Anda di halaman 1dari 21

Tumor Ganas Ginjal

Disusun Oleh
Icha Cloudia Crishtin (11.2017.247)

Dokter Pembimbing :
dr.N. Abraham, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKUT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
PERIODE 9 JULI 2018 - 15 SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 6
2.2 Etiologi 6
2.3 Epidemiologi 7
2.4 Patologi 8
2.5 Patogenesis 9
2.6 Diagnostik 10
2.7 Penatalaksanaan 15
2.8 Prognosis 20
BAB 3 KESIMPULAN 21

2
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Makroskopik dan mikroskopik clear cell RCC 9
Gambar 2. CT scan RCC 12
Gambar 3. Staging RCC berdasarkan Robson 14
Gambar 4. Pembagian TMN 15
Gambar 5. Partial nephroctomy 16
Gambar 6. Radical nephroctomy 17

3
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Daftar obat chemotherapy 18
Tabel 2. Daftar terapi target cell 19

4
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang vital fungsinya bagi keseluruhan
sistem tubuh manusia. Ginjal adalah organ utama sistem ekskresi manusia, yang mengatur
pembuangan zat-zat sisa yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berperan
dalam menjaga homeostasis cairan dalam tubuh.
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal juga bisa mengalami kanker. Jenis kanker ginjal yang
paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma,
renal cell carcinoma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis ginjal. Bahayanya,
kanker ginjal ini biasanya ditemukan pada saat kanker ini telah mengalami metastasis dan sudah
menyebar ke organ tubuh lainnya, karena pada stadium dini kanker ini jarang sekali menunjukkan
gejalanya. Gejalanya baru mulai terasa pada stadium lanjut, yaitu terjadi hematuria (terdapat darah
pada air seni). Penyakit kanker ginjal merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh beberapa
orang karena tidak menunjukkan gejalanya. Sehingga ketika terdeteksi ternyata sudah menyebar
ke organ yang lain dan sulit untuk disembuhkan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. Renal Cell Carcinoma

2.1 Definisi

Renal Cell Carcinoma (RCC) adalah tumor ganas pada sel epitel yang berasal dari
proliferasi sel-sel tubulus. Sel tumor ini berbentuk seperti tali, papilla, tubulus, atau sarang. Sel ini
atipikal, polygonal, dan besar karena sel ini terakumulasi glikogen dan lipid sehingga sitoplasma
sel terlihat jelas dengan inti tetap berada di tengah sel dan membran sel yang jelas. Beberapa sel
tumor mungkin terlihat lebih kecil dengan eosinophilic sitoplasma, sel menyerupai tubular normal.
Stroma berkurang tetapi terdapat vaskularisasi. Tumor tumbuh besar sehingga menekan parenkim
di sekitarnya menghasilkan sebuah pseudocapsule. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai
tumor Grawitz, Hipernefroma, Internist tumor.

2.2 Etiologi

- Karsinoma sel ginjal dapat terjadi seiring pertambahan usia dan lebih sering terjadi pada
laki-laki. Secara keseluruhan, insiden RCC laki-laki dan wanita adalah 3: 2. Penyakit ini
mengenai terutama orang dewasa yang lebih tua yaaitu usia antara 50 dan 70 tahun.
Namun, diagnosis kanker ginjal telah meningkat lebih cepat pada mereka yang berusia
kurang dari 40 tahun daripada kelompok usia lainnya.
- Merokok dua kali resikonya untuk mengidap RCC dan memberikan konstribusi sepertiga
dari total kasus yang ada. Perokok yang terpajan kadmium mengalami insiden karsinoma
ginjal yang cukup tinggi.
- Obesitas sebagai faktor resiko terutama pada wanita, dimana berat badan yang meningkat
memiliki hubungan yang linear dengan peningkatan resiko. Obesitas sekarang diterima
sebagai faktor risiko utama lain untuk RCC, dengan peningkatan risiko relatif 1,07 untuk
setiap unit tambahan indeks massa tubuh. Peningkatan prevalensi obesitas kemungkinan
berkontribusi terhadap peningkatan insiden RCC di negara-negara Barat, dan telah
diperkirakan bahwa lebih dari 40% kasus RCC di Amerika Serikat mungkin terkait secara
kausatif dengan obesitas. Mekanisme potensial yang menghubungkan obesitas dengan

6
RCC termasuk peningkatan ekspresi faktor-1 pertumbuhan insulin, peningkatan kadar
estrogen yang bersirkulasi, dan peningkatan nefrosklerosis arteriolar dan peradangan lokal.
- Hipertensi. Diuretik dan obat antihipertensi lainnya juga telah terlibat dalam meningkatkan
risiko RCC. Hipertensi yang menyebabkan cedera ginjal dan peradangan atau perubahan
metabolisme atau fungsional pada tubulus ginjal dapat meningkatkan kerentanan terhadap
bahan karsinogen.
- Peningkatan insiden RCC juga diamati pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir
dan sindrom keluarga tertentu seperti tuberous sclerosis.
- Kelainan genetic seperti VHL disease, Papillary renal carcinoma (HPRC) syndrome, Birt
Hogg Dube(BHD) syndrome.

2.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, kanker ginjal menjadi urutan ke tujuh penyakit terganas pada pria dan
urutan ke 12 penyakit terganas pada wanita, mengingat jumlahnya 2,6 % dari total kasus kanker.
Dengan perbandingan 3: 2 antara pria dan wanita dan sering terjadi pada pasien yang berumur 55-
84 tahun. Insidennya meningkat pada usia 40 tahun dan tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun.
Sekitar 2% dari kasus kanker ginjal yang berhubungan dengan sindrom keturunan. Di Amerika
Serikat, 36.160 kasus baru kanker ginjal diperkirakan terjadi pada tahun 2005, banyak yang sedang
ditemukan sebelumnya karena ketersediaan luas radiographictesting. Namun demikian, 12.660
kematian dari penyakit ini terjadi pada tahun 2005. Karsinoma sel ginjal ini muncul dari epitel
ginjal dan jumlahnya 85% dari kanker ginjal. Seperempat pasien datang dengan penyakit lanjutan,
termasuk karsinoma sel ginjal invasif lokal atau metastasis. Selain itu, sepertiga dari pasien yang
menjalani reseksi penyakit lokal akan memiliki kekambuhan. Karsinoma sel ginjal lebih sering
terjadi pada orang-orang keturunan Eropa Utara (Skandinavia) dan Amerika Utara dibandingkan
dengan orang-orang keturunan Asia atau Afrika.Di Amerika Serikat, kejadian tersebut telah setara
antara kulit putih dan Afrika-Amerika, tapi insiden antara Afrika Amerika meningkat dengan
cepat.

7
2.4 Patologi

Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks,
dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal dari tubulus distal
maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang terdiri atas
parenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan
kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia Gerota
merupakan barier yang menahan penyebaran tumor ke organ sekitarnya.
Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye disertai daerah nekrosis dan
perdarahan, sedangkan pada gambaran histopatologik terdapat berbagai jenis sel, yakni: clear cell
(30 – 40%), granular (9 – 12%), sarkomatoid, papiler, dan bentuk campuran. Yang paling sering
adalah campuran sel jernih, sel bergranula dan sel sarkomatoid. Inti yang kecil menunjukkan sifat
ganas tumor. Sitoplasma yang jernih diakibatkan adanya glikogen dan lemak. Disamping itu di
beberapa kasus menunjukkan adanya eosinofilia atau reaksi leukemoid dalam darah dan pada
sebagian kecil penderita timbul amiloidosis. Secara makroskopis ginjal terlihat distorsi akibat
adanya massa tumor besar yang berbenjol-benjol yang biasanya terdapat pada kutub atas.
Hipernefroma kadang-kadang berbentuk kistik. Hal ini dapat memberikan masalah
diagnostik. Tumor biasanya berbatas tegas, tetapi beberapa menembus kapsula ginjal dan
menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik. Perluasan ke dalam vena renalis kadang-kadang dapat
dilihat secara makroskopis sekali-sekali terlihat suatu massa tumor padat meluas ke dalam vena
kava inferior dan jarang ke dalam atrium kanan.

8
Gambar 1. Makroskopik dan mikroskopik clear cell RCC

2.5 Patogenesis

Grawitz tumor atau sel karsinoma terjadi pada sel epitel ginjal. Tumor ginjal disebabkan
oleh faktor sporadic dan faktor herediter, dari kedua faktor tersebut berhubungan dengan
perubahan struktur pada lengan pendek kromosum 3 (3p). Penelitian pada keluarga dengan resiko
tinggi terjadinya tumor ginjal menunjukan bahwa terjadinya perubahan genetik pada formasi
tumor. Terdapat 4 jenis sindrom yaitu : sindrom von Hippel-Lindau (VHL), (2) Papillary renal
carcinoma (HPRC), (3) Oncocytoma dan sel karsinoma chromophobe, dan (4) karsinoma pada sel
tubulus kolektivus.
Sindrom von Hippel-Lindau (VHL) jarang terjadi dan merupakan autosomal dominan. Gen
suppressor tumor VHL mengalami mutasi pada salah satu allelnya, yang menyebabkan terjadinya
lesi focal seperti karsinoma pada sel ginjal karena fungsi normal gen VHL tidak teraktivasi. Dalam
keadaan normal gen VHL memproduksi protein VHL yang berfungsi sebagai penekan tumor dan
menghambat pertumbuhan sel karsinoma gen VHL juga dapat menghambat gen yang menginduksi
hypoxia dengan menginduksi terbentuknya protein pada angiogenesis (vascular endothelial
growth factor [VEGF]), pertumbuhan sel (transforming growth factor α[TGFα]), pemasukan
glukosa (GLUT-1 glucose transporter) dan menjaga keseimbangan asam-basa (carbonic anhydrase
IX [CA9]). Pada sindrom VHL, terjadi mutasi gen atau translokasi kromosum 3p pada fragile
3p14. Kehilangan translokasi kromosum 3p menyebabkan produsi protein VHL terhambat. Ketika

9
Protein VHL ini berkurang atau tidak di produksi maka proliferasi sel epitel menjadi tidak
terkontrol. Proliferasi sel yang tidak terkontrol memungkinkan perkembangan tumor yang cepat.
Papillary renal carcinoma (HPRC) merupakan sindrom yang dominan terjadi pada laki-laki
dengan perbandingan 5:1. Pada sporadis HPRC terjadi kelainan kromosum 7 yang menyebabkan
dupikasi proto onkogen pada 75% kasus. Terdapat dua tipe tumor pada sporadis HPRC yaitu : tipe
1 yang merupakan lesi papil yang dikelilingi oleh sel kecil dengan sitoplasma yang pucat dan tipe
2 merupakan lesi papil yang dikelilingi sel besar dengan sitoplasmanya banyak sel eosinofil. Pada
herediter HPRC terjadi pada autosomal dominan yang berhubungan dengan multifocal HPRC.
Mutasi terjadi pada kromosum 7 dan encode MET, yang merupakan reseptor tirosin kinase yang
normalnya diaktivasi oleh faktor pertumbuhan hepatosit. MET reseptor tirosin kinase
mengaktivasi asam aminno yang merupakan cabang mutasi, yang menyebabkan terjadinya
transformasi seluler.
Oncocytoma dan sel karsinoma chromophobe merupakan tumor benigna dimana oncytoma
berasal dari tipe A intercalated sel dari tubulus kolektivus dan chromophobe berasal dari tipe B
intercalated sel. Oncytoma dan chromophobe sering terjadi pada pasien yang menderita sindrom
The Birt Hogg Dube(BHD). Pada sindrom BHD terjadi pengkodean protein follicilin, yang
merupakan suspek tumor suppressor.
Karsinoma pada sel tubulus kolektivus merupakan jenis tumor yang agresif, karsinoma
yang berkembang pada medulla ginjal yang berhubungan dengan sickle sel. Tubulus kolektivus
hamper sama dengan sel karsinoma transisional dari urothelium.

2.6 Diagnostik

a. Manifestasi Klinik (symptoms)


Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Sedangkan pada stadium
lanjut, akan didapatkan tiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada
pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam
organ lain, sumbatan aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa
ginjal. Adapun gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria melalui analisa air kemih.
Selain itu, juga terjadi tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa
bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk
meningkatkan tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon

10
eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah paraneoplastic syndrome yang ditemukan pada
hampir 30 % dari pasien dengan gejala RCC yang terdiri atas sindroma Staufer (penurunan fungsi
liver yang tidak ada hubungannya dengan metastasis pada hepar dengan disertai nekrosis pada
berbagai area pada liver), hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal), polisitemia
akibat peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan hipertensi akibat meningkatnya kadar
renin.

Tabel 1. Gejala tersering pada sindrom paraneoplastic


b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki nilai diagnostic yang sangat terbatas dalam diagnosis RCC.
Meskipun begitu dapat kita temukan pada pemeriksaan yaitu teraba massa pada abdomen, teraba
limfadenopati, edema bilateral di ektremitas bawah yang diperkirakan adanya pengaruh hambatan
pada vena, dan varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur akibat obstruksi vena
spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat oleh trombus sel-sel tumor.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Yang paling sering dinilai pada parameter laboratorium adalah serum kreatinin, GFR,
darah lengkap (Complete blood count), eritrosit sedimentasi rate, fungsi liver, alkaline fosfatase,
lactate dehidrogenasi (LDH), serum koreksi kalsium, koagulasi dan urinalisis.
d. Pemeriksaan Imaging
Hampir seluruh tumor pada ginjal didiagnosis ketika dilakukan USG atau CT yang
biasanya digunakan untuk mencari penyakit lain. Massa pada ginjal dapat diklasifikasikan sebagai
solid atau kistik sebagai dasar penemuan saat dilakukan imaging.

11
Dengan adanya solid massa di renal penting untuk membedakan ini merupakan lesi malignant
atau bukan dengan ada atau tidaknya enhancement. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan USG, CT atau MRI. Hampir seluruh masa tumor di ginjal dapat didiagnosis
akurat dengan menggunakan satu pemeriksaan saja.

Gambar 2. CT scan RCC

e. Pemeriksaan histologi
Diagnosis histologis berdasarkan tipe karsinoma sel renal meliputi evaluasi nuclear grade
, gejala gejala sarcomatoid, invasi vascular, nekrosis tumor, dan invasi dari sistem duktus
koledokus dan perineal fat. Grade “Fuhrman nuclear” tellah diterima sebagai sistem
grading. Berdasarkan konfrensi ISUP grading yang lebih sederhana berdasarkan ukuran
dan bentuk nucleoli yang bertujuan untuk mengganti grading Fuhrman.
 Clear cell (ccRCC)
Secara keseluruhan ccRCC berbatas tegas dan biasanya tidak disertai kapsul. Permukaan
berwarna golden-yellow, sering disertai dengan perdarahan dan nekrosis. Kehilangan gen
kromosom 3p dan mutasi dari VHL (von Hippel Lindau) pada gen di kromosom 3p25 yang
sering ditemukan. Prognosis 5 year cancer specific survival (CSS) nilainya 91 % , 74 %,
67 %, 32% untuk stadium I-IV.

12
 Papillary (pRCC)
Secara makroskopis, pRCC berbatas tegas dengan pseudocapsule, berwarna kuning atau
coklat dan memiliki struktur yang lembut. Secara genetic pRCC menunjukan adanya
trisomy pada kromosom 7 dan 17 dan disertai hilangnya kromosom Y.
 Chromophobe (chRCC)
Secara keseluruhan chRCC warnanya pucat, relative homogeny, dan kuat serta massa
dengan batas tegas tanpa kapsul. Secara genetic karsinoma ini terjadi karena adanya
kehilangan kromosom 2,10,13,17 dan 21. Prognosis relative baik, dengan 5-year
recurrence-free survival yang tinggi.

Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut. Jika dicurigai
kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan seperti urografi intravena, USG, CT scan.
Dengan meluasnya pemakaian ultrasonografi dan CT scan, kanker ginjal dapat ditemukan dalam
keadaan stadium yang lebih awal. Selain itu MRI juga bisa memberikan keterangan tambahan
mengenai penyebaran tumor. Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan
untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis. Pemeriksaan lain
untuk penegakan diagnosis adalah pemeriksaan PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya
hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau
MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik

Apabila diagnosis telah ditegakkan, ada yang perlu diperhatikan adalah pembagian
stadium. Pembagian stadium dari tumor Grawitz ini dibagi menjadi:

 Stadium 1 : tumor masih terbatas di dalam parenkim ginjal dengan fasia gerota masih utuh
 Stadium II : tumor invasi ke jaringan lemak perirenal dengan fasia gerota masih utuh
 Stadium III : tumor invasi ke vena renalis/ vena kava atau limfonodi regional. Stadium tiga
ini dibagi lagi menjadi menjadi beberapa kelas :

a. IIIA : tumor menembus fasia gerota dan masuk ke v.renalis

13
b. IIIB : kelenjar limfe regional
c. IIIC : pembuluh darah local
 Stadium IV : tumor ekstensi ke organ sekitarnya/ metastasis jauh (usus). Stadium empat
ini juga dibagi lagi menjadi :

a. IVA : dalam organ sekitarnya, selain adrenal


b.IVB: metastasis jauh

Gambar 3. Staging dari RCC berdasarkan Robson

14
Sedangkan pembagian yang mengacu kepada TNM:

Gambar 4. Pembagian TMN

2.7 Penatalaksanaan

Terdapat dua pendekatan terapi farmakologis dari renal cell carcinoma berdasarkan
stadiumnya : (1) terapi dari localised RCC dan (2) metastasis RCC
 Localised renal cell carcinoma (LRCC)
Langkah pertama yang dilakukan seorang urologi adalah mengukur kemungkinan
eradikasi massa tumor dengan parsial atau total nephroctomy. Berdasarkan data onkologi
dan pengukuran kualitas hidup T1a-b memiliki hasil yang baik jika dilakukan nephron-
sparing surgery (partial nephrectomy) dibandingkan dengan partial nephroctomy.
a. Terapi pembedahan
- Nephron-sparing surgery (partial nephroctomy)
Prinsip dasar dari partial nephroctomy adalah mengeksisi tumor dengan
menyisakan parenkim yang normal, biasanya menggunakan oklusi temporer dari

15
pembuluh darah pedicle, penutupan dari beberapa sistem kolektivus dan pembuluh
darah dan rekonstruksi capsul ginjal.
Pemilihan massa tumor untuk partial nephroctomy berdasarkan pada lokasi
anatomis, staging, dan kemampuan alat pembedahan yang dapat membuat urolog
selektif terhadap pembedahan.

Gambar 5. Partial nephroctomy

- Radical Nephroctomy
Open radical nephroctomy merupakan pengangkatan lain dengan prinsip en bloc
resection dari ginjaal yang dikelilingi oleh perinephric fat, ipsilateral adrenal gland
dan regional nodulus limfatikus. Berdasarkan hasil ilmu onkologi sekarang yang
tersedia dan nilai QoL (quality of life) kanker renal yang letaknya masih
terlokalisasi (T1-2N0M0) dengan ukuran tumor ginjal ≤ 5 cm dengan ginjal
kontralateral yang fungsinya normal dibandingkan dengan hasil nephron-sparing
surgery maka radical nephroctomy didapatkan 173 pasien hidup dan rekurensi
yang muncul adalah satu dari 6 pasien pada Radical Nephroctomy maupun
nephron-sparing surgery.

16
Gambar 6. Radical nephroctomy

- Ablative Therapy
o Cryoablasi
Cryoablasi dilakukan dengan penggunaan secara perkutan atau
menggunakan pendekatan laparaskopi. Penelitian menyatakan apabila
menggunakan teknik ini maka lama tinggal di rumah sakit menjadi lebih
singkat, waktu pemulihan lebih cepat dan komplikasi hampir tidak ada
perbedaan yang berarti. Indikasi dilakukan thermal ablasi juka ukuran
massa tumor yang kecil di pasien tua dan pasien pernah menjalani intervensi
pembedahan sehingga tidak bisa menjalani pembedahan lagi dan pasien
dengan tumor bilateral atau “solitary kidney”.

Terapi tambahan (adjuvant therapy) tidak perlu diberikan pada pasien pasca nephroctomy
karena belum dibuktikan bahwa akan memperpanjang angka bertahan hidup (survival rate) dan
tidak memberikan keuntungan pada pasien.
 Metastatic renal cell carcinoma (MRCC)
Terapi dari penyakit metastasis sangat sulit dilakukan berdasarkan type histologisnya dari
massa tumor di renal, status klinis pasien bisa berubah dan sel-sel nanti bisa berubah dan
diperkirakan selama 10-15 tahun.
- Cytoreductive nephroctomy
Digunakan pada pasien yang memiliki gejala metastasis karsinoma sel renal. Untuk
menghasilkan terapi yang lebih baik dikombinasikan dengan immunotheraphy.
Operasi ini dilakukan hanya pada pasien yang memiliki keadaan umum

17
/performance yang baik dan pada yang metastasis ke otak tidak dapat dilakukan. Di
prioritaskan untuk pasien yang memang harus memulai therapy tambahan (adjuvat
therapy). Berdasarkan European Organisation for Research and Treatment of
Cancer, ada keuntungan yang baik ketika tindakan operatif ini dikombinasikan
dengan immunotherapy dengan INF α.

b. Non-Surgical Treatment
- Chemotherapy

Tabel 1. Daftar obat-obatan chemotherapy

- Immunotherapy
Untuk meningkatkan survival rate maka tindakan pembedahan yang berupa
cytoreductive nephrectomy dapat diikuti dengan adjuvant therapy berupa
immunotherapy dengan menggunakan INF α.

18
- Targeted cell therapy

Tabel 2. Daftar terapi untuk target cell therapy

f. Penilaian pasca terapi farmakologis


Pada pasien pasca terapi baik secara teknik pembedahan maupun kombinasi harus
dinilai :
1. Komplikasi postoperative
2. Fungsi Ginjal
3. Tingkat rekurensi lokal maupun kontralateral
4. Perkembangan ada atau tidaknya metastasis

g. Non Farmakologi
Intervensi non-farmakologi merupakan terapi pelengkap pada pasien-pasien dengan
kanker. Intervensi ini mencakup intervensi fisik dan perilaku kognitif. Pada pasien dapat
dilakukan intervensi berupa SEFT (Spiritual-emotional freedom technique). SEFT merupakan
teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dengan terapi spiritualitas yang menggunakan
teknik akupuntur yaitu drapping. Stimulasi berupa ketukan-ketukan secara neurofisiologi akan
merangsang serabut saraf A-beta, diteruskan ke nucleus kolumna dorsalis dan impuls saraf
diteruskan melalui lemnikus medialis dan melalui jalur kolateral yang terhubunga dengan
periaquaeductal gray area (PAG). Perangsangan PAG ini menghasilkan enkepalin (opioid

19
like) yang akan mengaktifkan nukleus raphe yang selain mengurangi nyeri juga menimbulkan
ketenangan.

2.8 Prognosis
Kanker ginjal cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke paru-paru. Sedangkan,
apabila kanker telah menyebar ke tempat yang jauh lebih dalam maka prognosisnya buruk
karena tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun hormon.
Pada penderita tanpa disertai metastasis kemungkinan hidup 5 tahun dapat mencapai 70%.
Keadaan ini bisa memburuk 15 – 20% apabila vena renalis ikut terkena atau ditemukan
perluasan ke dalam jaringan lemak perinefrik. Stadium perkembangan, derajat penyebaran dan
derajat keganasan menentukan prognosis.

20
BAB 3
KESIMPULAN

Renal Cell Carcinoma (RCC) adalah tumor ganas pada sel epitel yang berasal dari
proliferasi sel-sel tubulus. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai tumor Grawitz,
Hipernefroma, Internist tumor. Tumor ganas ini pada stadium lanjut, akan didapatkan tiga
tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang ataupun gejala
lainnya yang mungkin terjadi adalah paraneoplastic syndrome. Dapat di tatalaksana dengan
tindakan berupa pembedahan, ablasi, kemoterapi, maupun imunoterapi. Kanker ginjal
cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke paru-paru. Prognosis ditentukan oleh stadium
perkembangan, derajat penyebaran dan derajat keganasan.

21

Anda mungkin juga menyukai