Case DR - Juspeni SP - PD
Case DR - Juspeni SP - PD
LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama lengkap
: Tn. D
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 89 tahun
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
MR
: 04.68.10
II. ANAMNESIS
1
Diambil dari
MRS
: 10 Januari 2016
Pukul
: 16:08 WIB
Keluhan utama
: Sesak napas
Keluhan tambahan : Nyeri pinggang kiri, demam, mual, kencing terasa panas,
lemas, nafsu makan menurun.
III. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Os mengeluh sesak napas sejak 1 minggu yang lalu, sesak hilang timbul
kemudian terus menerus dan semakin memberat. Sesak awalnya dirasakan
hanya saat aktivitas dan hilang saat istirahat, namun dalam beberapa bulan
terakhir sesak dirasakan saat aktivitas dan istirahat. Os juga mengeluh nyeri
kepala, lemas, kadang disertai dengan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar
sampai punggung dan tangan kiri. Os juga mengeluh dada terasa berdebardebar, mual dan nyeri pada ulu hati. Os juga mengeluh nyeri pinggang kiri
yang terus-menerus menjalar sampai punggung, leher dan kaki kiri. Nyeri
seperti tertindih dan memberat saat aktivitas, kencing terasa panas, dan kadangkadang air kencing berwarna seperti teh. Os juga mengeluh demam yang hilang
timbul, demam dirasakan setiap os merasa letih. Setiap hari os bekerja di kebun
dan kadang-kadang ikut bekerja menjadi buruh mengangkat hasil perkebunan.
Os mengaku mempunyai kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun, dalam sehari
os mampu menghabiskan sekitar 1 bungkus rokok namun setelah sering merasa
sesak dan nyeri dada mulai menurunkan frekuensi merokok dan mulai benarbenar berhenti sejak dirawat 4 tahun yang lalu karena mengalami
pembengkakan jantung kiri. Os mengaku mempunyai riwayat hipertensi dan
artritis gout sejak memasuki usia 40 tahun. Riwayat diabetes melitus, asma,
dan gangguan pada ginjal disangkal. Keluhan muntah, batuk, pilek, nyeri
menelan dan gangguan buang air besar disangkal.
Pada tahun 2012 os pernah dirawat di RS. Abdul Moeloek karena
mengalami sesak dan nyeri dada sebelah kiri. Saat itu sesak terjadi saat bekerja
di kebun perlahan-lahan dan semakin memberat kemudian diikuti nyeri dada
2
Cacar
Cacar air
Difteri
Batuk rejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
Burut (hernia)
Pneumonia
Pleuritis
Tuberkulosis
Artritis gout
Malaria
Disentri
Hepatitis
Demam tifoid
Hipotensi
Sifilis
Gonore
Hipertensi
Wasir
Ulkus duodeni
Gastritis
Batu empedu
ANAMNESIS SISTEM
3
Kulit
-
Bisul
Kuku
Rambut
Kuning/ikterus
Keringat banyak
Ptekie
Kepala
-
Trauma
Sinkop
Sakit kepala
Nyeri sinus
Konjungtiva anemis
Gangguan penglihatan
Ketajaman penglihatan menurun
Tinitus
Gangguan pendengaran
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Lidah
Gangguan pengecapan
Stomatitis
Perubahan suara
Nyeri leher
Mata
Nyeri
Sekret
Ikterus
Telinga
-
Nyeri
Sekret
Kehilangan pendengaran
Hidung
-
Trauma
Nyeri
Epistaksis
Mulut
-
Bibir (sariawan)
Gusi
Selaput
Tenggorokan
-
Nyeri tenggorokan
Leher
Peningkatan JVP
Dada (Jantung/Paru)
4
Nyeri dada
Berdebar
Ortopnoe
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna hitam
Nyeri pinggang kiri
Kencing nanah
Kolik
Oliguria
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/ hiper-esthesia
Pingsan
Kedutan (tiek)
Pusing (vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
Deformitas
Sianosis
Abdomen (Lambung/Usus)
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut (epigastrium)
Benjolan
Disuria
Stranguri
Poliuri
Polaksuria
Hematuria
Kencing batu
Ngompol
Anestesi
Parastesi (kedua tangan)
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesia
Lain-lain
Ekstremitas
-
Bengkak
Nyeri sendi
Ptekie
Frekuensi/ hari
: 3x/ hari
Jumlah/ hari
: Setengah porsi
Variasi/ hari
: Bervariasi
Nafsu makan
: Normal
Kesadaran
: compos mentis
Bentuk badan
: normal
Cara berjalan
: normal
: 55 kg
: 160 cm
IMT
Keadaan gizi
: cukup
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
: wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif
Alam perasaan
: biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Proses pikir
: wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi
: 170/100 mmHg
Nadi
Suhu
: 38,1C
Pernapasan
: 30 x/menit
X. STATUS GENERALIS
KULIT
Warna
: sawo matang
Efloresensi
: tidak ada
Jaringan parut
: tidak ada
Pigmentasi
: tidak ada
Pertumbuhan rambut
: normal
Suhu raba
: normal
Lembab/kering : normal
6
Keringat, umum
: banyak
Turgor
: normal
: tidak teraba
Leher
: tidak teraba
Supraklavikula
: tidak teraba
Lipat paha
: tidak teraba
KEPALA
Ekspresi wajah : normal
Simetris muka
: simetris
Rambut
Pembuluh temporal
: tidak teraba
: normal
MATA
Eksolftalmus
: tidak ada
Enoftalmus
: tidak ada
Kelopak
: normal
Lensa
: arcus sinilis
Konjungtiva
: normal
Sklera
: tidak ada
Gerakan mata
: normal
Nistagmus
: tidak ada
: normal
TELINGA
Tuli
: tidak tuli
Lubang
: normal
Penyumbatan
: tidak ada
Serumen
: normal
Perdarahan
: tidak ada
Bibir
: tidak sianonis
Tonsil
: normal
Langit-langit
: normal
Bau nafas
: tidak bau
Trismus
: normal
Lidah
: normal
Faring
: tidak hiperemis
MULUT
LEHER
Tekanan vena jugularis : 5 + 2 cmH2O
Kelenjar tiroid
Kelenjar limfe
DADA
Bentuk
: simetris
Sela iga
: normal
PARU
DEPAN
BELAKANG
7
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Ronkhi (+/+)
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi,
Kanan Atas
Kiri Bawah
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hati
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
Perkusi
EKSTREMITAS
Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
HEMATOLOGI
HASIL
10,3
11.600
0
0
1
70
22
7
Eritrosit
3,7
Hematokrit
31%
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
259.000
82
27
33
PEMERIKSAAN
Urea
KIMIA DARAH
HASIL
44
Kreatinin
1,5
LFG
Gula Darah Sewaktu
39,7
69
NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Wn: 12-16 gr%
4500-10.700 ul
0-1 %
1-3%
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 40-54 %
Wn: 38-47 %
159-400 ul
80-96
27-31 pg
32-36 g/dl
NORMAL
10-40 mg/dl
Lk: 0,9-1,5 mg/dl
Wn: 0,7-1,3 mg/dl
90
<200 mg/dl
EKG
Foto Thorax
Pulmo :
-
XII.
Elongasi aorta
RESUME
Os mengeluh sesak napas sejak 1 minggu yang lalu, sesak hilang timbul
kemudian terus menerus dan semakin memberat. Sesak awalnya dirasakan
hanya saat aktivitas dan hilang saat istirahat, namun dalam beberapa bulan
terakhir sesak dirasakan saat aktivitas dan istirahat. Os juga mengeluh nyeri
kepala, lemas, kadang disertai dengan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar
sampai punggung dan tangan kiri. Os juga mengeluh dada terasa berdebar-debar,
mual dan nyeri pada ulu hati. Os juga mengeluh nyeri pinggang kiri yang terusmenerus menjalar sampai punggung, leher dan kaki kiri. Nyeri seperti tertindih
dan memberat saat aktivitas, kencing terasa panas, dan kadang-kadang air kencing
berwarna seperti teh. Os juga mengeluh demam yang hilang timbul, demam
dirasakan setiap os merasa letih. Setiap hari os bekerja di kebun dan kadangkadang ikut bekerja menjadi buruh mengangkat hasil perkebunan. Os mengaku
mempunyai kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun, dalam sehari os mampu
menghabiskan sekitar 1 bungkus rokok namun setelah sering merasa sesak dan
nyeri dada mulai menurunkan frekuensi merokok dan mulai benar-benar berhenti
sejak dirawat 4 tahun yang lalu karena mengalami pembengkakan jantung kiri. Os
mengaku mempunyai riwayat hipertensi dan artritis gout sejak memasuki usia 40
tahun. Riwayat diabetes melitus, asma, dan gangguan pada ginjal disangkal.
11
Keluhan muntah, batuk, pilek, nyeri menelan dan gangguan buang air besar
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg, suhu
38,1C, pernapasan 30 x/m, tekanan vena jugularis 5+2 cmH2O, nyeri
epigastrium (+), auskultasi paru ronkhi (+/+), perkusi jantung kiri bawah ICS V
linea axillaris anterior sinistra, hasil rongent menunjukkan kardiomegali
(hipertrofi ventrikel sinistra) dan elongasi aorta.
XIII. DIAGNOSIS
Hypertensive Heart Desease + Low Back Pain
XIV. DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Bronkopneumonia
Darah Lengkap
Urin Rutin
Pemeriksaan elektrolit
EKG, Rontgen
XVI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
12
Farmakologi
IVFD RL X gtt/menit
Injeksi Furosemid amp/8 jam
Injeksi Ranitidin amp/12 jam
Ramipril 1x5 mg
Digoxin 2x1/2 tablet
Tromboaspilet 1x1 tablet
Scopamin plus 3x1 tablet
A
P
Perkusi
: timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas atas: edema -/-, nyeri sendi -/Ekstremitas bawah: edema -/-, nyeri sendi -/Hypertensive Heart Desease + Low Back Pain
- IVFD RL X tpm
- Injeksi Furosemid amp/8 jam
- Injeksi Ranitidin amp/12 jam
- Ramipril 1x5 mg
- Digoxin 2x1/2 tablet
- Tromboaspilet 1x1 tablet
- Scopamin plus 3x1 tablet
9 Oktober 2016
S Nyeri pinggang berkurang
O Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Suhu
: 36,3C
Nadi
: 82 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Kepala
: Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-),
pernafasan cuping hidung (-)
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-),
Paru-paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi
: vokal fremitus normal
Perkusi : kanan : Sonor, kiri : Sonor
Auskultasi : ronkhi (+/+)
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi
Kanan Atas : ics II linea parasesternalis dextra
Kanan Bawah : ics IV linea parasternalis dextra
Kiri Atas
: ics II linea parasternalis sinistra
Kiri Bawah
: ics V linea axilla sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni, 82 x/menit
Abdomen
Inspeksi
: perut supel, asites (-), stretchmark (-)
Auskultasi : bising usus (+) 5 x/menit
Palpasi
: nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : nyeri ketok cva (-)
Perkusi
: timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas atas: edema -/-, nyeri sendi -/15
A
P
Ekstremitas bawah: edema -/-, nyeri sendi -/Hypertensive Heart Desease + Low Back Pain
- IVFD RL X tpm
- Injeksi Furosemid amp/8 jam
- Injeksi Ranitidin amp/12 jam
- Ramipril 1x5 mg
- Digoxin 2x1/2 tablet
- Tromboaspilet 1x1 tablet
- Scopamin plus 3x1 tablet
10 Oktober 2016
S Tidak ada keluhan
O Keadaan umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Suhu : 36,3C
Nadi
: 84 x/menit (irreguler)
RR : 23 x/menit
Kepala
: Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-),
pernafasan cuping hidung (-)
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-).
JVP
: 5+2 cmH2O
Paru-paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi
: vokal fremitus normal
Perkusi : kanan : Sonor, kiri : Sonor
Auskultasi : ronkhi (+/+)
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi
Kanan Atas : ics II linea parasesternalis dextra
Kanan Bawah : ics IV linea parasternalis dextra
Kiri Atas
: ics II linea parasternalis sinistra
Kiri Bawah
: ics V linea axilla anterior sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni, 84 x/menit
Abdomen
Inspeksi
: perut supel, asites (-), stretchmark (-)
Auskultasi : bising usus (+) 5 x/menit
Palpasi
: nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : nyeri ketok cva (-)
Perkusi
: timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas atas: edema -/-, nyeri sendi -/ Ekstremitas bawah: edema -/-, nyeri sendi -/16
A
P
BAB II
17
TINJAUAN PUSTAKA
A.
II.
Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi berjalan cukup kompleks, karena
berhubungan dengan berbagai faktor, seperti hemodinamik, struktural, neuroendokrin,
selular, dan molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut saling berintegrasi dan akhirnya
menyebabkan perkembangan dan komplikasi dari hipertensi, sementara di sisi lain
tingginya tekanan darah memodulasi faktor-faktor tersebut. Meningkatnya tekanan darah
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi jantung melalui dua cara, yaitu secara
langsung oleh peningkatan afterload atau beban akhir jantung, dan secara tidak langsung
oleh perubahan neurohormonal dan vaskuler terkait. 1
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh penebalan
konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu
akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri
(hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme
Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu dan
pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi
sistolik).2
HVK terjadi pada 15-20% pasien hipertensi dan angka kejadiannya meningkat
dua kali lipat pada pasien obesitas. HVK adalah peningkatan masa otot ventrikel kiri yang
disebabkan oleh respon miosit pada berbagai stimulus yang menyertai pada peningkatan
tekanan darah. Hipertrofi miosit timbul sebagai kompensasi dari beban akhir (afterload)
yang meningkat. Stimulus mekanis dan neurohormonal yang menyertai hipertensi dapat
18
mengaktivasi pertumbuhan sel miokardial dan ekspresi gen yang berakhir pada HVK.
Selain itu aktivasi sistem renin-angitensin-aldosteron melalui aksi angiotensin II pada
reseptor angiotensin I menimbulkan pertumbuhan interstitium dan komponen matriks sel.
Intinya terjadinya HVK disebabkan oleh hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara
miosit dan interstitium struktur miokard.1,2
Terdapat beberapa pola HVK, di antaranya remodeling konsentrik, HVK
konsentrik, dan HVK eksentrik. HVK konsentrik adalah penebalan ventrikel kiri dan
massa ventrikel kiri dengan peningkatan tekanan diastolik dan volume ventrikel kiri yang
umumnya terjadi pada pasien hipertensi. Sedangkan HVK eksentrik adalah penebalan
ventrikel kiri tapi lokasinya tidak beraturan, hanya meliputi beberapa bagian saja. HVK
konsentrik menunjukkan prognosis yang buruk untuk hipertensi. Terjadinya HVK ini
memiliki
peran
protektif
pada
respon
peningkatan
tekanan
dinding
untuk
mempertahankan cardiac output yang adekuat, yang kemudian akan berkembang menjadi
disfungsi miokardial diastolik disusul sistolik.1,2
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dan lain-lain)
dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi. 1
Evaluasi pasien hipertensi atau penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk:
III.
Diagnosis
Diagnosis penyakit jantung hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan 1:
19
Rasa cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki
atau perut.
o Ureum/kreatinin
o Gula darah puasa
o Kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol
o Kalsium dan fosfor
o TSH
21
Edema interstisiel
Edema ini menimbulkan septal lines yang dikenal sebagai
Kerleys lines,yang ada 4 jenis, yaitu:
Kerley
D:
garis-garis
pendek,
horizontal,
letaknya
Penatalaksanaan
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu4:
1. Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat
2. Pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi
Dalam menatalaksana peningkatan tekanan darah, target tekanan darah
harus <140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes atau gagal ginjal kronik
(chronic kidney disease) dan <130/90 mmHg pada pasien yang memiliki
penyakit tersebut4.
Ada beragam strategi dalam tatalaksana penyakit jantung hipertensi,
misalnya modifikasi pola makan, aerobic exercise secara teratur, penurunan berat
badan, atau penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder disfungsi
diastolik dan sistolik ventrikel kiri, coronary artery disease, serta aritmia6.
menunjukkan
penurunan
tekanan
darah
dan
24
Farmakoterapi1,2
o Penatalaksanaan dari hipertensi dan penyakit jantung hipertensi
dengan
menggunakan
diuretika
tiazide,
beta-blockers
dan
V.
Prognosis
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam
sesuai dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko
komplikasi bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri.
Semakin besar kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang
26
akan timbul juga akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu
hipertensi akan sangat berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi4.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu
seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi
hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan
gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit
jantung hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki resiko kematian
mendadak. 4
B.
I.
II.
Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam
bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan
silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat
bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior.6
Berbagai struktur bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah.
Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut
mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal,
kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan
27
Manifestasi klinis
Nyeri terjadi pada gerakan ke depan, ke lumbosacral, dengan atau tanpa
nyeri alih ke region gluteal. Bila beristirahat nyeri hilang. Pada pemeriksaan
didapatkan spasme sebagian atau seluruh otot erector trunkus, titik nyeri tekan,
dan spasme berupa benjolan kecil di otot. Pergerakan tulang belakang terbatas
karena nyeri.
Pada pemeriksaan neurologik tidak ditemukan kelainan. Tidak ada
rangsangan radikuler. Pemeriksaan pencitraan tidak menunjukkan kelainan
kecuali mungkin tanda atrosis degenerative sesuai dengan usia.7
Dasar diagnosis nyeri punggung bawah
IV.
Diagnosis
a. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan
dengan organ lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga
pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab nyeri punggung
bawah, maka anamnesis terhadap setiap keluhan nyeri punggung bawah
akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada
penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut diharapkan
dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam
anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara
akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,
keganasan/operasi tumor, bekerja dengan sikap yang salah, mengangkat
beban yang berat, riwayat trauma, riwayat keluarga, memiliki perasaan
cemas atau gelisah, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai.8
Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung bawah menyebabkan nyeri
mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan.
Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fascia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.8
Lama dan frekuensi
Nyeri punggung bawah akibat sebab mekanik berlangsung
beberapa
hari
sampai
beberapa
bulan.
Herniasi
diskus
bias
sampai
Kadang-kadang
bias
ditentukan
letak
segmen
yang
30
Gambar 2.1
Gambar tes lasegue
(sumber : http//www.neuro24.de)
Test Patrick, tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di
pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah
fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.7
31
Gambar 2.2
Gambar tes patrick
(sumber : http//www.hunghston.com)
Test Kebalikan Patrick, dilakukan gerakan gabungan dinamakan
fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka.
Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.7
V.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu dalam penegakkan diagnosis nyeri
punggung bawah. Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah : Xray, myelografi, MRI
1. X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan
luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang
dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir
waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes
yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada
tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk
mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan
tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada
posisi\anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.5
32
Gambar 2.3
Vertebra lumbal
(sumber : http//www.radiopaedia.org)
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis
spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna
medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya
dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram
digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.6
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan
untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT- scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.5
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai
efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian
sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus
intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.6
Gambar 2.4
Hernia nucleus pulposus
33
(sumber : http://www.spineuniverse.com)
VI.
Klasifikasi
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pada tulang vertebra (osteogenik)
diskus (diskogenik), miofasial (miogenik), sendi dan jaringan lunaknya.
Gangguan pada tulang seperti radang atau infeksi misalnya spondilitis
tuberkulosa, osteoporosis, spondilolistesis (bergesernya korpus vertebra
terhadap korpus vertebra dibawahnya), ada beberapa kelainan kongenital
seperti spina bifida, gangguan pada diskus intervetebralis (diskogenik) seperti
HNP, spondilosis, spondilitis ankylocing, gangguan pada miofasial (miogenik)
seperti ketegangan otot dan spasme otot.7
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pada organ dalam, misalnya kelainan
ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal. Nyeri punggung akibat
gangguan organ ini merupakan nyeri yang bersifat reffered pain (nyeri alih ).7
3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah, misalnya aneurisma
pada aorta abdominalis dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan
aorta bisa juga terjdi penyumbatan pada arteri iliaka komunis. dan gangguan
peredaran darah.7
4. Nyeri Punggung Bawah Neurogenik
Keadaan patologis pada saraf yang berada di sepanjang punggung bawah dapat
berupa tumor, peradangan, perlengketan atau penyempitan kanalis spinalis
yang bisa menekan atau mendesak saraf-saraf didaerah itu.7
5. Nyeri Punggung Bawah Psikogenik
Nyeri ini tanpa didahului oleh kelainan organik tetapi ditimbulkan oleh
kondisi psikis penderita seperti depresi, kecemasan.7
VII.
Etiologi
Trauma
Trauma besar
Trauma besar merupakan tercabutnya insersi otot erector trunci,
dimana pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri
34
35
Gambar 2.6
Hernia nucleus pulpusus
(sumber : http://www.healthcentral.com)
Osteoarthritis
Unsur tulang belakang lain yang sering terjadi proses degeneratif
adalah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoarthritis.
Pada osteoarthritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi
berulang-ulang
selama
bertahun-tahun.
Terbatasnya
pergerakan
Gambar 2.7
Osteoatristic
(sumber : http://www.spinesurgeon.com)
Stenosis Spinal
Vertebrae lumbosakralis yang sudah banyak
mengalami
Gambar 2.8
Stenosis spinal
(sumber : http://www.healthcentral.com)
Akibat penyakit inflamasi
Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritistermasuk penyakit autoimun yang menyerang
persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami
kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun,
akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.5
Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari
poliarthritis rheumatoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri
timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis , arthikulus
sakroiliaka, arthikulus costovertebralis dan penyempitan foramen
intervertebralis.5
Akibat gangguan metabolisme
37
tulang
disebut
osteoblas,
sedangkan
osteoklas
38
tulang belakang.6
Akibat neoplasma
Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra
dapat mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam
hari.5
Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis
vertebralis dan dapat membangkitkan nyeri puunggung bawah.
Meningioma merupakan suatu tumor intadural namun ekstramedular.
Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks.
Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada
daerah lumbosakral.6
Gambar 2.5
Osteoma osteoid
(sumber : http://www.back.com)
Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan
sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple.
Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang
belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah.
Tumor primernya bisa berada di glandula mamae, prostate, ginjal, paru
Gambar 2.6
Spina bifida
(sumber : http://www.healthcentral.com)
Spondiolisis
Spondolisis adalah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas
tulang belakang terputus sehingga tidak terdapat diskontinuitas antara
prosesus artikularis superior dan inferior. Kelainan ini terjadi karena
arcus neuralis putus tidak lama setelah neonatus dilahirkan. Sering juga
terdapat bersama spondilolistesis.6
Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan ruas vertebra.
dirasakan oleh
spasme otot paraspinal) dan nyeri sedikit atau tidak menyertai gerakan
VIII. Penatalaksanaan
Pengobatan nyeri punggung bawah ada 2 cara yaitu terapi konservatif
dan terapi operatif
1. Terapi konservatif
a. Fisioterapi
Fisioterapi secara luas digunakan untuk keluhan nyeri
punggung biasanya dengan terapi olahraga atau latihan dapat
diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan terapi lain, yaitu;
b.
pada petunjuk tiga jenjang terapi analgesic WHO. Sering obat yang
sesuai untuk penanganan dimulai dengan asetaminofen dan
nonsteroidal anti inflammatory drug (NSAID). Untuk LBP secara
fakta didapatkan bahwa tidak terdapat NSAID spesifik yang lebih
efektif terhadap yang lainnya. Jika nyeri masih menetap atau
meningkat ditambah dengan opioid, untuk non opioid diberikan
dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri terus menerus
atau intensif, langkah selanjutnya meningkatkan dosis opioid.5
Medikasi lain yang dapat diberikan sebagai tambahan adalah
relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan antiepileptika seperti
fenitoin, karbamzepin, gabapentin, dan topiramat.5
2. Terapi operatif
Operatif dilakukan bila terapi konservatif gagal. Indikasi
dilakukan operatif diantaranya:
a. Sciatica dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu; nyeri
berat/intractable/menetap/progresif
b. Sindroma kauda equine, dimana diskus bagian tengah menekan
kauda equine dengan gejala inkontinensia urin dan alvi,
paraparesis dan defisit sensorik pada kedua tungkai
c. Bila kompresi radiks saraf disertai defisit motorik terutama
kelumpuhan quadrisep atau tidak dapat dorsofleksi kaki
d. Terdapat iskialgia berat >4 bulan.5
Beberapa tindakan operatif yang dapat dilakukan :
a. Laminectomy : prosedur bedah untuk memisahkan lamina dari
vertebra
b. Discectomy : prosedur bedah untuk memisahkan bagian yang
keluar dari diskus. Biasanya dilakukan pada kasus HNP.
c. Endoscopy : prosedur bedah menggunakan serat fiber optic yang
memungkinkan tidak dilakukannya operasi terbuka.5
IX.
Pencegahan
Agar kita tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun usia
sudah lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
42
terjadinya
pengapuran
tulang
belakang.
X.
Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
pada penderita nyeri punggung bawah. Hal ini terjadi karena pasien selalu
memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan
sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi
vertebra yang sakit.8
XI.
Prognosis
Kelainan
nyeri
punggung
bawah
ini
prognosisnya
baik,
mengurangi nyeri
punggung.
Ketika
nyeri
efektifitas dalam
berkurang,
pasien
44