Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANTROPOLOGI

BUDAYA KOMUNIKASI

MAULANA FILHUSNI

MAYA

METTA

M RAUF W

MOHAMMAD LUTFI FITRIANA

JURNALISTIK C SMESTER 1
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan
masalah tentang Budaya Komunikasi matakuliah Antropologi Komunikasi dengan
baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
makalah ini, dapat menunjang wawasan dan keilmuan tentang komunikasi yang
terjalin dalam budaya tertentu dan menjadikan komunikasi sebagai budaya.

Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Bapak dosen
matakuliah Antropologi Komunikasi yang telah memberikan kesempatan dan
petunjuk dalam melaksanakan tugas ini, juga rekan-rekan mahasiswa semua.
Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang
Maha Kuasa.

Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
perkembangan keibadahan kita semua

Bandung, 23 Oktober 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................................................

BAB 1 Pendahuluan

1.1 LatarBelakang ..........................................................................................................

1.2 RumusanMasalah ....................................................................................................

1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................................

BAB 2 Pembahasan

2.1 PENGERTIAN BUDAYA DAN KOMUNIKASI .........................................................

2.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Budaya ......................................................

2.1.2 Budaya Sebagai Landasan Ilmu Komunikasi ..........................................

2.1.3 Pengaruh Kebudayaan Terhadap Komunikasi ..........................................

2.2 PENGARUH FAKTOR BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI. ............................

2.3 FUNGSI FAKTOR BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI .....................................

2.4 MEMBERDAYAKAN FAKTOR BUDAYA -

UNTUK KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ...............................................................

2.5 KOMUNIKASi ANTARBUDAYA ..........................................................................

2.5.1 Hakekat Komunikasi Antarbudaya ............................................................

2.5.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya .................................................

2.5.3 Teori Komunikasi Antarbudaya ................................................................

BAB 3 Penutup

3.1 Simpulan

3.2 Daftar Pustaka


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya Komunikasi yang fenomenalnya dapat kita lihat dan kita alami, bahkan menjadi
bagian integral kehidupan kita sehari-hari. Komunikasi merupakan hajat hidup semua orang
banyak tanpa kecuali sejalan dengan hakiki manusia sebagai manusia sosial.Bahkan topik ini
juga relavan dengan perkembangan masyarakat Indonesia dewasa ini yang sedang mencari
format baru dalam berkomunikasi. Dalam sidang DPR, misalnya, kita saksikan sekarang
mulai tumbuh budaya interupsi sebagai fenomena komunikasi elite politik.

Dari kalangan masyarakat sering terdengar tuntutan komunikasi yang transparan. Kalau
dikaitkan dengan masyarakat madani (civilized society) yang kita harapkan, budaya
komunikasi yang menjadi penanda dan pendukungnya bukan hanya yang transparan,
melainkan juga yang jujur dan santun.

Pepatah yang sangat populer, yakni "Bahasa Mencerminkan Bangsa", Cukup relavan untuk
memahami budaya komunikasi suatu masyarakat yang tercermin dalam wacana. Tafsiran itu
juga benar berdasarkan teori hubungan antara pikiran, budaya, dan bahasa. Frans Boas
(dalam Blount, 1974, misalnya, menyatakan bahwa setiap bahasa mempresentasikan
klasifikasi pengalaman. makna kata rice dalam bahasa inggris dapat diungkapkan dengan
sejumlah kata yang spesifik dalam bahas Indonesia: padi, gabah, beras, nasi, lontong, dan
sebagainya. Klasifikasi sederhana membawa dan menggendong dalam bahasa Indonesia
dapat diungkapkan dengan kata-kata lebih rinci dan spesifik dalam bahasa jawa:
nggawa,nyangking, ngempit, nyunngu,nggendong,ngindit, mbopong, mondong, dan
nggondol.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi dan budaya ?


2. Apa pengaruh faktorbudaya dalam berkomunikasi ?
3. Apa peran faktor dalam berkomunikasi ?
4. Bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan komunikasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian komunikasi dan budaya .


Mengetahui pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi .
Mengetahui peran faktor budaya dalam berkomunikasi.
Mengetahui bagaimana memberdayakan faktor budaya untuk keefektifan
berkomunikasi.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BUDAYA DAN KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap ,perilaku dan tindakan yang trampil dari
manusia ( communication involves both attides and skills ). Manusia tidak bisa dikatakan
berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara melalui pertukaran informasi ,ide-
ide, gagasan,maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbul simbul dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapt dipahami sebagai interaksi antar pribadi melalui pertukaran
simbul simbul linguistik,misalnya simbul verbal dan non verbal. Seperti kata Mehrabian
( 1972 ) 55 % dari komunikasi manusia dinyatakan dalam simbul non verbal , 38% melalui
nada suara , dan 7% komunikasi yang efektif dinyatakan melalui kata kata. Simbul simbul itu
dinyatakan melalui sistem yang langsung seperti tatap muka atau ( tulisan, visual, aural ).
Melalui pertukaran dan simbul simbul yang sama dalam menjelaskan informasi, gagasan dan
emosi diantara itulah ,akan lahir kesamaan nama atas fikiran,perasaan dan perbuatan.

Guna melihat lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya kita perlu mengkaji
secara ringkas Apa itu budaya atau kebudayaan agar mempunyai kerangka pemikiran dan
konsep yang sama. Sebab definisi kebudayaan sangat banyak. AL Kroeber dan C. Kluckhlon
dalam bukunya Cultural, A Critical Review of Concept and Definition (1952) pernah
menghitung ada sekitar 179 definisi kebudayaan.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126
buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa
Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat
mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Salah satunya adalah sebagai
berikut:
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan
lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,
angka-angka dan lain-lain. (Berelson dan Stainer, 1964)

Jadi definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua
atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok
yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan.
2.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Budaya

Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud
setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika
komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas
(kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang
dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya seperti
sebuah bangunan. Bukankah bangunan didirikan karena ada konsep, gagasan, kemudian
didiskusikan (dengan keluarga, pekerja atau arsitek) dan berdirilah sebuah rumah. Maka
komunikasi, nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi
bisa disebut sebagai proses budaya yang ada dalam masyarakat.

Jika ditinjau secara lebih kongkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan
semakin jelas :
1. Dalam mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan
tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut,
bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan
tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi non verbal) untuk mendukung
komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang
lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasi massa seperti televisi,
surat kabar, radio dan lain-lain.
2. Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang
dilakukan lewat televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk
mengurusi televisi.
3. Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya
sistem hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam
sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers,
dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun,
kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan di luar norma masyarkat. Di
sinilah perlunya sistem hukum komunikasi.
4. Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan
bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa
yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi
atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai
bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai
proses budaya. Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses
kesenian misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara
(menyanyi, dialog).
5. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari
komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan
dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga termasuk
ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing
pribadi berbeda dalam penyampaian, gaya, pengetahuan yang dimiliki menunjukkan
realitas tersebut.
Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya
dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses
budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya
sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu
dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga
hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang
membentuk sebuah sistem.
2.1.2 Budaya Sebagai Landasan Ilmu Komunikasi

Antropologi dikatakan sebagai salah satu akar atau landasan lahirnya ilmu komunikasi.
Seiring dengan perkembangan antropolgi tersebutlah akhirnya para ahli budaya melihat jika
dalam budaya juga sangat tergantung pada komunikasi. Hal inilah yang kemudian dikaji
mengenai proses dari komunikasi tersebut sehingga lahirlah ilmu komunikasi dari antroplogi.
Namun untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan tersebut sebaiknya kita terlebih dahulu
melihat menganai antopologi dan komunikasi itu sendiri.

Kebudayaan adalah komunikasi simbolis, simbolisme itu adalah keterampilan kelompok,


pengetahuan, sikap, nilai, dan motif. Makna dari simbol-simbol itu dipelajari dan
disebarluaskan dalam masyarakat melalui institusi. Menurut Levo-Henriksson (1994),
kebudayaan itu meliputi semua aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup
apapun bentuknya baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat. Ross (1986,hlm
155) melihat kebudayaan sebagai sistem gaya hidup dan ia merupakan faktor utama (common
domitor) bagi pembentukan gaya hidup (Alo Liliweri, 2003,8-9.

Budaya sebagai konsep sentral. Linton (1945:32) memberikan definisi budaya secara
spesifik, yaitu, budaya merupakan konfigurasi dari prilaku manusia dari elemen-elemen yang
ditransformasikan oleh anggota masyarakat. Budaya secara umum telah dianggap sebagai
milik manusia, dan digunakan sebagai alat komunikasi sosial di mana didalamnya terdapat
proses peniruan. Selanjutnya konsep budaya telah menuntun para pakar etnologi Amerika dan
Jerman kedalam suatu bentuk teoritik. Setelah Radcliffe-Brown (1965:5) para ilmuan
antropologi sosial Prancis dan Inggris cenderung untuk membedakan konsep budaya dan
sosial dan cenderung membatasi kedua konsep tersebut pada cara belajar berfikir, merasa,
dan bertindak, yang merupakan dari proses sosial.

Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi.
Karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi pada gilirannya budaya yang tercipta
pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan. Hubungan antara
budaya dan komunikasi adalah timbale balik. Budaya takkan eksis tanpa komunikasi dn
komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya. Entitas yang satu takkan berubah tanpa
perubahan entitas lainnya. Menurut Alfred G. Smith, budaya adalah kode yang kita pelajari
bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi membutuhkan perkodean dan
simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C. Chu mengatakan bahwa setiap pola budaya
dan tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus dipelajari bersama-
sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya
dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya (Deddy Mulyana, 2004:
14).

2.1.3 Pengaruh Kebudayaan Terhadap Komunikasi

a. Keberhasilan Komunikasi

Ditentukan oleh kemampuan komunikan memberi makna terhadap pesan yang diterima jika
makna yang dimaksud komunikator melalui pesan sama dengan maksud komunikan, maka
komunikasi dapat dikatakan berhasil, yaitu tercapainya persamaan makna

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi :

* Frame of Reference (kerangka acuan)

Persamaan pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya Overlaping


of interest (pertautan minat dan kepentingan) yang semakin besar, semakin mudah pula
proses komunikasi berlangsung

* Field of Experience (latar belakang pengalaman)

Pengalaman dapat berupa pengalaman pribadi Pengaruh Budaya terhadap Persepsi


Disamping latar belakang pengalaman pribadi norma, adat istiadat, kepercayaan juga
mempengaruhi Field Experience terhadap objek dan pada akhirnya mempengaruhi
persepsi terhadap suatu objek.

Misal : sikap menghargai waktu

b. Kebudayaan mengajarkan Tata cara komunikasi

Kebudayaan berfungsi untuk mengajarkan tata cara berkomunikasi, baik verbal


maupun non verbal

Misal : Tidak setuju terhadap sesuatu

- India mengangguk
- Indonesia menggeleng

c. Komunikasi mentransmisikan nilai budaya

Komunikasi menjadi alat untuk mensosialisasikan nilai budaya kepada masyarakat. Melalui
komunikasi, secara verbal dan non verbal mentransmisikan nilai budaya, norma sosial dan
adat kebiasaan dari satu generasi kegenerasi, dari satu kelompok kepada kelompok lainnya

Misal : Dongeng yang disampaikan secara lisan dapat dibukukan dan disampaika
kepada generasi selanjutnya

Menganggap orang lain seperti diri kita ketika kita berbicara kepada mereka sama
saja dengan berbicara sendirian

Asumsi kesamaan yang paling tegas menyatakan bahwa :

Semua manusia pada pokoknya sama, dengan pandangan ini perbedaan jasmani,
kepribadian bahkan kebudayaan hanya dianggap lahiriah saja.

2.2 PENGARUH FAKTOR BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI.

Komunikasi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat
penuturnya karena selain merupakan fenomena sosial, komunikasi juga merupakan fenomena
budaya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial yang
digunakan sebagai sarana komunikasi dengan melibatkan sekurang-kurangnya dua orang
peserta. Oleh karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi, seperti
hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi berlangsung, tujuan
komunikasi, situasi komunikasi, status sosial, pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta
komunikasi, juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa. Sementara itu, sebagai fenomena
budaya, komunikasi selain merupakan salah satu unsur budaya, juga merupakan sarana untuk
mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya. Atas dasar itu, pemahaman
terhadap unsur-unsur budaya suatu masyarakatdi samping terhadap berbagai unsur sosial
yang telah disebutkan di atasmerupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari suatu
komunikasi. Hal yang sama berlaku pula bagi komunikasin di Indonesia. Oleh karena itu,
mempelajari bahasa Indonesialebih-lebih lagi bagi para penutur asingberarti pula
mempelajari dan menghayati perilaku dan tata nilai sosial budaya yang berlaku dalam
masyarakat Indonesia. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pengajaran
komunikasi, sudah semestinya pengajar tidak terjebak pada pengutamaan materi yang
berkenaan dengan aspek-aspek kebahasaan semata, tanpa melibatkan berbagai aspek sosial
budaya yang melatari penggunaan bahasa. Dalam hal ini, jika pengajaran bahasa itu hanya
dititikberatkan pada penguasaan aspek-aspek kebahasaan semata, hasilnya tentu hanya akan
melahirkan siswa yang mampu menguasai materi, tetapi tidak mampu berkomunikasi dalam
situasi yang sebenarnya. Pengajaran bahasa yang demikian tentu tidak dapat dikatakan
berhasil, lebih-lebih jika diukur dengan pendekatan komunikatif. Dengan perkataan lain,
kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar itu mensyaratkan adanya penguasaan
terhadap aspek-aspek kebahasaan dan juga pengetahuan terhadap aspek-aspek sosial budaya
yang menjadi konteks penggunaan komunikasi.

2.3 FUNGSI FAKTOR BUDAYA DALAM BERKOMUNIKASI

A. Fungsi pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui komunikasi yang
bersumber dari seorang individu, antara lain untuk :

1. Menyatakan identitas social. Dalam komunikasi,budaya dapat menunjukkan beberapa


perilaku komunikan yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun
identitas sosial.
2. Menyatakan integrasi social Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan
dan persatuan antar pribadi dan, antar kelompok namun tetap menghargai
perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur . perlu dipahami bahwa salah
satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi
antara komunikator dan komunikan.
3. Menambah pengetahuan Sering kali komunikasia antar bribadi maupun antar budaya
dapat menambah pengetahuan bersama ,dan adanya saling mempelajari kubudayaan
masing masing antara komunikator dan komunikan.
4. Melepaskan diri / jalan keluar Hal yang sering kita lakukan dalam berkomunikasi
dengan orang lain adalah untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas
masalah yang sedang kita hadapi.

B. Fungsi sosial
Fungsi sosial adalah fungsi-fungsi komunikasi yang bersumber dari faktor budaya yang
ditunjukkan melalui prilaku komunikasi yang bersumber dari interaksi sosial,diantaranya
berfunsi sebagai berikut :

1. Pengawasan

Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda
kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antar
budaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan perkembangan tentang
lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang
menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita
meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
Akibatnya adalah kita turut mengawasi perkembangan sebuah peristiwa dan berusaha
mawas diri seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam lingkungan kita.

2. Menjembatani

Dalam proses komunikasi antar pribadi, termasuk komunikasi antar budaya ,maka
fungsi komunikasi yang dilakukan antar dua orang yang berbeda budaya itu
merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat
terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan.,keduanya saling
menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang
sama.
1. Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupkan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai
nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat lain . Dalam komunikasi antar
budaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun yang lebih
penting daripadanya adalah bagaimana kita menangkap nilai yang terkandung dalam
gerakan tubuh ,gerakan imaginer dari tarian tarian tersebut.
2. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya .
American fun yang sering ditampilkan TVRI memberikan gambaran tentang
bagaimana orang orang sibuk memanfaatkan waktu luang untuk mengunjungi teater
dan menikmati suatu pertunjukan humor. Menonton Qosidah yang ditampilkan oleh
anak anak sebuah pesantren mungkin kurang disukai oleh mereka yang suka music
klasik , namun kalau anda menonton dengan mental menikmati maka tampilan
qosidah tidak mengganggu anda.
2.4 MEMBERDAYAKAN FAKTOR BUDAYA UNTUK KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI

Berbagai pendapat, seperti yang dikemukakan oleh Hymes (1971), Canale dan Swain (1980),
Saville-Troike (1982:25), Canale (1983), Bachman (1990), menyiratkan kesamaan pandangan
bahwa kompetensi komunikatif tidak hanya mencakup pengetahuan tentang bahasa, tetapi
juga mencakup kemampuan menggunakan bahasa itu sesuai dengan konteks budayanya. Jadi,
kompetensi komunikatif itu tidak hanya berisi pengetahuan tentang masalah kegramatikaan
suatu ujaran, tetapi juga berisi pengetahuan tentang patut atau tidaknya suatu ujaran itu
digunakan menurut status komunikator dan komunikan, ruang dan waktu pembicaraan,
derajat keformalan, medium yang digunakan, pokok pembicaraan, dan ranah yang
melingkupi situasi pembicaraan itu.
Pandangan tersebut mengisyaratkan bahwa faktor-faktor budaya yang menjadi konteks
penggunaan komunikasi merupakan hal yang perlu diketahui oleh para komunikator agar
mereka dapat berkomunikasi secara baik dan benar dalam situasi yang sebenarnya.
Pemberdayaan faktor budaya dalam komunikasi sangatlah penting untuk keefektifan
komunikasi sehingga komunikator sebaiknya mempelajari aspek aspek budaya yang
menunjang keefektifan komunikasi dengan komunikan,di antaranya sebagai berikut :

1. Benda-benda budaya (artifact)


2. Gerak-gerik anggota badan (kinesics)
3. Adat-istiadat atau kebiasaankebiasaan yang berlaku di masyarakat
4. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
5. Sistem religi yang dianut masyarakat
6. Mata pencarian penduduk
7. Kesenian
8. Pemanfaatan waktu
9. Cara berdiri, cara duduk, dan cara menghormati orang lain
10. Sopan santun, termasuk penggunaan eufemisme
11. Gotong royong dan tolong-menolong
12. Ramah tamah, tegur sapa, basa-basi
13. Jarak fisik ketika berkomunikasi (proxemics)
14. Kontak pandangan mata ketika berkomunikasi
15. Penyentuhan (kinesthesics)
16. Pujian
17. Hal-hal yang tabu dan pantang

2.5 KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


Komunikasi antarbudaya ialah komunikasi antarpribadi yang dilakukan mereka yang berbeda
latarbelakang kebudayaan. Jadi, suatu proses kumunikasi simbolik, interpretatif,
transaksional, kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang (karena memiliki keragaman)
memberikan interpretasi dan harapan secara berbada terhadap apa yang disampaikan dalam
bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.

Secara alamiah, proses komunikasi antarbudaya berakar dari relasi antarbudaya yang
menghendaki adanya interaksi sosial. Menurut Jackson (1967), menekankan bahwa isi
(content of communication) komunikasi tidak berbeda dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi
(content) dan makna (meaning) esensial dalam bentuk relasi (relations).

Salah satu perspektif komunikasi antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi


antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Tingkat
ketidakpastian itu akan berkurang manakala kita mampu meramalkan secara tepat proses
komunikasi. Karena itu, dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat
dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi.

Dengan demikian, sebenarnya tidak ada komunitas tanpa budaya, tidak ada masyarakat tanpa
pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari informasi. Dengan
kata lain tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa adanya
komunikasi. Disinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya. Semua
fenomena itu, selain karena disebabkan perubahan yang ada, juga karena kurangnya
komunikasi. Akhirnya, memerlukan sebuah komunikasi antarbudaya guna mengurangi
kesalahpahaman di antara sesama manusia. *) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN
Maliki Malang

2.5.1 HAKEKAT KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1. Kultur yaitu gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat yang
terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artifak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi
yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur


yang berbeda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara
berperilaku kultural yang berbeda
3. Enkulturasi adalah proses di mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi dengan cara belajar bukan mewarisinya lewat keluarga, sekolah,
pergaulan, dsb.

4. Akulturasi yakni proses di mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak


langsung dengan kultur lain

5. Subkultur adalah kelompok-kelompok kecil yang tinggal dan berinteraksi dalam


kultur yang lebih besar dan dominan

2.5.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya

Komunikasi antar ras

Komunikasi antaretnis

Komunikasi antaragama

Komunikasi antar bangsa

Komunikasi antar subkultur

Komunikasi antar subkultur dengan kultur dominan

Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda

2.5.3 Teori Komunikasi Antarbudaya

A. FACE-NEGOTIATION THEORY

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stella Ting-Toomey:

Asumsi-asumsi:

Identitas diri (self-identity) merupakan hal yang penting dalam interaksi antarpribadi.

Individu-individu menegosiasikan perbedaan identitas mereka lintas kultur.


Manajemen konflik dimediasi oleh face dan kultur.

Bagaimana orang dari kultur individualistik dan kolektivistik menegosiasikan face dalam
situasi konflik?

Face: public image people display.

Face-Negotiation Theory didasarkan pada manajemen face.

Menerangkan bagaimana orang dari kultur yang berbeda mengelola konflik untuk

memelihara face.

B. STANDPOINT THEORY

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Nancy C.M. Hartsock.

Standpoint: posisi seseorang yang didasarkan pada lokasi sosial.

Asumsi-asumsi:

Material life atau posisi kelas akan membentuk dan membatasi pemahaman mengenai
relasi sosial.

Pandangan kelompok yang berkuasa akan membentuk relasi dimana semua kelompok
dipaksa untuk berpartisipasi.

Pandangan kelompok yang ditekan merepresentasikan perjuangan.

Pemahaman kelompok tertindas tentang ketidakadilan dalam relasi antarkelompok akan


mengarah pada dunia yang lebih baik.

C. MUTED GROUP THEORY

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cheris Kramarae.

Asumsi-asumsi:

Perempuan mempersepsikan dunia berbeda dengan laki-laki, karena pengalaman dan


aktivitas yang berbeda pula yang didasarkan pada pembagian kerja.

Karena dominasi politik mereka, maka sistem persepsi laki-laki bersifat dominan.

Menghalangi kebebasan perempuan mengekspresikan model alternatif dalam memahami


dunia.
Supaya bisa berpartisipasi dalam masyarakat, maka perempuan harus merubah model
mereka dengan menerima sistem ekspresi laki-laki.

D. COMMUNICATION ACCOMODATION THEORY

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Howard Giles.

Asumsi-asumsi:

Kesamaan dan ketidaksamaan ujaran (speech) dan perilaku terdapat dalam semua
percakapan.

Cara kita mempersepsikan ujaran dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana
kita mengevaluasi percakapan.

Communication Accomodation Theory mempertimbangkan motivasi dan konsekuensi yang


mendasari apa yang terjadi ketika 2 pembicara mempertukarkan gaya komunikasi mereka.
Selama komunikasi berlangsung, orang
mencoba mengakomodasikan atau
menyesuaikan gaya berbicara mereka.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asumsinya dasarnya
komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang
atau kelompok lain, tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, anda
berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia secara tidak langsung anda sedang
berkomunikasi berdasarkam kebudayaan tertentu milik anda untuk menjalin kerja sama atau
mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan,
salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian
komunikasi juga disebut sebagai proses budaya.

3.2 Daftar Pustaka

Effendy, Onong Uchjana, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Franz, Josef Eliers, 1995, Berkomunikasi Antara Budaya, Nusa Indah, Flores-NTT
Keesing, Roger M., 1981, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, Jakarta:
Erlangga
Mulyana, Deddy & Rakhmat, J., 1993, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
Ahmadi, H.Abu.1999.Psikologi Sosial. Jakarta : PT . Rineka Cipta
Liliweri,Alo.2003,Dasar-Dasar Komunukasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset
Mustafa, Hasan. 2004. Perspektif dalam Psikologi Sosial {OnLine}. Tersedia:
http://home.unpar.ac.id/doc (13 Januari 2005)
Soekanto, Soerjono.1984.Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta:
Penerbit Radar Jaya Ofsett.
Soekanto, Soerjono.2003. Sosiologi Suatu Penantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai