Anda di halaman 1dari 25

MIGRAIN

Oleh:
Virnie Marethania
11310389

Pembimbing: dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
2016
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Nyeri kepala Nyeri kepala terkadang
merupakan dapat hilang dengan
gejala yang sendirinya Salah satu jenis nyeri kepala
paling sering yang menggangu adalah
di keluhkan migrain
oleh seorang
Nyeri kepala dapat
pasien saat
menimbulkan masalah
berkunjung ke
dokter
Hampir 28 juta penderita setiap
tahunnya mengalami migrain.
Diperkirakan 9% dari laki-laki,
16% dari perempuan dan 3-4%
Banyak dan frekuensi Migrain:
dari anak-anak, akan tetapi
serangan migrain Nyeri kepala dengan gejala yang migrain jarang terjadi setelah
beraneka-ragam, cukup berat dan terjadi berulang
Nyeri kepala yang khas pada penderita berusia lebih dari 40
serangan migrain terjadi satu sisi kepala tahun.
Fotofobia
dari tiap hari, per
Fonofobia
minggu atau per bulan. Mual dan atau muntah
TINJAUAN PUSTAKA
MIGRAIN

DEFINISI

Menurut International Headache Society (IHS), migrain adalah


nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72
jam. Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas
nyeri sedang sampai berat, diperhebat oleh aktivitas, dapat disertai
mual dan atau muntah, fotofobia dan fonofobia.
EPIDEMIOLOGI
Hampir 28 juta,
penderita migrain
setiap tahunnya

9% dari laki-laki 16% dari 3-4% dari anak-


perempuan anak

Onset migrain muncul pada usia dibawah 30 tahun pada 80% kasus,
migrain jarang terjadi setelah penderita berusia lebih dari 40 tahun
ETIOLOGI

Faktor Ekstrinsik

Faktor Instrinsik
KLASIFIKASI

Berdasarkan The International Headache Society (2013), klasifikasi migrain adalah


sebagai berikut:
1. Migrain tanpa aura (migrain umum)
2. Migrain dengan aura (migrain klasik)
a. Migrain dengan tipikal aura
- Tipikal aura dengan sakit kepala
- Tipikal aura tanpa sakit kepala

b. Migrain dengan brainstem aura


c. Hemiplegic migraine
- Familial hemiplegic migraine (FHM)
- Familial hemiplegic migraine type 1
- Familial hemiplegic migraine type 2
- Familial hemiplegic migraine type 3
- Familial hemiplegic migraine type other loci
- Sporadic hemiplegic migraine
d. Retinal migrain
3. Migrain kronik

4. Migrain dengan komplikasi


a. Status migronosus
b. Persisten aura tanpa infark
c. Migrain infark
d. Migrain aura-trigger seizure

5. Probable migraine
a. Probable migraine with aura
b. Probable migraine without aura

6. Sindrom episodik dapat disertai dengan migrain


a. Gangguan gastrointestinal rekuren
- Cyclical vomiting syndrom
- Abdominal migrain
b. Benign paroksimal vertigo
c. Benign paroksimal torticolis
Cortical Spreading Depression
PATOFISIOLOGI
Theory (CSD)

Penekanan aktivitas sel neuron otak spontan penjalaran gelombang (rangsangan lokal
pada jaringan korteks otak) dengan kecepatan 2-5mm/menit depresi yang meluas
Penyebaran ini diikuti dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi
CSD pada episode aura migrain menstimulasi n. trigeminalis nukleus caudatus
Pada migrain tanpa aura kejadian kecil di neuron juga akan merangsang nukleus
kaudalis
N. Trigeminalis teraktivasi menstimulasi pembuluh darah kranial untuk dilatasi.

Hasilnya senyawa-senyawa kimia seperti: Calcitonin Gen Related Peptide (CGRP) dan
substansi P akan dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma vasodilatasi yang lebih
hebat, sehingga terjadilah inflamasi steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular
Sistem Trigemino-vaskular

Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung:


Substansi P (SP), neurikinin-A (NKA), dan calcitonin gen related peptide (CGRP)

Semua ini berasal dari ganglion nervus sesisi SP, NKA, dan CGRP yang
menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak dan adanya rangsangan oleh
serotonin pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan
pelebaran pembuluh darah sesisi

Neurogenic Theory

Reseptor-reseptor serotonin dan noradrenalin Inti-inti saraf di batang otak (rafe dan
lokus seruleus) vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi
pembuluh darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan berdenyut
GAMBARAN KLINIS
Terdapat 4 fase, yaitu:

A. Fase Prodromal

Terjadi pada 40-60% penderita migrain, fase ini berlangsung

beberapa jam bahkan 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya, yaitu:

. Psikologis

. Neurologis

. Umum

B. Fase Aura

Terjadi pada 20-30% penderita migrain, aura nampak berangsur-

angsur 5-20 menit, biasanya berlangsung < 60 menit. Gejala aura dari

migrain dapat berupa visual, yaitu:

. Aura Positif

. Aura Negatif
C. Fase Nyeri Kepala
Serangan migrain umumnya berlangsung antara 4-72 jam pada
orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung selama 1-48 jam.
Berdenyut
Unilateral
Lokasi di daerah frontotemporalis dan okular kemudian setelah 1-2
jam menyebar secara difus ke arah posterior
Intensitas nyeri berkisar dari sedang sampai berat

D. Fase Postdromal
Setelah serangan migrain, umumnya penderita
merasa:
Kelelahan, iritabel, konsentrasi terganggu, dan
mengalami perubahan mood.
Beberapa penderita merasa segar atau euforia
Beberapa lainnya merasa depresi dan lemas
KRITERIA DIAGNOSIS
Dua atau
lebih
Serangan nyeri kepala yang terjadi 5 kali atau gambaran
lebih dengan gambaran klinis yang sama selama 4-72 nyeri kepala,
sebagai
jam pada setiap serangan, dan terdapat periode bebas berikut:

gejala di antara serangan yang terjadi.

Nyeri sedang sampai berat


Satu atau Nyeri pada satu sisi kepala
lebih gejala Nyeri kepala berdenyut
lain Nyeri kepala yang diperberat oleh
disamping aktivitas sehari-hari
nyeri kepala,
yaitu:

Menyingkirkan nyeri kepala sekunder


Gejala aura dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Mual selama nyeri kepala
Fotofobia dan atau
fonofobia selama nyeri
kepala
DIAGNOSIS
BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

CT SCAN

2. Pemeriksaan Pencitraan
MRI

3. Pemeriksaan Pungsi Lumbal


PENATALAKSANAAN

Mengurangi faktor risiko atau pencetus


Psikologis
Diet makanan tertentu

Terapi Non-Farmakologi
Serangan akan sangat berkurang jika pada saat serangan
penderita istirahat atau tidur
Terapi perilaku (behaviour)
Terapi relaksasi (biofeedback)
Olahraga secara terarah yang teratur dengan memilih olahraga
yang membawa ketenangan dalam relaksasi (yoga dan senam)
TERAPI FARMAKOLOGI

Terapi Abortif (Serangan Akut)

Analgesia non-spesifik
Asetaminofen (paracetamol), aspirin, dan OAINS (diklofenak,
ketorolac, ketoprofen, indometasin, ibuprofen, naproksen, dan
gol. fenamat) dan kombinasi dengan antiemetik (metoklopramid,
domperidon).

Analgesia spesifik
Ergotamin, dihidroergotamin (DHE), dan golongan triptan.
Terapi Preventif (Pencegahan)

Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah:
Beta Blocker
Propanolol 10-20 mg dan dapat ditingkatkan gradual mejadi 240 mg/hari
Atenolol 40-160 mg/hari
Timolol 20-40 mg/hari
Metoprolol 100-200 mg/hari
Calcium Channel Blocker
Verapamil 320-480 mg/hari
Nifedipin 90-360 mg/hari
Anti depressan
Amitriptin 25-125 mg/hari
Anti konvulsan
Asam valproat 250mg 3-4x1
Topiramat
Methysergid
Derivat ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa minggu sampai bulan efektif mencegah
migrain
KOMPLIKASI

Persistent Aura without Infraction


Status Migrainosus
Serangan migrain tanpa aura yang khas seperti
Serangan migrain dengan fase nyeri kepala lebih
pada umumnya kecuali satu atau lebih tanda-
dari 72 jam, mendapat pengobatan atau tidak,
tanda aura yang lebih dari satu minggu, tidak
dengan interval bebas nyeri kurang 4 jam (tidak
ditemukan infark pada pemeriksaan
termasuk tidur), nyeri kepala dengan intensitas
neuroimaging dan tidak berkaitan dengan
berat, dan tidak berkaitan dengan gangguan lain.
gangguan lain.

Infark Migrainosus Migrain Aura-triggered Seizures

Migrain dengan aura yang diikuti dengan kejang


Migrain dengan gejala satu atau lebih
yang terjadi selama 1 jam setelah suatu aura
migrain dengan tanda-tanda aura > 60 migren. Pada kasus ini diagnosis migrain perlu
menit dibarengi dengan ischemic brain juga diperhatikan dengan tipe diagnosis klinis
lesion pada pemeriksaan neuroimaging. pasien epilepsi.
PROGNOSIS

Migrain adalah gangguan kronis dengan serangan episodik dengan

prognosis jangka panjang sangat bervariasi. Dalam banyak kejadian,


migrain mungkin memiliki kemungkinan membaik atau relatif membaik.
Pada beberapa penderita penyakit ini bisa membaik dan pada beberapa
lainnya memburuk, maka dari itu pengobatan dilakukan lebih cepat lebih
baik untuk proses penyembuhan.
KESIMPULAN

Migrain adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang


berlangsung 4-72 jam, unilateral, berdenyut, intensitas nyeri sedang sampai berat,
diperhebat oleh aktivitas, dapat disertai mual dan atau muntah, fotofobia dan
fonofobia.

Migrain merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat,


diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari perempuan dan 3-4% dari anak-anak,
migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak
perempuan sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita
setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok usia 25-40 tahun.
Secara umum, migrain terbagi atas: migrain tanpa aura (migrain umum),
migrain dengan aura (migrain klasik), migrain kronik, migrain dengan
komplikasi, probable migrain dan sindrom episodik yang berhubungan dengan
migrain.

Tatalaksana migrain diawali dengan diagnosis yang akurat untuk


meredakan serangan migrain, mencegah serangan berikutnya, atau menurunkan
frekuensi kekambuhan. Kemudian di terapi dengan langkah umum, yaitu:
menghindari faktor pencetus terjadi migrain, terapi abortif dan preventif secara
medikamentosa serta terapi abortif dan profilaktif secara non-medikamentosa.
Flunarizin?
Salah satu terapi preventif migrain
Golongan CCB (Calcium Canal Blocker)
Dosis: 5-10 mg/hr
Indikasi: migrain, gangguan organ keseimbangan telinga, dan
gangguan pembuluh darah di seluruh tubuh
Obat ini untuk profilaksis migrain, mengurangi frekuensi,
meringankan gejala tetapi tidak bekerja baik saat migrain serangan
akut. Untuk terapi pemeliharaan penderita akan terapi pengobatan
selama 5 hari tiap minggu, 2 hari diliburkan, dan akan diberhentikan
jika pengobatan 6 bulan tanpa sekalipun mengalami kekambuhan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai