Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kunjungan Rumah pada Penderita Diare

Elisabeth Janice Rusli


102013307
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Telp. (021) 56942061
elisabethjanice@yahoo.co.id

Pendahuluan
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka
kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat
berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1,2
Kondisi sanitasi Indonesia belum menggembirakan. Faktanya, layanan air limbah domestik
baru mencakup 51.9% penduduk pada tahun 2009. Masih 70 juta penduduk membuang air besar
sembarangan. Artinya setiap hari ada 14000 non-tinja dan 176000 kubik air seni yang
mencemari lingkungan. Selain itu, berdasarkan hasil survei PHBS yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan pada tahun 2006 secara nasional persentase rumah tangga yang memenuhi
indikator rumah tangga sehat mencapai 30,13%. Selain itu, Kejadian Luar biasa (KLB) diare
masih sering terjadi terutama di wilayah dengan faktor risiko, kesehatan lingkungan yang jelek
serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih rendah.1
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses interaksi
antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Hendrik L. Blum,
menggambarkannya sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku
dan pelayanan kesehatan.2

1
Laporan Kunjungan Rumah
Puskesmas : PKL Sukabumi Selatan
Tanggal Kunjungan : 25 Juli 2016

Data Pasien
I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. Septian Bayu Darmanto.
b. Umur : 28 tahun.
c. Jenis Kelamin : Laki-laki.
d. Pekerjaan : Karyawan swasta.
e. Pendidikan : S1.
f. Alamat : Jl. Komplek Pertambangan RT 001/RW 05 No: 38.
g. Telepon : 085710010987.
h. Agama : Islam.

II. Anamnesis
i. Keluhan Utama: BAB cair sejak kemarin.
ii. Keluhan Tambahan: Perut terasa mules.
iii. Riwayat Penyakit Sekarang: Os datang ke Puskesmas Sukabumi Selatan dengan
keluhan BAB lebih dari 5 kali (kurang lebih 10 kali) sejak 1 hari yang lalu. Os
mengatakan BAB awalnya lebih cair dari biasa, namun kelamaan hanya air saja,
tidak ada lendir, tidak ada darah, serta tidak berbau amis. Os mengatakan setiap
kali BAB jumlahnya tidak banyak dan perutnya terasa mules. Hal ini sangat
mengganggu kegiatannya sehari-hari. Os juga mengatakan keluhannya tidak
disertai demam dan sudah mengkonsumsi entrostop pada malam hari, namun tidak
ada perbaikan. Os mengaku sering makan di pinggir jalan dan sering tidak mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan. Os mengatakan sehari sebelumnya, os
makan kari dipinggir jalan bersama teman-temannya.
iv. Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada.
v. Riwayat Penyakit dalam Keluarga: Tidak ada.
vi. Riwayat Kebiasaan Sosial:
a. Merokok : Kurang lebih setengah bungkus perhari.
b. Konsumsi Alkohol : Tidak.

2
c. Olahraga : Tidak teratur, tergantung waktu senggang.
d. Pola Jajan : Sering makan gorengan.
e. Pola Makan : 2-3 kali sehari, beli makanan diluar.
f. Pola Rekreasi : Sering kumpul bersama teman-teman saat akhir pekan.
vii. Hubungan Psikologis dengan Keluarga: Baik, sering bertukar pikiran.
viii. Aktifitas Sosial: Aktif ikut kegiatan yang diadakan di kantor.
ix. Kegiatan Kerohanian: Sholat hanya saat ada waktu atau hanya Magrib.

Data Keluarga
I. Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan Kesehatan Sekarang : Baik, tidak ada yang sakit.
b. Kebersihan Perorangan : Sedang, sering tidak mencuci
tangan sebelum makan.
c. Penyakit yang sedang Diderita Keluarga : Tidak ada.
d. Penyakit Keturunan : Tidak ada.
e. Penyakit Kronis/Menular : Tidak ada.
f. Kecacatan Anggota Keluarga : Tidak ada.
g. Pola Makan : Baik, 2-3 kali sehari.
Orang tua: Makan masakan ibu.
Kakak: Kadang makan masakan ibu,
kadang beli diluar.
h. Pola Istirahat : Baik, 7-8 jam sehari.
i. Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang.

II. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan Buruk : Tidak mencuci tangan sebelum makan.
b. Pengambilan Keputusan : Bergantung dari jenis masalah.
Masalah Pribadi: Pribadi.
Masalah Keluarga/Berat: Keluarga.
c. Ketergantungan Obat : Tidak ada.
d. Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan : Dokter dan Puskesmas.
e. Pola Rekreasi : Sedang, karena menyesuaikan waktu.

3
III. Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis Bangunan : Permanen.
b. Lantai Rumah : Keramik.
c. Luas Rumah : Kurang lebih 100 m2, 2 lantai.
d. Jumlah Kamar Tidur : 3 kamar tidur.
e. Penerangan : Baik, sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah dan setiap ruangan terdapat 1-2 lampu.
f. Kebersihan : Baik, rumah tampak bersih dan rapi.
g. Ventilasi : Baik, terdapat sirkulasi udara yang cukup
sehingga ruangan tidak lembab.
h. Dapur : Ada.
i. Jamban Keluarga : Ada, 2 kamar mandi dan setiap kamar mandi
punya sumber air bersih. Jarak ke sumber air
minum jauh.
j. Sumber Air Minum : Air galon Aqua.
k. Sumber Pencemaran Air : Tidak ada, karena rajin dibersihkan.
l. Pemanfaatan Pekarangan : Ada, untuk parkir kendaraan dan tanaman.
m. Sistem Pembuangan Air Limbah : Ada.
n. Tempat Pembuangan Sampah : Ada.
o. Sanitasi Lingkungan : Baik, di sekitar rumah tidak terdapat sampah.

IV. Spiritual Keluarga


a. Ketaatan Beribadah : Kurang, Sholat saat ada waktu atau Magrib.
b. Keyakinan Tentang Kesehatan : Baik.

V. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat Pendidikan : Tinggi, seluruh keluarga tamat S1.
b. Hubungan Antar Anggota Keluarga : Baik.
c. Hubungan dengan Orang lain : Baik.
d. Kegiatan Organisasi Sosial : Baik, karena ayah sebagai ketua RT.
e. Keadaan Ekonomi : Tinggi. Kedua anaknya sudah bekerja
dan ayah sebagai ketua RT.

4
VI. Kultural Keluarga
a. Adat yang Berpengaruh : Tidak ada.
b. Lain-lain : Tidak ada.

VII. Daftar Anggota Keluarga


No Nama JK Usia Hub KK Pend. Pek. Status Agama
1 Sukirman L 60 Suami S1 Ketua RT M Islam
2 Sudarmi P 59 Istri S1 IRT M Islam
3 Andriani P 33 Anak ke 1 S1 Kary.Swasta BM Islam
Rahayu
4 Septian L 28 Anak ke 2 S1 Kary.Swasta BM Islam
Bayu
Darmanto
Keterangan Tabel:
JK (Jenis Kelamin): Laki-laki (L) / Perempuan (P).
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga (IRT), Karyawan Swasta.
Status: Menikah (M) / Belum Menikah (BM).

Pemeriksaan Fisik
I. Kesadaran: Compos mentis.
II. Keadaan Umum: Sakit ringan.
III. Tekanan Darah: 120/80 mmHg.
IV. Frekuensi Nadi: 80 kali/menit, reguler.
V. Frekuensi Napas: 20 kali/menit.
VI. Suhu: Afebris.
VII. Pemeriksaan yang Bersangkutan:
a. Kepala : Normosefali.
b. Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-.
c. Bibir : Masih basah.
d. Abdomen : Bising usus meningkat.
e. Ekstremitas : Akral hangat.
f. Kulit : Turgor kulit baik.

5
Pemeriksaan Penunjang yang Dianjurkan
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Kultur feses
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui
atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan feses baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan volume, bentuk, warna feses, ada
tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada
tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain. Bila terjadi dehidrasi,
periksa kadar elektrolit.3

Diagnosis secara Biopsikososial


I. Biologi : Diare akut.
II. Psikologi : Tidak ada.
III. Sosial : Tidak ada.

Diare adalah peningkatan pengeluaran feses dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Pada bayi, volume feses lebih dari
15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume fesesnya sudah sama dengan
orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Diare akut adalah diare yang pada
awalnya terjadi secara mendadak dan berlangsung dalam beberapa jam sampai 14 hari.3
Cara penularan diare melalui faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau melalui lalat.3,4
Lingkungan yang tidak bersih bisa menjadi pemicu munculnya bakteri-bakteri penyebab
diare dalam tubuh manusia, salah satunya E.coli. Sistem penyebaran diare pada manusia
diantaranya melalui air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang memiliki kebersihan
minim, sehingga membawa bakteri masuk dalam perut dan berdiam di usus besar. Akibatnya,
bakteri menyebar ke seluruh bagian usus manusia dan menginfeksinya. Selanjutnya tanah yang
kotor dapat menghantarkan bakteri E.coli menuju perut, sehingga selalu membiasakan mencuci
bahan makanan yang akan dimasak dengan bersih sebelum dikonsumsi. Kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar serta sebelum dan setelah makan, juga mengurangi
penyebab diare karena tangan yang kotor berisiko mengandung banyak bakteri. Kemudian
serangga yang menyebabkan penyakit diare, yaitu lalat sangat menyukai tempat-tempat yang
memang kotor. Mereka akan tumbuh dan berkembang biak disana.4

6
Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi
I. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan,
dan faktor pejamu. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan health promotion dan spesific
protection.
a. Health Promotion
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan serta pengembangan lingkungan sehat.5
Promosi kesehatan pada penyakit diare dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga mengenai pola penularan penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Perilaku hygiene merupakan salah satu sasaran terhadap PHBS, dimana
pengertian dari perilaku hygiene itu sendiri adalah suatu aktivitas atau tindakan yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan
pribadi dan lingkungan, yaitu mencakup beberapa kebiasaan bersih yang merupakan
salah satu upaya dalam pencegahan penyakit diare. Kebiasaan tersebut meliputi mencuci
tangan dengan memakai sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih,
membuang sampah pada tempatnya serta buang air besar pada toilet.5

b. Spesific Protection
Spesific protection merupakan upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari
penjamu agar tidak sakit. Untuk faktor penyebab dilakukan upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan, yaitu dengan:5
Memelihara personal hygiene yang baik (PHBS). Kebiasaan yang berhubungan
dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi
makanan anak dan sebelum makan, memiliki dampak dalam kejadian diare.
Tersedianya air bersih. Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral, yang dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dengan dicuci air tercemar. Oleh karena itu masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko

7
menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih.
Tempat pembuangan tinja. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare.
Menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat.
Menjaga kebersihan alat-alat makan dan minum.

II. Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder ditujukan kepada penderita atau yang terancam akan menderita,
yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis and
Prompt Treatment), serta untuk mencegah terjadinya komplikasi (Disability Limitation).
a. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Pada penyakit diare, diagnosis dini dilakukan dengan cara kegiatan penemuan
penderita (Case Finding), dimana penderita diare pertama kali ditemukan saat penderita
datang ke klinik atau puskesmas untuk berobat (Passive Case Finding). Selanjutnya,
petugas puskesmas melakukan kunjungan rumah ke rumah penderita untuk memeriksa
keluarga pasien dan masyarakat sekitar apakah memiliki gejala diare dan juga untuk
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada penderita (Active Case Finding).
Hal ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB diare.5
Penatalaksanaan awal penyakit diare yang utama adalah dengan PHBS. Selain itu,
pihak puskesmas memberikan terapi neo diaform tablet sebanyak 10 tablet untuk
diminum 3 kali sehari sebanyak 2 tablet setiap kali minum. Komposisi obat ini
merupakan campuran dari kaolin 550 mg dan pectin 20 mg, sehingga obat ini
merupakan terapi simptomatik untuk diare yang non-spesifik dan dapat dikonsumsi baik
sebelum atau sesudah makan. Kontraindikasi dari obat ini adalah hipersensitivitas dan
obstruksi intestinal.6

b. Disability Limitation
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah penderita agar jangan sampai mengalami
kecacatan atau kematian akibat dehidrasi. Oleh karena itu pihak puskesmas juga
memberikan oralit sachet sebanyak 10 sachet. Oralit harus dicampur dengan 200 mL air
matang (1 gelas). Oralit diminum sebanyak 2 sachet (2 gelas) setiap kali buang air besar.

8
III. Pencegahan Tersier
Rehabilitation
Pada tahap ini penderita diare diusahakan untuk dapat mengembalikan fungsi fisik
dan psikologis semaksimal mungkin agar dapat melakukan aktivitasnya seperti semula.
Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan
menjaga keseimbangan cairan.5

Prognosis
I. Penyakit : Ad Bonam, bila pasien meminum obat dengan teratur dan membiasakan
PHBS.
II. Keluarga : Ad Bonam, bila keluarga juga membiasakan PHBS.
III. Masyarakat : Ad Bonam, bila lingkungan sekitar memiliki sanitasi yang baik.

Resume
Pada 25 Juli 2016, saya melakukan kunjungan ke Puskesmas Sukabumi Selatan dan
bertemu dengan seorang pasien pria bernama Tn. Septian Bayu Darmanto yang berusia 28
tahun. Beliau datang dengan keluhan BAB cair sejak kemarin sebanyak lebih dari 5 kali dan
disertai perut terasa mules. BAB hanya mengandung air dan dicurigai karena pasien makan
dipinggir jalan sehari sebelumnya dan sering tidak mencuci tangan sebelum makan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil TTV dalam keadaan normal, turgor kulit dalam keadaan
baik, dan bising usus meningkat. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien tersebut
didiagnosis menderita diare akut.
Oleh karena itu, saya melakukan kunjungan ke rumah pasien untuk memeriksa faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya diare pada pasien tersebut. Namun didapatkan hasil bahwa
pasien tinggal di rumah permanen seluas 100 m2 dengan lantai keramik. Penerangan,
kebersihan, ventilasi, jamban keluarga, dan sanitasi lingkungan juga dalam keadaan baik.
Sehingga tidak ditemukan sumber penyebab diare pada pasien dirumahnya. Faktor yang patut
dicurigai juga adalah PHBS pasien, karena pasien dan keluarga mengaku sering tidak mencuci
tangan sebelum makan dan pasien sering makan di pinggir jalan.
Pengobatan yang diberikan oleh pihak puskemas adalah oralit dan neo diaform. Namun,
pencegahan yang utama untuk Tn. Bayu dan keluarga adalah dengan membiasakan diri untuk
melakukan PHBS.

9
Lampiran
Daftar Pustaka
1. Maharani E. Tugas mata kuliah pengendalian penyakit menular dan non menular.
Semarang; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro; 2014. Diunduh dari
https://www.academia.edu/9034701/TUGAS_MATA_KULIAH_PENGENDALIAN_PE
NYAKIT_MENULAR_DAN_NON_MENULAR, 25 Juli 2016.
2. Arias KM. Investigasi dan pengendalian wabah di fasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta:
EGC; 2010. h.3-4.
3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2009. h. 392-3.
4. Budi Setiawan. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-3. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
h. 2836.
5. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.
h.91-8.
6. Diunduh dari http://www.mims.com/indonesia/drug/info/neo%20diaform, 25 Juli 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai