Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan membuat ilmu sosiologi


semakin masuk ke dalam pelayanan kesehatan salah satunya dalam pelayanan
kebidanan. Saat ini masalah kebidanan dan kesehatan reproduksi seperti masalah
gender, kematian ibu, kematian anak dan kesehatan remaja merupakan salah satu
masalah utama dalam kesehatan di seluruh dunia. Asuhan kebidanan yang akan
diberikan terkait dengan masalah-masalah tersebut membutuhkan pemahaman bidan
dari sisi social masyarakat sehingga tujuan asuhan bisa tercapai dengan baik.
Permasalahan kesehatan reproduksi baik yang menjurus kepada kesehatan bayi, anak,
remaja, serta ibu masih merupakan isu yang penting pada masa sekarang. Timbulnya
permasalahan ini khususnya diakibatkan adanya budaya-budaya yang memberikan
pantangan-pantangan atau larangan terhadap perilaku masyarakat dalam hal kesehatan
reproduksinya (Husaini dkk, 2017).

Masih adanya budaya-budaya masyarakat berupa larangan, pantangan, atau


tabu terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi menjadi salah satu
penyebab terhadap kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hak-hak
reproduksinya, sehingga mengakibatkan munculnya perilakuperilaku yang berisiko
terhadap kesehatan reproduksi seseorang, khususnya pada bayi dan anak, remaja,
maupun ibu-ibu. Pemecahan masalah ini dapat melalui peningkatan dukungan sosial
yang ada di masyarakat terhadap isu-isu kesehatan reproduksi maupun kesehatan ibu
dan anak (Husaini dkk, 2017).

Bidan merupakan salah satu pemeran utama dalam pelayanan kesehatan


reproduksi di masyarakat, termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu hamil
dan ibu bersalin. Proses reproduksi sejak tahap konsepsi, kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan proses alami yang menjadi kodrat perempuan. Meskipun demikian
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar tidak membahayakan kesehatan ibu
dan janin (Barni & Munfiah, 2015).

Mengutip H.L Blum, Utami dan Harahap menjelaskan ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut
terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi,
politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan
faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Di antara
faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat. Menurut Setyoningsih bahwa tingkah laku manusia dalam menghadapi
masalah kesehatan bukanlah suatu tingkah laku yang acak (random behaviour), tetapi
suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan terpola dalam suatu system kesehatan
yang merupakan bagian integral dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Tingkah
laku yang selektif tersebut merupakan suatu strategi adaptasi sosial budaya yang
timbul sebagai respon terhadap ancaman penyakit. Perilaku tersebut terpola dalam
pranata sosial dan tradisi budaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
(Anwar, 2020).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu melalui pendekatan


antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-
unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.
Antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya.
hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar (Husaini dkk, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan teori antropologi kesehatan reproduksi
2. Bagaimana masalah kesehatan reproduksi dari aspek antropologi (di
Indonesia dan Dunia)
3. Bagaimana bentuk informasi kesehatan & kebidanan di masyarakat
(infokes yang sudah ada dan dijalankan saat ini)
4. Bagaimana hubungan antropologi kespro dalam meningkatkan infokes
dan kebidanan di masyarakat
5. Bagaimana peran bidan di komunitas dalam meningkatkan informasi
kesehatan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dan teori antropologi
kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui dan memahami masalah kesehatan reproduksi dari
aspek antropologi (di Indonesia dan Dunia)
3. Untuk mengetahui dan memahami bentuk informasi kesehatan &
kebidanan di masyarakat (infokes yang sudah ada dan dijalankan saat
ini)
4. Untuk mengetahui dan memahami hubungan antropologi kespro dalam
meningkatkan infokes dan kebidanan di masyarakat
5. Untuk mengetahui dan memahami peran bidan di komunitas dalam
meningkatkan informasi kesehatan

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dan teori
antropologi kesehatan reproduksi
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah kesehatan
reproduksi dari aspek antropologi (di Indonesia dan Dunia)
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bentuk informasi
kesehatan & kebidanan di masyarakat (infokes yang sudah ada dan
dijalankan saat ini)
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hubungan antropologi
kespro dalam meningkatkan infokes dan kebidanan di masyarakat
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami peran bidan di
komunitas dalam meningkatkan informasi kesehatan

Daftar Pustaka

Anwar, S. 2020. Pengobatan Tradisional Perspektif Antropologi Kesehatan.


Tawshiyah Vol. 15, No. 1 Tahun 2020

Barni, S. Munfiah. 2015. Potret Bidan (Studi Antropologi Kesehatan Peran Bidan
Dalam Pandangan Masyarakat Kecamatan Banjarmangu Banjarnegara).
Medsains Vol. 1 No. 01, Maret 2015 : 13-17

Husaini., F. Rahman., L. Marlinae., A. Rahayu., K. Praedevy., D. Rosadi., N. Laily.,


A. Wulandari. 2017. Antropologi Sosial Kesehatan. Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai