Anda di halaman 1dari 32

SASTRA DALAM PERUBAHAN MASYARAKAT

MODERN

Disusun Oleh:

Nadima (1830208039)

Dosen Pengampu : Dr. Idawati, S.Ag, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
PEMBAHASAN .............................................................................................. 1
A. Pengertian Bahasa Indonesia ................................................................... 1
B. Fungsi Bahasa Indonesia .......................................................................... 2
1. Fungsi Bahasa Secara Umum ............................................................... 2
2. Fungsi Bahasa Secara Khusus ................................................................ 2
C. Penggunaan Bahasa Pada Saat Ini ........................................................... 3
D. Bahasa Dalam Sastra ................................................................................. 4
E. Pengertian Sastra ....................................................................................... 5
F. Selintas Tentang Sastra Indonesia ............................................................ 6
G. Pengembangan SDM Dalam Kebahasaan Dan Kesastraan ................... 9
H. Sastra Dalam Perubahan` Masyarakat Modern ..................................... 12
I. Penilaian Karya Sastra .............................................................................. 13
J. Gaya Bahasa Dalam Sastra ....................................................................... 14
1. Macam-macam Karya Sastra Berdasarkan Bentuknya .......................... 16
2. Macam-macam Karya Sastra Berdasarkan Waktu Pembuatannya ........ 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18


REFERENSI ..................................................................................................... 19

ii
ABSTRAK

Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra.
maka bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan penyampaian pesan
dalam sastra. Setiap tulisan Gaya berbahasa dan cara pandang seorang pegarang
dalam memanfaatkan dan menggunakan bahasa tidak akan sama satu sama lain dan
tidak dapat ditiru oleh pengarang lain yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya
penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya. Dari dulu sampai sekarang, karya
sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa.

Tanggapan dan penilaian terutama menyangkut berbagai peristiwa sosial,


budaya, dan norma-norma kehidupan. Kesusastraan sendiri mengandung potensi-
potensi kearah keluasaan manusia dan semangat hidup semesta. Membaca karya
sastra memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia atau
masyarakat, dan menimbulkan pikiran serta motivasi untuk berbuat sesuatu bagi
manusia atau masyarakat itu.

Dalam karya sastra ini, mengenai filsafat keindahan, filsafat seni, tidak akan
dibicarakan secara khusus, melainkan dibicarakan bersamaan dengan pembicaraan
kriteria karya sastra yang lebih langsung berhubungan dengan wujud penilaian.
ABSTRACK

Language is one of the most important elements in a literary work, so language


acts as a means of expressing or conveying messages in literature. Every language
style writing and perspective of an author in using and using language will not be the
same with each other and cannot be imitated by other authors who will later have a
writing style that is influenced by the author. From the past until now, literary works
can be used to develop the thingking of the nation.

Responses and assessments mainly concern various social, cultural and norms of
life. Literature itself has the potensial of human freedom and the spirit of universal
life. Reading literature allows one to get input about humans or society, and raises
thoughts and motivations to do something for that person or society.

In this literary work, the philosophy of beauty, the philosophy of art, will not be
disussed specifically, but discussed together with the discussions of the criteria of
literary works that are more directly related to the from of judgment.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk


menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah
alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Menurut keraf bahasa
Indonesia memiliki dua pengertian. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai
alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Sedangkan menurut
santoso bahasa adalah rangkain bunyi yang di hasilkan oleh ucap manusia secara
sadar.

Namun, lebih jauh Bahasa adalah alat untuk bereaksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan.
Dalan studi sosialinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa
bunyi, bersipat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena
dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan
sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan
apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan
penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud
dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan
baik apa yang dikatakan.

2
B. Fungsi Bahasa Indonesia

1. Fungsi Bahasa Secara Umum

1) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui


bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam
hatidan pikirankita.

2) Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang


melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca
atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Manusia memakai dua
cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal
dilakukan menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi
cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa
aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu
diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di


lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung
situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-
formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat
berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.

4) Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur
kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat.

2. Fungsi bahasa secara khusus

1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah


makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk
sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan
non formal.

3
2) Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan
melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan
yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan
pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

3) Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat


mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian
yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya
sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal.

C. Penggunaan Bahasa Pada Saat ini

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi antar masyarakat Indonesia yang


digunakan agar bisa saling berinteraksi dengan orang lain. Bahasa Indonesia
merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia, dan bahasa Indonesia juga merupakan
bahasa Nasional seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 36 yang berbunyi : “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia” oleh sebab itu,
kita wajib menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Seperti yang kita ketahui, bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang wajib
dimengerti oleh masyarakat Indonesia, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
pemersatu antara bahasa daerah yang beragam seperti di dalam kutipan Sumpah
Pemuda yang berbunyi “kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa
persatuan yaitu Bahasa Indonesia”. Hal tersebut membuktikan bahwa bahasa
Indonesia adalah milik bangsa Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Bahasa
Indonesia juga yang menjadi salah satu budaya kebanggaan masyarakat Indonesia
dan dapat dijadikan ikon utama bangsa Indonesia, karena Negara maju pun belum
tentu memiliki bahasa mereka sendiri

4
 Pemeliharaan Bahasa Indonesia

Pemeliharaan bahasa Indonesia dalam rangka pelaksanaan pembinaan


bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai tujuan ganda, yaitu mempertahankan
kehadiran atau eksistensi dan kedudukan serta fungsi bahasa Indonesia di satu pihak,
dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangkan bahasa Indonesia di pihak lain.
Tiap aspek tujuan ini membutuhkan tindakan pemeliharaan sendiri-sendiri.Dalam
rangka mempersiapkan tindakan pemeliharaan nya yang tepat sudah tentu diperlukan
pemahaman terhadap lingkup masalah pemeliharaan bahasa Indonesia ini.

Tanpa sarana ini, besar kemungkinan tindakan pemeliharaan yang dilaksanakan


tidak mengena, bahkan mungkin pula akan menyimpang atau bertentangan dengan
yang diinginkan.

Lingkup masalah pemeliharaan bahasa Indonesia cukup luas, dan rumit pula
keadaannya. Tidak mungkin semuanya dapat dipahami sekaligus dalam kesempatan
terbatas seperti sekarang ini, lebih-lebih lagi kalau mau dipersoalkan sampai yang
paling kecil.

Walaupun demikan, dalam rangka berpartisifasi dengan gerakan pembinaan bahasa


Indonesia, agaknya sejumlah satuan masalah pemeliharaan bahasa Indonesia yang
disajikan berikut ini dapat dipertimbangkan.

 Pengembangan Bahasa

Pengembangan bahasa Indonesia dalam rangka pelaksanaan pembinaan


bahasa Indonesia pada dasarnya dimaksudkan untuk (1) melengkapi kekurangan
bahasa Indonesia, (2) mengurangi kelemahan-kelemahannya, dan (3) meningkatkan
mutu kemampuannya sebagai alat komunikasi.

Pengmbangan ini boleh dikatakan sebagai semacam keharusan dalam


pembinaan bahasa Indonesia. Dikatakan demikian karena kondisi objektif bahasa
Indonesia belum optimal kemampuannya mengimbangi perkembangan modern dari

5
kehidupan masyarakat, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi makin rumit
keadaannya. Usaha-usaha releva untuk mewujudkan tujuan pengembangan bahasa
Indonesia adalah usaha-usaha yang dipaparkan dalam uraian-uraian berikut.

D. Bahasa Dalam Sastra

Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra.
maka bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan penyampaian pesan dalam
sastra. Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah
aspek dari estetika. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Zulfahnur,

Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam
sebuah bacaan. Setiap penulis mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya
mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat
dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang
ditulisnya. Hal ini selaras dengan pendapat Pratikno (1984: 50) bahwa sifat, tabiat
atau watak seseorang itu berbeda-beda.

Gaya bahasa ialah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu


untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis
sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tertulis. perbandingan, gaya bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan dan
gaya bahasa pertentangan.

Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis pada hakikatnya adalah cara
menggunakan bahasa yang setepat-tepatnya untuk melukiskan perasaan dan pikiran
penulis yang berbeda dari corak bahasa sehari-hari dan bersifat subyektif.

6
E. Pengertian Sastra

Secara umum, Pengertian Sastra adalah sebuah karya yang indah , baik itu
tulisan serta juga lisan. Dengan berdasarkan dari asal usul, definisi sastra diistilahkan
ialah sebagai "kesustraan" susastra yang berasal dari bahasa sansekerta, yakni sastra.
"su" yang berartikan bagus atau juga indah, sedangkan dari "sastra" yang berartikan
"buku, tulisan atau juga huruf". Dengan secara etimologi, dari arti kedua kata tersebut
bisa disimpulkan bahwa arti dari "susastra atau sastra" adalah suatu tulisan yang
indah.

Istilah dari sastra tersebut terus mengalami perkembangan. Kesusastraan


tersebut tidak hanya berupa dengan tulisan, namun tetapi kesusastraan juga ada yang
berbentuk lisan. Karya semacam itu dinamakan ialah dengan sastra lisan. Oleh sebab
itu, sekarang yang dinamakan dengan kesusastraan tersebut meliputi karya sastra
lisan serta tertulis dengan ciri khasnya terdapat pada suatu keindahan bahasanya.
Gaya berbahasa dan cara pandang seorang pegarang dalam memanfaatkan dan
menggunakan bahasa tidak akan sama satu sama lain dan tidak dapat ditiru oleh
pengarang lain karena hal ini sudah menjadi bagian dari pribadi seorang pengarang.
Kalaupun ada yang meniru pasti akan dapat ditelusuri sejauh mana persamaan atau
perbedaan antara karya yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat diketahui mana
karya yang hanya sebuah jiplakan atau imitasi.

Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan berkaitan fungsi


dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya dalam sastra selalu dikaitkan dengan
konteks yang melatar belakangi pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya
bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa itu
digunakan.

Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan kemampuan


pengarang, semakin baik gaya bahasa yang digunakan, semakin baik pula penilaian
terhadapnya. Sering dikatakan bahwa bahasa adalah pengarang yang terekam dalam
karya yang dihaslkannya

7
F. Selintas tentang sastra Indonesia

Sastra (modern) Indonesia adalah bentuk karya sastra yang baru. Suatu bentuk
sastra yang sebelumnya tidak dikenal dalam tradisi sastra Nusantara ia juga
merupakan produk dari masyarakat yang baru, yang kemudian bernama masyarakat
Indonesia. Tongak-tongak sejarah yang penting di dalam perkembangan sastra
(modern) Indonesia ditandai oleh besarnya pengaruh bentuk-bentuk sastra barat.
Puisi-puisi M. Yamin, Roestam Effendi, dan Sanosie Pane yang berbentuk sonata
(yang merupakan awal dari puisi-puisi modern Indonesia) berasal dari bentuk-bentuk
puisi itali yang masuk melelui sastra belanda. Puisi-puisi Angkatan Punjanga Baru
mendapat pengaruh yang amat besar dari Angkatan 80-an Negeri Belanda. Dan,
bukanlah puisi-puisi Chairil Anwar, pelopor Angkatan 45 kita, secara kentara sekali
mendapat pengaruh dari pengarang-pengarang Marsman dan Slauerhoff, juga dari
Negara Belanda.

Masyarakat Indonesia, pada awal-awal perkembangannya, memang


menunjukan gejala membara itu. Tidak ayal hal itu juga terlihat dengan jelas di
kehidupan sastranya. Mulai dari struktur dan jenis karya-karya ditulis, sampai
kepada permasalahan yang diungkapkan sebagai tema di dalam karya-karya tersebut.

Dalam fungsinya, pada awal-awal pertumbuhan Sastra Indonesia lebih


cenderung sebagai sastra yang mengemban misi tertentu, yakni misi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sastrawan lebih merasa sebagai seorang guru dibandingkan
seorang seniman. Sastra dijadikan media untuk menyampaikan ide-ide, pikiran-
pikiran, dan pandangan sehubungan misi yang diemban: mendidik rakyat.

Misi “mendidik rakyat” dan mejadikan sastra sebagai “media penyampaian


ide-ide” seperti itu mewarnai karya-karya sastra dari Angkatan balai pustaka
(Angkata 20-an) dan Angkatan pujangga Baru. Tujuan yang demikian tidak saja
mempengaruhi tema-tema yang dipilih, yakni yang berhubungan dengan masalah-
masalah feodalisme (di dalam Angkatan Balai Pustaka ) dan idealism yang di
ungkapkan secara romantic ( di dalam Angkatan Pujangga Baru), tetapi juga akan

8
berpengaruh terhadap unsur-unsur struktur karya sastra yang yang lain seperti plot,
latar ( setting ), penokohan (karakteristik), dan gaya bahasa (style).

Plot sederhana tapi cenderung bertele-tele, tokoh-tokohnya adalah tokoh-


tokoh stereotype hitam-putih; setting jelas dunianya dan dikesankan seolah-olah
true-story; gaya bahasa cenderung hiperbola dan dengan ungkapan-ungkapan dan
symbol-simbol yang tetap (dan kemuthan menjadi klise).

Angkatan 45 lahir dengan latar belakang sejarah yang lain. Tidak hanya latar
belakang perlawanan terhadap penjajahan, tetapi lebih-lebih oleh latar belakang
yang luas: Perang Dunia (I dan II), terbukanya pintu gerbang dunia dan kemajuan
teknologi komunikasi, datangnya jepang sebagai “saudara tua” dan kemajuan
menjajah tak kurang kejamnya, revolusi fisik, dan lain-lain. Semuanya itu
mengajarkan” dua hal: pertama, alangkah kecilnya dunia, dan kedua, betapa
rapuhnya nasib manusia.

Apa yang terjadi di tempat lain dengan mudah pengaruhnya dirasakan juga di
di Tanah Air dan karenanya juga manusia merasa senasib, tumbuhnya solidaritas
kemanusiaan manusia yang hamper-hampir melupakan batyasan-batasan geopilitik
kenegaraan.

Latar belakang sejarah yang demikian membuat karya-karya sastra dari


Angkatan 45 menjadi humanis. Ia tidak juga hanya terbenam di dalam kemerduan
bunyi dan keindahan kata dan cita, tapi terutama mengedepankan kedalam makna.

Sesudah hiruk-piuk dunia dan gejolak perjuangan kemerdekaan reda, tiba


masanya untuk melakukan itropeksi dan berpikir lebih jernih. DSi dalam
kebudayaan, misalnya, jendela dunia yang terbuka lebar yang menyebabkan
Angkatan 45 berteriak “kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia”,
dalam praktiknya ternyata tidaklah sesederhana itu. Ternyata mereka (atau kita) tetap
saja menjadi warna dari suatu masyarakat yang lebih kecil. Meraka (dan kita) tidak
atau belum sepenuhnya membebaskan diri dari masyarakay dan tata nilai

9
sebelumnya. Para budayawan dan para seniman ternyata masih tetap saja menoleh
dari nilai-nilai kebudayaan tradisional dan tentu member isi dan semangat yang baru.
Pengaruh kebudayaan barat memang menjadi titik terelakan. Namun nilai-nilai dan
unsur-unsur dari kebudayaan subkultur(etnis) tentu tetap saja mewarnai kehidupan
kebudayaan Indonesia sebagai satu bentuk kebudayaan yang baru. Bahkan
kecenderungan selama dasawarsa terakhir memperlihatkan bahwa hal itu juga di
lakukan dengan sadar.

Di dalam kehidupan kesusastraan Indonesia sesudah tahun 50-an, misalnya,


muncul sastrawan-sastrawan yang mencoba kembali memasukkan unsur-unsur dan
nilai-nilai sastra-tradisional ke dalam karya-karya mereka.

Perkembangan kesustraan yang demikian tentunya juga akan berpengaruh


terhadap perkembangan kritik sastra. Atau, kritik semestinya juga harus tanggap
terhadap perkembangan tersebut. Dengan demikian, kritik sastra bisa lebih berperan
di dalam perkembangan kesusastraan.

Dengan pemahan terhadap perkembangan tersebut, kritik sastra tidak saja


mampu memberikan penghargaan dan pemikiran, tetapi juga bisa menjelaskan
karya-karya tersebut kepada masyarakatnya. Ia bisa menjelaskan konvensi-konvensi
dan penolakan terhadap konvensi-konvensi di dalam sebuah dan sejumlah karya
sastra

G. Pengembangan SDM Kebahasaan Dan Kesastraan

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) bidang kebahasaan dan


kesastraan di Indonesia, khususnya di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
tidak dapat dilepaskan dai peran Prof. Dr. Anton M. Moeliono ketika menjabat
Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (November 1984 – Februari
1989). Masalah pengembanagn SDM kebahasaan dan kesastraan yang paling

10
menonjol beliau lakukan, menurut hemat saya, berkaitan dengan masalah
pembakuan bahasa Indonesia. Tindakan yang dilakukaan Prof. Dr. Anton M.
Moeliono merupakan lanjutan dari upaya yang telah dirintis oleh prof. Dr. Amran
Halim, Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa periode sebelumnya
(1975 – 1984). Peningkatan mutu SDM bidang kebahasaan dan kesastraan dilakukan
Prof. Dr. Amran Halim melalui penataran bertahap yang berakhir pada pengiriman
lima orang ke Negeri Belanda setipa tahun untuk melakukan studi lanjutan di
Universitas Leiden. Orang-orang yang telah menempuh pendidikan lanjutan di
Negeri Belanda inilah yang diberi kesempatan oleh Prof. Dr. Anton M. Moeliono
untuk mengikuti program doktor di Universitas Indonesia. Selain itu, ada juga
beberapa orang yang telah memperoleh gelar doktor yang bukan peserta penataran
tersebut.
Langkah-langkah yang beliau ambil adalah sebagai berikut.

a. Menunjuk 10 orang tenaga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk


mengikuti program doktor;
b. Mencari tenaga pengajar di luar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
yang juga untuk mengikuti program doktor;
c. Membimbing dengan sepenuh hati, mencarikan promotor dan kopromotor untuk
mereka yang mengikuti program tersebut;
d. Mencarikan dana berupa beasiswa dan biaya hidup;
e. Mendorong para peserta program untuk menyelesaikan penyusunan disertai
secepatnya.

Langkah a – c merupakan langkah yang ditunggu-tunggu, baik oleh pusat


pembinaan dan Pengembangan Bahasa maupun oleh peserta itu sendiri, mengingat

a. Tenaga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa akan memiliki tenaga ahli
yang berpendidikan S-3;

11
b. Masalah kebahasaan dan kesastraan yang merupakan tugas pokok Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa akan dipikirkan oleh tenaga yang
berkualitas dan diharapkan menghasilkan karya yang bermutu pula;
c. Tenaga ahli kebahasaan dan kesastraan akan menyebar ke beberapa provinsi
termasuk wilayah timur Indonesia.

Langkah d dan e merupakan langkah yang sangat rumit karena:

a. Tidak tersedianya dana untuk mendukung program S-3;


b. Kendala waktu. Kemampuan dan persiapan diri untuk mengikuti S-3 agak
kurang;
c. Kendala waktu yang ada pada pembimbing.

Ketiga masalah tersebut telah diusahakan oleh Prof. Dr, Anton M. Moeliono
dengan cara (1) memberikan kegiatan penelitian yang ada di Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada para peserta S-3 selama tiga tahun; (2) mencarikan
dana bantuan dari luar negeri; (3) mengusahakan dilanjutkannya ILDEP I.

Usaha-usaha yang dilakukan beliau itu membuahkan hasil, yaitu 8 orang dari
10 tenaga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang mengikuti S-3 ini telah
selesai, yaitu (1)Dr. Hans Lapoliwa, M.Phil., (2) Dr. Hasan Alwi, (3) Dr. Edwar
Djamaris, (4) Dr. Yayah B. Lumintaintang, (5) Dr. Nafron Hasjim,

(6) Dr.Dendy Sugono, (7) Dr.S. Effendi, dan (8) Dr. Sri Sukesi Adiwimarta.
Tenaga-tenaga tersebut telah berkiprah di Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa baik sebagai pemimpin maupun sebagai tenaga fungsional peneliti.

Melahirkan sejumlah doktor di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


merupakan obsesi tahap pertama Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Tahaap selanjutnya
adalah mengikutsertakan sejumlah tenaga teknis Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa dalam program S-2 manakala Universitas Indonesia membuka

12
program tersebut. Sampai saat ini Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah
memiliki sejumlah megister, sementara yang lain masih terus berjuang mengikuti,
baik program S-2 maupun program S-3. Mudah-mudahan wajah masa depan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa makin cerah.

H. Sastra Dalam Perubahan Masyarakat Modern

Proses perubhan Masyarakat adalah dimensi yang sangar kompleks, yang di


dorong oleh faktor-faktor ekonomi, politik, budaya, nilai, ilmi, teknologi, agama,
ideology, sikap, cita-cita, atau harapan, juga oleh dunia luar secara luas ( Lubis,
1997:17). Hal-hal yang terjadi di luar negeri turut pula mempengaruhi
perkembangan Masyarakat dalam waktu yang sangat singkat. Dikatakan bahwa
dunia ini telah dikecilkan oleh kemajua teknologi pengangkutan dan komunikasi.
Inilah tanda masyarakat modern yang selalu berubah.

Sebenarnya dalam masyarakat modern dala kesusastraan dan nilai-nilai dapat


berkembang dengan subur dan nilai-nilainya dapat dirasakan manfaatnya oleh
umum. Kesusastraan sendiri mengandung potensi-potensi kea rah keluasaan manusia
dan semangat hidup semesta. Pada karya-karya sastra yang berhasil terkandung
ekspresi total pribadi manusia yang meliputi tingkat-tingkat pengalaman biologi,
sosial, intelektual, dan religious (Sastrowardoyo, 1992:69). Nilai-nilai seperti itu
sangat diperlukan oleh masyarakat modern. Nilai-nilai itu sebagai hasil observasi
yang tajam dari pengarang yang dituangkan dalam karya sastra. Realitas-realitas
dalam simbolis karya sastra dapat diberikan interpretasi baru.
Selanjutnya interpretasi itu dapat membangkitkan aspirasi baru bagi pembaca
(masyarakat) (Kartodirdjo, 1948:8-9).
Dari dulu sampai sekarang, karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan
wawasan berpiker bangsa. Ini berarti sastrawan ikut serta dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bngsa. Sastrawan dapat memberikan tanggapan sekaligus
penilaian terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat modern. Tanggapan dan

13
penilaian terutama menyangkut berbagai peristiwa sosial budaya dan norma-norma
kehidupan (Djojonegoro, 424-425).

Bagi pembaca karya sastra itu dapat menggugah perasaannya, mendorong


orang memikirkan masalah masyarakat dan manusia. Membaca karya sastra
memungkinkan seseorang mendapat masukan tentang manusia atau masyarakat, dan
menimbulkan pikiran serta motivasi untuk berbuat sesuatu bagi manusia atau
masyarakat itu. Dalam diri manusia sebagai pribadi dan anggota masyarakat timbul
kepedulian terhadap apa yang dihadapi masyarakat.

Kalau kepedulian itu muncul, dengan sendirinya ia akan melakuakn berbagai


hal untuk mengubah atau memperbaiki kehidupan masyarakat. Jadi, sastra dapat
berperan dalam proses perubahan masyarakat itu. Proses perubahan itu anatara lain
dapat (1) menimbulkan kebiasaan membaca yang sangat dibutuhkan pada era
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) menimbulkan rasa simpati terhadap
penderitaan masyarakat dan berusaha untuk mengulanginya; (3) memantapkan
budaya yang beretika dan bemoral tinggi dalam kehidupan sebagai makhluk tuhan,
anggota masyarakat dan kebribadiannya; dan (4) mencintai kebenaran, keberanian,
kejujuran, ketabahan, dan ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan. Disuatu pihak, melalui karya sastra, masyarakat dapat menyadari
masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang
bertanggung jawab terhadap perubahan diri meraka sendiri (Lubis, 1997:34)

I. Penilaian Karya Sastra

karya sastra harus ditunjukkan niali seninya. Kalau tidak demikian, sastra
belum sempurna memenuhi fungsinya. Masalah estetika sastra itu berhubungan
dengan konsep keindahan, berhubungan dengan filsafat keindahan,yaitu apakah yang
disebut indah itu. Oleh karena itu, dalam pembicaraan penilaian karya sastra ini,
mengenai filsafat keindahan, filsafat seni, tidak akan dibicarakan secara khusus,

14
melainkan dibicarakan bersamaan dengan pembicaraan kriteria karya sastra yang
lebih langsung berhubungan dengan wujud penilaian.
Aliran-aliran penilaian karya sastra terbagi menjadi tiga, yaitu (1) penilaian
relativisme, (2) penilaian perspektivisme, dan (3) penilaian absolutisme.

1) Penilaian relativisme adalah aliran penilaian yang menilai karya sastra


berdasarkan paham kenisbian, yaitu nilai karya sastra itu nisbi, tergantung pada
tempat dan waktu lahirnya karya sastra. Tiap-tiap periode itu mempunyai estetik
sendiri-sendiri, tiap-tiap tempat itu mempunyai ukuran dan konsep estetik sendiri.

2) Penilaian perspektivisme adalah Perspektivisme (Critical Perspectivism)


Paham penilaian perspektivisme berusaha menganalisis sesuatu cipta sastra dari
berbagai sudut pandang atau dari berbagai aspek. Paham ini beranggapan bahwa
suatu cipta sastra itu mempunyai sifat abadi (eternal) dan historis (historical). Abadi
dalam memiliki suatu ciri yang tertentu dan historis dalam arti cita sastra itu telah
melewati suatu perkembangan yang dapat diruntut. Perspektivisme memungkinkan
tiap periode atau tiap zaman untuk memberikan suatu penilaian terhadap suatu cipta
sastra, sehingga dengan demikian akan nampak masa-masa perkembangan yang
telah dilalui oleh cipta sastra itu. Perspektivisme mengakui nilai suatu cipta sastra
pada masa terbitnya, pada masa-masa yang telah dilalui dan pada masa sekarang.
Mungkin suatu cipta sastra dipandang bernilai pada masa terbitnya, akan tetapi
kemudian dipandang kurang bernilai pada masa-masa berikutnya atau dapat juga
terjadi yang sebaliknya.

3) Penilaian absolutisme adalah paham penilaian yang menilai karya sastra dari
sudut pandang absolut, yang mutlak, yaitu menilai karya sastra berdasarkan paham
tertentu, ide-ide tertentu, politik atau ide-ide pragmatik. Karya sastra dipandang
bernilai (seni) bila sesuai paham, tujuan pendidikan, atau pun ide politik yang resmi.

15
J. Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra

Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat


digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam
sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu
oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa
selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa
mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima,
matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya
sastra. Retorika merupakan penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis yang
diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu bagaimana seorang
pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasannya.
Pengungkapan bahasa dalam sastra mencerminkan sikap dan perasaan pengarang
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap dan perasaan pembaca. Untuk itu,
bentuk pengungkapan bahasa harus efektif dan mampu mendukung gagasan secara
tepat yang memiliki segi estetis sebagai sebuah karya. Kekhasan, ketepatan, dan
kebaruan pemilihan bentuk-bentuk pengungkapan yang berasal dari imajinasi dan
kreatifitas pengarang dalam pengungkapan bahasa dan gagasan sangat menentukan
keefektifan wacana atau karya yang dihasilkan. Hal ini bisa dikatakan bahwa bahasa
akan menentukan nilai kesastraan yang akan diciptakan.

 Jenis-Jenis Gaya Bahasa dalam Karya Sastra

Beberapa ragam majas dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Gaya bahasa perbandingan, terdiri dari: Metafora, personifikasi, asosiasi,


alegori, parable, metonomia, litotes, sinekdopke (dibagi menjadi 2, pares pro
toto dan totem pro tate), eupisme, hiperbola, alusio, antonomasia, perifrase,
simile, sinestesia, aptronim, hipokorisme, dipersonifikasi, disfemisme, fabel,
eponym, dan simbolik.
2. Gaya bahasa sindiran, terdiri dari: Ironi, sinisme, sarkasme, innuendo, dan
satire.

16
3. Gaya bahasa penegasan, terdiri dari: Pleonasme, repetisi, paralelisme,
klimaks, anti-klimaks, inversi, elepsi, retoris, koreksio, asimdeton,
polisindeton, interupsi, eksklamasio, enumerasio, preterito, apofagis,
pararima, aliterasi, tautologi, sigmatisme, antanaklasis, alonim, kolokasi,
silepsis, dan zeugma.
4. Gaya bahasa pertentangan, terdiri dari: Paradoks, oksimoron, antithesis,
kontradiksio interminis, anakronisme.

 Macam-macam Karya Sastra

1. Macam-acam Karya Sastra Berdasarkan Bentuknya

Macam-macam. Karya satra dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu puisi,
prosa, dan drama.

a. Puisi
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya terikat oleh berbagai ketentuan. Ketentuan
itu menyangkut jumlah kata, bait, larik, rima, dan irama. Contoh puisi yaitu pantun,
syair, gurindam, puisi modern.

b. Prosa
Prosa adalah karya sastra yang bebas dari berbagai ketentuan. Tidak ada aturan
mengenai jumlah kata, bait, baris/larik, rima, dan irama. Pengarang bebas
menggunakan kata-kata dan merakitnya sesuai selera. Contoh prosa yaitu dongeng,
hikayat, certita pendek (cerpen), dan novel.

c. Drama
Secara singkat drama dapat diartikan karya sastra cerita yang dipentaskan. Drama
dalam karya sastra adalah naskah drama karangan sastrawan. Naskah drama isinya
kebanyakan berupa dialog, yaitu percakapan antar tokoh (pelaku). Dari dialog itu
dapat diketahui alurnya, watak para tokohnya, dan isi ceritanya..

17
2. Macam-macam Karya Sastra Berdasarkan Waktu Pembuatannya

Berdasarkan kurun waktu pembuatannya, karya sastra dapat digolongkna menjadi


dua, yaitu Ssastra lama dan sastra baru.

a. Sastra Lama

Yang termasuk sastra lama yaitu :

Puisi lama: pantun, syair, dan gurindam


Prosa lam: dongen dan hikayat

b. Sastra Baru (Modern)

Yang termasuk sastra modern yaitu:

Puisi modern: semua puisi bebas yang tidak termasuk puisi lama
Prosa modern: cerpen, novel, roman

 Fungsi Karya Sastra

Dalam menciptakan suatu karya sastra mempunyai fungsi yang bertujuan bagi
para pembaca serta juga pendengar. Fungsi karya sastra antara lain ialah sebagai
berikut :

1. Fungsi rekreatif ialah sastra yang memberikan kesenengan atau juga hiburan bagi
pembacanya dan juga pendengarnya

2. Fungsi didaktfi ialah sastra yang memberikan suatu wawasan pengetahuan tentang
seluk-beluk kehidupan manusia bagi pembaca dan juga pendengernya.
3. Fungsi estetis ialah suatu sastra yang mampu untuk memberikan keindahan
pembaca dan juga pendengarnya
4. Fungsi moralitas ialah sastra yang memberikan pengetahuan bagi pembaca dan
pendengarnya tentang moral yang baik serta buruk.

18
5. Fungsi religius ialah suatu sastra yang menghadirkan karya yang didalamnya
mengandung terkandung ajaran agama yang diteladani oleh pembacanya dan
pendengarnya.

 Ciri – Ciri Karya Sastra

Ciri-Ciri Karya sastra mempunyai karakteristik atau juga ciri-ciri yang bisa
digolongkan atau juga dinamakan karya sastra. Ciri-ciri karya satra antara
ialah sebagai berikut :

1. Isinya itu menggambarkan manusia dengan berbagai persoalannya


2. Bahasanya yang indah atau juga tertata baik3.
3. Gaya penyajiannya yang menarik yang berkesan dihati pembacanya maupu
pendengarnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan Dan Dendy Sugono. 1999. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Muslish, Masnur. 2012. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara

http://siti-mahsunah-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-85780-Umum-
penggunaan%20bahasa%20dalam%20sastra.html

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai