Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan fungsi sistem sensorik dan motorik

A. Sistem sensorik
1. Definisi
Sistem sensorik adalah sistem penghantaran rangsangan dari
reseptor ke pusat otak. Sistem ini merupakan bagian dari sistem
saraf yang menerima rangsangan dari lingkungan internal maupun
eksternal. Sistem sensorik menyalurkan informasi ke bagian otak
yang bertugas mengolah informasi melalui stimulus.
Menurut Sunaryo, proses sensoris adalah proses masyknya
rangsangan melalui alat indra ke otak yang kemudian kembali
melalui saraf motoris dan berakhir denganperebutan. [ CITATION
IWa17 \l 1057 ]
2. Tujuan
Pemeriksaan sistem sensorik merupakan bentuk pemeriksaan
neurologis yang dilakukan untuk menentukan lokasi atau letak
kelainan lesi pada kelainan sistem saraf secara spesifik.
Pemeriksaan ini juga bermanfaat menentukan jenis pemeriksaan
penunjang lainnya untuk membantu menegakkan diagnosis
3. Indikasi
Indikasi melakukan pemeriksaan sistem sensorik adalah
adanya defisit neurologis yang dapat diakibatkan oleh kelainan
neurologis, misalnya meningitis atau ensefalitis, atau kelainan
lainnya yang memiliki manifestasi neurologis, misalnya lepra,
diabetes mellitus, atau penyakit arteri perifer
4. Kontraindikasi
Pada pemeriksaan sistem sensorik terdapat beberapa
kontraindikasi untuk dilakukan pemeriksaan karena akan
menyebabkan hasil negatif palsu. Berikut kontraindikasi pada
masing-masing pemeriksaan
a. Two Point Tactile Discrimination: adanya tanda-tanda
gangguan sensibilitas seperti anesthesia, terdapat luka/lesi di
area yang hendak dilakukan pemeriksaan.
b. Graphestesia: adanya  tanda-tanda gangguan sensibilitas,
pasien sebelumnya mengalami buta huruf atau angka
c. Stereognosis: adanya tanda-tanda gangguan sensibilitas
seperti misalnya anesthesia, termanestesia, atau gangguan
propioseptif
d. Topografi/Topesthesia: terdapat tanda-tanda gangguan
kemampuan taktil.
e. Barognosis: Adanya gangguan rasa gerak atau ada gangguan
posisi sendi. Selain itu, pemeriksaan ini juga
dikontraindikasikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
sensibilitas misalnya anesthesia, termanestesia, atau
gangguan propioseptif.
5. Persiapan alat
6. Persiapan Pasien
7. Prosedur
8. Hal-hal yang harus diperhatiakan
B. Sistem motorik
1. Definisi
Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mengirim impuls
(sinyal listrik) dari sistem saraf pusat (otak) ke otot atau kelenjar
tubuh yang menghasilkan tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Rangsangan ini dapat berasal dari dalam atau luar tubuh.
Sistem motorik merupakan seluruh gerakan yang mampu
dilakukan oleh tubuh yang muncul sebagai tanggapan atau
respons atau rangsangan.[ CITATION Dew19 \l 1057 ]
2. Tujuan
Pemeriksaan sistem motorik merupakan bagian dari
pemeriksaan fisik untuk menilai sistem neurologis, khususnya
segala aktifitas susunan saraf pusat yang diperiksa melalui kondisi
dan gerakan otot. Pemeriksaan sistem motorik ini meliputi
penilaian massa otot, tonus otot, kekuatan otot, gerakan involunter
otot, dan gerakan ekstremitas. Teknik pemeriksaan sistem motorik
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu inspeksi (melihat postur, habitus
dan gerakan involunter), palpasi, dan penilaian kekuatan otot.
3. Indikasi
Indikasi pemeriksaan sistem motorik adalah untuk
mengevaluasi gangguan fungsi sistem motorik seseorang yang
disebabkan karena gangguan pada aktivitas saraf pusat, seperti
keadaan cedera kepala, cedera spinal, atau pasien dengan gejala
stroke. Pemeriksaan sistem motorik dilakukan hanya sesuai
kebutuhan kondisi pasien berdasarkan anamnesis saat persiapan,
jadi tidak semua otot tubuh yang diperiksa, hanya pada otot atau
alat gerak yang mempunyai keluhan.
4. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemeriksaan sistem motorik, kecuali bila pasien
menolak pemeriksaan, antara lain seperti keadaan patah tulang,
sprain, strain, dan pasien dengan gangguan kesadaran.
5. Persiapan alat
6. Persiapan Pasien
7. Prosedur
8. Hal-hal yang harus diperhatikan
Bahrudin M. Pemeriksaan Klinis di Bidang Penyakit Syaraf. In: Pemeriksaan Sistem
Sensorik. UMM Press; 2013. p. 181–92.

Anda mungkin juga menyukai