I. Anamnesis:
A. Pasien Utama
1. Identitas Pasien:
Nama : Muaneh
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang listrik, tetapi karena penyakit berhenti bekerja
Pendidikan : SD kelas 5
Alamat : Jalan Manggis IV (RT 09/RW 05 No. 21)
Telpon : 081387270572 (Masnah, adik Bapak Muaneh)
Bapak Muaneh (55 tahun) datang ke Puskesmas Tanjung Duren Selatan pada tanggal 26 Juli 2016 untuk
pemeriksaan control dan melanjutkan obat-obatan setelah 2 minggu yang lalu sudah mendapat
pengobatan untuk TBC-nya.
2. Keluhan utama: Batuk-batuk dan napas sesak
3. Keluhan tambahan : kurang nafsu makan, mata berkunang-kunang, keringat malam (tetapi sudah
berkurang), kaki dirasa panas tetapi ketika dipegang dingin, terasa kesemutan, pegal-pegal dan
kebas juga, buang air kecil sering dan sakit saat berkemih, nyeri ulu hati, gangguan pendengaran.
4. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan sudah sejak 4 bulan yang lalu. Sudah berobat ke berbagai puskesmas dengan keluhan
batuk tetapi saat diberi obat tidak kunjung sembuh, sewaktu ke puskesmas di tanjung duren
selatan di lakukan peemeriksaan sputum dan ternyata positif untuk TBC. Batuk kadang kering
atau berdahak, terkadang susah untuk mengeluarkan dahak dan terasa lega jika dahak dikeluarkan
dan tidak ada darah. Adanya keringat dingin pada malam hari yang sudah berkurang setelah
konsumsi obat selama 2 minggu sebelumnya. Pasien mengaku ada penurunan nafsu makan
karena lidah terasa pahit. Pasien mengaku merasakan sesak nafas dan nyeri ulu hati. Pasien tidur
dengan 2 bantal untuk mengganjal kepala karena jika tidak akan terasa sesak, mengalami mata
yang berkunang-kunang dan juga sidikit gangguan dalam pendengaran. Megalami penurunan
berat badan hingga 6 kg dari semula 48-52kg sekarang hanya 42kg.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pada tahun 2008 sudah pernah menderita TBC dan berobat secara rutin dan sudah
dinyatakan sembuh, tetapi kemudian muncul kembali gejala sejak 4 bulan yang lalu, kemudian
disarankan rontgen tetapi di puskesmas tanjung duren selatan dikatakan tidak perlu dilakuka
rontgen dan hanya cukup pemeriksaan sputum dan ternyata hasilnya positif untuk TBC. Adik ipar
pasien menderita TBC dan menolak perawatan sehingga sudah meninggal dunia 6 bulan yang lalu
jadi kemungkinan diduga tertular dari adik ipar bapak ini.
6. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien dikatakan tidak terdapat penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM maupun
tidak ada juga alergi.
7. Riwayat pribadi
Pasien selalu berolahrga dengan cara jalan pagi setiap bangun tidur, pasien sering jajan berupa
roti saja, rekreasi juga jarang hanya biasa di rumah saja, kemudian pasien sudah merokok sejak
pasien bujang atau umur 20 tahuan-an tetapi sudah berhenti sejak 2008 ketika pasien pertama kali
didiagnosis TBC hingga sekarang. Sedangkan alcohol biasa dikonsumsi hanya ketika kumpul
bersama teman atau keluarga.
8. Hubungan psikologis dengan keluarga
Pasien sudah mempunyai 1 istri dandikaruniai 3 orang anak, tetapi pasien tidak tinggal bersama
mereka. Orangtua pasien sudah lama meninggal dan sekarang pasien tinggal bersama adik
perempuan pasien yang dulu juga mempunyai suami tetapi meninggal dikarenakan TBC.
Bersama adik-nya terlihat hubungan yang baik.
9. Aktifitas Sosial
Pasien sering melakukan kerja bakti yang biasa nya memang rutin diadakan tiap 1/2minggu sekali
pada hari minggu.
10. Kegiatan kerohanian
Pasien sewaktu muda rajin ikut pengajian diajak orangtua bersama saudara-nya, tetapi sekarang
pasien sudah jarang beribadah.
B. Riwayat Biologis Keluarga:
Orangtua pasien sudah lama meninggal dikarenakan usia, kemudian ada adik ipar pasien yang
sudah meninggal 6 bulan yang lalu dikarenakan tidak mau berobat untuk penyakit TBC-nya.
a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik
Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap cakap dengan baik dan kesadaran
serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, terlihat sedikit lemas dan tampak kurus.
Anggota keluarga lain pun tidak menderita penyakit.
b. Kebersihan perorangan: Baik
Kebersihan pasien dapat dikatakan baik karena yang terlihat dari hygiene tangan kuku nya bersih.
Gigi geligi dan pakaian yang digunakan pun tampak bersih dan rapi. Begitupun kebersihan
anggota keluarga lainnya.
c. Penyakit yang sering diderita (oleh anggota keluarga) : Tidak ada
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis / menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
Pola makan pasien dan keluarganya dapat dinilai baik karena pasien mengatakan mereka selalu
makan 3x sehari walau-pun pasien tidak nafsu makan tetapi selalu wajib 3x sehari makannya
walau sedikit.
h. Pola istirahat : Baik
Pola istirahat pasien dikatakan baik karena pasien tidur cukup dari jam 9 malam dan bangun jam
6 pagi.
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang tetapi yang tinggal
bersama hanya 1 orang
Ibu Rumah
4. Ernawati Anak 28 tahun SMP Islam Baik - - -
Tangga
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis
Tanda-tanda vital:
1. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
2. Pernapasan : 32x/menit
3. Denyut Nadi : 73x/menit
4. Suhu : Afebris
Status Gizi :
BB : 42kg
TB : 160cm
IMT : 42/(1,6m)2 = 16,4 (kurang gizi)
Pemeriksaan Fisik selanjutnya tidak dilakukan. Jika hendak dilakukan maka pemerikssaan fisik yang
diperlukan adalah :
Pemeriksaan Paru
Thoraks Anterior
1. Inspeksi
Warna kulit, Lesi kulit, bentuk thoraks anterior, jenis pernapasan, melihat pergerakan dada saat
statis dan dinamis.
Melihat apakah terdapat retraksi sela iga dan pelebaran sela iga.
Irama pernapasannya dan suara pernapasan abnormal (mengi, stridor).2
2. Palpasi
Meraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga menyempit atau melebar,
pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan melakukan pemeriksaan vokal fremitus.
3. Perkusi
Apakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan batas paru-hati dan paru-
jantung.
4. Auskultasi
Jenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler), Suara napas tambahan seperti
ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.
Diagnosis
Secara biopsikososial :
Biologi : Tuberkulosis Paru
Psikologi :-
Sosial :-
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:
1. Kategori I : 2RHZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol setiap hari (tahanp
intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan Rifampsisin tiga kali dalam seminggu
(tahap lanjutan).
2. Kategori II : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada penderita kambuh, penderita gagal terapi, dan penderita dengan pengobatan
setelah lalai minum obat
3. Kategori III : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
DOTS merupakan strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan secara langsung.
Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB dapat secara cepat. DOTS
menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa
sampai 95%. Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
Strategi DOTS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat
mengakses pelayanan DOTS di Puskesmas. Strategi ini sebagai pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek oleh pengawas pengobatan setiap hari.
Indonesia adalah negara dengan high burden, dan sedang memeperluas strategi DOTS dengan
cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indicator
program yang amat penting. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan
lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan
menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-Drugs Resistant).
d. Disability Limitation
Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TB bertahan pada pengobatan yang
diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang PMO( keluarga).
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah cukup
dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan dengan menggunakan OAT standard yang
direkomendasi oleh WHO dan IUATLD( International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease)
e. Rehabilitation
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk
memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu.
Keberhasilan pengobatan TB tergantung dari kepatuhan penderita untuk minum OAT
yang teratur, dalam hal ini PMO (keluarga) akan sangat membantu kesuksesan
penaggulangan TB
Prognosis
a) Penyakit: Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.
b) Keluarga: Kemungkinan tertular besar, karena dirumah cukup sempit dan kamar pasien langsung
kontak dengan dapur dan juga pasien tidak pernah menggunakan masker di rumah. Keluarga
perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-
makanan bergizi.
c) Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi rumah penduduk
yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit, memperbesar kemungkinan kontak dengan
droplet pasien dan pasien pula yang belum pernah terbiasa memakai masker keluar rumah.