Anda di halaman 1dari 14

Referat

Intoksikasi Akut Zat Psikoaktif

DISUSUN OLEH:

Malvin Himawan

112017098

PEMBIMBING:

dr. Evalina Asnawi, Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR

PERIODE 15 APRIL 2019 – MEI 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya


(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks,
yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan
kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.1
Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi
sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari
tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari
data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun.
Berdasarkan data penelitian pengguna NAPZA di dunia, dilaporkan hampir
40% penduduk di dunia pernah menggunakan NAPZA dalam hidup mereka. Beberapa
substansi tersebut menyebabkan kelainan status mental secara internal, seperti
menyebabkan perubahan mood, secara eksternal menyebabkan perubahan perilaku.
Substansi tersebut juga dapat menimbulkan problem neuropsikiatrik yang masih
belum ditemukan penyebabnya, seperti skizofrenia dan gangguan mood, sehingga
kelainan primer psikiatrik dan kelainan yang disebabkan oleh NAPZA menjadi sangat
berhubungan.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi NAPZA / Zat Psikoaktif

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat


yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis,
dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan
oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan
dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran.1

2. Definisi Intoksikasi Akut

Intoksikasi merupakan suatu kondisi yang diikuti setelah pemberian suatu zat
psikoaktif yang hasilnya berupa gangguan dalam tingkat kesadaran, kognisi,
persepsi, daya nilai, afek, perilaku dan respon. Gangguan / perubahan ini
berhubungan langsung dengan efek farmakologis dari zat psikoaktif tersebut, dan
dengan seiring berjalannya waktu, gejala tersebut akan berangsur menghilang bila
tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke
kondisi semula, kecuali telah terjadi kerusakan jaringan atau komplikasi lainnya. 2

Intoksikasi sangat tergantung dari tipe zat psikoaktif, dosis yang digunakkan dan
toleransi individual yang menggunakan zat psikoaktif terserbut. Seringkali, zat
psikoaktif ini digunakan justru untuk mencapai tingkat intoksikasi. Tingkat
intoksikasi yang dapat terjadi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan ekspektasi
pengguna terhadap efek obat yang dikonsumsinya. 2

3
3. Manifestasi Klinis Intoksikasi Akut

• Gangguan terkait Alkohol

Etil alkohol / etanol merupakan bentuk yang paling lazim untuk dikonsumsi.
Alkohol akan mencapai konsentrasi puncak dalam 30-90 menit. Keadaan perut
kosong akan meningkatkan absorbsi dan setelah makan akan menurunkan
absorbsi. 1

Gejala-gejala intoksikasi alkohol dapat dikenali dengan: 3

- Intoksikasi : ataksia, bicara tidak jelas, cadel, emosi labil dan disinhibisi,
napas berbau alkohol.

- Overdosis : koma, stupor, kulit dingin dan lembab, suhu tubuh rendah

- Komplikasi : aspirasi (karena muntah), OSA, aritmia fatal (kadar alkohol


darah >0.4 mg/ml)

Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi alkohol:

- Baru-baru ini mengkonsumsi alkohol

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(perilaku agresif / seksual yang tidak pada tempatnya, labilitas mood, daya
nilai terganggu, fungsi sosial / okupasional terganggu) yang timbul
selama / setelah ingesti alkohol

- Satu atau lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan alkohol:

a. pembicaraan meracau
b. inkoordinasi
c. gaya berjalan tidak stabil
d. nistagmus
e. hendaya atensi atau memori
f. stupor / koma

4
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain. 4

• Gangguan terkait Amfetamin

Amfetamin merupakan salah satu obat terlarang yang banyak digunakan


kedua setelah kanabis. Penggunaanya disetujui oleh FDA terbatas untuk
pengobatan pada ADHD dan narkolepsi. Contoh obat yang sering digunakan:
dekstroamfetamin, metamfetamin, metilfenidat. Intoksikasi pada amfetamin
umumnya pulih sebagian besar dalam waktu 24 jam, dan hilang sepenuhnya
dalam waktu 48 jam. 1

Gejala-gejala intoksikasi amfetamin dapat dikenali dengan:

- Fisik : agitasi, kehilangan berat badan, takikardia, dehidrasi,


hipertermi, paranoid, delusi, halusinasi, kehilangan rasa lelah,
tidak dapat tidur, kejang, gigi gemertuk, stroke, masalah
kardiovaskular dan kematian

- Perilaku : agresif / perkelahian, berani mengambil resiko, kecelakaan,


menghindar dari hubungan sosial, masalah hubungan dengan
orang lain. 3

Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi amfetamin:

- Baru-baru ini mengkonsumsi amfetamin atau zat sejenis,

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(euforia, penumpulan afek, hipervigilans, sensitivitas interpersonal,
ansietas, ketegangan, kemarahan, perilaku stereotipi, daya nilai terganggu,
fungsi sosial / okupasional terganggu) yang timbul selama / setelah
penggunaan amfetamin,

- Dua atau lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan alkohol:

a. takikardia / bradikardia b. dilatasi pupil


c. tekanan darah meningkat / menurun d. berkeringat / mengigil
e. mual / muntah f. penurunan berat badan

5
g. agitasi / retardasi psikomotor
h. kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung
i. kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, koma.
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain 4

• Gangguan terkait Kanabis

Merupakan zat yang paling sering digunakan, metabolitnya yang aktif di


sistem saraf pusat dan menghasilkan efek psikoaktif tergantung rute pemberian,
dan teknik penghirupan. Intoksikasi kanabis umumnya meningkatkan sensitivitas
terhadap stimuli eksternal, memunculkan detil baru, membuat warna terlihat
lebih cerah dan kaya, secara subjektif memperlambat apresiasi waktu, pada dosis
besar dapat terjadi derealisasi atau depersonalisasi. Gangguan motorik pada
pengguna kanabis dapat menetap hingga 8-12 jam. Penggunaan kanabis dapat
tanpa ataupun disertai dengan munculnya gejala psikotik. 1

Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi kanabis:

- Penggunaan kanabis baru-baru ini,

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(koordinasi motorik terganggu, euforia, ansietas, sensasi waktu melambat,
penarikan sosial) yang timbul selama / setelah penggunaan kanabis,

- Dua atau lebih tanda yang timbul dalam waktu 2 jam setelah penggunaan:

a. Injeksi konjungtiva b. Peningkatan nafsu makan


c. Mulut kering d. takikardia
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain 4

• Gangguan terkait Opioid

Dari seluruh jenis opioida, Heroin merupakan yang paling sering


disalahgunakan. Heroin merupakan suatu opioida sintetik dengan nama lain:
putaw, junk, skag, smack. 1,3

6
Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi opioid:

- Baru-baru ini mengkonsumsi opioid

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(euforia inisial diikuti apati, disforia, agitasi, retardasi psikomotor, daya
nilai terganggu, fungsi sosial / okupasional terganggu) yang timbul
selama / setelah penggunaan opioid

- Konstriksi / dilatasi pupil akibat anoksia pada overdosis berat, dan satu atau
lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan opioida:

a. mengantuk / koma
b. cadel
c. hendaya atensi atau memori
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain. 4

• Gangguan terkait Inhalan

Gangguan terkait inhalan mencakup sindrom psikiatri yang terjadi akibat


penggunaan bahan pelarut, lem, perekat, aerosol, thinner, dan bahan bakar. Jika
inhalan dihirup dalam waktu yang cukup, gejala intoksikasi terjadi hanya untuk
waktu beberapa menit dan tidak lama. 1,4

Gejala-gejala intoksikasi inhalan dapat dikenali dengan: 3

- Dosis kecil : euforia, sensasi mengambang yang menyenangkan,

- Dosis besar : ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditorik dan visual,


distorsi ukuran tubuh

- Overdosis : kejang, koma, gangguan pernafasan, aritmia

- Kematian : perilaku beresiko, spasme laring (pada inhalan butane),


aspirasi muntahan, keracunan logam (pada inhalan bensin /
solar)

7
Tanda-tanda untuk mendeteksi penggunaan terakhir: 3

- Mata merah berair, keringat berlebih, konfusi


- Bersin dan batuk disertai sekresi nasal berlebihan
- Nafas berbau zat kimia
- Bekas lem/solvent/cat tertinggal pada baju, jari, hidung atau mulut
- Terlihat gejala intoksikasi jelas (perilaku menyimpang, agresif)
- Iritasi akut disekitar mulut dan hidung
Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi inhalan: 4

- Penggunaan secara sengaja baru-baru ini atau jangka pendek atau pajana
dosis tinggi dalam jangka pendek inhalan yang mudah menguap,

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(perilaku perkelahian, penyerangan, apati, daya nilai terganggu, fungsi
sosial / okupasional terganggu) yang timbul selama / setelah penggunaan
atau pajanan terhadap inhalan yang mudah menguap,

- Dua atau lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan alkohol:

a. Pusing b. inkoordinasi
c. gaya berjalan tidak stabil d. nistagmus
e. bicara cadel f. letargi
g. refleks terdepresi h. retardasi psikomotor
i. kelemahan otot menyeluruh j. tremor
k. Diplopia l. stupor / koma
m. euforia
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain. 4

8
• Gangguan terkait Halusinogen

Merupakan zat alami maupun sintetik yang disebut juga dengan istilah
psikadelik karena efeknya yang menginduksi halusinasi. Halusinogen klasik:
psilocybin (jamur), mescaline (kaktus). Halusinogen sintetik: LSD. LSD
merupakan halusinogen kuat yang efeknya dapat bertahan selama 2-12 jam.
Penghentian LSD dalam beberapa tahun masih dapat menimbulkan efek
halusinogen secara tidak menetap dan tanpa tanda pendahulu (flashback effect).
1,4

Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi halusinogen:

- Baru-baru ini mengkonsumsi halusinogen,

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(ansietas / depresi yang nyata, ide rujukan, ketakutan menjadi gila, ide
paranoid, daya nilai terganggu, fungsi sosial / okupasional terganggu) yang
timbul selama / setelah menggunakan halusinogen,

- Perubahan persepsi dalam keadaan sadar dan kewaspadaan penuh, contoh:


intensifikasi persepsi subyektif, depersonalisasi, derealisasi, ilusi,
halusinasi, sinestesia) yang timbul selama / setelah menggunakan
halusinogen.

- Dua atau lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan alkohol:

a. dilatasi pupil b. takikardia, palpitasi


c. Berkeringat d. pandangan kabur
e. Tremor f. inkoordinasi
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain. 4

9
• Gangguan terkait Benzodiazepin

Semua benzodiazepin memiliki sifat sedatif, anxiolitik dan antikonvulsan.


Beberapa benzodiazepin yang sering disalahgunakan: BK, Rohyp, dum, MG 4

Gejala-gejala intoksikasi benzodiazepin dapat dikenali dengan: 3

- Fisik : mengantuk, letargi, gerakan tidak terkoordinasi, penurunan


fungsi kognitif dan memori, konfusi, hipotoni, nistagmus,
vertigo, disartria, diplopia.

- Perilaku : euforia paradoksal (girang, tak dapat istirahat, hipomania,


pada dosis besar pengguna merasa tidak dapat dilukai dan
tidak dapat dilihat orang sekitar)

Kriteria diagnosis (DSM-IV) untuk Intoksikasi sedatif-hipnotik atau


ansiolitik:

- Baru-baru ini mengkonsumsi sedatif-hipnotik atau ansiolitik,

- Perubahan perilaku / psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(perilaku agresif / seksual yang tidak pada tempatnya, labilitas mood, daya
nilai terganggu, fungsi sosial / okupasional terganggu) yang timbul
selama / setelah penggunaan sedatif-hipnotik atau ansiolitik,

- Satu atau lebih tanda yang timbul selama / segera penggunaan alkohol:

a. cadel
b. inkoordinasi
c. gaya berjalan tidak stabil
d. nistagmus
e. hendaya atensi atau memori
f. stupor / koma
- Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain. 4

10
4. Penatalaksanaan Kondisi Intoksikasi

- Intoksikasi Alkohol 4
a. Bila terdapat kondisi Hipoglikemia injeksi 50 ml Dextrose 40%
b. Kondisi Koma: posisikan menunduk untuk cegah aspirasi, observasi
tanda vital setiap 15 menit, injeksi Thiamine 100 mg IV untuk
profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopathy, lalu 50 ml Dextrose
40% IV (berurutan jangan sampai terbalik)
c. Problem Perlaku (gaduh/gelisah):
- Petugas keamanan dan perawat siap bila pasien agresif
- Terapis harus toleran dan tidak membuat pasien takut /terancam
- Buat suasana tenang dan bila perlu tawarkan makan
- Beri dosis rendah sedatif: lorazepam 1-2 mg / haloperidol 5 mg oral,
bila gaduh gelisah berikan secara parenteral IM

- Intoksikasi Amfetamin atau zat yang menyerupai 4


a. Simtomatik, tergantung kondisi klinis. untuk penggunaan oral, rangsang
muntah dengan activated charcoal atau kuras lambung,
b. Antipsikotik: haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau
chlorpromazine 1 mg/kg bb oral setiap 4-6 jam,
c. Antihipertensi bila perlu, td diatas 140/100 mmHg,
d. Kontrol temperature dengan selimut dingin atau chlorpromazine untuk
mencegah suhu tubuh meningkat,
e. Jika terjadi aritmia, lakukan cardiac monitoring. untuk palpitasi
diberikan propanolol 20-80 mg/hari,
f. Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepin:
diazepam 3x5 mg atau chlordiazepoxide 3x25 mg

11
- Intoksikasi Kanabis 1,4
a. Umumnya tidak perlu farmakoterapi dapat diberikan terapi supportif
dengan 'talking down', gejala akan berkurang seiring berjalannya waktu,
b. Bila ada gejala ansietas berat: lorazepam 1 mg / alprazolam 0.5 mg oral
c. Bila terdapat gejala psikotik menonjol dapat diberikan haloperidol 1-2
mg oral atau IM ulangi setiap 20-30 menit

- Intoksikasi/Overdosis Opioida 4
a. Merupakan kondisi gawat darurat, perlu penanganan secara cepat
b. Atasi tanda vital dan observasi tanda vital selama 24 jam.
c. Berikan antidotum Naloxon HCl 0,01 mg/kg.bb IV/IM/SC
d. Mungkin perlu rawat ICU, khususnya bila terjadi penurunan kesadaran
g. Asamkan urin dengan amonium chlorida 2,75 meq/kg atau ascorbic acid
8 mg/hari sampai pH urin < 5 akan mempercepat ekskresi zat.

- Intoksikasi Halusinogen 4
a. Intervensi Non Farmakologik :
- Lingkungan yang tenang, aman dan mendukung
- Reassurance: bahwa obat tersebut menimbulkan gejala-gejala itu ;
dan ini akan hilang dengan bertambahnya waktu (talking down)
b. Intervensi Farmakologik:
Pilihan untuk bad trip atau serangan panik adalah dengan anti ansietas:
Diazepam 10-30 mg oral /im/iv pelan atau Lorazepam 1-2 mg oral.

- Intoksikasi Sedatif-Hipnotik / Benzodiazepin 4


a. Perlu terapi kombinasi:
- Mengurangi efek obat dalam tubuh
- Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut
- Mencegah komplikasi jangka panjang

12
b. Mengurangi efek obat dalam tubuh 1,4
- Dengan flumazenil (antagonis benzodiazepin) 7.5 - 45mg/ hari
ditirtrasi (akan muncul gejala putus zat pada pasien ketergantungan)
- Pikirkan penggunaan hemoperfusion pada pasien dengan tingkat
serum sedatif-hipnotik sangat tinggi dengan menggunakan charcoal
resin / norit.
- Tindakan suportif: pertahankan jalan napas, perbaiki gangguan asam
basa.
- Alkalisasi urin hingga pH 8 untuk mempercepat pengeluaran obat,
berikan furosemide 20-40mg atau manitol 12.5-25mg untuk diuresis
c. Mengurangi absorbsi lebih lanjut
Rangsang muntah bila baru terjadi pemakaian, kalau tidak berikan
activated charcoal.
d. Mencegah komplikasi
- Perhatikan tanda vital dan depresi pernapasan, aspirasi dan edema
paru
- Bila sudah terjadi aspirasi, berikan antibiotik 4

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry : Behavioral
sciences/clinical psychiatry.10 th edition. Philadelphia : Lippincott Williams and
WOLTERS Kluwer business.2007. Bab 9.Schizophrenia.;p.86-138.
2. WHO. Acute intoxication. Who.int. 2019. [cited 3 May 2019]. Available from:
https://www.who.int/substance_abuse/terminology/acute_intox/en
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan NAPZA. Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
4. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Washington, DC: American
Psychiatric Association; 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai