Sociolinguistics
Dosen Pengampu:
Oleh:
Damayanti (1205030060)
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Penulisan
makalah dengan pembahasan “Language, Culture and Thought” bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah sociolinguistics.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ...........................................................................................3
A. Konsep Bahasa, Budaya dan Berpikir ...........................................3
1. Hakikat Bahasa ..........................................................................3
2. Hakikat Budaya .........................................................................5
3. Hakikat Berpikir ........................................................................6
B. Hubungan Bahasa, Budaya dan Berpikir .....................................6
1. Keterkaitan Bahasa dan Budaya ..............................................6
2. Keterkaitan Bahasa dan Berpikir ............................................8
3. Keterkaitan Bahasa, Budaya dan Berpikir............................10
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................12
A. Kesimpulan .....................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga menjadi salah satu unsur yang
menjadi ciri khas kebudayaan suatu masyarakat (Luth, 1994). Keunikan suatu
bahasa biasanya dilihat dari keberagaman logat dan dialek masing-masing daerah.
Bahasa (mencakup variasi bahasa berupa logat dan dialek) tersebut akan
merefleksikan dan menggambarkan kekayaan budaya daerah penuturnya. Maka
dari itu, hubungan bahasa dan kebudayaan saling mempengaruhi satu sama lain.
Proses berbahasa yang menjadi ciri khas suatu kebudayaan juga tidak terlepas dari
pemikiran manusia. Manusia berhasil mewujudkan suatu peradaban yang maju
berkat adanya akal yang mendorong untuk berpikir dan memproduksi berbagai
karya dalam rangka mempermudah kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu
1
pengetahuan merupakan contoh hasil karya manusia paling berharga yang didapat
melalui proses berpikir dan uji coba.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Bahasa
3
Jika dipandang secara sistemik, bahasa merupakan wacana atau teks yang
memiliki sejumlah sistem unit kebahasaan yang bekerja dari sistem yang lebih
rendah menuju ke sistem yang lebih tinggi. Sementara secara fungsional, bahasa
berupaya untuk mengekspresikan atau menyampaikan maksud dan tujuan proses
sosial dalam berbagai konteks baik itu situasi maupun kultural.
Menurut Keraf (2004), fungsi bahasa ada empat: sebagai alat komunikasi,
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, alat untuk integrasi dan adaptasi serta
kontrol sosial. Fungsi dasar dari bahasa adalah untuk berkomunikasi. Sifat
komunikasi disini adalah intrapersonal dimana manusia saling bertukar pikiran
dan perasaan satu sama lain. Komunikasi ini berlangsung antara dua orang atau
lebih baik disengaja ataupun tidak. Biasanya, jika proses komunikasi intrapersonal
sedang terjadi, maka ada upaya didalamnya untuk mengutarakan atau
mengekspresikan maksud dari komunikator kepada komunikan (penerima pesan)
dengan harapan memperoleh umpan balik atau respon dari komunikan atau
komunikator hanya sekedar mencari perhatian semata.
4
2. Hakikat Budaya
5
Sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi berfungsi untuk memenuhi
hasrat naluri manusia akan kebutuhan sandang pangan.
Unsur sistem ilmu pengetahuan berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri
manusia yang ingin tau akan segala hal.
Dan unsur kesenian berfungsi untuk memenuhi hasrat naluri manusia akan
keindahan
3. Hakikat Berpikir
6
Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait hubungan koordinatif ini.
Pertama, hubungan antara bahasa dan kebudayaan diibaratkan seperti mata uang
logam, satu sisi bahasa dan disisi yang lain kebudayaan, dimana masing-masing
kedua sisi ini tidak bisa dipisahkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Masinambouw (1985) bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang
melekat pada manusia. Kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi
manusia, sedangkan bahasa berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sistem
tersebut.
Kedua, adanya sebuah hipotesis bahasa yang dikemukakan oleh dua pakar
linguistik, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis bahasa itu
dikenal dengan teori relativitas linguistik. Teori ini menyatakan bahwa cara
berpikir seseorang memengaruhi cara orang tersebut dalam berbicara sehingga apa
yang orang tersebut ungkapkan mengenai dunia sekitar dipengaruhi oleh cara
berpikir seseorang tadi (Jufrizal et al., 2007). Teori ini juga mengemukakan
berbagai kemungkinan pengaruh bahasa ibu turut serta dalam proses berpikir
seseorang dalam menginterpretasikan budaya orang lain. Jadi, perbedaan bahasa
bukan hanya menentukan corak keberagaman budaya, tetapi juga memengaruhi
jalan pikiran manusia. Dengan demikian, jika bahasa mampu memengaruhi
kebudayaan dan cara berpikir seseorang, maka ciri khas yang ada dalam bahasa
tersebut akan tercermin dalam sikap dan budaya penuturnya.
Dalam hubungan subordinatif ini, ada beberapa poin penting yang perlu
digarisbawahi. Pertama, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Jika ingin
mengkaji sebuah bahasa dari masyarakat tertentu, maka tidak mungkin dipisahkan
dari kebudayaan yang melekat pada masyarakat tersebut karena kajian semantik
pada dasarnya mencakup kebudayaan dari penutur bahasa itu sendiri. Kedua,
perubahan budaya juga memengaruhi perubahan bahasa. Perubahan bahasa
tersebut secara morfologis dapat dilihat dari adanya penambahan, penghilangan,
perluasan, penyempitan dan pertukaran kosakata maupun istilah dari bahasa
tersebut.
7
Ketiga, penutur bahasa harus mematuhi norma-norma kebudayaan dan
sosial yang berlaku dalam masyarakat setempat. Hal ini dinamakan etika
berbahasa yang kajiannya disebut etnografi berbahasa yang menyangkut dua hal
yaitu kinesik dan proksimik. Kinesik merupakan komunikasi non-verbal berupa
gerak tubuh seperti kontak mata, mimik wajah, perubahan posisi tangan, kaki dan
lain sebagainya. Sementara proksimik atau bahasa ruang merupakan jenis
komunikasi non-verbal berupa jarak pada saat komunikasi sedang berlangsung.
Biasanya jarak tersebut ditentukan oleh seberapa nyaman dan akrab komunikator
dan komunikan serta ditentukan juga oleh budaya masing-masing.
8
b). Teori Sapir-Whorf. Edward Sapir merupakan seorang linguis Amerika.
Ia memiliki pendapat yang sama dengan Wilhelm Von Humboldt. bahwa bahasa
telah menjadi alat pengantar bagi manusia dalam kehidupannya bermasyarakat
dan kehidupan suatu masyarakat itu sebagian terdiri dari tabiat dan sifat bahasa itu
sendiri, sehingga tidak ada dua bahasa yang sama dianggap dapat mencirikan satu
masyarakat yang sama. Benjamin Lee Whorf yang merupakan muridnya Sapir
juga memiliki pendapat yang sama dengan gurunya, bahwa bahasa menentukan
pikiran seseorang.
c). Teori Jean Piaget. Piaget merupakan seorang sarjana Prancis.Ia Prancis.
Menurutnya, pikiran itu membentuk bahasa. Ia juga mengembangkan teori
pertumbuhan kognisi yang menyatakan bahwa jika seorang anak dapat
mengkategorikan sekumpulan benda-benda dengan menggunakan kata-kata yang
serupa, maka perkembangan kognisi sebenarnya telah terjadi sebelum dia dapat
berbahasa. Piaget juga mengemukakan dua hal penting terkait hubungan bahasa
dengan pikiran. Pertama, sumber berpikir itu terdapat dalam periode sensomotorik
bukan bahasa. Kedua, pembentukan pikiran terjadi bersamaan dengan proses
pemerolehan bahasa.
d). Teori L.S. Vygotsky. Vygotsky merupakan sarjana Rusia. Ia
menuturkan bahwa terdapat satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya
pikiran dan adanya satu tahap perkembangan sebelum adanya bahasa. Kedua
tahap ini saling bertemu, maka terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan
bahasa berpikir. Menurut Vygotsky, pengkajian bagian ucapan dalam dan bagian
ucapan luar perlu dilakukan sebelum menelusuri gerak pikiran manusia.
e). Teori Noam Chomsky. Chomsky merupakan seorang intelektualis
Amerika sekaligus bapak linguistik modern. Chomsky pernah mengajukan teori
klasik yang disebut hipotesis nurani yang menyatakan bahwa struktur bahasa
dalam adalah nurani yang dibawa sejak lahir. Ia juga sejalan dengan pandangan
rasionalis yang menyatakan bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama
dimana setiap bahasa itu memiliki struktur dalam dan struktur luar serta bersifat
otonom sehingga kaitannya tidak ada dengan pemikiran.
9
f). Teori Eric Lenneberg. Lenneberg merupakan seorang linguis asal
Jerman. Lenneberg memiliki sebuah teori yang disebut sebagai teori kemampuan
bahasa khusus yang menyinggung masalah hubungan bahasa dan berpikir. Teori
ini diperkuat dengan bukti-bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara
biologis untuk berbahasa dimana kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya
dengan bagian-bagian anatomi dan fonologi manusia, jadwal perkembangan
bahasa yang sama bagi semua anak-anak normal, perkembangan bahasa yang
tidak dapat dihambat, termasuk pada anak cacat tertentu sekalipun. Selain itu,
bahasa juga tidak dapat diajarkan pada makhluk lain.
g). Teori Brunner. Brunner adalah seorang psikolog Amerika. Ia
memperkenalkan sebuah teori yang berkenaan dengan hubungan bahasa dan
pemikiran bernama teori instrumentalisme dimana teori ini menganggap bahwa
terdapat alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan suatu
pemikiran agar lebih sistematis. Teori Bruner ini melibatkan kecakapan linguistik,
komunikasi dan analisis.
3. Keterkaitan Bahasa, Budaya dan Berpikir
Terdapat sejumlah teori yang mengemukakan hubungan bahasa, budaya
dan berpikir.
a). Ujaran penting bagi pemikiran. Berbicara keras digunakan untuk
menyampaikan ide. Teori ini berpangkal dari teori behaviourisme yang
mendasarkan segala sesuatu berasal dari proses rangsang-tanggap. Teori ini
memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan (Asfar et al., 2019). Menurut teori behaviourisme ini, pıkiran
didefinisikan sebagai tuturan sub-vokal atau tindakan, bukan sesuatu yang
berkaitan dengan jiwa seperti yang dipercayai oleh para psikologis secara
konvensionil.
b). Bahasa penting bagi pemikiran. Sapir, Whorf, dan Vygotsky
menyatakan bahwa sistem bahasa diperlukan untuk berpikir. Dalam hipotesis
Sapir-Whorf mengatakan bahwa bahasa yang diucapkan menentukan cara berpikir
(Asfar et al., 2019). Berbeda dengan Sapir dan Whorf, Piaget malah berpendapat
bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa bahasa, pikiran tidak akan ada.
10
Pikiranlah yang membentuk aspekaspek sintaksis dan leksikon bahasa. Menurut
Piaget, hubungan bahasa dan berpikir itu mencakup dua hal. Pertama, sumber
kegiatan berpikir itu tidak terdapat dalam bahasa, tapi dalam periode
sensomotorik, yaitu satu sistem skema yang dikembangkan secara penuh, dan
membuat gambaran dari aspek struktur golongan dan hubungan benda-benda.
Kedua, pembentukan pikiran terjadi pada waktu yang bersamaan dengan
pemerolehan bahasa. Keduanya termasuk proses konstitusi fungsi lambang.
Fungsi lambang ini ditandai oleh bermacammacam perilaku yang terjadi serentak.
Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat erat hubungannya dan terjadi
serentak dengan permainan lambang, peniruan, dan bayangan-bayangan mental.
c). Bahasa memengaruhi cara pandang atau persepsi manusia terhadap
alam. Whorf dan Sapir berpendapat bahwa pengetahuan kata-kata atau sintaksis
mempengaruhi persepsi dan pemahaman terhadap alam. Dalam hipotesisnya yang
kedua, linguistics determinism, menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi
cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain,
struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada
dalam bahasa tersebut (Widhiarso, 2005).
d). Bahasa menentukan pandangan dunia dari segi budaya. Pembelajaran
bahasa akan mempengaruhi cara pemahaman suatu budaya. Pengetahuan bahasa
merupakan dasar dari berpikir dan akan mempengaruhi budaya tertentu,
kepercayaan atau persepsi seseorang. Bahasa menunjukan realita sosial. Setiap
bahasa mencerminkan masyarakat yang berbeda, jadi tidak ada bahasa yang mirip
yang dapat mencerminkan masyarakat yang sama. Kehidupan suatu masyarakat
sebagian, didirikan di atas sifat-sifat bahasa itu. Oleh karena itulah, tidak ada dua
bahasa yang sama sehingga dapat dianggap mewakili satu masyarakat yang sama.
Semua yang dilihat, didengar, dialami, dan diperbuat adalah karena sifat-sifat
bahasa itu sendiri.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa, budaya dan berpikir merupakan hal yang akan selalu melekat
dalam kehidupan manusia. Walaupun berbeda, namun hubungan ketiganya sangat
erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan
sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa.
Bahasa sangat dipengaruhi cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Chairunnisa, C., & Yuniati, I. (2018). Bahasa Dan Kebudayaan. Unes Journal of
Education Scienties, 2(1), 048. https://doi.org/10.31933/ujes.2.1.048-
061.2018
Jufrizal, J., Zul Amri, Z. A., & Refnaldi, R. (2007). Hipotesis Sapir-Whorf dan
Struktur Informasi. Linguistika, 14(26), 1–22.
https://media.neliti.com/media/publications/229766-hipotesis-sapir-whorf-
dan-struktur-infor-445a235b.pdf
Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial.
Modul Pengantar Linguistik Umum, 1–19.
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/BING4214-
M1.pdf
13
14