal yang berjudul "Cerita Lalu" (2003),
"Kontroversi" (2004), "Siluet" (2005), "Independen" (2006), "Ayah, Aku Benci Padamu"
(2007) dan "Merenggut Kembali Keperjakaan" (2009). Tahun 2010 hingga 2012, IBS
menerbitkan 3 kumpulan puisi dalam format digital bersamaan dengan karya fotografi,
yaitu "Cinta Brengsek" (2010), "Cinta Brengsek 2: Lelaki Monster" (2011) dan "Selamat
Tinggal, Cinta Brengsek!" (2012). Selain menulis puisi dan mengikuti beberapa kegiatan
klub puisi dan sastra di Bandung bersama teman-teman penyair/penulisnya, IBS sempat
menggeluti dunia teater, yaitu dengan bergabung dan mengikuti produksi pergelaran
teater musikal bersama Studiklub Teater Bandung (STB). IBS juga kerap tampil
membacakan puisi, membawakan "dance performance" dan "performance art" di
sejumlah pertunjukan seni di Bandung dan Jakarta dengan konsep pemberontakan
terhadap diskriminasi yang terjadi pada kaum minoritas, khususnya minoritas
gender/seksual. Karya "performance art" dan fotografinya meraih komentar positif dari
sejumlah seniman di berbagai negara, seperti Hong Kong, Singapura, Jepang, Australia
dan Swiss. Kunjungi websitenya di http://www.ibswebsite.tk.

57

10: Puisi-puisi Iman Budi Santosa (IBS) 2003-2013

Anda mungkin juga menyukai