Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“LANGUAGE, CULTURE AND THOUGHT”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Sociolinguistics

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Agus Salim Mansur, M.Pd

Oleh:
Damayanti (1205030060)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Penulisan
makalah dengan pembahasan “Language, Culture and Thought” bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah sociolinguistics.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. H. Agus Salim


Mansur, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah dan memperluas wawasan pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan disebabkan
keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Maka dari itu, penulis sangat sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN ...........................................................................................3
A. Konsep Bahasa, Budaya dan Berpikir ...........................................3
1. Hakikat Bahasa ..........................................................................3
2. Hakikat Budaya .........................................................................5
3. Hakikat Berpikir ........................................................................6
B. Hubungan Bahasa, Budaya dan Berpikir .....................................6
1. Keterkaitan Bahasa dan Budaya ..............................................6
2. Keterkaitan Bahasa dan Berpikir ............................................8
3. Keterkaitan Bahasa, Budaya dan Berpikir............................10
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................12
A. Kesimpulan .....................................................................................12
B. Saran ...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi telah menjadi elemen


penting yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Komunikasi terjadi ketika
adanya proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dengan baik. Dalam hal ini,
manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan yang namanya alat komunikasi
agar memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan dengan menyampaikan pesan
yang dimaksud. Salah satu alat komunikasi general adalah bahasa. Bahasa adalah
alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk satuan-satuan, seperti kata,
kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diungkapkan baik secara lisan maupun
tulis (Wiratno & Santosa, 2014). Bahasa juga merupakan simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dalam hal ini manusia berusaha untuk
menyampaikan keinginan, ide ataupun pandangannya akan sesuatu.

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga menjadi salah satu unsur yang
menjadi ciri khas kebudayaan suatu masyarakat (Luth, 1994). Keunikan suatu
bahasa biasanya dilihat dari keberagaman logat dan dialek masing-masing daerah.
Bahasa (mencakup variasi bahasa berupa logat dan dialek) tersebut akan
merefleksikan dan menggambarkan kekayaan budaya daerah penuturnya. Maka
dari itu, hubungan bahasa dan kebudayaan saling mempengaruhi satu sama lain.
Proses berbahasa yang menjadi ciri khas suatu kebudayaan juga tidak terlepas dari
pemikiran manusia. Manusia berhasil mewujudkan suatu peradaban yang maju
berkat adanya akal yang mendorong untuk berpikir dan memproduksi berbagai
karya dalam rangka mempermudah kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu

1
pengetahuan merupakan contoh hasil karya manusia paling berharga yang didapat
melalui proses berpikir dan uji coba.

Dari pernyataan diatas, bahasa, budaya dan berpikir ternyata memiliki


keterkaitan antara satu sama lain. Terdapat semacam hubungan kausalitas atau
timbal balik. Bahasa merupakan hasil suatu kebudayaan yang dipengaruhi oleh
proses pemikiran, dan bahasa juga banyak mempengaruhi kebudayaan manusia.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah masalah yang telah dirumuskan berdasarkan latar


belakang diatas yang dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep bahasa, budaya dan berpikir?


2. Bagaimana hubungan antara bahasa, budaya dan berpikir itu?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak di capai berdasarkan poin-poin dalam


rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui konsep bahasa, budaya dan berpikir


2. Mengetahui hubungan antara bahasa, budaya dan berpikir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Bahasa, Budaya dan Berpikir

Pada dasarnya konsep berbahasa, berbudaya dan berpikir memiliki ruang


lingkup yang cukup luas. Ketiga konsep ini merupakan unsur-unsur yang
mencakupi seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia yang memiliki akal
kemudian menggunakan akal tersebut untuk berpikir dan menghasilkan berbagai
macam ragam hal. Kebudayaan dalam hal ini mencakap cara berpikir, cara
bertindak, dan objek material yang bersama-sama membentuk cara hidup
manusia.

1. Hakikat Bahasa

a). Pengertian Bahasa

Peradaban manusia tidak akan menghasilkan berbagai kemajuan seperti


sekarang jika bahasa tidak turut andil dalam mewadahi manusia untuk saling
berinteraksi dan bertukar informasi. Sebegitu krusialnya peran bahasa dalam
kehidupan manusia sehingga apapun kebutuhan manusia zaman sekarang
diutarakan melalui bahasa. Bahasa memiliki berbagai macam bentuk.

Menurut Khusantanti, bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati


untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chairunnisa &
Yuniati, 2018). Bahasa bukan hanya sekedar alat komunikasi berupa simbol-
simbol untuk menyampaikan pesan, tetapi juga melibatkan makna yang
terkandung didalamnya secara sistemik dan fungsional. yang dapat dikaji lebih
mendalam baik dari segi sintak, semantik maupun pragmatiknya.

3
Jika dipandang secara sistemik, bahasa merupakan wacana atau teks yang
memiliki sejumlah sistem unit kebahasaan yang bekerja dari sistem yang lebih
rendah menuju ke sistem yang lebih tinggi. Sementara secara fungsional, bahasa
berupaya untuk mengekspresikan atau menyampaikan maksud dan tujuan proses
sosial dalam berbagai konteks baik itu situasi maupun kultural.

b). Fungsi Bahasa

Bahasa memiliki makna metafungsional yang terdiri dari tiga fungsi


utama, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal dan fungsi tekstual. Ketiga
fungsi ini adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan karena ketiga
fungsi ini pasti akan selalu ada dan melekat pada sifat sebuah klausa atau kalimat.
Ketiga fungsi bahasa ini membentuk kontruksi realitas yang mengacu pada proses
sosial melalui tindakan dan interaksi secara individu maupun kelompok yang
dilakukan terus menerus dan dipandang secara subjektif.

Fungsi ideasional akan membentuk realitas fisik/biologis sebagai hasil


observasi penutur berupa isi atau makna dari apapun yang berada disekitarnya.
Disisi lain, fungsi interpersonal akan membentuk realitas sosial. Realitas sosial
inilah sebagai alat untuk menjalin dan mengukuhkan hubungan sosial yang ada.
Sementara fungsi tekstual membentuk realitas simbol/semiotis berupa bentuk-
bentuk lingual (teks) yang relevan dengan tujuan pengungkapan.

Menurut Keraf (2004), fungsi bahasa ada empat: sebagai alat komunikasi,
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, alat untuk integrasi dan adaptasi serta
kontrol sosial. Fungsi dasar dari bahasa adalah untuk berkomunikasi. Sifat
komunikasi disini adalah intrapersonal dimana manusia saling bertukar pikiran
dan perasaan satu sama lain. Komunikasi ini berlangsung antara dua orang atau
lebih baik disengaja ataupun tidak. Biasanya, jika proses komunikasi intrapersonal
sedang terjadi, maka ada upaya didalamnya untuk mengutarakan atau
mengekspresikan maksud dari komunikator kepada komunikan (penerima pesan)
dengan harapan memperoleh umpan balik atau respon dari komunikan atau
komunikator hanya sekedar mencari perhatian semata.

4
2. Hakikat Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah


yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, budaya disebut culture yang berasal dari bahasa
latin colore yang bermakna mengolah atau mengerjakan.

Kebudayaan pada dasarnya selalu merujuk pada pola-pola prilaku, simbol-


simbol dan pencapaian sekelompok manusia berupa artefak, ide-ide, nilai, sistem,
prilaku, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, dan tradisi. Semua
yang mempengaruhi kehidupan manusia bisa dikategorikan sebagai sebuah
kebudayaan (ARUNG, 2013).

Menurut Koentjaraningrat (1992), kebudayaan adalah keseluruhan sistem


gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Ia juga mengemukakan tujuh
unsur kebudayaan yang bersifat universal dan menyeluruh yang bisa ditemukan
dalam kebudayaan yang tersebar di seluruh dunia. Ketujuh unsur itu meliputi
bahasa, sistem religi, teknologi, organisasi sosial, mata pencaharian, ilmu
pengetahuan dan kesenian (Hidayatullah, 2017).

Terdapat fungsi umum dari masing-masing unsur-unsur kebudayaan yang


telah disebutkan diatas.

 Fungsi bahasa sebagai alat untuk memenuhi hasrat manusia dalam


berkomunikasi atau berhubungan antara satu dengan yang lain.
 Unsur sistem religi sebagai alat untuk memenuhi hasrat naluri manusia
dalam menjinakkan kekuatan ghaib dengan ritual ibadah dan upacara-
upacara adat sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing.
 Sistem teknologi berfungsi sebagai sarana untuk memenuhi hasrat naluri
manusia akan kebutuhan fasilitas hidup.
 Unsur organisasi sosial berfungsi untuk memenuhi hasrta naluri mansuai
untuk hidup dalam kelompok sebagai makhluk sosia.

5
 Sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi berfungsi untuk memenuhi
hasrat naluri manusia akan kebutuhan sandang pangan.
 Unsur sistem ilmu pengetahuan berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri
manusia yang ingin tau akan segala hal.
 Dan unsur kesenian berfungsi untuk memenuhi hasrat naluri manusia akan
keindahan

3. Hakikat Berpikir

Berpikir merupakan sesuatu yang wajib ada disetiap diri manusia.


Disinilah letak keunggulan manusia dibanding makhluk yang lain. Berpikir
mengantarkan manusia kepada ide-ide yang cemerlang menuju kemajuan
peradaban. Proses berpikir mencakup seluruh aspek kehidupan, dimulai dari hal
yang kecil seperti memilih makanan sampai membuat keputusan dalam hidup.
Hasil berpikir manusia akan menjadi landasan dalam bertindak dan mengambil
langkah selanjutnya, sehingga tindakan dari hasil berpikir itulah yang akan
menentukan kemana arah kehidupannya. Untuk itu, akal untuk berpikir memang
harus dipergunakan dengan cara yang bijaksana.

Berpikir memiliki pengertian yang sangat luas. Secara umum, berpikir


merupakan aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan
subjektivitas individu. Hal ini dapat mengarah pada sesuatu yang berupa tindakan
atau pengaturan ide.

B. Hubungan Bahasa, Budaya dan Berpikir

1. Keterkaitan Bahasa dan Budaya

Ada beberapa teori yang mengemukakan hubungan antara bahasa dan


budaya yang dikelompokkan menjadi dua ketegori, yaitu kategori yang
menyatakan hubungan yang bersifat subordinatif, di mana bahasa di bawah
lingkup kebudayaan, dan hubungan yang bersifat koordinatif, yakni hubungan
yang sederajat dan kedudukannya yang sama tinggi.

a). Hubungan Koordinatif

6
Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait hubungan koordinatif ini.
Pertama, hubungan antara bahasa dan kebudayaan diibaratkan seperti mata uang
logam, satu sisi bahasa dan disisi yang lain kebudayaan, dimana masing-masing
kedua sisi ini tidak bisa dipisahkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Masinambouw (1985) bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang
melekat pada manusia. Kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi
manusia, sedangkan bahasa berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sistem
tersebut.

Kedua, adanya sebuah hipotesis bahasa yang dikemukakan oleh dua pakar
linguistik, yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis bahasa itu
dikenal dengan teori relativitas linguistik. Teori ini menyatakan bahwa cara
berpikir seseorang memengaruhi cara orang tersebut dalam berbicara sehingga apa
yang orang tersebut ungkapkan mengenai dunia sekitar dipengaruhi oleh cara
berpikir seseorang tadi (Jufrizal et al., 2007). Teori ini juga mengemukakan
berbagai kemungkinan pengaruh bahasa ibu turut serta dalam proses berpikir
seseorang dalam menginterpretasikan budaya orang lain. Jadi, perbedaan bahasa
bukan hanya menentukan corak keberagaman budaya, tetapi juga memengaruhi
jalan pikiran manusia. Dengan demikian, jika bahasa mampu memengaruhi
kebudayaan dan cara berpikir seseorang, maka ciri khas yang ada dalam bahasa
tersebut akan tercermin dalam sikap dan budaya penuturnya.

b). Hubungan Subordinatif

Dalam hubungan subordinatif ini, ada beberapa poin penting yang perlu
digarisbawahi. Pertama, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Jika ingin
mengkaji sebuah bahasa dari masyarakat tertentu, maka tidak mungkin dipisahkan
dari kebudayaan yang melekat pada masyarakat tersebut karena kajian semantik
pada dasarnya mencakup kebudayaan dari penutur bahasa itu sendiri. Kedua,
perubahan budaya juga memengaruhi perubahan bahasa. Perubahan bahasa
tersebut secara morfologis dapat dilihat dari adanya penambahan, penghilangan,
perluasan, penyempitan dan pertukaran kosakata maupun istilah dari bahasa
tersebut.

7
Ketiga, penutur bahasa harus mematuhi norma-norma kebudayaan dan
sosial yang berlaku dalam masyarakat setempat. Hal ini dinamakan etika
berbahasa yang kajiannya disebut etnografi berbahasa yang menyangkut dua hal
yaitu kinesik dan proksimik. Kinesik merupakan komunikasi non-verbal berupa
gerak tubuh seperti kontak mata, mimik wajah, perubahan posisi tangan, kaki dan
lain sebagainya. Sementara proksimik atau bahasa ruang merupakan jenis
komunikasi non-verbal berupa jarak pada saat komunikasi sedang berlangsung.
Biasanya jarak tersebut ditentukan oleh seberapa nyaman dan akrab komunikator
dan komunikan serta ditentukan juga oleh budaya masing-masing.

Keempat, bahasa merupakan hasil kebudayaan. Bahasa yang diucapkan


oleh penutur dari suatu kelompok masyarakat tertentu biasanya cerminan
kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut. Dengan kata lain, bahasa hanya
akan mempunyai makna yang sama dengan latar kebudayaan yang sama, dan
bahasa memiliki makna yang berbeda jika latar kebudayaannya juga berbeda.
Misalnya, perbandingan antara bahasa Minang dengan bahasa Sunda, seperti
dalam kata urang. ‘Urang’ dalam bahasa Minang bermakna orang lain, sedangkan
dalam bahasa Sunda, ‘urang’ itu bermakna saya.

2. Keterkaitan Bahasa dan Berpikir

Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara bahasa dan


berpikir.

a).Teori Wilhelm Von Humboldt. Wilhelm Von Humboldt seorang sarjana


Jerman abad ke-15. Ia berpendapat bahwa adanya ketergantungan manusia
terhadap bahasa. Bahasa suatu masyarakat sangat menentukan pandangan hidup
dan budayanya. Jika seseorang ingin mengubah pandangan hidupnya, maka ia
harus mempelajari terlebih dahulu bahasa milik suatu masyarakat yang akan
menjadi pandangan hidupnya yang baru. Disisi lain, Wilhelm juga berpendapat
bahwa substansi bahasa itu terdiri dari dua yaitu bunyi yang merupakan bentuk
luar dan pikiran yang merupakan bentuk dalam, dimana kedua bentuk ini yang
nantinya akan menentukan cara berpikir seorang manusia.

8
b). Teori Sapir-Whorf. Edward Sapir merupakan seorang linguis Amerika.
Ia memiliki pendapat yang sama dengan Wilhelm Von Humboldt. bahwa bahasa
telah menjadi alat pengantar bagi manusia dalam kehidupannya bermasyarakat
dan kehidupan suatu masyarakat itu sebagian terdiri dari tabiat dan sifat bahasa itu
sendiri, sehingga tidak ada dua bahasa yang sama dianggap dapat mencirikan satu
masyarakat yang sama. Benjamin Lee Whorf yang merupakan muridnya Sapir
juga memiliki pendapat yang sama dengan gurunya, bahwa bahasa menentukan
pikiran seseorang.
c). Teori Jean Piaget. Piaget merupakan seorang sarjana Prancis.Ia Prancis.
Menurutnya, pikiran itu membentuk bahasa. Ia juga mengembangkan teori
pertumbuhan kognisi yang menyatakan bahwa jika seorang anak dapat
mengkategorikan sekumpulan benda-benda dengan menggunakan kata-kata yang
serupa, maka perkembangan kognisi sebenarnya telah terjadi sebelum dia dapat
berbahasa. Piaget juga mengemukakan dua hal penting terkait hubungan bahasa
dengan pikiran. Pertama, sumber berpikir itu terdapat dalam periode sensomotorik
bukan bahasa. Kedua, pembentukan pikiran terjadi bersamaan dengan proses
pemerolehan bahasa.
d). Teori L.S. Vygotsky. Vygotsky merupakan sarjana Rusia. Ia
menuturkan bahwa terdapat satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya
pikiran dan adanya satu tahap perkembangan sebelum adanya bahasa. Kedua
tahap ini saling bertemu, maka terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan
bahasa berpikir. Menurut Vygotsky, pengkajian bagian ucapan dalam dan bagian
ucapan luar perlu dilakukan sebelum menelusuri gerak pikiran manusia.
e). Teori Noam Chomsky. Chomsky merupakan seorang intelektualis
Amerika sekaligus bapak linguistik modern. Chomsky pernah mengajukan teori
klasik yang disebut hipotesis nurani yang menyatakan bahwa struktur bahasa
dalam adalah nurani yang dibawa sejak lahir. Ia juga sejalan dengan pandangan
rasionalis yang menyatakan bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah sama
dimana setiap bahasa itu memiliki struktur dalam dan struktur luar serta bersifat
otonom sehingga kaitannya tidak ada dengan pemikiran.

9
f). Teori Eric Lenneberg. Lenneberg merupakan seorang linguis asal
Jerman. Lenneberg memiliki sebuah teori yang disebut sebagai teori kemampuan
bahasa khusus yang menyinggung masalah hubungan bahasa dan berpikir. Teori
ini diperkuat dengan bukti-bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara
biologis untuk berbahasa dimana kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya
dengan bagian-bagian anatomi dan fonologi manusia, jadwal perkembangan
bahasa yang sama bagi semua anak-anak normal, perkembangan bahasa yang
tidak dapat dihambat, termasuk pada anak cacat tertentu sekalipun. Selain itu,
bahasa juga tidak dapat diajarkan pada makhluk lain.
g). Teori Brunner. Brunner adalah seorang psikolog Amerika. Ia
memperkenalkan sebuah teori yang berkenaan dengan hubungan bahasa dan
pemikiran bernama teori instrumentalisme dimana teori ini menganggap bahwa
terdapat alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan suatu
pemikiran agar lebih sistematis. Teori Bruner ini melibatkan kecakapan linguistik,
komunikasi dan analisis.
3. Keterkaitan Bahasa, Budaya dan Berpikir
Terdapat sejumlah teori yang mengemukakan hubungan bahasa, budaya
dan berpikir.
a). Ujaran penting bagi pemikiran. Berbicara keras digunakan untuk
menyampaikan ide. Teori ini berpangkal dari teori behaviourisme yang
mendasarkan segala sesuatu berasal dari proses rangsang-tanggap. Teori ini
memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan (Asfar et al., 2019). Menurut teori behaviourisme ini, pıkiran
didefinisikan sebagai tuturan sub-vokal atau tindakan, bukan sesuatu yang
berkaitan dengan jiwa seperti yang dipercayai oleh para psikologis secara
konvensionil.
b). Bahasa penting bagi pemikiran. Sapir, Whorf, dan Vygotsky
menyatakan bahwa sistem bahasa diperlukan untuk berpikir. Dalam hipotesis
Sapir-Whorf mengatakan bahwa bahasa yang diucapkan menentukan cara berpikir
(Asfar et al., 2019). Berbeda dengan Sapir dan Whorf, Piaget malah berpendapat
bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa bahasa, pikiran tidak akan ada.

10
Pikiranlah yang membentuk aspekaspek sintaksis dan leksikon bahasa. Menurut
Piaget, hubungan bahasa dan berpikir itu mencakup dua hal. Pertama, sumber
kegiatan berpikir itu tidak terdapat dalam bahasa, tapi dalam periode
sensomotorik, yaitu satu sistem skema yang dikembangkan secara penuh, dan
membuat gambaran dari aspek struktur golongan dan hubungan benda-benda.
Kedua, pembentukan pikiran terjadi pada waktu yang bersamaan dengan
pemerolehan bahasa. Keduanya termasuk proses konstitusi fungsi lambang.
Fungsi lambang ini ditandai oleh bermacammacam perilaku yang terjadi serentak.
Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat erat hubungannya dan terjadi
serentak dengan permainan lambang, peniruan, dan bayangan-bayangan mental.
c). Bahasa memengaruhi cara pandang atau persepsi manusia terhadap
alam. Whorf dan Sapir berpendapat bahwa pengetahuan kata-kata atau sintaksis
mempengaruhi persepsi dan pemahaman terhadap alam. Dalam hipotesisnya yang
kedua, linguistics determinism, menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi
cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain,
struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada
dalam bahasa tersebut (Widhiarso, 2005).
d). Bahasa menentukan pandangan dunia dari segi budaya. Pembelajaran
bahasa akan mempengaruhi cara pemahaman suatu budaya. Pengetahuan bahasa
merupakan dasar dari berpikir dan akan mempengaruhi budaya tertentu,
kepercayaan atau persepsi seseorang. Bahasa menunjukan realita sosial. Setiap
bahasa mencerminkan masyarakat yang berbeda, jadi tidak ada bahasa yang mirip
yang dapat mencerminkan masyarakat yang sama. Kehidupan suatu masyarakat
sebagian, didirikan di atas sifat-sifat bahasa itu. Oleh karena itulah, tidak ada dua
bahasa yang sama sehingga dapat dianggap mewakili satu masyarakat yang sama.
Semua yang dilihat, didengar, dialami, dan diperbuat adalah karena sifat-sifat
bahasa itu sendiri.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa, budaya dan berpikir merupakan hal yang akan selalu melekat
dalam kehidupan manusia. Walaupun berbeda, namun hubungan ketiganya sangat
erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan
sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa.
Bahasa sangat dipengaruhi cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.

Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang


sederajat atau yang kedudukannya sama tinggi, yang melekat pada manusia.
Kalau kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam
masyarakat, maka kebahasaan adalah sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi tersebut. Bahasa adalah alat komunikasi utama, dan
dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasan kepada orang
lain. Bahasa mmemungkinkan untuk membangun kebudayaan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan dengan demikian meningkatkan mutu kehidupanya. Dapat
dikatakan bahwa bahasa dapat memberikan manusia identitasnya, untuk
menentukan posisinya di dalam dunia dan membentuk pandangannya tentang
dunianya.

B. Saran

Adanya pembahasan mengenai konsep bahasa, budaya, dan berpikir


diharapkan mampu menambah pemahaman dan wawasan pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan disebabkan keterbatasan pengetahuan dan sumber penulis, maka dari
itu, kritik dan saran serta masukan dari pembaca sangat diharapkan demi
kelengkapan dan kebermanfaatan makalah ini untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

ARUNG, F. (2013). LANGUAGE , CULTURE , AND THOUGHT. 1–18.

Asfar, A. M. I. T., Asfar, A. M. I. A., & Halamury, M. F. (2019). TEORI


BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism). Researchgate, February, 0–32.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324

Chairunnisa, C., & Yuniati, I. (2018). Bahasa Dan Kebudayaan. Unes Journal of
Education Scienties, 2(1), 048. https://doi.org/10.31933/ujes.2.1.048-
061.2018

Hidayatullah, A. D. (2017). HUBUNGAN LOGIKA, BAHASA, DAN


BUDAYA. An-Nas : Jurnal Humaniora, 2(September), 70–90.

Jufrizal, J., Zul Amri, Z. A., & Refnaldi, R. (2007). Hipotesis Sapir-Whorf dan
Struktur Informasi. Linguistika, 14(26), 1–22.
https://media.neliti.com/media/publications/229766-hipotesis-sapir-whorf-
dan-struktur-infor-445a235b.pdf

Keraf, G. (2004). Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Indah.

Koentjaraningrat. (1992). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT


Gramedia.

Luth, M. (1994). KEBUDAYAAN. 60.

Widhiarso, W. (2005). Pengaruh Bahasa terhadap Pikiran. 1–16.

Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial.
Modul Pengantar Linguistik Umum, 1–19.
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/BING4214-
M1.pdf

13
14

Anda mungkin juga menyukai