0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan4 halaman
1. Sikap bahasa adalah reaksi penilaian terhadap bahasa tertentu dan merupakan posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau orang lain. Sikap bahasa dapat berupa positif maupun negatif.
2. Sikap positif mencakup kesetiaan, kebanggaan, dan kesadaran akan norma bahasa, sementara sikap negatif meliputi ketidakpedulian dan ketidakbanggaan terhadap bahasa.
3. Kes
1. Sikap bahasa adalah reaksi penilaian terhadap bahasa tertentu dan merupakan posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau orang lain. Sikap bahasa dapat berupa positif maupun negatif.
2. Sikap positif mencakup kesetiaan, kebanggaan, dan kesadaran akan norma bahasa, sementara sikap negatif meliputi ketidakpedulian dan ketidakbanggaan terhadap bahasa.
3. Kes
1. Sikap bahasa adalah reaksi penilaian terhadap bahasa tertentu dan merupakan posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau orang lain. Sikap bahasa dapat berupa positif maupun negatif.
2. Sikap positif mencakup kesetiaan, kebanggaan, dan kesadaran akan norma bahasa, sementara sikap negatif meliputi ketidakpedulian dan ketidakbanggaan terhadap bahasa.
3. Kes
Uraikan pengertian sikap bahasa menurut pendapat Anda
Sikap bahasa (language attitude) adalah peristiwa kejiwaan dan merupakan bagian dari sikap pada umumnya. Sikap berbahasa merupakan reaksi penilaian terhadap bahasa tertentu. Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau orang lain (Kridalaksana 2001:197). Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197). Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur. Namun dalam hal ini juga berlaku ketentuan bahwa tidak setiap perilaku tutur mencerminkan sikap bahasa. Demikian pula sebaliknya, sikap bahasa tidak selamanya tercermin dalam perilaku tutur. Dibedakannya antara bahasa (langue) dan tutur (parole) (de Saussure, 1976), maka ketidaklangsungan hubungan antara sikap bahasa dan perilaku tutur makin menjadi lebih jelas lagi. Sikap bahasa cenderung mengacu kepada bahasa sebagai sistem (langue), sedangkan perilaku tutur lebih cenderung merujuk kepada pemakaian bahasa secara konkret (parole). 2. Jelaskan bentuk sikap positif dan negatif, serta berikan contohnya. a. Sikap Positif terhadap Bahasa Sikap positif terhadap bahasa adalah sikap antusiasme terhadap penggunaan bahasanya. Berkenaan dengan ini, Garvin dan Mathiot (Chaer dan Agustina, 2010: 152) mengemukakan adanya ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa sebagai berikut. 1) Kesetiaan bahasa (language loyality) yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanyapengaruh bahasa lain. 2) Kebanggaan bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat. 3) Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan, yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use). Batasan sikap bahasa dikemukana oleh Lambert (Sulastriana 1967: 91-102) bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu:(1) Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan dan gagasan yang digunakan dalam proses berpikir; (2) Komponen afektif menyangkut masalah penilaian suka atau tidak suka terhadap sesuatu; dan (3) Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir melalui komponen inilah orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap keadaan yang dihadapinya.Dengan kata lain, sikap positif terhadap bahasa adalah sikap antusiasme terhadap penggunaan bahasanya, sedangkan sikap negatif terhadap bahasa adalah sikap tidak atusiasme terhadap penggunaan bahasanya. CONTOH - Sikap kesetiaan berbahasa indonesia. report flag outlined. - Sikap kesadaran adanya norma atau aturan yang berlaku dalam bahasa indonesia. report flag outlined. - Sikap kebanggaan berbahasa indonesia. Sikap Negatif terhadap Bahasa Sikap negatif terhadap bahasa akan menyebabkan orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan pelestarian bahasa. Mereka menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri. Bahkan, mereka merasa malu memakai bahasa itu (Suandi, 2014: 153). Dalam keadaan demikian, orang mudah beralih atau berpindah bahasa pada bahasa yang lebih bergengsi dan lebih menjamin untuk memperoleh kesempatan di sektor modern dan semacamnya. Sikap berbahasa ditekankan pada kesadaran diri dalam menggunakan bahasa secara tertib, setiap orang harus disadarkan untuk bertanggung jawab terhadap bahasa ibunya dan bahasa nasionalnya. Pateda, (2007: 26). Secara spesifik, Pateda mengemukakan ciri-ciri orang yang bertanggung jawab dalam pemakaian bahasa yaitu, (1)selalu berhati-hati menggunakan bahasa, (2) tidak merasa senang melihat orang yang menggunakan bahasa secara serampangan, (3) memperingatkan pemakai bahasa kalau ternyata ia membuat kekeliruan, (4) mertarik perhatiannya kalau orang menjelaskan hal yang berhubungan dengan bahasa, (5) dapat mengoreksi pemakaian bahasa orang lain. Apabila ketiga ciri sikap positif terhadap bahasa tersebut sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri seseorang atau sekelompok orang tersebut. Garvin dan Mathiot (Chaer dan Agustina, 2010: 152) mengemukakan ciricirisikap negatif terhadap bahasa sebagai berikut. 1) Jika seseorang atau sekelompok anggota masyarakat bahasa tidak ada lagigairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanyamaka hal itu merupakan suatu petunjuk bahwa kesetiaan bahasanya mulai lemah yang tidak mustahil jika nantinya menjadi hilang sama sekali. 2) Jika seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota suatu masyarakattidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya dan mengalihkankebanggaannya kepada bahasa lain yang bukan miliknya. 3) Jika seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota suatu masyarakat sampai pada ketidaksadaran akan adanya norma bahasa. Sikap demikianbiasanya akan mewarnai hampir seluruh perilaku berbahasanya. Merekatidak ada lagi dorongan atau merasa terpanggil untuk menggunakan bahasa secara cermat dan tertib mengikuti kaidah yang berlaku. Mereka cukupmerasa puas asal bahasanya dimengerti lawan tuturnya. Tidak adanyakesadaran akan adanya norma bahasa membuat orang-orang seperti itutidak merasa kecewa dan malu kalau bahasa yang digunakannya kacaubalau. Jalan yang harus ditempuh untuk mengubah sikap negatif itu menjadi sikap bahasa yang positif adalah dengan pendidikan bahasa yang dilaksanakan atas dasar pembinaan kaidah dan norma bahasa di samping norma-norma sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Namun, berhasil atautidaknya masih bergantung pada motivasi belajar siswa, yang bisa dilihat dari sikap siswa terhadap bahasa yang sedang dipelajarinya. Jelas disini bahwa tiap orang diusahakan bukan saja harus mencintai bahasanya melainkan juga menggunakan bahasanya secara tertib. Mereka harus sadar bahwa bahasa itu akan diwariskan lagi kepada generasi berikutnya. CONTOH Sikap negatif adalah sikap kurang menyenangi tidak peduli, tidak bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa Indonesia, meremehkan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia tidak perlu lagi dipelajari, sikap latah ikut-ikutan atau meniru yang belum tentu benar ucapan atau tindakan orang lain. 3. Jelaskan pengertian kesantunan berbahasa menurut pendpt Anda. Kesantunan berbahasa adalah hal memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain dalam berbahasa, baik saat menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesantunan berbahasa merupakan bidang kajian pragmatika, yang antara lain telah dituliskan oleh Lakoff, Fraser, Brown dan Levinson, Leech, serta Pranowo. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial (Yule, 1996: 104). Tujuan utama kesantunan berbahasa adalah memperlancar komunikasi (Mislikhah, 2020). Kesantunan berbahasa merupakan tatacara berprilaku yang disepakati oleh suatu masyarakat sebagai aturan perilaku sosial. Prinsip kesantunan berbahasa Aturan-aturan tersebut terdapat pada prinsip kesantunan berbahasa yang terdiri dari 6 (enam) prinsip kesantunan, yakni Maksim Kebijaksanaan, Maksim Kedermawanan, Maksim Penghargaan, Maksim Kesederhanaan, Maksim Permufakatan, dan Maksim Kesimpatian. 4. Jelaskan bentuk-bentuk kesantunan berbahasa, dan berikan contohnya. kesantunan berbahasa adalah pengungkapan pikiran dan perasaan dengan halus, baik dan sopan dalam interaksi komunikasi verbal. Kesantunan berbahasa mencerminkan budi halus dan pekerti luhur seseorang dengan tidak menyakiti perasaan dan memberikan pilihan kepada orang lain. Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010: 11), menyatakan bahwa ”Bentuk kesantunan berbahasa terbagi atas dua muka atau wajah (face), yaitu:1) Muka negatif, yaitu mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. 2) Muka positif, yaitu mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut dihargai. Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson berkisar pada nosi muka (face). Semua orang yang rasional memiliki muka (dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dihormati, dan sebagainya. Menurut mereka nosi muka itu dapat dibedakan menjadi muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Sedangkan muka positif mengacu ke citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. Kesantunan imperatif berkenaan dengan muka negatif, dimana tuturan ini berfungsi untuk membuat mitra tutur melakukan sesuatu. Memuji atau memberikan pujian, menawarkan bantuan, menyetujui dengan memberikan alasan, memelihara atau menjaga perasaan petutur, memperlihatkan solidaritas dapat dikategorikan sebagai kesantunan positif. Memuji berarti memberikan pujian, menawarkan bantuan berarti mendukung muka petutur sebab penutur bisa menunjukkan image tentang dirinya sendiri sebagai orang yang membantu teman. Muka positif sipetutur diselamatkan , sebab apapun yang dilakukan petutur bahwa penutur menawarkan bantuan dipandang sebagai terlibat dengan orang lain. Sedangkan menunjukkan penghormatan, meminta maaf, memberikan opsi atau pilihan kepada petutur, patuh dan mengalihkan pembicaraan berarti berusaha untuk mengganti topik pembicaraan lain agar petutur tidak merasa malu, dikategorikan ke dalam kesantunan negatif. CONTOH Menggunakan tuturan yang tidak langsung. Menggunakan bahasa kias. Memakai gaya bahasa penghalus dibandingkan ungkapan biasa. Membedakan tuturan yang dikatakan dengan yang dimaksudkan. Fungsi kesantunan berbahasa terdapat pada menyatakan informasi, menyatakan perjanjian, menyatakan keputusan, menyatakan keterangan, menyatakan selamat, meminta pengakuan, meminta keterangan, meminta alasan, meminta pendapat, meminta kesungguhan, menyuruh, melarang, meminta maaf, dan mengeritik.