Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Medikolegal
(Permintaan Pulang Paksa)

Oleh:
Alifah Syarafina, dr.

Dokter Pendamping:
Widiyana, dr

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN INDRAMAYU
2017
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Usia : 2.5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Junti Kedokan, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu

Tgl. Masuk : 27 Agustus 2017

Jam Masuk : 18.00 WIB

B. ANAMNESIS

- Keluhan utama : demam

- Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, demam disertai kejang ,

sebanyak 2 kali. Setiap kejang lamanya ± 5 menit. Kejang seluruh badan. Sebelum

kejang, pasien sadar dan sesudah kejang pasien kembali menangis.

Keluhan disertai dengan mencret sebanyak > 3x , sejak tadi pagi. BAB

berwarna kuning, encer, masih ada ampas, tidak disertai lendir dan darah. Pasien

masih mau makan dan minum seperti biasa. Keluhan muntah tidak ada. Riwayat

penurunan kesadaran disangkal, BAK tidak ada kelainan. Keluhan tidak disertai

dengan batuk, pilek, sesak nafas, keluar cairan dari telinga.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya disangkal. .

- Riwayat Keluarga

Riwayat kejang dengan atau tanpa demam di keluarga tidak ada..

1
C. PEMERIKSAAN FISIK

TANDA VITAL
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 112 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 26 x/menit.
Suhu : 38,5 º C
Berat badan : 12 kg
Status gizi : Baik

STATUS GENERALIS
1. Kepala : Ubun – ubun datar
Mata : Sklera : Ikterik : -/-, Konjungtiva : Anemis : -/-, mata cekung (-/),
air mata (+/+)
Hidung : PCH -/-, Rhinorea -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Lidah bersih
Tonsil : T1-T1

2. Leher
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba

3.Thorax
a. Dinding Thorax/Paru R L
Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/- L R
Belakang

2
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri,
Ronkhi -/- Wheezing -/-
b. Jantung
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler R L
Bunyi Jantung tambahan tidak ada
4. Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lembut
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
5. Anggota Gerak
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,
6. Susunan Saraf
 Refleks cahaya (pupil) : + / +
 Rangsang Meningen : Kaku Kuduk : tidak ada
Brudzinsky I/II/II : (-)
Kernig : (-)
Laseque : (-)
 Saraf Otak : Parese N. XII Sinistra
 Motorik : 4 5
4 5
 Sensorik : tidak ada kelainan
 Refleks Fisiologis : APR : + / +, KPR : + / +
 Refleks Patologis : Babinsky : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Gordon : (-/-)
Oppenheim : (-/-)

D. DIAGNOSIS KLINIS : Kejang Demam Kompleks + Diare tanpa dehidrasi

3
E. PENATALAKSANAAN :
Pasien diberi penjelasan mengenai penyakit yang dideritanya dan disarankan untuk
dirawat, namun keluarga pasien menolak. Obat yang dibawa pulang:
- Parasetamol sirup 120 mg/5ml 3x1 cth
- Diazepam 3x2 mg pulvus
- Cefixime sirup 3 x1 cth
- Liprolac 1x1 sachet
- Zincy syrup 1x1 cth
- Oralit (diberikan tiap habis mencret)

4
PEMBAHASAN

Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38°C, dengan metode
pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial

Patogenesis
 Predisposisi genetik
Ambang kejang yang rendah
 Pirogen endogen
Interleukin 1-β

Eksitabilitas neuron meningkat  mudah kejang

 Faktor infeksi
Infeksi HHV 6 (36%), influenza, adenovirus, parainfluenza (6-18%), RSV,

KLASIFIKASI

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

5
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit,
dan gula darah (level of evidence 2, derajat rekomendasi B).
b. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan
pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang
mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik

c. Elektroensefalografi
Indikasi pemeriksaan EEG:
• Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI apabila
bangkitan bersifat fokal.
Keterangan:
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
d. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan pada
anak dengan kejang demam sederhana (level of evidence 2, derajat rekomendasi B).
Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis
fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.

6
TATA LAKSANA
Medikamentosa:
 Tata laksana Penghentian kejang
 Profilaksis pada saat demam:
 AntipirEtik parasetamol 10-15 mg/kgBB; ibuprofen 5-10 mg/kgBB.
 Anti kejang diazepam oral/rektal.
 Pengobatan jangka panjang kejang demam kompleks asam valproat: 15-40
mg/kgbb /hari; fenobarbital: 3-5 mg/kgbb/hari

INDIKASI RAWAT INAP


 Kejang demam kompleks.
 Hiperpireksia.
 Umur < 6 bulan.
 Kejang demam pertama.
 Ada kelainan neurologi.

PROGNOSIS
 Kecacatan atau kelainan neurologis
 Secara umum prognosis sangat baik
 Perkembangan mental dan neurologis tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal
 Kasus kejang lama atau kejang berulang  Kelainan Neurologis

7
Bioetika
2.1 Definisi
Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak definisi dan paham mengenai
bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat
pendapat ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu
bioetika.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala
mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial,
agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis,
seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa
genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup
kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,
demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap
penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan
timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

c. Kaidah Bioetika
Kaidah-kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang
dokter wajib mengamalkan prinsip-prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima
Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:
 Beneficence
 Non - Maleficence
 Justice
 Autonomi

8
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.
Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah
beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan
kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal
yang buruk.
Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah:
 Mengutamakan Altruisme
 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter
 Tidak ada pembatasan “goal based”
 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
suatu keburukannya
 Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
 Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
 Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
 Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
orang lain inginkan
 Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
 Mengembangkan profesi secara terus menerus
 Minimalisasi akibat buruk

2.2.2 Non – Maleficence


Non-maleficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno First, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti. Non-maleficence mempunyai ciri-ciri:
 Menolong pasien emergensi
 Mengobati pasien yang luka
 Tidak membunuh pasien

9
 Tidak memandang pasien sebagai objek
 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
 Melindungi pasien dari serangan
 Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
 Menghindari misrepresentasi
 Memberikan semangat hidup
 Tidak melakukan white collar crime

2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia.
Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan
nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan,
membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai
prinsip – prinsip sebagai berikut:
 Menghargai hak menentukan nasib sendiri
 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
 Berterus terang menghargai privasi
 Menjaga rahasia pasien
 Menghargai rasionalitas pasien
 Melaksanakan Informed Consent
 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
 Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk
keluarga pasien sendiri
 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
 Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
 Menjaga hubungan atau kontrak

10
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut.
Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan
sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan
dokter terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
 Memberlakukan segala sesuatu secara universal
 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
 Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
 Menghargai hak sehat pasien
 Menghargai hak hukum pasien
 Menghargai hak orang lain
 Menjaga kelompok rentan
 Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status sosial, dan
sebagainya
 Tidak melakukan penyalahgunaan
 Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
 Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
 Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
 Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
 Bijak dalam makroalokasi

Pada kasus di atas, terdapat benturan pada kaidah bioetika beneficence dan autonomy.
Pasien mengalami kejang demam kompleks sehingga seharusnya mendapatkan perawatan
di rumah sakit dan memperoleh obat-obatan melalui perenteral. Namun, ibu pasien tidak
ingin dirawat dan ingin pulang ke rumah saja.

Penelitian di RS P tahun 2006 mengemukakan alasan pasien pulang paksa yang


ditemukan terdiri atas: alasan biaya, ingin pindah rawat ke tempat lain, kecewa dengan
pelayanan yang diberikan, tidak ada keluarga yang menunggu di RS, tidak ada harapan
untuk sembuh, takut dan tidak setuju dengan tindakan dan konflik dengan sikap dan
perlakuan petugas.

11
Pada kasus ini, alasan untuk pulang paksa pasien adalah karena tidak ada keluarga
yang menunggu di RS, pasien memiliki adik yang masih kecil di rumah sehingga ibu
pasien tidak dapat menunggu pasien di RS. Karena itu, pasien dipulangkan ke rumah dan
diberi obat. Sebelumnya pasien diterangkan mengenai penyakitnya dan diminta untuk
kontrol ke poli 3 hari kemudian untuk melihat bagaimana perkembangan penyakitnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas A. Shannon. Penghantar Bioetika. Penerbit PT Gramedia PustakaUtama,


Jakarta.
2. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed).
Jakarta: EGC.

3. Ratna Suprapti Samil. Etika Kedokteran Indonesia. Fakultas KedokteranUniversitas


Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai