Anda di halaman 1dari 3

Nama: Mulia Zahara

NIM: 180740030

1. Konsep mengenai sikap pada umumnya dan sikap bahasa pada khususnya!
Sikap bahasa adalah anggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu bahasa, apakah
senang atau tidak terhadap bahasa tersebut, sehingga sikap bahasa mempengaruhi
terhadap pemilihan bahasa. Lambert menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan dan gagasan yang digunakan
dalam proses berfikir.
b. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian suka atau tidak suka terhadap
sesuatu.
c. Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir melalui
komponen inilah orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap
keadaan yang dihadapinya.
2. Hubungan antara sikap dan perilaku atau perbuatan
Sikap merupakan cara individu untuk membawa dirinya pada suatu tempat dimana
seorang individu tersebut melakukan sesuatu sesuai dengan cara berfikir, serta merasakan
keinginan untuk bertindak. Saat seseorang dalam keadaan yang memaksa untuk
melakukan sesuatu secara spontan, sehingga sikap yang seseorang lakukan tersebut
mengarah kepada perilaku. Beberapa kejadian tersebut juga bisa dihubungkan dengan
psikologi social sehingga akan terbentuk sebuah persepsi mengenai suatu tingkah laku
yang kita lakukan.
3. Perbedaan pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologi social dalam pemilihan
bahasa

Dalam masyarakat multibahasa tersedia berbagai kode, baik berupa bahasa, dialek,
variasi, dan gaya untuk digunakan dalam interaksi sosial. Untuk istilah terakhir,
Kartomihardjo lebih suka mempergunakan istilah ragam sebagai padanan dari style.
Dengan tersedianya kode-kode itu, anggota masyarakat akan memilih kode yang tersedia
sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam interaksi sehari-hari, anggota
masyarakat secara konstan mengubah variasi penggunaan bahasanya. Dalam memahami
pemilihan bahasa, para psikolog memiki pandangan yang berbeda. Penutur menerapkan
asumsi dasar tentang potensi linguistic lawan bicaranya dalam masyarakat dwilingual
atau multilingual. Hal ini didasarkan pada teori akomodasi bahasa, yaitu ketika penutur
mengalami proses wacana interaktif dia mungkin akan konvergen terhadap bahasa lawan
bicaranya atau divergen terhadap kode bahasanya sendiri. Keputusan seseorang dalam
memilih bahasa atau menggunakan salah satu kode bahasa bergantung pada ongkos (cost)
atau reward yang dipersepsikan akan diperolehnya.

4. Hubungan antara ketiga komponen sikap (kognitif, afektif dan konatif) dengan pemilihan
satu bahasa untuk keperluan tertentu.
Orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan
yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap ini (kognitif, afektif, dan konatif) pada
umumnya berhubungan dengan erat. Namun, seringkali pengalaman “menyenangkan’
atau “tidak menyenangkan” yang didapat seseorang di dalam masyarakat menyebabkan
hubungan ketiga komponen itu tidak sejalan. Apabila ketiga komponen itu sejalan, maka
bisa diramalkan perilaku itu menunjukkan sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam
hal itu perilaku tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap. Banyak pakar yang
memang mengatakan bahwa perilaku belum tentu menunjukkan sikap.
5. Proses terjadinya bahasa Sunda yang keindonesia-indonesiaan, atau bahasa Indonesia
yang kesunda-sundaan
kajian pemilihan bahasa dalam masyarakat di Indonesia bertemali dengan permasalahan
pemakaian bahasa dalam masyarakat dwibahasa atau multibahasa karena situasi
kebahasaan di dalam masyarakat Indonesia sekurang-kurangnya ditandai oleh pemakaian
dua bahasa, yaitu bahasa daerah sebagai bahasa ibu (pada sebagaian besar masyarakat
Indonesia), bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa asing. Studi pemilihan
bahasa dalam masyarakat seperti itu lebih mengutamakan aspek tutur (speech) daripada
aspek bahasa (language). Sebagai aspek tutur, pemakaian bahasa relatif berubah-ubah
sesuai dengan perubahan unsur-unsur dalam konteks sosial budaya.
6. Peningkatan atau perluasan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dengan segala akibat positif dan negatifnya.
Akibatnya bahasa ibu atau bahasa pertama perlahan menghilang dan digantikan dengan
bahasa Indonesia yaitu bahasa yang digunakan oleh semua rakyat Indonesia, tanpa
menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu, tidak terjadi kesalahpahaman jika sudah
digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Anda mungkin juga menyukai