Anda di halaman 1dari 17

Matkul : Keperawatan Keluarga

Dosen : Ns. Zakariyati, SKM., S.Kep., M.Kep

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

Di Susun Oleh :

Didi Cahyadi (218010)

Irfan (218017)

Isma Azizah (218019)

Sry Wahyuni (218037)

Dewi Sapitri (218050)

Fina Aminarti (218053)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA

KESDAM XIV HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr Wb

Puji dan Syukur kita Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang “Terapi Komplementer”

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan


dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Makassar, 29 Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................4

A. Pengertian Terapi Komplementer...............................................4


B. Tujuan Terapi Komplementer.....................................................6
C. Jenis-Jenis Terapi Komplementer..............................................6
D. Terapi Komplementer Pengobatan Herbal.................................6
E. Hubungan Pengobatan Herbal...................................................8
F. SOP Akupuntur...........................................................................9

BAB III PENUTUP.................................................................................12

A. Kesimpulan ................................................................................12
B. Saran ..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia keperawatan kita mempelajari apa yang dimaksud
dengan Keperawatan Komplementer. Komplementer maupun terapi
komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya
berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang
mengandalkan obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada
terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti
teknik sentuhan, masase, dan manajemen stress.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Sebagai contoh di
indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada
suatu negara.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Te rminologi ini dikenal s ebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks
dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi
komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan
holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

1
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi
sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif
menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika
Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi
alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari
33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg,
1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan
kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti
dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat
untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini
terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang
bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Terapi Komplementer?
2. Seperti apakah Tujuan Terapi Komplementer?
3. Bagaimanakah Jenis-Jenis Terapi Komplementer?
4. Apa yang di maksud Terapi Komplementer Pengobatan Herbal?
5. Seperti apakah Hubungan Pengobatan Herbal dengan
Kesehatan/ Keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Terapi Komplementer
2. Mengetahui Tujuan Terapi Komplementer
3. Mengetahui Jenis-Jenis Terapi Komplementer

2
4. Mengetahui Terapi Komplementer Pengobatan Herbal
5. Mengetahui Hubungan Pengobatan Herbal dengan Kesehatan/
Keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi
merupakan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Menurut
WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk
Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di
Negara Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud
adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern .
Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi .
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan
yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai
dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem

4
pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang
ada.
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter
sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang
diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji
klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini
sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia
sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan
termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu
mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia
sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi
dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan
tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan
reiki.
Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang
caranya berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran,
yang mengandalkan obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan
pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan
seperti teknik sentuhan, massage dan manajemen stress. Terapi
komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan
terapi utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol

5
gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap
penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi
perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori
transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi,
anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catat
keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan
pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain
itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam
menunjukkan caring pada klien.
B. Tujuan Terapi Komplementer
Terapi Komplementer Bertujuan Untuk Memperbaiki Fungsi
Dari Sistem – Sistem Tubuh, Terutama Sistem Kekebalan Dan
Pertahanan Tubuh Agar Tubuh Dapat Menyembuhkan Dirinya
Sendiri Yang Sedang Sakit, Karena Tubuh Kita Sebenarnya
Mempunyai Kemampuan Untuk Menyembuhkan Dirinya Sendiri,
Asalkan Kita Mau Mendengarkannya Dan Memberikan Respon
Dengan Asupan Nutrisi Yang Baik Lengkap Serta Perawatan Yang
Tepat.
C. Jenis – jenis Terapi Komplementer
1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat , dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral
D. Terapi Komplementer pengobatan herbal
1. Pengertian pengobatan herbal
Pengobatan herbal (herbalism) adalah pengobatan
tradisional atau pengobatan rakyat mempraktekkan yang

6
didasarkan pada pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak
tumbuhan. Herbalism adalah juga dikenal sebagai pengobatan
berkenaan dengan penggunaan tumbuhan untuk pengobatan,
medis secara herbal, obat herbal, herbology, dan phytotherapy.
Kadang-kadang lingkup dari obat bahan tumbuhan yang
dipergunakan diperluas termasuk produk-produk jamur dan
lebah, mineral-mineral, kulit/kerang-kulit/kerang dan bagian
binatang tertentu. Pengobatan Herbal dan Kembali ke alam
adalah dua phrase kata yang banyak kita dengar akhir akhir ini.
Pengobatan secara herbal merupakan pilihan alternatif yang
banyak diminati masyarakat terutama dalam bidang pengobatan.
2. Manfaat
Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk
proses penyembuhan penyakit pada manusia, yaitu
mengendalikan dan membunuh kandungan racun dalam tubuh
manusia. Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat
kekebalan tubuh (antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia,
dengan tujuan melindungi dari unsur yang merusak organ tubuh.
Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak,sebagai contoh obat herbal yang berasal dari ramuan
mahkota dewa dapat menyembuhkan penyakit kanker, tumor dan
jantung. Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan berkhasiat)
bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak
akibat radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.
3. Efek samping
Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek
samping yang sama dengan obat-obatan sintetis atau
konvensional. Tubuh kita tidak bisa membedakan antara
pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan sintetis.
Produk obat herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan
(misalnya akar, daun, kulit, dll) dan mengandung banyak

7
senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat
merugikan.
Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan
kombinasi ekstrak tumbuhan memiliki efek penyembuhan yang
lebih ampuh dibanding dengan hanya menggunakan satu
komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini
memiliki efek sinergi, yang saling melengkapi dan bahkan
menambah daya khasiatnya. Kombinasi ini juga diklaim dapat
mengurangi efek samping yang tidak diinginkan, misalnya dapat
mengurangi kejadian keracunan dibanding hanya dengan
menggunakan satu jenis herbal. Namun, secara teoritis,
kombinasi zat kimia aktif dalam beberapa jenis herbal juga bisa
berinteraksi untuk membuat ramuan herbal menjadi lebih beracun
daripada menggunakan satu jenis herbal.
E. Hubungan Pengobatan Herbal dengan Kesehatan/ Keperawatan
Pengobatan secara medis dan dengan herbal apabila
dibandingkan, masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Jika satu jenis obat medis secara spesifik
menyembuhkan satu penyakit, namun obat-obatan herbal mampu
menjadi penawar rasa sakit berbagai jenis penyakit. Obat-obatan
herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak,sebagai
contoh obat herbal yang berasal dari ramuan mahkota dewa dapat
menyembuhkan penyakit kanker, tumor dan jantung.
Pengobatan secara medis dapat lebih mengoptimalkan darah
sebagai indikator dan menjaga agar darah normal secara klinis
(pemeriksaan laboratorium), namun tanpa mempedulikan
dampaknya terhadap kerusakan organ tubuh lainnya. Sebagai
contoh suntikan cairan insulin untuk penderita diabetes ternyata
memiliki potensi mengakibatkan rusaknya kelenjar tubuh yang
biasanya memproduksi insulin.

8
Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan berkhasiat) bermanfaat
untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat radang
dengan penyembuhannya bersifat permanen.
F. Standar Operasional Prosedur Akupuntur
1. Pengertian
Akupuntur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan
pada titik-titik di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit
maupun kondisi kesehatan lainnya dengan berbagai macam
teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit di
titik-titik tertentu pada tubuh pasien yaitu telinga, kepala, sekitar
telapak kaki dan tangan untuk mempengaruhi atau memperbaiki
kesalahan aliran bioenergi tubuh yang disebut dengan Qi
(dibaca: Chi) (Djuharto, 1982; Wijaya, 2013).
2. Tujuan
Mengembalikan keseimbangan energi tubuh (homeostasis),
menjaga sirkulasi darah, menghangatkan tubuh, dan
mengoptimalkan terbentuknya antibodi pada tubuh pasien
dengan adanya aliran energi atau kekuatan kehidupan (Qi) yang
seimbang sehingga gangguan kesehatan dapat teratasi.
(Saputra dan Agustin, 2005; Gondo, 2009).
3. Indikasi
a. Berbagai keadaan nyeri seperti nyeri kepala, migrain,
nyeri bahu, nyeri lambung, nyeri haid, nyeri sendi dan lain-
lain.
b. Kelainan fungsional seperti asma, alergi, insomnia, mual
pada kehamilan.
c. Beberapa kelainan saraf seperti hemiparesis, kesemutan,
kelumpuhan muka.
d. Berbagai keadaan lain seperti mengurangi nafsu makan,
menurunkan kadar gula darah, meningkatkan stamina,
efek analgesik pada operasi dan lain-lain. (RSCM, 2008)

9
4. Kontra Indikasi
a. Pasien dengan keadaan fisik yang terlalu lemah.
b. Pasien dengan gangguan pembekuan darah.
c. Pasien dengan tumor.
d. Pasien dengan infeksi sistemik.
e. Pasien yang memakai pacu jantung
f. Luka di tempat penusukan.
g. Pada kehamilan terdapat titik-titik yang tidak boleh ditusuk
karena dapat menyebabkan abortus. (RSCM, 2008)
5. Persiapan Pasien
a. Pastikan identitas klien
b. Kaji kondisi klien terakhir
c. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan
d. Jaga privasi klien
e. Posisikan klien senyaman mungkin
6. Persiapan Alat
a. Jarum (ukuran jarum: 0,5 cun, 1cun, 1,5 cun)
b. Kursi atau tempat tidur datar
c. Sarung tangan (bila perlu)
d. Kapas alkohol
e. Bengkok
7. Prosedur Kerja
a. Tahap Orientasi
1) Berikan salam
2) panggil klien dengan nama kesukaannya Perkenalkan
nama dan tanggung jawab perawat
3) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan
pada klien dan keluarga
4) Berikan kesempatan kepada klien atau keluarga untuk
bertanya sebelum terapi dilakukan

10
b. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien dengan menutup tirai2.
2) Atur posisi klien dengan memposisikan klien pada
posisi terlentang (supinasi), duduk, duduk dengan
tangan bertumpu di meja, berbaring miring, atau
tengkurap dan berikan alas
3) Bantu melepaskan pakaian klien atau aksesoris yang
dapat mennghambat tindakan akupunktur yang akan
dilakukan, jika perlu
4) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila perlu
5) Bersihkan (desinfeksi) daerah yang akan ditusukkan
jarum dengan kapas alkohol
a) Ambil jarum sesuai ukuran (0,5 cun: wajah; 1 cun:
lengan; 1,5 cun: gluteal) ukuran jarum disesuaikan
dengan ketebalan kulit
b) Jika menggunakan alat bantu masukkan jarum ke
dalam alat bantu dan dekatkan dengan kulit untuk
ditusukkan. Alat bantu biasanya berupa tabung
kecil yang terbuat dari bahan plastik seperti
sedotan
c) Jika tanpa batuan alat atau jari tangan telanjang:
Jika jarum tebal: Jari salah satu tangan
memegang bagian pegangan jarum, arahkan
mata jarum pada titik akupuntur terpilih, dan
tusukkan dengan teknik tertentu (tegak lurus,
menyudut, sejajar dan lain-lain) Jika jarum tipis:
Jari salah satu tangan memegang pegangan
jarum dan tangan lainnya memegang batang
jarum sebagai pengarah mata jarum dan
penunjang jarum Jika jarum berukuran kecil: Jari
telunjuk dan ibu jari menjepit batang jarum (dekat

11
mata jarum), kemudian jarum ditusukkan dengan
cara memegaskan jari telunjuk dan jempol
tersebut.
6) Tanyakan perasaan klien setelah ditusukkan jarum,
apakah sudah merasa nyaman atau belum.
7) Diamkan jarum di tempat penusukkan selama 15-20
menit.
8) Setelah sesi terapi selama 15-20 menit, cabut jarum
dan desinfeksi dengan kapas alcohol.
c. Tahap Terminasi
1) Jelaskan pada klien bahwa terapi sudah selesai
dilakukan.
2) Kaji respon klien setelah dilakukan terapi
3) Berikan reinforcement positif kepada klien
4) Rapikan pakaian klien dan kembalikan ke posisi yang
nyaman
5) Rapikan alat-alat
6) Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
7) Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawatan
yang menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berfungsi sebagai
terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup,
dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara
keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik. Terapi komplementer bertujuan untuk
memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem
kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan
dirinya sendiri yang sedang sakit.
Pengobatan Herbal adalah pengobatan tradisional atau
pengobatan rakyat mempraktekkan yang didasarkan pada
pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan. Bahan
herbal adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan
sebagai pemberi aroma, perasa atau untuk pengobatan. Obat herbal
sendiri merupakan produk yang berasal dari tanaman dan digunakan
untuk meningkatkan kesehatan. Banyak obat herbal yang telah
digunakan secara empiris (turun-temurun) sebagai obat dalam
pengobatan tradisional.
B. Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada
para pembaca khususnya kepada para perawat agar lebih
mendalami materi yang telah terpaparkan dalam makalah ini agar
dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Synder, M & Lindquist, R. 2002. Complemntar/alternative Therapies in


Nursing. New York : Springer

Ernst E, Resch L K, White RA. Complementary medicine, What physicians


think of it : Meta-analysis. Arch Intern Med 1995 ; 155 : 3405

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing


practice. 2th ed.New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing.


6th ed. St. Louis: Mosby Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai