Nervus Cranialis
Disusun Oleh :
11310022
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Dua belas pasang nervus kranial menghubungkan end organ dengan pusat sistem
saraf. Sistem saraf ini menerima informasi dari dunia luar, termasuk dari viscera. Fungsi
motorik yang diatur oleh nervus kranialis ditujukan pada pengaturan fungsi organ-organ
khusus, yaitu vokalisasi, mastikasi, gerakan menelan makanan dan kontrol reflek pernapasan
dan visceral. Beberapa nervus kranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian
besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik. Implikasi anatomis dan fisiologis
darri gangguan fungsi nerrvus kranial sangatlah penting dalam diagnosis klinis. Beberapa
neurologi merupakan pemeriksaan yang memerlukan ketelitian dan sistematik sehingga dapat
menentukan diagnosis klinis dan topik dari kemungkinan diagnosis ini maka perencanaan
Pada referat ini akan dibahas mengenai Nerrvus Cranial dan pemeriksaannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nervus kranial ada 12 pasang, dan biasanya dinyatakan dengan angka Romawi.
Pemeriksaan nervus kranial dapat membantu dalam menentukan lokasi dan jenis penyakit.
Tiap nervus kranial harus diperiksa dengan teliti. Karena itu, perlu diketahui anatomi dan
fungsinya, serta hubungannya dengan struktur lainnya. Lesi dapat terjadi pada serabut atau
bagian perifer (infranuklear), pada inti (nuklear), atau hubungannya dengan sentral
(supranuklear). Bila inti rusak, hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya. Saraf perifer
dapat pula terganggu sendiri. Inti nervus kranial yang terletak di batang otak letaknya saling
berdekatan dengan struktur lain, sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa
melibatkan bangunan lainnya.
Nervus cranial I dan II memiliki perangai yang mirip dengan jaringan otak, sedangkan
nervus kranial lainnya (III XII), memiliki bangunan dan fungsi yang mirip dengan saraf
spinal, dan bereaksi mirip dengan saraf spinal terhadap penyakit.
B. Syarat Pemeriksaan:
i. Pastikan jalan napas bebas dari penyakit
ii. Bahan pemeriksaan yang dipakai haruslah yang diketahui oleh pasien
iii. Bahan yang digunakan tidak bersifat iritatif
iv. Bahan yang mudah menguap tidak digunakan dalam pemeriksaan, sebab dapat
merangsang Nervus Cranialis V dan sistem pencernaan.
Gambar 4. Skema N. II
1. Nervus Oculomotorius
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola
mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak
mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi
indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
Area nuklear nervus okulomotorius terletak di substansia grisea
periakueduktus mesensefali, ventral dari akueduktus, setinggi kolikulus superior. Area
ini memiliki dua komponen utama: (1) nukleus parasimpatis yang terletak di medial,
disebut nukleus Edinger-Westphal (atau nukelus otonomik aksesorius), yang
mempersarafi otot-otot intraokular (m. Sfingter pupilae dan m. Siliaris), dan (2)
kompleks yang lebih besar dan terletak lebih lateral nukleus untuk empat dari enam
otot-otot ekstraokuler (m. Rektus superior, inferior, dan medialis serta m. Obliquus
inferior. Selain itu juga terdapat area nuklear kecil untuk m. Rektus pelpebrae.
2. Nervus Throclear
Adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial. Neuron motorik berasal dari langit-
langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut
sensorik spindle otot menyampaikan informasi indera dari otot oblik superior ke otak.
Nukleus saraf kranial keempat terletak di ventral substansia grisea
periakueduktus tepat di bawah kompleks nukleus okulomotorius setinggi kolikulus
inferior. Serabut radikularnya berjalan di sekitar substansia grisea sentralis dan
menyilang ke sisi kontralateral di dalam velum medulare superius. Nervus trokhlearis
kemudian keluar dari permukaan dorsal batang otak (satu-satunya saraf kranial yang
keluar dari sini), muncul dari tektum mesensefali menuju sisterna kuadrigeminalis.
Perjalanan selanjutnya ke bagian lateral mengitari pedunkulus serebri menuju
permukaan ventral batang otak, sehingga saraf ini mencapai orbita melalui fusira
orbitalis superior bersama dengan nervus okulomotorius. Nervus trokhlearis kemudian
berjalan ke m. Obliquus superior yang dipersarafinya. Pergerakan mata yang
dipersarafi oleh otot-otot ini antara lain pergerakan mata ke bawah, rotasi interna
(sikloinversi), dan abduksi ringan.
3. Nervus Abducens
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral
mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
Nukleus nervus kranialis keenam terletak di kaudal tegmentum pontis, tepat di
bawah dasar ventrikel keempat. Serabut radikularnya nervus abdusens berjalan ke
pons dan keluar dari batang otak di taut pontomedularis. Nervus ab abdusens
kemudian berjalan di sepanjang permukaan ventral pons di lateral a. Basilaris,
menembus dura, dan bergabung dengan saraf lain ke otot-otot mata di sinus
kavernosus. Di dalam sinus, nervus kranialis III, IV dan VI memiliki hubungan yang
spasial yang erat dengan cabang pertama dan kedua nervus trigeminus, serta a. Karotis
interna.
Gambar 8. Nervus Okularis (III, IV, VI)
a. Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar
air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b. Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas,
gusi dan bibir) dan palatum.
c. Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit
rahang dan area temporal kulit kepala.
Gambar 10. Nervus Trigeminus dan Inervasinya
Serabut saraf yang membentuk brachial motor merupakan komponen N. VII paling
dominan, sedangkan ketiga komponen serabut lainnya bergabung menjadi satu terpisah dari
brachial motor. Gabungan dari ketiga serabut tersebut membentuk nervus intermedius.
Nervus fasialis mempunyai dua komponen. Komponen yang lebih besar murni motorik dan
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah.
Komponen motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum pontis.
Neuron nukleus motorik ini analog dengan sel-sel kornu anterius medula spinalis, tetapi
secara embriologi berasal dari lengkung brakhialis ke dua. Serabut radiks nukleus ini
memiliki perjalanan yang rumit. Di dalam batang otak, serabut ini berjalan memutari nukleus
abdusens (genu internum nervus fasialis), sehingga membentuk penonjolan kecil di dasar
ventrikel keempat (kolikulus fasialis). Kemudian serabut ini membentuk berkas yang padat,
yang berjalan di ventrolateral menuju ujung kaudal pons dan kemudian keluar dari batang
otak, menembus ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan kemudian memasuki
meatus akustikus internus bersama dengan nervus intermedius dan nervus kranialis VIII
(nervus vestibulokokhlearis). Di dalam meatus, nervus fasialis dan nervus intermedius
terpisah dari nervus kranialis VIII dan berjalan ke arah lateral di kanalis fasialis menuju
ganglion genikulatum. Setinggi ganglion, kanalis fasialis menurun curam (genu eksternum
nervus fasialis). Pada bagian ujung bawah kanalis fasialis, nervus fasialis keluar dari
tengkorak melalui foramen stilomastoideum. Masing-masing serabut motoriknya kemudian
didistribusikan ke seluruh regio wajah (beberapa diantaranya ada yang berjalan melalui
glandula parotidea terlebih dahulu). Serabut-serabut tersebut mempersarafi semua otot
ekspresi wajah yang berasal dari lengkung brankhialis kedua, yaitu m. Orbikularis oris dan m.
Orbikularis okuli, m. Businator, m. Oksipital, m. Frontalis, dan otot-otot yang lebih kecil di
daerah ini, dan juga m. Stapedius, m. Platisma, m. Stilohioideus, dan venter posterior m.
Digastrikus.
c. Memeriksa sensorik
1. Pasien diminta untuk menjulurkan lidah
2. Letakan gula, asam, garam, kopi pada bagian kanan dan kiri lidah 2/3 anterior
3. Pasien diminta menuliskan sensasi rasa
Catatan: pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya:
Lidah penderita hendaknya terrus dijulurkan keluar
Pasien tidak diperrkenankan bicara
Pasien tidak diperkenankan menelan.
VI. Nervus Crenialis VIII (Nervus Vestibulocochlearis)
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear atau
auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam
organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke
bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada
lobus temporal. Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan
ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik
pada telinga dalam Prosedur pemeriksaan nervus akustikus/vestibulokoklear, meliputi
pemerriksaan fungsi pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibular.
Organ keseimbangan dan pendengaran berasal dari sebuah prekursor
embriologis di bagian petrosus os. Temporalis : utrikulus membentuk sistem
vestibularis dengan tiga kanalis semisirkularisnya, sedangkan sakulus membentuk
telinga dalam dengan koklea yang berbentuk seperti siput.
Nervus kokhlearis, yang dibentuk oleh prosesus sentralsel ganglion spirale,
berjalan di sepanjang kanalis auditorius internus internus bersama dengan nervus
vestibularis, melewati ruang subarakhnoid di cerebellopontin angle, dan kemudian
masuk ke batang otak tepat dibelakang pedunkulus serebelaris inferior. Di nukleus
kokhlearis ventralis, serabut-serabut nervus kokhlearis bercabang dua (seperti huruf
T), masing-masing kemudian melanjutkan ke lokasi relay berikutnya (neuron kedua
jaras auditorik)di bagian ventral atau dorsal nukleus kokhlearis. Neuron kedua
menghantarkan impuls ke arah sentral melalui beberapa jaras, beberapa di antaranya
memiliki relay sinaptik lebih lanjut.
Gambar 17. Organ Pendengaran dan Keseimbangan
2. Pemeriksaan Rinne
i. Untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara pada
pasien. Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih
lama dibanding melalui tulang.
ii. Garpu tala diletakan pada palatum mastoid sampai penderita tidak
dapat mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan
meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar
dikatakan tes positif, pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne
ini positif. Pada tuli konduksi, tes Rinne negatif.
Gambar 22. Tes Rinne
3. Pemeriksaan Swabach
i. Untuk membandingkan hantaran tulang pada pasien dengan hantaran
tulang pada pemeriksa (pendengaran pemeriksa haruslah baik)
ii. Garpu tala yang telah digetarkan ditempatkan pada prosesus
mastoideus penderita. Jika penderita sudah tidak mendengar lagi suara
garpu tala tersebut, maka segera garpu tala dipindahkan ke prosesus
astoideus pemeriksa
iii. Jika hantaran tulang pasien baik, maka pemeriksa tidak akan
mendengar suara berdenging lagi, hal ini dikatrakan tes Swabach
norrmal
iv. Jika hantaran tulang pada pasien kurang baik, maka pemeriksa masih
dapat mendengar suara berrdenging terrsenbut, keadaan ini disebut
Swabach memendek.
Prosedur Pemeriksaan N. XI
1. Untuk mengetahui adanya paralisis otot sternoikleidomastoideus:
Penderita diminta menolehkan kepala ke arah sisi yang sehat, kemudian pemeriksa
meraba otot strernokleidomastoideus. Jika terdapat paralisis N.XI pada sisi tersebut,
maka akan teraba otot tidak menegang
Gambar 25. Pemeriksaan N.XI
2. Untuk mengetahui adanya paralisis otot trapezius, pada inspeksi akan nampak:
a. Bahu pasien di sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat
b. Margo vertebralis skapula di sisi yang sakit nampak lebih mengarah ke
samping dibanding pada sisi yang sehat.
Pada lesi LMN, maka akan tampak adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini
berupa perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah). Pada lesi unilateral, lidah
akan berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan
positif palsu. Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerakan kearah samping
kanan dan kiri. Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka
tremor dan atropi papil positif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M & frotscher, M. 2007. Diagnosis topik neurologi DUUS. EGC : Jakarta
2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Erlangga : Jakarta
3. Lumbantobing, SM. 2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Mardiati, Ratna. 2010. Susunan Saraf Otak Manusia. CV Sagung Seto : Jakarta