BAB I
PENDAHULUAN
Belakangan ini penderita migrain di Indonesia cenderung semakin bertambah. Hal ini
berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti stress dan aktivitas yang berlebihan sehingga
waktu untuk merelaksasikan tubuh kurang serta perubahan hormonal dalam tubuh seperti
menstruasi yang dialami wanita.
Prevalensi wanita yang mengalami migrain adalah sekitar 17% sedangkan pada pria sekitar
6%. Prevalensi ini dimulai pada usia remaja dan dewasa muda, serta mencapai puncaknya pada
dekade 40-an. Kira-kira 60% wanita yang mengalami serangan migrain terkait dengan siklus
menstruasi, 30% mengalami serangan pada saat menstruasi, dan 15-25% mengalami serangan 2-3
hari sebelum menstruasi.
Migrain digambarkan sebagai nyeri kepala unilateral yang sifatnya berdenyut yang
berlangsung 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang sampai bertambah berat dengan aktivitas
fisik dan dapat disertai mual atau dengan muntah, fotofobia, fonofobia.
Migrain adalah suatu kondisi kronik dengan serangan yang bbersifat episodik, tanpa
adanya ancaman kehidupan, tetapi keadaan ini dapat mempengaruhi presentasi akademik,
kesehatan mental, hubungan keluarga dan sosial. Migrain sering menimbulkan ketidakmampuan
selama dan diantara serangan, yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari dan
produktifitas akademik.
Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri
kepala yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan lamanya sangat bervariasi. Menurut
data the research group on migraine and headache of the world federation of neurology sekitar
65-75% wanita diseluruh dunia pernah mengalami migrain sedangkan pada pria sekitar 25%.
1
REFERAT MIGRAIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak terdiri dari serebrum, serebellum dan batang otak yang dibentuk oleh mesensefalon,
pons dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan duramater disigkirkan, dibawah lapisan arachnoid
mater dan pia mater kranialis terlihat gyrus, sulkus dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fissure
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi lebih kecil yang disebut lobus.
3. Batang Otak
Batang otak berada didalam tulang tengkorak atau rongga lepala bagian dasar dan
memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk mengontrol
3
REFERAT MIGRAIN
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur.
Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa
muntah, kelemahan otot wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan,
diplopia dan sakit kepala ketika bangun.
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Mesensefalon atau otak tengah (midbrain) adalah bagian teratas dari batang
otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial III dan
IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam
memngtrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b) Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranila posterior. Saraf kranial V
diasossiasikan dengan pons
c) Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak
juga di fossa kranial posterior. CN IX, X dan XII diasosiakan dengan
medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons
dan medulla
4
REFERAT MIGRAIN
Migrain berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Prancis, sementara itu dalam
bahasa Yunani disbut hemicrania dan dalam bahasa Inggris kuno dikenal dengan megrim. Konsep
klasik menyatakan bahwan migrain merupakan gangguan fungsional otak dengan manifestasi
nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum, yang terjadi secara mendadak
disertai mual atau muntah.
Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri
kepala yang berulang-ulang, yang intensitas frekuensi dan lamanya sangat bervariasi. Nyeri kepala
biasanya bersifat unilateral, dengan lama serangan 4 sampai 72 jam bertambah berat dengan
aktivitas fisik, disertai mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.
Migrain dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia. Diperkirakan prevalensinya
di dunia mencapai 10%; wanita lebih banyak daripada pria. Beberapa studi menunjukkan bahwa
prevalensi seumur hidup (lifetime prevalence) pada wanita sebesar 25%, sedangkan pada pria
hanya sebesar 8%. Usia penderita terbanyak sekitar 25-55 tahun. Migrain menduduki peringkat
ke-19 di antara semua penyakit penyebab hendaya (disability) atau cacat di dunia, dan peringkat
ke-12 di antara wanita di seluruh dunia.
Di Inggris, migrain diderita oleh lebih dari 14% (7,6% pria dan 18,3% wanita) populasi;
lebih dari 6 juta orang. Di Amerika Serikat, sekitar 18% wanita dan 6% pria menderita migrain,
prevalensinya meningkat tajam. Di Inggris dan Amerika Serikat, diperkirakan sekitar dua pertiga
penderita migrain tidak pernah berkonsultasi ke dokter, tidak diberi tahu diagnosis yang tepat, dan
hanya diobati dengan (atau dibeli sendiri) obat-obat bebas tanpa resep dokter. Migrain tanpa aura
umumnya lebih sering terjadi dibandingkan dengan migrain disertai aura dengan persentase
sebanyak 90%.
5
REFERAT MIGRAIN
Menurut Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti faktor penyebab migrain, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan
sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migrain termasuk dalam
nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migrain yaitu:
1. Perubahan hormon (65,1%). Estrogen dan progesteron merupakan hormon utama yang
berkaitan dengan serangan migrain, baik pada saat maupun diluar periode menstruasi.
Penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi
merupakan saat terjadinya serangan migrain.
2. Makanan (26,9%). Makanan yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang
antara lain: makanan yang bersifat vasodilator (histamin, contoh: anggur merah, natrium
nitrat), vasokontriktor (tiramin, contoh: keju, pisang; feniletilamin, contoh: coklat;
kafein), dan zat tambahan pada makanan (natrium nitrit, monosodium glutamat/ MSG,
dan aspartam)
3. Stres (79,7%)
4. Rangsangan sensorik
Sinar yang terang dan sinar yang menyilaukan (38,1%)
Bau menyengat, termasuk bau yang menyenangkan seperti parfum dang bunga atau
bau yang tidak menyenangkan seperti tinner dan asap rokok (43,7%)
5. Faktor fisik
Kegiatan fisik yang berlebihan termasuk aktivitas seksual (27,3%)
Perubahan pola tidur, termasuk terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur (32%) dan
gangguan saat tidur (49,8%)
6. Perubahan lingkungan (53,2%). Seperti cuaca, musim, tingkat dataran tinggi, tekanan
barometer atau zona waktu
7. Alkohol (37,8%)
8. Merokok (35,7%)
6
REFERAT MIGRAIN
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi nyeri kepala didasarkan pada faktor waktu, lokasi, dan intensitas nyeri. Acuan
yang berdasarkan faktor waktu, lokasi dan intensitas nyeri masih berlaku sampai sekarang yaitu
Classification and diagnostic criteria for headache disorders, cranial neuralgias and facial pain,
yang dibuat oleh International Headache Society tahun 1988. Klasifikasi migrain adalah sebagai
berikut:
7
REFERAT MIGRAIN
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya sakit kepala
migraine. Tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang menjelaskan
patomekanisme terjadinya migraine. Paling tidak ada 3 teori yang diyakini dapat menjelaskan
mekanisme migraine.
1. Teori Vascular
Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak
berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan
menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjutan dan menyebabkan fase nyeri kepala
dimulai.
8
REFERAT MIGRAIN
9
REFERAT MIGRAIN
yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan
aktivitas neuron ketika melewati korteks serebri.
10
REFERAT MIGRAIN
Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migrain bervariasi pada setiap individu.
Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migrain, tetapi semuanya tidak harus dialami
oleh setiap individu. Fase-fase tersebut antara lain :
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migrain. Gejalanya berupa perubahan
mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan,
menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya. Gejala ini
muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi petanda
kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migrain.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai
serangan migrain. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa
sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut. Aura visual
muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang
khas untuk migrain adalah scintillating scotoma (tampak bintikbintik kecil yang banyak) ,
gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi lapangan pandang, persepsi adanya
cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya
adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua
mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan berbentuk zigzag. Aura pada
migrain biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten
sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase nyeri kepala. Nyeri kepala migrain biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya
berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar
secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa,
sedangkan pada anakanak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari
sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani
aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi
perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa segar atau euphoria setelah terjadi
serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.
11
REFERAT MIGRAIN
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migrain dengan aura, sementara pada penderita
migrain tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri kepala, dan fase
postdromal.
Gambar 2.7 Fase Migrain dikutip dari: (Dodick and Gargus, 2008)
12
REFERAT MIGRAIN
13
REFERAT MIGRAIN
Tabel 2.5 Kriteria Diagnosis Migrain Yang Berhubungan Dengan Gangguan Intrakranial
A. Sekurang-kurangnya terdapat satu jenis migrain
B. Gangguan intrakranial dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan neuro imaging
C. Terdapat satu atau keduanya dari :
1. Awitan migrain sesuai dengan awitan gangguan intrakranial
2. Lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intrakranial
D. Bila pengobatan gangguan intrakranial berhasil maka migrain akan hilang dengan
sendirinya.
14
REFERAT MIGRAIN
15
REFERAT MIGRAIN
16
REFERAT MIGRAIN
17
REFERAT MIGRAIN
18
REFERAT MIGRAIN
BAB III
KESIMPULAN
Migrain merupakan gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang
sifatnya mendenyut atau mendentum, intensitas nyerinya sedang-berat, yang terjadi secara
mendadak disertai mual atau muntah, fotofobia dan fonofobia. Penyebab migrain yaitu perubahan
hormon, makanan, stress, sinar yang menyilaukan, bau menyengat, kegiatan fisik berlebihan, pola
tidur, perubahan lingkungan, alkohol dan merokok. Migrain diklasifikan menjadi 2 yaitu migrain
tanpa aura (pada migrain ini tidak ditemukan aura, tetapi dapat ditemukan adnya gejala prodormal)
dan migrain disertai aura (pada migrain jenis ini, nyeri kepala di dahului oleh adanya gejala
neurologis fokal yang berlangsung sementara atau disebut juga aura. Aura dapat berupa gangguan
visual homonim, hemisensorik, hemiparesis atau disafasia ataupun kombinasi dari semua
gangguan tersebut). Manifestasi klinis pada pasien migrain terdapat 4 fase umum yaitu Fase
Prodromal, Fase Aura, Fase nyeri kepala, Fase Postdromal. Kriteria diagnosis migrain menurut
International Headache Society adalah Serangan sakit kepala muncul intens, Serangan sakit kepala
dirasakan lebih dari 4 jam, Selama serangan ada mual atau dengan muntah, Selama serangan ada
fotofobia dan fonofobia, Selama serangan mengganggu aktivitas secara fisik atau secara
intelektual. Untuk menyingkirkan diagnosa banding, harus dilakukan anamnesis yang baik,
dengan beberapa pertanyaan: jenis nyeri, kapan nyeri, awitan, frekuensi, lokasi nyeri, kualitas
nyeri, gejala penyerta. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk
menyingkirkan diagnosa banding: CT Scan, MRI Kepala, Punksi Lumbal.
Terapi yang dilakukan untuk pasien migraine bisa dengan Analgesik dan NSAID merupakan
terapi akut lini pertama meliputi asam asetilsalisilat, kalium diklofenak, flubiprofen, ibuprofen,
naproxen, naproksen sodium, parasetamol, piroksikam, dan asam tolfenamat. Dan dengan
antiemetik: Klorpromazin, metoklopramid, dan proklorperazin. Sedangkan untuk profilaksis lini
pertama, obat-obatnya antara lain adalah Penyekat- (atenolol, bisoprolol, metoprolol,
propranolol, timolol, dan nadolol) dan antidepresan trisiklik (amitriptilin). Untuk profilaksis lini
kedua, dapat digunakan topiramat, gabapentin, venlafaksin, kandesartan, lisinopril, magnesium,
butterbur, koenzim Q10, dan riboflavin. Untuk profilaksis lini ketiga, dapat dipakai flunarizin,
pizotifen, dan natrium divalproat.
19
REFERAT MIGRAIN
DAFTAR PUSTAKA
1. Geoge Dewanto, Wita J. Suwono, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Departemen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNIKA
ATMAJAYA. EGC. Jakarta
2. Dito Anurogo. 2012. Penatalaksanaan Migren. RS PKU Muhammadiyah Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, Indonesia. Available from: www.kalbe.com
3. Wildan Acalipha W. 2012. Prevalensi Migrain Pada Mahasiswa FKIK UIN Angkatan 2011
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
4. Tina Capers. 2014. Pathophysiology of Migraine. Otterbein University. Available from:
http://digitalcommons.otterbein.edu/stu_msn
5. Woro Riyadina, Yuda Turana. 2014. Faktor Risiko dan Komorbiditas Migrain. Pusta
Penelitian Kesehatan FK UNIKA Atmajaya. Jakarta
6. Ritarwan K. 2014. Hubungan Migrain dengan Tingkat Stress. Repository USU. Medan
7. Arrasyid NK. 2015. Hubungan Diet Makanan Terhadap Angka Terjadi Migrain.
Repository USU. Medan
8. Jimmy Hadi Widjaja. 2012. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer. Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Surabaya
9. Muhammad Akbar. 2010. Nyeri Kepala. Bagian Ilmu Penyakt Saraf Universitas
Hasanuddin. Makassar
10. Anonymious. 2016. Bahan Ajar Migrain. Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin
Makassar. Indonesia
11. Ellysabet Dian Yunivitasari. 2014. Karakteristik Klinik dan Histopatologi Tumor Otak di
Dua Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Indonesia
20