Anda di halaman 1dari 7

Nama: Rania Bahmid

Kelas: 4-A

Nim:311421048

MK: Menulis Kreatif Sastra

1. Review puisi kangen karya W.S Rendra

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku

menghadapi kemerdekaan tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala lukaku

karna cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.

Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.

Apabila aku dalam kangen dan sepi

Itulah berarti

aku tungku tanpa api.

Review

Puisi “kangen” merupakan puisi karya W.S Rendra yang terhimpun dalam buku
“Empat kumpulan sajak” yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya pada 1961. W.S
Rendra memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, beliau lahir di Solo
tanggal 7 November 1935 dan menutup usia ditanggal 7 Agustus 2009. Beliau adalah penyair
ternama dan melegenda di Indonesia yang kerap di juluki sebagai “Burung Merak”.

Puisi “kangen” mengandung ungkapan kesedihan dan kesepian yang mendalam.


Penulis ingin mengungkapkan bahwa seseorang yang di rindukannya tak akan mengerti
betapa kesepian hidupnya meski sendiri tanpa cinta. Menahan rindu adalah hal yang
menyakitkan bahkan ketika mengenangnya. Serta perasaan sepi yang menyiksa
seseorang, seperti orang yang mengalami cacat fisik yaitu lumpuh ketika orang lumpuh
merasa takut, dan harus tetap menghadapinya. Orang yang dirindukannya sudah
menguasai jiwa dan pikirannya, sehingga susah untuk dilupakan dan merasakan
kesepian yang jauh lebih mendalam. Seseorang yang merasa kesepian karena
merindukan seseorang, ia merasa tidak berguna, karena hanya bias merindukan tanpa
bisa bertemu langsung dengannya.
Dari puisi “Kangen” dapat diambil pelajaran, Jika kita mencintain seseorang ada
baiknya cinta itu jangan terlalu berlebihan hingga dapat menyakitkan diri sendiri, serta
kita harus merelakan seseorang yang kita cintai karena keadaan yang tidak dapat
mempersatukan, seperti beda keyakinan dan tidak direstui orang tua. Jangan sampai
kita terjerat dalam kebinasaan dan bodoh dalam hal cinta. Walaupun seseorang itu
adalah suatu hal yang berarti dalam hidup kita. Namun, kita tetap harus merelakannya
demi kebahagiaan hidup masing-masing. Karena semua itu merupakan takdir Tuhan.

2. Review puisi “Dalam diriku” karya Sapardi Djoko Damono

dalam diriku mengalir sungai panjang,

darah namanya;

dalam diriku menggenang telaga darah,

sukma namanya;

dalam diriku meriak gelombang sukma,

hidup namanya!

dan karena hidup itu indah,

aku menangis sepuas-puasnya.

Review

Puisi “Dalam diriku” adalah salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono yang termuat
di dalam antologi puisi Hujan Bulan Juni yang menceritakan tentang kehidupan. Sapardi
Djoko Damono atau lebih sering disebut dengan nama singkatannya, SDD terkenal sebagai
penyair dan merupakan sosok yang membanggakan bagi masyarakat Indonesia. Karyanya
yang paling fenomenal di tengah-tengah masyarakat adalah Hujan Bulan Juni (1994) yang
juga pada tahun 2017 silam telah diangkat ke dalam film layar lebar.

Puisi “Dalam diriku” mengandung makna seolah-olah dalam diri manusia terdapat sungai
yang mengalir, tetapi yang dimaksudkan dengan sungai yang panjang adalah aliran darah.
Darah yang dimaksudkan dalam puisi ini lebih mengarah tentang hidup manusia. Yang mana
jika darah tidak mengalir atau berhenti, tidak ada lagi kehidupan.

Lalu, puisi ini memiliki makna yang dalam tentang pengenalan diri sekaligus pengenalan
terhadap Sang Khalik yang meniupkan ruh dalam darah dan sukma atau jiwa kita. "Aku
menangis sepuas-puasnya". Di dalam penggalan kalimat tersebut penulis menangis karena
merasa bahwa hidup itu berwarna dengan cinta dan dia menangis bukan karena sedih, tetapi
karena merasa bahagia dan terharu.

3. Review cerpen “cinta yang bergunung-gunung” karya Darmawati Majid.


A. Identitas Cerpen

Judul cerpen: Cinta yang bergunung-gunung

Karya: Darmawati Majid

Tanggal Terbit: 20 September 2020

B. Sinopsis

Cerpen ini mengisahkan tentang seorang perempuan bersama dengan kesedihannya yang
di tinggali sang suami, suaminya meninggal dunia. Sebelum meninggal suaminya datang
membawa seorang bayi mungil yang merupakan anak suaminya bersama dengan perempuan
lain. Ibu dari bayi itu telah di nikahi oleh suaminya 10 bulan yang lalu, tetapi wanita itu
meninggal saat melahirkan anak pertama mereka. Perempuan itu hanya bisa menatap kecewa
dan tidak percaya dengan apa yang suaminya katakan. Ia berharap bahwa suaminya itu bisa
berbohong saja kenapa harus mengatakan hal itu sejujur-jujurnya. Ia merasa suaminya bisa
mengatakan bahwa anak itu adalah anak dari keluarganya, bukan anaknya.

Seketika perempuan itu merasa cinta yang dulu bergunung-gung bersama dengan sang
suami perlahan sirna. Pengkhianatan tak bisa perempuan itu terima. Perempuan itu di paksa
menjadi ibu tiri. Anak dari perempuan itu selalu saja di pukuli, sedangkan anak suaminya dari
perempuan lain itu selalu hanya terdiam di kamarnya. Anak dari perempuan itu sangat
membenci ibunya. Anaknya selalu saja di siksa sedangkan anak suaminya dari wanita lain
selalu di manja olehnya, dibelikan baju-baju bagus dan makan makanan yang enak.

Kesalahan kecil yang di lakukan anaknya pasti membuat wanita itu akan selalu
memukulinya. Semua kejengkelan wanita itu pada hidupnya ia tumpahkan pada tubuh anak
laki-lakinya, ia senang mendengar anaknya minta ampun. Suami perempuan itu memutuskan
untuk bunuh diri dan hanya meninggalkan 2 orang anak dan ladang jagung yang hampir lelah
berbuah.

Perempuan itu sudah lelah berjualan gorengan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untung saja anak laki-lakinya mau menjajakannya keliling kampung. Meski anak laki-
lakinya sering protes karena anak dari selingkuhan suaminya yang bernama Lia tidak
melakukan semua yang dia lakukan.
Wak udin selalu saja masuk menyelinap masuk ke kamar perempuan itu. Perempuan itu
memiliki hutang kepada wak udin dan hanya di bayar dengan tubuhnya. Perempuan itu
sangat membenci perempuan itu tetapi hidupnya sangat bergantung pada lelaki itu.

https://www.jawapos.com/minggu/cerpen/20/09/2020/cinta-yang-bergunung-gunung/v

4. Review Anekdot ”Ekstrakurikuler”

Suatu hari, mengawali tahun ajaran baru, seorang guru melakukan sosialisasi kepada
siswa baru mengenai pentingnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. “Anak-anak,
selain kalian akan mendapatkan berbagai ilmu di sekolah ini, kalian juga dapat mengikuti
ekstrakurikuler.”
Ada banyak jenis ekstrakurikuler yang bebas dipilih, diantaranya seperti Pramuka, PMR,
PBB, basket, Rohis, paduan suara, drumband, dan masih banyak yang lainnya.” jelas guru
tersebut. Mendengar penjelasan guru itu, murid-murid pun penasaran sehingga mereka
bertanya ke guru tersebut. Benny, salah satu murid yang ada di kelas itu bertanya, “Bu,
memangnya apa gunanya ekstrakurikuler?”
Guru itu pun menjelaskan dengan detail, “Tentu saja banyak manfaatnya, di antaranya
melatih kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain sebagainya.” “Termasuk tambahan uang saku
ya, Bu?” Anto pun menimpali. Ibu guru yang mendengarnya hanya dapat tersenyum.
Teks anekdot ekstrakulikuler ini memiliki makna tersirat yaitu adalah melakukan sesuatu
tergantung niatnya. Tentu mendapatkan uang saku tambahan bagi anak sekolah merupakan
hal yang dapat membuat hati senang. Namun, kamu harus mengetahui bahwa uang saku
tambahan adalah uang yang diberikan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan tambahan.
Sehingga, ketika kamu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sepatutnya kamu memahami
kenapa kamu ingin bergabung, dan uang saku tambahan yang diberi orang tuamu harus
digunakan sebaik mungkin sesuai kebutuhan yang akan kamu butuhkan nantinya.
5. Review artikel popular “Waspadai Pergaulan Bebas Bagi Generasi Bangsa”
Artikel dengan judul “waspadai pergaulan bebas bagi generasi bangsa” merupakan artikel
karya Ruth Avrilda Nathania. Artikel ini membahas mengenai pergaulan bebas yang terjadi
di kalangan remaja yang ternyata berasal dari eksploitasi seksual pada media yang ada di
sekeliling kita. Usut punya usut, ternyata pergaulan bebas juga sering dikonotasikan sebagai
hal yang negatif seperti narkoba, seks bebas, kehidupan malam, perilaku negatif yang
melanggar norma dan agama.
Dalam artikel ini di jelaskan jika pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-
kota besar. Menurut penelitian yang dilakukan di negara bagian North Carolina, Amerika
Serikat menemukan bahwa keterkaitan antara suguhan seks melalui media dengan perilaku
seks di kalangan remaja. Tayangan tersebut tidak hanya berupa film yang tayang di televisi
saja loh! Tetapi juga bisa melalui majalah, musik, dan pertunjukan.
Menurut hasil dari penelitian tersebut para remaja sudah terlanjur mendapat informasi
yang salah dari media, cenderung melakukan seks bebas karena hal tersebut dianggap sudah
biasa di kalangan sebayanya, ditambah dengan tanggapan yang salah dari ungkapan “masa
SMA adalah masa yang paling menyenangkan dan harus dinikmati.”
Menurut artikel popular ini kondisi Indonesia saat ini sangatlah mengkhawatirkan karena
tidak dapat dipungkiri bila dikatakan bahwa gaya hidup baru pribadi masyarakat Indonesia
cenderung hedonisme (mencari kebahagiaan sebanyak mungkin) seperti hura-hura, hal ini
memicu perilaku seks bebas, khususnya di kalangan remaja.
Dalam artikel ini juga di jelaskan penyebab dan dampak pergaulan bebas. Penyebab
remaja melakukan pergaulan bebas, khususnya di kalangan pelajar yaitu kurangnya pegangan
hidup remaja dalam hal keyakinan atau agama dan ketidak stabilan tingkat emosional. Hal
tersebut menyebabkan perilaku yang tak terkendali pada remaja, dan pola pikir yang rendah.
Dampak yang terjadi pada remaja pergaulan bebas adalah sikap mental yang tidak sehat dan
pola pikir yang salah, pelampiasan rasa kecewa, kegagalan remaja yang menyerap norma,
dan rasa penasaran dan pemahaman perasaan yang labil.
Artkel ini melahirkan solusi atas masalah dari pergaulan bebas seperti memperbaiki cara
pandang, menjaga keseimbangan pola hidup, berfikir untuk masa depan, dan menegakkan
aturan hokum dan memperdalam ajaran agama.
https://www.balitbangham.go.id/detailpost/waspadai-pergaulan-bebas-bagi-generasi-bangsa
6. Resensi buku “Antologi Apresiasi Kesusastraan”
Judul: Antologi Apresiasi Kesusastraan

Penulis: M. Kasim, Hamka, Idrus, Trisno Sumardjo, Rusman Sutiasumarga, Djamil


Suherman, A.A. Navis

Editor: Jakob Sumardjo & Saini K.M.

Penerbit: PT Gramedia

Tahun Terbit: 1986

Halaman: 161

ISBN: 979-403-075-9

Membaca buku ini seperti kita menelisik dan mengkaji masa lalu, jejak-jejak sejarah
dimana kearifan lokal dan juga budaya masih terjaga dan dipercayai oleh masyarakat kala itu,
namun meskipun begitu hadirnya budaya tersebut di zaman modernisasi sekarang ini menjadi
budaya kekayaan. Tidak hanya seperti menelisik masa lalu dalam buku ini juga terdapat
cerpen yang mengangkat kisah cinta beda agama dan lain sebagainya. Cerpen-cerpen dari
buku ini tulis oleh para sastrawan Indonesia.

Judul cerpen pertama dari buku ini yaitu “Bertengkar Berbisik” karya M. Kasim.
Cerpen ini menerapkan konsep simulakra oleh Jean Baudrillard. Simulakra merupakan
sebuah upaya untuk memanipulasi tanda agar makna yang dimanipulasi tersebut tampak
nyata dan dianggap sebuah realitas sejati oleh masyarakat. Simulakra dicirikan dengan
adanya dua hal, yakni hiperrealitas dan simulasi. Berdasarkan hal itu, ditemukan sebuah
upaya manipulasi tanda yang dilakukan oleh tiga tokoh yang berperan sebagai musafir dalam
cerpen ini. Motif yang dilakukan melalui tindakan ini adalah keinginan tiga tokoh akan
kemudahan akses kepada kepala kampung agar mereka dapat diterima dengan baik.

Cerpen selanjutnya berjudul “Malam Sekaten” karya Hamka. Cerpen yang terbit pada
tahun 1930an ini menceritakan tentang kegagalan cinta antara dua remaja dalam cerpen ini,
yakni antara Atma dan Warnidah, terjadi lantaran yang seorang muslim, dan yang lain lagi
seorang Kristiani. Jadi dalam cerpen ini perbedaan agama telah menjadi penghalang
hubungan mereka. Untuk merangkai cerita bagaimana Atma si pemuda Muslim dan
Warninah si gadis Kristen bisa berjumpa, maka Hamka menciptakan “tiga pertemuan
kebetulan” dan menjadikan perayaan Sekaten sebagai latar belakang.

Cerpen ketiga dalam buku ini berjudul “Kisah Sebuah Celana Pendek” karya Idrus.
Cerpen ini berkisah tentang Kusno dengan celana pendeknya pemberian dari ayahnya. Celana
satu-satunya yang dia miliki. Kusno adalah seorang pemuda usia 14 tahun yang baru saja
lulus sekolah rakyat dan hendak mencari kerja. Namun berkali-kali dia melamar selalu
ditolak. Dan akhirnya dia berhasil menjadi opas. Tapi dengan gaji seorang opas, Kusno tidak
mampu lagi membeli celana. Uang yang ada untuk makan saja tidak mencukupi. Makin lama
celana itu makin lusuh warnanya makin pudar dan benangnya mulai lepas. Ketika akan
meminta celana kepada sepnya dia malah dibentak. Kusno akhirnya memilih keluarga dari
pekerjaannya. Dia kemudian sakit karena kelaparan. Ingin rasanya dia menjual celananya,
tetapi niatnya itu diurungkannya. Ia akhirnya memilih hidup dengan memakan daun-daun
kayu.
Cerpen keempat berjudul “Narcissus” karya Trisno Sumardjo. Cerpen ini
mengisahkan tentang seseorang yang melihat seorang gadis membuang lembaran kertas
harian dengan penuh kesedihan lalu dia datang mengambilnya dan membacanya.

Cerpen kelima yang berjudul “Gadis Bekasi” karya Rusman Sutiasumarga. Tokoh
dalam cerpen ini bernama Warsiah. Warsiah adalah anak petani yang ditinggalkan oleh
ayahnya karena romusha dan ditinggalkan oleh ibunya sehari setelah pembakaran rumah.
Cerpen ini berlatar di stasiun kereta api Jakarta – Cikampek dan pohon hangus dekat bekas
rumah Warsiah.

Cerpen keenam berjudul “Malam Mauludan” karya Djamil Suherman. Cerpen ini
menceritakan tentang pesantren Kedungpring yang menyambut datangnya bulan Maulud.

Cerpen terakhir dalam buku ini berjudul “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis.
Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji
Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan
beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra
Indonesia. Cerpen ini bercerita tentang kisah tragis matinya seorang Kakek penjaga surau
(masjid yang berukuran kecil) di kota kelahiran tokoh utama cerpen itu. Dia - si Kakek,
meninggal dengan menggorok lehernya sendiri setelah mendapat cerita dari Ajo Sidi-si
Pembual, tentang Haji Soleh yang masuk neraka walaupun pekerjaan sehari-harinya
beribadah di Masjid, persis yang dilakukan oleh si Kakek.

Kekurangan pada buku: Beberapa cerpen dalam buku ini menggunakan bahasa yang cukup
rumit, terdapat kata-kata non-baku yang mungkin sulit di mengerti oleh beberapa pembaca.

Kelebihan pada buku: meskipun memiliki beberapa bahasa yang cukup rumit tetapi
kehebatan pengarang dalam menuliskan cerpen akan sangat terasa unsur deskripsinya.

Anda mungkin juga menyukai