Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiolinguistik

DOSEN PENGAMPU

Dr. H. Maohammad Pribadi, M.A. M.Si.

(19580118 199403 1 001)

DISUSUN OLEH :

Vania Cahyaningtyas
18201010035

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4

A. Hakikat Bahasa ................................................................................................................................. 4


B. Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan ................................................................................................... 5
C. Hakikat Budaya ................................................................................................................................. 6
D. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan .................................................................................................. 7
a) Hubungan Koordinatif .................................................................................................................. 7
b) Hubungan Subordinatif ................................................................................................................. 8
BAB III....................................................................................................................................................... 10

PENUTUP.................................................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 11

2|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa dalam penggunaan (language in use) bukanlah sekedar alat komunikasi, tetapi lebih
dari itu bahasa dalam penggunaan merupakan bagian dari pesan dalam komunikasi.. Setiap
anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak
sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (mitra bicara,
penyimak, atau pembaca). Bahasa sebgai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian dari
sistem kebudayaan.

Sedangkan budaya merupakan hal yang sangat kompleks di masyarakat. Begitu banyak
fungsi bahasa terhadap kebudayaan, seperti sebagai sarana pengembangan kebudayaan, sarana
pembinaan kebudayaan, jalur pembinaan kebudayaan, dan sarana inventarisasi kebudayaan. Oleh
karena itu, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya manusia karena antara bahasa
dan budaya memiliki hubungan kausalitas atau hubungan timbal-balik. Bahasa merupakan salah
satu hasil budaya manusia, sedangkan budaya manusia banyak pula dipengaruhi oleh bahasa.
Lebih penting dari itu, kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa bahasa karena
bahasalah faktor yang memungkinkan terbentuknya kebudayaan. Jadi, bahasa merupakan
cerminan kebudayaan suatu masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat dari bahasa dan kebudayaan ?


2. Bagaimana fungsi dalam bahasa dan kebudayaan ?
3. Apa hubungan antara bahasa dan kebudayaan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat dari bahasa dan kebudayaan.


2. Untuk mengetahui fungsi dalam bahasa dan kebudayaan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara bahasa dan kebudayaan.

3|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa

Semua manusia, dari mana pun dia berasal tentu mempunyai bahasa. Begitu mendasar
berbahasa ini bagi manusia, sama halnya seperti bernafas yang begitu mendasar dan perlu dalam
hidup manusia. Jika kita tidak mempunyai bahasa, maka kita akan kehilangan kemanusiaan kita.
Kita tidak lagi dapat berfungsi sebagai homo sapiens (makhluk yang berpengetahuan).

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang :

a) Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi
itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita.
b) Arti atau makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan
adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar. Untuk selanjutnya, arus bunyi itu disebut
dengan arus ujaran (Ritonga, 1:2012).

Berikut ini adalah pengertian beberapa bahasa menurut beberapa ahli. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV (2014:116), dituliskan bahwa :
1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota satu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun.1

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa bila tidak
terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak,
haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat
bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap sruktur bunyi
ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpunlah bermacam-
macam susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, yang masing-masing mengandung
suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa. Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi,

1
Rina Devianty, Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan Edisi 2, Medan : Jurnal Tarbiyah, 2017, hlm. 230.

4|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


yang mengandung suatu makna tertentu, bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari
suatu masyarakat bahasa.

Perbendaharaan kata baru akan mendapat fungsinya bila telah ditempatkan dalam suatu arus
ujaran untuk mengadakan interelasi antar anggota masyarakat. Penyusunan kata-kata itu pun
harus mengikuti suatu kaidah tertentu, diiringi suatu gelombang ujaran yang keras-lembut,
tinggi-rendah, dan sebagainya. Bila semuanya telah mencapai taraf yang demikian, maka kita
sudah boleh berbicara tentang bahasa secara umum, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai alat
komunikasi antar anggota masyarakat.

B. Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan

Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, bahkan bahasa sering juga disebutkan sebagai
faktor dominan dari kebudayaan. Kebudayaan dari sudut pandang ilmu bahasa adalah (1)
pengatur dan pengikat masyarakat penutur bahasa itu, (2) butirbutir dan satuan-satuan yang
diperoleh manusia pemakai bahasa melalui jalur belajar atau pendidikan, (3) pola kebiasaan dan
perilaku manusia, dan (4) suatu sistem komunikasi dalam masyarakat yang berperan dalam
membentuk dan memelihara kesatuan, kerja sama, dan kehidupan.

Dengan dasar-dasar di atas, maka dalam kebudayaan bahasa berfungsi sebagai:

1. Sarana pengembangan kebudayaan

2. Sarana pembinaan kebudayaan

3. Jalur pemeliharaan dan penerus kebudayaan

4. Jalur dan sarana inventarisasi kebudayaan.

Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya manusia karena antara bahasa
dan budaya ada semacam hubungan timbal-balik atau kausalitas. Bahasa merupakan salah satu
hasil budaya, sedangkan budaya manusia banyak pula dipengaruhi oleh bahasa.

Fungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat interaksi sosial, walaupun bukan satu-
satunya alat interaksi sosial. Selain bahasa, masih banyak alat lain yang dapat digunakan sebagai
alat interaksi sosial tersebut, tetapi apabila dibandingkan dengan media lainnya, bahasa

5|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


merupakan alat yang paling penting dan lengkap, serta paling sempurna dalam melaksanakan
interaksi.2

C. Hakikat Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi,
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Ada beberapa macam definisi kebudayaan, bergantung pada sudut pandang pembuat definisi
itu. Kroeber dan Kluckhon (1952) mengumpulkan berpuluh-puluh definisi yang dibuat ahli-ahli
antropologi dan membaginya atas enam golongan, yaitu:
1. Deskriptif, yakni definisi yang menekankan unsur-unsur kebudayaan.

2. Historis, yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara
kemasyarakatan.
3. Normatif, yakni definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai aturan hidup dan
tingkah laku.
4. Psikologis, yakni definisi yang menekankan kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri
kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup.
5. Struktural, yakni definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang
berpola dan teratur.
6. Genetik, yakni definisi yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya
manusia. Di sisi lain, Ohoiwutun (2002:77) mengatakan kebudayaan itu mencakup seluruh
perbuatan manusia.3
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu
yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, serta meliputi sistem ide atau sebuah gagasan
yang ada dalam pikiran seorang manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak. Kebudayaan merupakan benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, yang berupa prilaku, serta benda-benda yang bersifat nyata, sebagai
2
Ibid, hal 236-237.
3
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 11.

6|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


contoh pola perilaku, peralatan hidup, bahasa, organisasi sosial, seni, religi, dsb, yang semuanya
yang keseluruhannya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
dalam bermasyarakat.4

D. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan

Ada beberapa teori mengenai hubungan Bahasa dengan kebudayaan. Secara garis besar, teori-
teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu menyatakan hubungan yang
bersifat subordinatif, dimana bahasa dibawah lingkup kebudayaa, dan hubungan yang bersifat
koordinatif, yakni hubungan yang sederajat dengan kedudukannya yang sama tinggi.

Kebanyakan ahli mengatakan bahwa kebudayaan menjadi mainsystem, sedangkan


bahasa hanya merupakan subsystem, tidak ada atau belum ada yang mengatakan sebaliknya.

Berkaitan dengan hubungan yang bersifat koordinatif antara bahasa dan kebudayaan.
Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua system
yang “melekat” pada manusia karena kebudayaan merupakan system yang mengatur interaksi
manusia, sedangkan bahasa atau kebudayaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana
keberlangsungan sarana itu.5

a) Hubungan Koordinatif
Ada fenomena menarik mengenai hubungan yang bersifat koordinatif ini. Pertama, ada yang
mengatakan hubungan tersebut terikat erat seperti sekeping mata uang logam : sisi yang satu
adalah sistem kebahasaan dan sisi yang lain adalah sistem kebudayaan (Silzer : 1990 Chaer :
1995, 218). Jadi, pendapat ini sejalan dengan konsep Masinambouw diatas, bahwa kebahasaan
dan kebudayaan merupakan dua fenomena yang berbeda tetapi hubungannya sangat erat.
Misalnya : para dokter akan lebih mudah berbicara tentang fenomena medis karena mereka
mempunyai perbendaharaan kata (istilah) tentang itu.

Di samping itu ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya
sama tinggi. Ada hipotesis dari dua pakar linguistik ternama, yakni Edward Sapir dan Benjamin
Lee Whorf bahwa, bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara

4
Rina Devianty, op. cit, hal 231-232.
5
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 217-218.

7|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


dan jalan pikir manusia. Oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain,
suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa yang lain, akan mempunyai corak budaya dan
jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan–perbedaan budaya dan jalan pikir manusia itu
bersumber dari perbedaan bahasa atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai pikiran
sama sekali.

Dalam ilmu pengetahuan, seperti juga telah dikemukakan oleh Masinambouw (1985),
bahasa itu hanyalah alat untuk menyatakan atau menyampaikan pikiran. Suatu pikiran bila
dinyatakan dengan bahasa yang berbeda-beda tidaklah akan menjadi berbeda-beda, pikiran itu
akan tetap sama. Hanya, karena bahasa itu bersifat unik, maka rumusannya mungkin menjadi
tidak akan sama. Misal, bandingkan orang inggris menanyakan nama dengan kalimat, “what is
your name?‟ sedangkan orang indonesia dengan kalimat “siapa namamu?” jadi, dengan kata
lain, bahasa tidak mempengaruhi jalan pikiran6

b) Hubungan Subordinatif
Menurut koentjoroningrat bahasa yaitu subordinatif, merupakan bagian dari kebudayaan
atau dengan kata lain bahasa itu dibawah lingkup kebudayaan.

Hubungan langsung itu yang menyatakan bahwa bahasa adalah hasil kebudayaan (Levi-
Strauss, 1963. Sibarani, 1992 : 104). Bahasa yang diucapkan atau dipergunakan oleh suatu
kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cerminan keseluruhan kebudayaan masyarakat
tersebut. Dengan kata lain, bahasa hanya akan mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Misalnya :

Bahasa Sunda Bahasa Jawa


Amis „manis‟ Amis „amis‟
Raos „enak‟ Raos „rasa‟
Atos „sudah‟ Atos „keras‟

Makna kata-kata sering berbeda apabila ditinjau dari segi tingkat tutur sesuai budaya
yang mendasarinya. Misalnya :

6
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. ?????

8|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


Bahasa Sunda Bahasa Jawa
Putu „cucu‟ (halus) Putu „cucu‟ (netral)
Incu „cucu‟ (kasar) Wayah „cucu‟ (halus)
Lambe „halus‟ (halus) Lambe „netral‟ (netral)
7

7
Ahmad Mujib, “Hubungan Bahasa dan Kebudayaan”. Adabiyyat. Vol. 8 No. 1, Juni 2009, hlm. 150 – 151.

9|BAHASA DAN KEBUDAYAAN


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda namun mempunyai hubungan
yang sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan
sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Bahasa sangat
dipengaruhi cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya. Kalau kebudayaan adalah
sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah sistem
yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi tersebut. Bahasa adalah alat komunikasi
utama, dan dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasan kepada orang
lain. Bahasa mmemungkinkan untuk membangun kebudayaan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan dengan demikian meningkatkan mutu kehidupanya.

Hubungan koordinatif dicirikan dengan kualitas hubungan timbal balik antara keduanya,
sedang hubungan subordinatif mencerminkan satu kualitas hubungan yang hanya sepihak,
artinya dinamika-dinamika budayalah yang mempengaruhi dinamika bahasa, dan bukan
sebaliknya.

10 | B A H A S A D A N K E B U D A Y A A N
DAFTAR PUSTAKA
Rina Devianty. 2017. Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Medan : Jurnal Tarbiyah.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.
Ahmad Mujib, 2009. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan. Ponorogo : Adabiyyat.

11 | B A H A S A D A N K E B U D A Y A A N

Anda mungkin juga menyukai