Anda di halaman 1dari 40

Referat: Antipsikotik

Pembimbing: dr. Carlamia Lusikooy, Sp.KJ


Penyusun :
Malvin Himawan (112017098), Karen Denisa (112017105),
Leni Putu Gantiasih 112017136
Antipsikotik
• Sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor
dopamine tipe 2 (D2) sering disebut sebagai antipsikotik.

• Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi skizofrenia dan


gangguan psikotik lainnya.

• Farmakoterapi pada penderita skizofrenia dipicu oleh penemuan


antipsikotik klorpromazin pada awal 1950- an dan pengembangan
klozapin pada akhir 1960-an. Selama setengah abad terakhir,
antipsikotik digunakan dalam pengobatan skizofrenia dan telah
menjadi pengobatan andalan untuk mengurangi keparahan gejala
psikotik dan kejadian relaps (pada penderita skizofrenia.

• Antipsikotik dapat digunakan untuk mengatasi skizofrenia dengan


gejala halusinasi, delusi, dan untuk pencegahan keterulangan.
Jenis Antipsikotik

1. Antipsikotik Tipikal (Antipsikotik Generasi I)

• Antipsikotik tipikal merupakan antipsikotik generasi


lama yang mempunyai aksi untuk mengeblok
reseptor dopamin D2.
• Antipsikotik jenis ini lebih efektif untuk mengatasi
gejala positif yang muncul.
• Phenothiazine
- Rantai aliphatic : chlorpromazine
- Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine
- Rantai piperidine : thioridazine

• Butyrophenone : Haloperidol

• Diphenyl-butyl-piperidine : pimozide
2. Antipsikotik Atipikal (Antipsikotik Generasi II)

• Antipsikotik atipikal adalah generasi baru yang


banyak muncul pada tahun 1990an.
• Aksi obat ini yaitu mengeblok reseptor 5-HT2 dan
memiliki efek blokade pada reseptor dopamin yang
rendah.
• Antipsikotik atipikal merupakan pilihan pertama
dalam terapi skizofrenia karena efek sampingnya
yang cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan
antipsikotik tipikal.
• Benzamide : sulpiride

• Dibenzodiazepin : clozapine, olanzapine,


quetiapine, zotepine

• Benzisoxazole : risperidon, aripiprazole


Sediaan Obat
INDIKASI
• Sindrom Psikosis
• Hendaya berat RTA: kesadaran (awareness), daya nilai
sosial (judgement), dan tilikan (insight)
• Hendaya berat fungsi kehidupan: sosial, pekerjaan
• Hendaya berat mental:
Gejala positif (inkoheren, waham, halusinasi, perilaku kacau)
Gejala negatif (afek tumpul, pasif/apatis, proses pikir terhambat)
CARA KERJA

• ANTIPSIKOTIK GENERASI I
Menurunkan 60-70% gejala positif.

- Antagonis reseptor dopamin: memblok reseptor D2 pasca


sinaptik neuron sistem limbik dan ekstrapiramidal
Keuntungan Antipsikotik I

• ANTIPSIKOTIK GENERASI I
- Jarang menyebabkan terjadinya Neuroleptic
malignant syndrome
- Cepat mengatasi gejala positif
Kerugian Antipsikotik I

• ANTIPSIKOTIK GENERASI I
- Mudah terjadi EPS
- Memperburuk gejala negatif dan kognitif
- Meningkatkan kadar prolaktin
- Sering mengakibatkan kekambuhan
Kerugian Antipsikotik I
• EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK GENERASI I
- Potensi:
1. Tinggi (<10mg): haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine
Efek samping: distonia, akatisia, parkinsonisme

2. Sedang (10-50mg): perphenazine, loxapine, molindone


Untuk penderita yang sulit toleransi APG I potensi tinggi/rendah.

3. Rendah (>50mg): clorpromazine, thiridazine, dan mesoridazine


Efek samping: sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi, gejala
antikolinergik (mulut kering, retensi urine, pandangan

kabur dan konstipasi)


Antipsikotik Generasi I

• HALOPERIDOL
Memiliki afinitas kuat pada reseptor D2
- Half-life: 10-12 jam, kadar puncak tercapai setelah 20 menit IM
- Ekskresi: urin, tinja dalam 1 minggu setelah pemberian
- Penyerapan baik melalui pencernaan
- KI: koma, depresi SSP, sindrom parkinson, wanita menyusui, alergi.

Dosis efektif per hari: 5-20mg, dapat ditingkatkan sampai 40mg/hari

Haloperidol decanoate (injeksi long-acting): injeksi tiap 3-4 minggu.


CARA KERJA

• ANTIPSIKOTIK GENERASI II
Efektif untuk mengatasi gejala negatif

- Antagonis reseptor dopamin- serotonin: Memblok secara


bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).
Keuntungan Antipsikotik II

• ANTIPSIKOTIK GENERASI II
- Kemungkinan EPS < dibandingkan APS I
- Efektif dalam mengurangi gejala negatif dan
afektif skizofrenia
- Menurunkan gejala kognitif
First line: Risperidone, Olanzapine, Quetiapine, Ziprasidone, Aripiprazole
Second line: Clozapine.
Antipsikotik Generasi II

• CLOZAPINE
Gold-standard untuk pasien resisten antipsikotik lain
Menghambat lebih pada mesolimbik dan mesokortikal daripada
nigrostriatal dan tuberoinfundibular
- Half-life: 11,8 jam, kadar puncak tercapai setelah 1,6 jam
- Ekskresi: urin, tinja
- ES: agranulositosis (perlu dipantau setiap minggu)
- KI: gangguan fungsi sum-sum tulang, epilepsi tidak terkontrol, koma,
depresi SSP, gangguan ginjal/jantung/liver yang berat alergi, intoksikasi.

Dosis: 1-2 x12,5mg/ hari, maksimal 600mg / hari


Antipsikotik Generasi II

• RISPERIDONE
Efektifitas untuk pasien resisten antipsikotik < clozapine
Baik untuk maintenance: mengurangi kekambuhan (dosis pemeliharaan)
Memperbaiki kognitif: skizofrenia, alzheimer
- Half-life: 11,8 jam, kadar puncak tercapai setelah 1-2 jam
- Ekskresi: urin
- ES: agranulositosis (perlu dipantau setiap minggu)
- KI: gangguan fungsi sum-sum tulang, epilepsi tidak terkontrol, koma,
depresi SSP, gangguan ginjal/jantung/liver yang berat alergi, intoksikasi.

Dosis: 2x4mg
INTERAKSI OBAT
• Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensi efek samping
obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada sinergis
antara 2 obat anti-psikosis). Misalnya, Chlorpromazine
+ Reserpine = potensiasi efek hipotensif.

• Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping


antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien dengna
hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung).

• Antipsikosis + anti-anxietas = efek sedasi meningkat,


bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh
gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).
INTERAKSI OBAT
• Antispikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat
anti-psikosis pada pagi hari sebelum ECT (Electro
Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang
tinggi.

• Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi


menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat,
oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih besar
(dose-related). Yang paling minimal menurunkan
ambang kejang adalah obat anti-psikosis Haloperidol.

• Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antI-psikosis


menurun disebabkan gangguan absorpsi.
PEMILIHAN OBAT
PEMILIHAN OBAT
• Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan
gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.

• Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

• Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons


klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka
waktu yang memadai: diganti dengan obat anti-psikosis
lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan
dosis ekivalen-nya, dimana profil efek samping belum
tentu sama.
PEMILIHAN OBAT
• Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis
sebelumnya, jenis obat anti-psikosis tertentu yang
sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
samping-nya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian
sekarang.

• Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri,


hipobulia, isi pikiran miskin) lebih menonjol dari gejala
positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak
terkendali) pada pasien Skizofrenia, pilihan obat
antipsikosis – atipikal perlu dipertimbangkan.
PENGATURAN DOSIS
• Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4
minggu
• Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6
jam.

• Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x


perhari).

• Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk


mengurangi dampak dari efek samping (dosis pagi
kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak
begitu mengganggu kualitas hidup pasien.
PENGATURAN DOSIS
Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis
anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai
mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran
Sindrom Psikosis)  dievaluasi setiap 2 minggu dan
bila perlu dinaikkan  “dosis optimal” 
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) 
diturunkan setiap 2 minggu  “dosis maintenance”
 dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi
“drug holiday” 1-2 hari/minggu)  tapering off
(dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.
LAMA PEMBERIAN
• Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis
yang “multi episode”, terapi pemeliharaan
(maintenance) diberikan paling sedikit selama 5
tahun.

• Pemberian yang cukup lama ini dapat


menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali.

• Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis


sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai
1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda
sama sekali.
LAMA PEMBERIAN
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul
gejala “Cholinergic Rebound” : gangguan
lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar
dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan
pemberian “anticholinergic agent”
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
(GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL)
• Reaksi distonia akut
– Merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot
skelet yang timbul beberapa menit.
– Otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi
sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik, sikap badan
yang tidak biasa hingga opistotonus (melibatkan keseluruhan
otot tubuh).

• Akatisia
– Manifestasi berupa keadaan gelisah, gugup atau suatu keinginan
untuk tetap bergerak, atau rasa gatal pada otot.
– Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur
yang dapat disalah tafsirkan sebagai gejala psikotik yang
memburuk
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
(GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL)
• Sindrom Parkinson
– Terdiri dari akinesia, tremor, dan bradikinesia.

• Tardive diskinesia
– Disebabkan oleh defisiensi kolinergik yang relatif
akibat supersensitif reseptor dopamine di
puntamen kaudatus.
– Gerakan otot abnormal, involunter, menghentak,
balistik, atau seperti tik yang mempengaruhi gaya
berjalan, berbicara, bernapas
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
(GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF)
• Gangguan untuk memusatkan perhatian,
menyimpan memori

• Selain itu kemampuan memecahkan masalah


sosial, keterampilan sosial juga
memperlihatkan penurunan
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK (EFEK
HORMONAL)
• Peningkatan produksi hormon prolaktin terutama pada
wanita.

• Blokade pada traktur tuberoinfundibular yang terproyeksikan


ke hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengakibatkan
berbagai efek samping neuroendokrine, yakni peningkatan
pelepasan hormone prolaktin .

• Prolaktin serum yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi


seksual pada wanita maupun pria yang dapat bermanifestasi
sebagai galaktorrhea, amenorrhea dan poembesaran
payudara pada wanita, gangguan fungi ereksi dan pencapaian
orgasme, gangguan libido, impotensi, dan ginekomasti pada
pria.
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
(SINDROM METABOLIK)
• Komponen utama dari sindrom metabolik ini
meliputi resistensi insulin, obesitas
abdominal/sentral, hipertensi, dan dislipidemia
(peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar
HDL kolesterol).

• Adanya peningkatan berat badan, gangguan


metabolisme glukosa, dan hiperglikemi telah
diketahui menjadi salah satu dampak dari
penggunaan antipsikotik.
EFEK SAMPING LAINNYA
• Fotosensitivitas
• Sedasi akibat mekanisme hambatan reseptor
histamine H1
• Gangguan irama jantung merupakan efek
antipsikotik yang mengganggu kontraktilitas
jantung, menghancurkan enzim kontraktilitas
sel-sel miokardium.
EFEK SAMPING DAN TINDAKAN
MENGATASINYA
• Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) :
sering menimbulkan Hipotensi Ortostatik
pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alfa
adrenergic blockade).
• Tindakan mengatasinya dengan injeksi Nor-
adrenaline (Nor-epinephrine) sebagai “alfa
adrenergic stimulator”.
EFEK SAMPING DAN TINDAKAN
MENGATASINYA
• Obat anti-psikosis yang kuat (Haloperidol)
sering menimbulkan gejalan
Ekstrapiramidal/Sindrom Parkinson.

• Tindakan mengatasinya dengan tablet


Trihexyphenidyl (Artane) 3-4x 2 mg/hari,
Sulfas Atropin 0,50-0,75 mg (im).

Anda mungkin juga menyukai