Anda di halaman 1dari 46

MODUL

NYERI KEPALA
KELOMPOK 3
dr. Andi Moeh. Ilham Patu, Sp.BS
Skenario Seorang perempuan berusia 21 tahun
datang ke Poliklinik dengan keluhan nyeri
kepala berdenyut. Yang dialami sejak 4
bulan yang lalu, hilang timbul. Dengan
nyeri kepala hamper sama sejak awal,
terutama di bagian kepala sisi kanan.
Saat nyeri kepala pasien tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari. Durasi
sakit kepala sekitar 4-5 jam. Keluhan
kadang disertai mual tetapi tidak disertai
demam.
Kata Kunci • Seorang perempuan
• Berusia 21 tahun
• keluhan nyeri kepala berdenyut.
• sejak 4 bulan yang lalu, hilang timbul.
• di bagian kepala sisi kanan
• tak mampu melakukan aktivitas sehari-
hari.
• Durasi sakit kepala sekitar 4-5 jam.
• Keluhan kadang disertai mual tetapi
tidak disertai demam.
MIGRAIN
Defenisi • Suatu kondisi kronis yang dicirikan oleh nyeri
kepala episodik dengan intensitas sedang-
berat yang berakhir dalam waktu 4-72 jam
( International Headache Society)
• Diklasifikasi menjadi :
 Migren dengan aura ( Classic migrain ) → 20%

 Migren tanpa aura (Common migrain ) → 80%

 Status migren → tidak sembuh sendiri


Etiologi Migrain memiliki komponen genetik
yang kuat. Sekitar 70% pasien migrain
memiliki kerabat tingkat pertama
dengan riwayat migrain. Risiko migrain
meningkat 4 kali lipat pada orang yang
mengalami migrain dengan aura.
Epidemiologi Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta
orang menderita 1 atau lebih sakit kepala
migrain per tahun. Ini sesuai dengan
sekitar 18% wanita dan 6% pria. [57]
Migrain menyumbang 64% sakit kepala
parah pada wanita dan 43% sakit kepala
parah pada pria.
Patofisiologi • Teori vaskuler : aura disebabkan oleh vasokonstriksi
intraserebral diikuti dengan vasodilatasi ekstrakranial
• Aura mungkin manifestasi penyebaran depresi, suatu
peristiwa neuronal yang dikateristikkan oleh
gelombang penghambatan yang menyebabkan
turunnya aliran darah otak 25-35%
• Nyeri akibat aktivitas sistem trigeminal yang
menyebabkan pelepasan neuropeptida vasoaktif →
vasodilatasi, plasma protein ekstravasasi dan nyeri
• Aktivitas dalam sistem trigeminal diregulasi oleh saraf
nioradrenergik dan serotonergik
• Reseptor 5-HT, terutama 5-HT1 dan 5-HT2 → terlibat
dalam patofisiologi migren
Gejala • Bervariasi antara individu
• Lima gejala yang dapat diidentifikasi :

Klinis • Prodoma : rangkaian peringatan sebelum terjadi


serangan → perubahan mood, perubahan
perasaan/sensasi (bau atau rasa), atau lelah dan
ketegangan otot
• Aura : gangguan visual yang mendahului serangan
nyeri kepala
• Nyeri kepala : umumnya satu sisi, berdenyut, disertai
mual-muntah, fotofobi dan fonofobi, berlangsung 4-
72 jam
• Berhentinya nyeri kepala : meskipun tidak diobatui
nyeri biasanya akan menghilang dengan tidur
• Postdroma : tanda-tanda lain migren seperti tidak
bisa makan, tidak konsentrasi, kelelahan
Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI. Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala. Konsenses Nasional IV. Airlangga University Press. Surabaya. 2013. p. 11-
30
Kriteria 1. Sekurang-kurangnya telah
memenuhi kriteria B –D
mengalami 5 serangan yang

diagnosis
2. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak
diobati atau tidak berhasil diobati)

untuk migren
3. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua di antara karakteristik
berikut :
a) Lokasi unilateral
tanpa aura b) Kualitas berdenyut

adalah : c)
d)
Intensitas nyeri sedang atau berat
Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik rutin
atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin
(seperti berjalan atau naik tangga)
4. Selama nyeri kepala disertai salah satu di bawah ini :
a) Nausea dan atau muntah
b) Fotofobia dan fonofobia
5. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

PERDOSSI 2005
Lanjutan… Kriteria diagnosis untuk migren dengan aura adalah :
a. Sekurang-kurangnya telah mengalami 2 serangan yang
yang tersebut dalam B.
b. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut
dibawah ini :
– Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menunjukkan
disfungsi hemisfer dan atau batang otak
– Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih 4 menit, atau
2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
– Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila dari
satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama.
– Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri < dari
60 menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura

c. Sekurang-kurangnya terdapat 1 yg disebut di bawah ini :


– Riwayat pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan kelainan
organik.
– Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga menunjukkan
kelainan organik, tetapi pemeriksaan neuroimaging dan pemeriksaan
tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan.

PERDOSSI 2005
Terapi • ANALGESIK RINGAN : aspirin (drug of choice),
parasetamol

Abortif • NSAIDs :
– Menghambat sintesis prostaglandin, agregasi platelet,
dan pelepasan 5-HT
– Naproksen terbulti lebih baik dari ergotamin
– Pilihan lain : ibuprofen , ketorolac
• GOLONGAN TRIPTAN :
– Agonis reseptor 5-HT1 → menyebabkan vasokontriksi
– Menghambat pelepasan takikinin, dengan memblok
inflamasi neurogenik
– Efikasinya setara dengan dehidroergotamin tetapi
onsetnya lebih cepat
– Sumatriptan oral lebih efektif dibanding ergotamin oral
Lanjutan … • Ergotamin
– Memblokade inflamasi neurogenik dengan
menstimulasi reseptor 5-HT presinaptik
– Pemberian IV dapat dilakukan pada serangan berat
• Metoklopramide
– Untuk mencegah mual muntah
– Diberikan 15-30 menit sebelum terapi anti migren,
dapat diulang setelah 4-6 jam
• Kortikosteroid
– Dapat mengurangi inflamasi
• Analgesik opiat
– Contoh : butarphanol
1. Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI. Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala Konsenses
Nasional IV. Airlangga University Press. Surabaya. 2013. p. 11-30
2. Sjahrir H. Nyeri Kepala. Diagnostik dan Penatalaksanaan. Buku 3. USU Press and Publishing. Medan. 2005.
p. 15-36
Terapi • BETA BLOKER

Profilaksis
– Merupakan drug of choice untuk prevensi
migren
– Contoh : atenolol, metoprolol, propanolol,
nadolol
• ANTIDEPRESAN TRISIKLIK
– Pilihan : amitriptilin, imipramin, doksepin,
nortriptilin,
– Punya efek antikolinergik, tidak boleh
digunakan pada penderita glaukoma atau
hiperplasia prostat
1. Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI. Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala Konsenses Nasional IV.
Airlangga University Press. Surabaya. 2013. p. 11-30
2. Sjahrir H. Nyeri Kepala. Diagnostik dan Penatalaksanaan. Buku 3. USU Press and Publishing. Medan. 2005. p. 15-36
Lanjutan … • METISERGID
– Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2
• ASAM/NA VALPROAT
– Dapat menurunkan keparahan, frekuenasi dan durasi
pada 80% penderita migren
• NSAIDs
– Aspirin dan naproxen terbukti cukup efektif
– Tidak disarankan penggunaan jangka panjang karena
dapat menyebabkan gangguan GI
• Verapamil
– Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
• Topiramat
– Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migren
Prognosis Migrain adalah kondisi kronis, Tingkat
keparahan dan frekuensi serangan migrain
cenderung berkurang dengan bertambahnya
usia. Setelah 15 tahun menderita migrain,
sekitar 30% pria dan 40% wanita tidak lagi
mengalami serangan migrain.
<

CLUSTER
HEADACHE
Defenisi Nyeri kepala tipe cluster merupakan nyeri
kepala pada satu sisi yang disertai dengan
keluarnya air mata dan hidung tersumbat.
Serangan berlangsung regular selama 1 minggu
hingga 1 tahun. Serangan-serangan diantarai
oleh periode bebas nyeri yang berlangsung
setidanknya satu bulan atau lebih lama.
Epidemiologi • Prevalensi sekitar 0.24% pada populasi
umum
• Rasio Laki-laki dan perempuan 6 : 1
• Sering diatas usia 30 thn
Etiologi • Idiopatik, tapi pemicu :
– Injeksi subkutan histamine
– Stres
– Alergi
– Gangguan pola tidur
– Perokok berat
– Alkohol
Invention
design
process
Klasifikasi • Episodik
Cluster headache yang terjadi 2 fase yang berlangsung
7 hari hingga 1 tahun dipisahkan oleh remisi tanpa
nyeri yang berlangsung selama1 bulan atau lebih lama.
• Kronik
Cluster headache yang terjadi setiap hari selama lebih
dari 1 tahun tanpa remisi atau degan periode nyeri
yang berlangsung kurang dari 2 minggu.
Gejala klinik • Sakit kepala sangat berat, mendadak,
unilateral wajah, durasi serangan 10 menit – 3
jam per episode, karakter seperti ”dibor”
seolah-olah mata didorong keluar, distribusi
divisi 1 dan 2 nervus trigeminus, ada fase
remisi (2 bulan-2 tahun)
• Lakrimasi atau injeksi konjungtiva
• Rhinore
• Edema kelopak mata ipsilateral
• Miosis atau ptosis ipsilateral
• Keringat pada dahidan wajah ipsilateral
• Lemah/lesu
Diagnosis • Anamnesis
• Pemeriksaan fisik : pemeriksaan
neurologi biasanya normal kecuali
untuk lakrimasi, injeksi konjungtiva,
miosis dan ptosis muncul saat priodik
serangan
• Pemeriksaan Penunjang : CT-Scan atau
MRI untuk menyingkirkan diagnosis
banding
Penatalaksan Abortif
• Oksigen (8 liter/ menit selama 10 menit) dapat mengurangi

aan nyeri apabila segera diberikan.


• Agonis reseptor 5-Hydroxytryptamine-1 (5-HT1), seperti
triptan atau alkaloid ergot dengan metoclopramide, sering kali
digunakan sebagai terapi lini pertama. Dosis umumnya sebesar
6 mg per subkutaneus, yang dapat diulangi pemberiaannya
dalam 24 jam. Semprot nasal (20mg) juga dapat digunakan
Profilaksis
• Verapamil
• Litium
• Ergotamin
• Methysergide
• Kortikosteroid
• Topiramat
Prognosis Secara umum, CH adalah masalah
seumur hidup. Hasil-hasil potensial
meliputi:
• Serangan berulang
• Remisi berkepanjangan
• Kemungkinan transformasi cluster
episodik menjadi cluster kronis dan
sebaliknya
PAROXYSMAL
HEMICRANIA (PH)
Definisi Paroxysmal hemicrania adalah
gangguan sakit kepala primer satu
sisi yang berulang biasanya terletak
di sekitar atau di belakang mata.

LC Newman. 2015
Etiologi Penyebab di balik paroxysmal
hemicrania tidak diketahui tetapi diyakini
terkait dengan saraf trigeminal.

LC Newman. 2015
Gejala Klinis • Nyeri berdenyut yang hebat, seperti
cakar, terbakar, tajam dan menikam
• Hidung berair atau tersumbat
• Wajah memerah
• Kelopak mata bengkak
• Dahi atau wajah berkeringat

Doherty C, 2018
Diagnosis • Anamnesis
• Tes Indometachin
• MRI

Doherty C, 2018
Pengobatan •Indomethacin adalah pengobatan
pilihan untuk hemicrania paroksismal. 
• Verapamil
• Tegretol (carbamazepine)
• Topamax (topiramate)
• Amitriptyline (Elavil)

Doherty C. 2018; NHS. 2016


TENSION TYPE
HEADACHE
Defenisi Nyeri kepala tegang sebagai
episode yang berulang dari nyeri
kepala yang berlangsung
bermenit-menit sampai berhari-
hari.
Epidemiologi 1. 24% - 37% mengalami serangan
berulang dalam sebulan
2. 10% dalam seminggu
3. 2- 3 % mengalami kronik TTH
4. Wanita : Pria, 5:4
5. > 30-39 tahun
Etiologi Belum diketahui

TTH kronik :
• sensitasi nosiseptik perifer
• sensitasi neural sentral
• kelainan di pusat antinosiseptif
Faktor • Stress
• Depresi dan kecemasan
Pemicu • postur tubuh yang rendah
• bekerja dalam posisi canggung atau bertahan pada
satu posisi dalam waktu yang lama
• kurang tidur.
Patofisiologi 1. Impuls nosiseptif dari otot perikranial → menjalar
ke kepala → timbul nyeri kepala & nyeri yang
bertambah pada tempat otot maupun tendon
tempat insersinya
2. Mekanisme timbulnya nyeri miofascial & nyeri
tekan sbb :
• Sensitisasi nosiseptor miofascial perifer
• Sensitisasi 2nd order neuron pada level kornu dorsalis
medulla spinalis / n. trigeminal
• Sensitisasi neuron supraspinal
• Berkurangnya aktivitas antinosiseptif struktur
supraspinal
Penatalaksan Strategi pokok penanganan TTH

aan 1. Diagnosis menurut kriteria IHS

2. Pengenalan diagnosis banding

3. Pemberian terapi non farmakologik dan


farmakologik
Non • Latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya
20-30 menit

Farmakologi • Perubahan posisi tidur


• Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi
otot lain
• Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
• Pencahayaan yang tepat untuk membaca,
bekerja, menggunakan komputer, atau saat
menonton televisi
• Hindari eksposure terus-menerus pada suara
keras atau bising
• Hindari suhu rendah pada saat tidur di malam
hari
Farmakologi • Menggunakan analgesik atau analgesik plus adjuvan
sesuai tingkat nyeri

• Obat-obat seperti aspirin, asetaminofen, ibuprofen atau


sodium naproxen. Produk kombinasi kafein dapat
meningkatkan efek analgesik

• Untuk nyeri kepala kronis, perlu asesmen lebih teliti


mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau
depresi

• Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin


atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan
analgesik secara kronis → rebound headache
Serangan • Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen
1000 mg/hari, ibuprofen 800 mg/hari, naproxen
akut 660-760 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari
• Kafein (analgetik adjuvan) 65 mg
• Kombinasi : 325 mg aspirin/asetaminofen + 40 mg
kafein
• Muscle relaxant :
– eperisone hidroklorid, metaxolone,
cyclobenzapine, chlorzoxazone
– Diazepam kurang direkomendasikan karena
sifat potensial habituasinya terhadap kondisi
CCTH )
1. Anti-depresan
– Gangguan tidur (+) : antidepresan sedatif : amitriptilin,
imipramin, trazodone
– Gangguan tidur (-) : anti depresan non sedatif :
fluoksetine, bupropion, sertralin
– Antiodepresan berefek analgetik dengan cara
mengurangi firing rate of trigeminal nc caudatus
Untuk akut Anti-ansietas
– Bermanfaat untuk pengobatan akut dan
dan kronik preventif terutama dengan komorbid ansietas
– Golongan benzodiazepin (alprazolam,
diazepam, lorazepam) atau golongan
Butalbital. Kedua golongan ini sering dipakai
tetapi bersifat adiktif, sulit dikontrol dan bisa
memperburuk sindroma nyeri kepalanya
Botulinum toxin A (Botox)
– Sering dilakukan pada TTH, myofascial pain,
cervicogenic headache, CDH akibat drug
overuse atau CDH refrakter
Daftar - Buku ajar dasar neurologi (lengkapnya nnti sy liatkan di
upi ee nuu)

Pustaka - slide kuliah dr alfrida

Anda mungkin juga menyukai