DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 (3B)
NAMA :
NIM :
KELAS :
2023
1. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Pengertian
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf
ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan
impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya
memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks
disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak
refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan
oleh neuron perantara (neuron penghubung). Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,
namun ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks
B. Tujuan
C. Indikasi
pemeriksaan refleks fisiologis adalah untuk mengevaluasi fungsi sensori motor tubuh,
misalnya pada kasus cedera otak traumatik, stroke, tumor otak, sindrom cauda equina,
sindrom Guillain-Barre, dan multiple sclerosis.
2. Jangka
3. Penggaris
4. Alat tulis
F. Prosedur kerja
1 Somestetik Sensasi
Refleks
2. Pilih orang yang akan diperiksa gerak refleksnya, biarkan orang tersebut duduk tenang
Reflex bisep :
2. Pilih orang yang akan diperiksa gerak refleksnya, biarkan orang tersebut
duduk tenang.
G. Terminasi
4. Mencuci tangan
PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
A. Pengertian
Nervus atau saraf kranial termasuk dalam sistem saraf perifer. Sistem saraf perifer terdiri
dari dua yaitu saraf kranial yang berasal dari otak dan saraf spinal yang berasal dari medula
spinalis. Dua belas pasang saraf kranial yang tersusun angka romawi, muncul dari berbagai
batang otak. Saraf kranial tersusun dari serabut saraf sensorik dan motorik.
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf
sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam
sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori
atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya
B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan saraf cranial adalah untuk mengetahui adanya gangguan serabut saraf
sensorik dan motorik, dimana serabut saraf tersebut berfungsi menghantarkan impuls baik
dari reseptor ke system saraf pusat, maupun dari system saraf pusat ke otot atau kelenjar-
kelenjar tubuh
C. Indikasi
Pemeriksaan saraf cranial di indikasi pada klien yang dicurigai memiliki gangguan pada otak,
entah itu disebabkan karena trauma langsung pada kepala, neoplasma ataupun tumor,
penyakit-penyakit infeksi, komplikasi penyakit yang menyebabkan kerusakan serabut saraf,
penyakit herediter maupun karena penyakit-penyakit metabolic, sehingga serabut-serabut
saraf yang mempersyarafi organ-organ tubuh menjadi terganganggu (menurun)
Kontrakindikasi
D. Kontrakindikasi
Tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan saraf cranial, karena pada dasarnya pemeriksaan
E. Prosedur
b. Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau bagian pada rongga
hidung.
f. Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung kontralateral. Interpretasi
hasil pemeriksaan:
a. Terciumnya bau-bauan secara olfaktorius kedua sisi adalah baik. tepat menandakan fungsi
nervus
c. Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung
merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya meningioma pada cekungan olfaktorius
pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari trauma ataupun pada meningitis.
Pada orangtua dapat terjadi gangguan fungsi indra penciuman ini terjadi tanpa sebab yang
jelas. Gangguan ini dapat berupa penurunan daya penciuman (Hiposmia). Bentuk gangguan
lainnya dapat berupa kesalahan dalam mengenali bau yang dicium, misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bawang goreng hal ini disebut parosmia.
d. Selain keadaan diatas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman yang disebut
hiperosmia, keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi kebanyakan hiperosmia
terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut dengan konversi histeri. Sensasi bau yang
muncul tanpa adanya sumber bau disebut halusinasi olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai
aura pada epilepsy maupun pada kondisi psikosis yang terkait dengan lesi organic pada
unkus. Saraf II (N. Opticus) Tujuan pemeriksaan nervus opticus untuk mengetahui adanya
penurunan fungsi mata. Pemeriksaan meliputi :
1) Penglihatan sentral Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina
digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus
akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi
memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan
tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m.
2) Penglihatan perifer
a) Tes konfrontasi Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata
pemeriksa sisi lain. Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai
denganlapang pandang pasien.
• Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah.
Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang
pasien dengan lapang pandang pemeriksa. Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang
pemeriksa harus normal
b) Perimetri/kampimetri Biasanya terdapat di bagian mata dan hasilnya lebih teliti daripada
tes konfrontasi.
3) Melihat warna Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk mengetahui adanya
polineuropati pada N II.
b) Neuritis N II Pada neuritis N II stadium pertama akan tampak adanya udema tetapi papilla
tidak menyembung dan bial neuritis tidak acut lagi akan terlihat pucat. Dengan oftalmoskop
yang perlu diperhatikan adalah: Papilla N II, apakah mencembung batas-batasnya, Wamanya
Pembuluh darah, Keadaan Retina.
Nervus ocularis terdiri dari dua komponen dengan fungsi yang berbeda, yaitu:
a. Motor somatic, menginervasi empat dari enam otot-otot ekstraokuler dan muskulus
levator palpebra superior. Komponen ini berfungsi mengontrol kontraksi otot
ekstraokuler dalam melihat dan fiksasi objek penglihatan
b. Motor visceral, memberikan inervasi parasimpatis pada muskulus konstriktor pupil
dan muskulus siliaris. Komponen ini bertanggung jawab dalam reflex akomodasi
pupil sebagai respon terhadap cahaya.
3) Pemeriksaan pupil
2) Memeriksa ada tidaknya gerakan bola mata diluar kemauan penderita (nistagmus).
3) Meminta penderita untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala
jurusan.
4) Mengamati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi pada
salah satu atau kedua mata).
1) Meminta penderita untuk membuka kedua mata dan menatap kedepan selama satu menit.
4) Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan membandingkan lebar celah
mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri.
2) Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor).
Menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati
apakah pelebaran pupil segera terjadi Ketika cahaya dialihkan dari pupil
Mengamati perubahan diameter pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang
satunya mendapatkan sorotan cahaya langsung.
Meminta penderita melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak jauh Meminta
penderita untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang digerakkan mendekati hidung
penderita.
Mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil penderita (pada keadaan normal
kedua mata akan bergerak kemedial dan pupil menyempit).
d. Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri atas dan
bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong kearah lesi).
a. Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan janim pada daerah dahi, pipi, rahang
bawah.
b. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air hangat pada
daerah dahi, pipi, dan rahang bawah.
a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup mata/ berkedip)
c. Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan pemeriksa atau
dengan palu reflex.
d. Mengamati respon yang muncul: kontraksi muskulus masseter dan mulut akan menutup.
Nervus fasialis (N VII) mempunyai komponen somatosensorik eferen dan aferen dengan
fungsi yang dapat dibedakan yaitu:
1) Branchial motor (special visceral efferent), yang menginervasi otot-otot fasialis, otot
digastrik bagian belakang, otot stylohyoideus dan stapedius.
2) Visceral motor (general visceral efferent), yang memberikan inervasi parasimpatik pada
kelenjar lakrimal, submandubular dan sublingual, serta mukosa menginervasi mukosa
nasofaring, pallatum durum dan mole.
3) Sensorik khusus ( special afferent), yaitu memberikan sensasi rasa pada 2/3 anterior lidah
dan inervasi pallatum durum dan mole.
4) Sensorik umum (general somatic Afferent), menimbulkan sensasi kulit pada konka,
auricular dan area dibelakang telinga. Serabut saraf yang membentuk branchial motor
merupakan komponen nervus VII yang paling dominan, sedangkan ketiga komponen serabut
lainnya menggabung menjadi satu terpisah dari branchial motor. Gabungan dari ketiga
serabut terakhir membentuk nervus intermedius. Pemeriksaan fungsi nervus VII meliputi:
1) Pemeriksaan motoric
b. Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri dan kanan apakah simetris atau tidak.
c. Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial dan
sudut mulut.
2. Mengangkat alis.
3. Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka dengan tangan.
5. Meminta penderita menggembungkan pipi, lalu pemeriksa menekan pipi kiri dan kanan
untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar
dari bagian yang lumpuh.
3) Pemeriksaan sensorik
a. Meminta pemeriksa menjulurkan lidah
b. Meletakkan gula, asam, garam, atau sesuatu yang pahit di sebelahnya kiri dan kanan dari
2/3 bagian depan lidah
c. Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada secarik kertas.
* Bila terdapat tuli konduksi disebelah kiri, missal oleh karena otitis media, pada tes
weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat tuli persepsi disebelah kiri, maka tes
weber terdengar lebih keras dikanan.
b. Pemeriksaan rinne
• Tujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari
penderita. • Pada telinga sehat pendengaran melalui udara didengar lebih lama dari
pada melalui tulang.
• Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat menden
gamya lagi, kemudian garputala dipindahkan kedepan meatus eksternus. Jika pada
posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes positif, pada orang normal atau
tuli persepsi, tes rinne ini positif. Pada tuli konduksi tes rinne negatif.
Pemeriksaan Schwabach
a. Tujuan membandingkan hantaran tulang penderita dengan hantaran tulang
pemeriksa (dengan anggapan pendengaran. pemeriksa adalah baik).
b. Garputala yang telah digetarkan ditempatkan diprosesus mastoid penderita. Bila
penderita sudah tidak mendengar lagi suara garputala tersebut, maka segera
garputala dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa.
c. Bila hantaran tulang penderita baik, maka pemeriksa tidak akan mendengar suara
mendenging lagi. Keadaan ini dinamakan schwabach normal. Bila hantaran tulang
penderita kurang baik, maka pemeriksa masih medengar suara getaran garputala
tersebut. Keadaan ini dinamakan schwabach memendek..
2) Pemeriksaan fungsi keseimbangan
a. Pemeriksaan dengan tes kalori Bila telinga kiri dimasukan air dingin timbul
nistagmus kekanan. Bila telinga kiri dimasukan air hangat akan timbul nistagmus
ke kiri. Bila ada gangguan keseimbangan, maka perubahan temperature air dingin
dan hangat ini tidak menimbulkan reaksi.
b. Pemeriksaan dengan past ponting test Penderita diminta untuk menyentuh
ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup
penderita diminta untuk mengulang, normal penderita harus dapat melakukannya.
Nervus Glosofaringeus terdiri dari serabut-serabut motorik dan sensorik. Serabut motoriknya
sebagian bersifat somatomotorik dan sebagian lainnya bersifat sekretomotorik
Nervus vagus terdiri dari 5 komponen dengan fungsi yang berbeda. Kelima komponen
tersebut: 1) Branchial motor (Eferent visceral khusus) yang bertanggungjawab terhadap
koordinasi otot-otot volunter faring, sebagian besar laring, dan salah satu otot ekstrinsik
lidah.
3) Visceral sensori (afferent visceral umum) yang memberikan informasi sensorik visceral
dari laring, esophagus, trachea, dan visceral abdominal dan thorakal, serta membawa
informasi dari reseptor tekanan dan kemoreseptor aorta.
4) Sensori umum (afferent somatic umum) memberikan informasi sensorik umum dari kulit
belakang daun telinga, meatus akustikus eksterna, permukaan luar membrane tympani dan
faring.
5) Sensori khusus merupakan cabang minor dari nervus vagus yang bertanggung jawab
menimbulkan sensasi rasa dari daerah epiglottis.
1) Buka mulut penderita, bila terdapat kelumpuhan maka akan terlihat uvula tidak
ditengah tetapi tampak miring tertarik kesisi yang sehat. 2
2) Reflex faring/ reflex muntah tidak ada.
3) Untuk memeriksa plica vocalis diperlukan laryngoscope. Bila terdapat kelumpuhan
satu sisi pita suara, maka pita suara tersebut tidak bergerak sewaktu fonasi atau
inspirasi dan pita suara akan menjadi atonis dan lama kelamaan atopi, suara penderita
menjaai parau.
4) Bila kedua sisi pita suara mengalami kelumpuhan, maka pita suara itu akan berada
digaris tengah dan tidak bergerak sama sekali sehingga akan timbul afoni dan stridor
inspiratorik
Nervus aksesorius tersusun atas komponen cranial dan spinal yang merupakan serabut
motorik. Kedua komponen tersebut menginervasi otot yang berbeda, yaitu:
a) Bahu penderita di sisi yang sakit lebih rendah daripada di sisi yang sehat.
b) Margo vertebralis scapula di sisi yang sakit tampak lebih ke samping daripada di sisi yang
sehat.
Nervus hipoglossus hanya mempunyai satu komponen motor somatic. Nervus ini
menginervasi semua otot intrinsic dan sebagian besar otot ekstrinsik lidah (genioglosus,
styloglosus dan hyoglosus).
1) Akibat gangguan pergerakan lidah, maka kata-kata perkataan tidak dapat diucapkan
dengan baik, disebut dengan disartria.
2) Dalam keadaan diam, lidah tidak simetris, biasanya bergeser kedaerah sehat karena tonus
di sini menurun.
A. Pengertian
Merupakan pemeriksaan untuk mengukur keseimbangan statistic dan Pengertian
dinamis secara objektif
B. Tujuan
Untuk mengetahui keseimbangan gerak secara obyektif
C. Indikasi
D. Kontrakindikasi
F. Prosedur
1. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan persetujuan
4. Cuci tangan
8. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan dan
deformitas
10. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran otot
(atropi, hipertropi) serta ukur lingkar ekstremitas (perbedaan > Icm di anggap bermakna)
3. Delteoideus minta klien mengangkat kedua tangan dan melawan dorongan tangan
pemeriksa ke arah bawah
4. otot panggul posisikan klien terlentang dengan kedua tungkai ekstensi, minta klien
mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai ke bawah
5. adduksi panggul posisikan klien terlentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan
kedua tungkai ekstensi, letakkan kedua tangan pada permukaan lateral masing-masing
lutut klien, minta klien menggerakkan kedua tungkai, melawan tahanan ceker.
6. Abduksi panggul posisikan klien terlentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan
tangan diantara kedua lutut klien, minta klien merapatkan kedua tungkai melawan
tahanan pemeriksa.
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot
2. Trisep minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya melawan
usaha pemeriksa untuk membuat lengan klien tetap fleksi mengumpulkan kelima jari
3. Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah
pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien
4. Hamstring posisikan klien terlentang, kedua lutut ditekuk, minta klien meluruskan
tungkai melawan tahanan pemeriksa
5. Kuadrisep posisikan klien terlentang, lutut setengah ekstensi, klien menahan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan lutut
6. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk
mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa untuk memfleksikan
kakinya.
7. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang
mengalami edema atau nyeri tekan, bengkak kreapitasi dan modul
9. Cuci tangan