Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kanker adaah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh
yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk
dan fungsi dari organ sel tersebut untuk tumbuh. Empat belas juta kasus baru
kanker ditemukan pada tahun 2012 didunia dan ditemukan 8,2 juta kematian akibat
kanker dan 32,6 juta pasien kanker di seluruh duniajenis kanker yang banyak
menyerang pria dan wanita adalah kanker prostat dan kanker payudara, kanker paru
dan kanker kolorektal (Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI 2015).

Kanker rectal adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 9,8% dari jumlah seluruh penderita kanker diseluruh dunia. Berdasarkan
jenis kelamin penderitanya diseluruh dunia kanker kolorektal menempati posisi
ketiga yang umum terjadi pada pria (746.000 kasus atau sebesar 10%) dan posisi
kedua pada wanita (614.000 kasus atau 9,2%). Prevalensi Kanker Rectal yang
makin meningkat diseluruh dunia menjadikanya masalah kesehatan global yang
serius.Pada tahun 2012, diperkirakan ditemukan 1,3 juta kasus baru dan sebanyak
694.000 kasus meninggal dunia (Brunner & Suddarth; Edisi 8).

Di Indonesia, kanker rectal adalah kanker yang sering terjadi baik pada pria
dan wanita dengan presentase sebesar 11,5% dari jumlh seluruh pasien kanker.
Data kesehatan pada tahun 1996-2000 menunjukan bahwa puncak insidensi kanker
kolorektal di Jakarta terjadi pada usia 40-49 tahun dan 50-69 tahun. Jumlah kasus
dengan umur sekitar 45 tahun sekitar 47,85%kasus ditemukan di Jakarata. Data lain
ditemukan di kota Semarang, insidensi kanker kolorektal meningkat pada usia 50-
60 tahun dengan besar kasus sebesar 35% (Riskesdas 2015).

Penyebab nyata dari kanker rectal tidk diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penykit usus inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan daging, serta
rendah serat (Brunner & Suddarth; Edisi 8).
Permasalahan terkait dengan kanker rectal perlu mendapat perhatian
khusus dan penanganan yang komprehensif dan efektif. Salah satu bentuk
penanganan yang dapat diberikan adalah memberi asuhan keperawatan. Perawat
perlu memberikan pelayanan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan yang di mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
penyusunan rencana keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan. Dengan adanya asuhan keperawatan, diharapkan pasien yang
dirawat dengan kanker rectal mencapai status kesehatan yang optimal.

B. Tujuan Khusus
1.Mampu melakukan pengkajian pada pasien Kanker Rectal.
2.Mampu merumuskan diagnosa dan memprioritaskan masalah pada pasien dengan
Kanker Rectal.
3.Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Rectal.
4.Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
dengan Kanker Rectal.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum dan
coccygeus panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum.
Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneal.
Kanker rektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan epitel dari rectum
(Smeltzer, 2002). Kanker merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak
mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal).
Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak
mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal).
Proliferasi ini di bagi atas non-neoplastik dan neoplastik, non-neoplastik dibagi atas :
1. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal karena bertujuan
untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis tertentu misalnya kehamilan.
2. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran organ tanpa ada
pertambahan jumlah sel.
3. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah menjadi tipe yang
lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang terspesialisasi.
4. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel abnormal yang
mengiringi hiperplasia dan metaplasia. Perubahan yang termasuk dalam hal ini terdiri dari
bertambahnya mitosis, produksi dari sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk
tidak teratur.

B. ANATOMI
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator
ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke
difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar 10-15 cm, dengan
keliling 15 cm pada rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada
orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler
dan longitudinal), dan lapisan serosa.

Gambar 1. Anatomi Rektum Gambar 2. Lapisan Dinding Rektum

Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media, dan
inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior,
arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna,
arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna. Vena hemoroidalis superior
berasal dari 2 plexus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v.
Mesenterika inferior dan seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta.Vena ini tidak
berkatup sehingga tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma
rektum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke v. pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Gambar 3. Pembuluh Darah Arteri dan Vena pada Rektum

Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan isinya
menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan
tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh
rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan v. Hemoroidalis seuperior dan
melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal
dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur
fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral 2, 3, dan 4,
serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur aliran darah ke dalam
jaringan.
Gambar 4.

C. Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui. Penelitian saat ini
menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker kolorektal. Mutasi
dari gen APC adalah penyebab familial adenomatosa poliposis (FAP), yang mempengaruhi
individu membawa resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun
(Tomislav Dragovich, 2014). Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal, diantaranya adalah :
1. Diet tinggi lemak, rendah serat.
2. Usia lebih dari 50 tahun.
3. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal mempunyai resiko
lebih besar 3 kali lipat.
4. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada semua pasien ini
tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi kanker rektum.
5. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-Jeghers
6. syndrome dan Muir syndrome.
7. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
8. Inflammatory bowel disease.
9. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
10. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

D. Tanda Gejala

Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat penyebaran.
Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi. Makin
ke distal letak tumor feses makin menipis atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai
darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah panggul
berupa tanda penyakit lanjut. Pada obstruksi penderita merasa lega saat flatus (Price, 2005).
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara lain ialah:
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar maupun
yang berwarna hitam.
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya.
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut atau
nyeri.
5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
6. Mual dan muntah.
7. Rasa letih dan lesu.
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah gluteus.

E. PATOFISIOLOGI
Umumnya kanker rektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma.
Insiden tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan
kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa
gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih
dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker rektal menyebar dengan
perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung, duodenum, usus
halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding abdomen juga dapat dikenai oleh
perluasan. Metastase ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor.
Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar
regional masih normal (Price, 2006).
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang dan ginjal. Awalnya
sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut karena pola pertumbuhan
lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Price, 2006). Manifestasi tergantung pada
lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan 6sering sebagai manifestasi yang
membawa pasien datang berobat. Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan
buang air besar, diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan
kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya pasien
tampak anemis akibat dari perdarahan.
Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat terdeteksi dan
penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal mampu bertahan hidup selama 5
tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih rendah pada usia dewasa tua . Komplikasi primer
dihubungkan dengan kanker kolorektal : (1) obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen
akibat lesi; (2) perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga
peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan langsung tumor ke organorgan yang berdekatan.
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging
system yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV).
1. Stadium 0
Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu pada mukosa saja.
Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan melibatkan
bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar ke bagian terluar dinding rektum
ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak menyebar ke
limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau ovarium. Disebut juga
Dukes D rectal cancer.

Gambar 4. Stadium Ca Rektum


F. PATHWAY
Kebiasaan Makan

(TInggi Karbohidrat
Kolitis
&
Ulceratif

Polimerase Karsinogen

Membuat DNA baru Polip


Faktor Genetik Colon

Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk

Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Ca Recti
Gangguan Kurang
Citra Pengetahuan
Tubuh

Perdarahan
Per Anus Ansietas

Hemoroid
Perubahan Kebiasaan
PK : Perdarahan Defikasi :
Komstipasi, Diare
PK : Anemi
Nyeri

Nyeri Kronis Anoreksia : Ketidakseimbangan


Resiko Infeksi
Nutrisi dari kebutuhan tubuh, mual
G. KOMPLIKASI
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
1. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
2. Hematogen
3. Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati, paru dan otak.
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap.
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi.
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses.
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
a. Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat anastromosis
decending kolakteral.
b. Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat anastomosis
kolocinal.
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi
dengan dosis adekuat.
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU).

I. Pemeriksaan Penunjang
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba menunjukan
keadaan sudah lanjut. Massa pada sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain
kolon. Karena kanker kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan stadium awal
sangat dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika merekomendasikan prosedur skrining
rutin bagi deteksi awal penyakit. Rekomendasinya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rektal tusse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun.
2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50 tahun.
3. Sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun.

Mengenai diagnosis kanker kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda (De Jong,
2005). Pasien dengan dugaan kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik lanjut
untuk pemeriksaan fisik. test laboratorium, radiograpi dan biopsi untuk memastikan.
Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik ditandai dengan sel-sel
darah merah yang kecil tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum untuk test diagnostik
selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker rektal.
2. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses, karena semua kanker
rektal mengalami perdarahan intermitten.
3. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel pada
banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Karena tes ini tidak spesifik bagi kanker
kolorektal dan positif pada lebih dari separuh pasien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak
termasuk dalam skrining atau test diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama
digunakan sebagai prediktor pada prognosis postoperatif dan untuk deteksi kekambuhan
mengikuti pemotongan pembedahan.
4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meningkat,
indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium
dan kreatinin.
5. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus bagian bawah, kanker
tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi atau gangguan pengisian. Dinding
usus terfiksir oleh tumor dan pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini
berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rektum.
6. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI) atau pemeriksaan
ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melalui
perluasan langsung atau dari metastase tumor.
7. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik utama digunakan untuk
mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsi jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel
dapat mendeteksi 50-65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi pada pasien dengan perdarahan
rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak
dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit
divertikel, ulseratif kolitis dan penyakit Crohn’s (Smeltzer, 2002).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
a. Kelemahan, keletihan, kelelahan
b. Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur, misalnya: nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari
c. Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
2. Sirkulasi
Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
3. Integritas Ego
Gejala :
a. Faktor stress
b. Masalah terhadap perubahan penampilan
c. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat defekasi
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
a. Perasaan lelah
b. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan
dengan makan atau defekasi)
c. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
d. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau
mucus.
e. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
f. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
g. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga riwayat penurunan
BB.
Pengkajian objekif meliputi :
a. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
b. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
c. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. PK: Anemia
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
d. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur pembedahan, berhubungan
dengan kurang paparan informasi
2. Post-operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Risiko infeksi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi) dan adanya stoma

C. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management
berhubungan keperawatan selama…..x 24 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif terhadap
cedera biologis berkurang atau terkontrol, nyeri, meliputi lokasi,
dengan kriteria hasil: karasteristik, onset/durasi,
NOC frekuensi, kualitas,
Pain level : intensitas nyeri, serta
a. Klien tidak melaporkan faktor-faktor yang dapat
adanya nyeri memicu nyeri.
b. Klien tidak menunjukkan 2. Observasi tanda-tanda non
ekspresi wajah terhadap verbal atau isyarat dari
nyeri ketidaknyamanan.
c. TD, Nadi dan RR dalam 3. Gunakan strategi
batas normal komunikasi terapeutik
Pain Control dalam mengkaji
a. Klien melaporkan nyeri pengalaman nyeri dan
terkontrol menyampaikan penerimaan
b. Klien dapat mengontrol terhadap respon klien
nyerinya dengan terhadap nyeri.
menggunakan teknik 4. Kaji tanda-tanda vital klien
manajemen nyeri non 5. Kontrol faktor lingkungan
farmakologis yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi,
guided imagery, masase
dll).
7. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik sesuai
indikasi.
2. PK: Anemia Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala
keperawatan selama…x 24 anemia yang terjadi.
jam, perawat dapat 2. Pantau tanda-tanda vital
meminimalkan komplikasi klien.
anemia yang terjadi, dengan 3. Anjurkan klien
kriteria hasil: mengkonsumsi makanan
NOC : yang mengandung banyak
Vital signs zat besi dan vit B12.
a. Tekanan darah dalam 4. Minimalkan prosedur yang
batas normal (110/70- bisa menyebabkan
130/90 mmHg) atau perdarahan.
terkontrol. 5. Pantau nilai PT dan PTT
b. Nadi dalam batas normal 6. Pantau hasil lab Hb dan
(60-100x/mnt) HCT
c. RR dalam batas normal Blood Products
(16-20 x/mnt) Administration:
d. Suhu tubuh dalam batas Kolaborasi pemberian tranfusi
normal (36-37,5°C) darah sesuai indikasi.
Tissue perfusion : Rasional:transfusi darah
Peripheral diperlukan jika kondisi anemia
a. CRT < 2 detik klien buruk untuk menambah
b. Akral hangat jumlah darah dalam tubuh.
c. Klien tidak pucat
d. Konjungtiva berwarna
merah muda.
Blood Loss Severity
a. Hb klien dalam batas
normal (12-16 g/dL).
b. HCT dalam batas normal
(45-55%)
c. Mukosa bibir lembab.
d. Klien tidak mengalami
lemas dan lesu.
3. Ketidakseimban Setelah diberikan asuhan Nutrition Therapy:
gan nutrisi keperawatan … x 24 jam 1. Kaji status nutrisi klien
kurang dari diharpkan pemenuhan 2. Monitor masukan makanan
kebutuhan tubuh nutrisi adekuat, dengan atau cairan dan hitung
berhubungan kriteria hasil: kebutuhan kalori harian.
dengan NOC 3. Tentukan jenis makanan
ketidakmampuan Nutrition Status yang cocok dengan tetap
mengabsorpsi a. Masukan nutrisi adekuat mempertimbangkan aspek
nutrient b. Masukan makanan dalam agama dan budaya klien..
batas normal 4. Anjurkan untuk
c. Berat badan meningkat menggunakan suplemen
atau tetap nutrisi sesuai indikasi.
Nausea and vomiting 5. Jaga kebersihan mulut,
severity ajarkan oral higiene pada
a. Klien mengatakan tidak klien/keluarga.
ada mual 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
b. Klien mengatakan tidak untuk menentukan jumlah
muntah kalori dan jenis nutrisi yang
c. Tidak ada peningkatan dibutuhkan untuk
sekresi saliva memenuhi kebutuhan
Appetite (nafsu makan) nutrisi.
a. Keinginan klien untuk Weight management:
makan meningkat 1. Timbang berat badan klien
b. Intake makanan adekuat secara teratur.
(porsi makan yang 2. Diskusikan dengan keluarga
disediakan habis) klien hal-hal yang
menyebabkan penurunan
berat badan.
3. Pantau konsumsi kalori
harian.
4. Pantau hasil laboratorium,
seperti kadar serum
albumin, dan elektrolit.
5. Tentukan makanan
kesukaan, rasa, dan
temperatur makanan..
6. Anjurkan penggunaan
suplemen penambah nafsu
makan.
Nausea management:
1. Dorong klien untuk
mempelajari strategi untuk
memanajemen mual
2. Kaji frekuensi mual, durasi,
tingkat keparahan, factor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
3. Kaji riwayat diet meliputi
makanan yang tidak
disukai, disukai, dan budaya
makan.
4. Kontrol lingkungan sekitar
yang menyebabkan mual.
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi mual (relaksasi,
guide imagery, distraksi).
6. Dukung istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
meringankan nausea.
7. Ajarkan untuk melakukan
oral hygine untuk
mendukung kenyaman dan
mengurangi rasa mual.
8. Anjurkan untuk makan
sedikit demi sedikit.
9. Pantau masukan nutrisi
sesuai kebutuhan kalori.
4. Konstipasi Setelah diberikan askep Bowel Management
berhubungan selama …. X 24 jam 1. Catat waktu terakhir pasien
dengan obstruksi diharapkan eliminasi fekal BAB, konsistensi, warna,
akibat tumor klien normal, dengan jumlah
kriteria hasil : 2. Ajarkan pasien untuk
NOC mengonsumsi makanan
Bowel elimination: yang mengandung serat
a. Frekuensi BAB kembali seperi pepaya
sesuai kebiasaan pasien 3. Kolaborasi pemberian obat
b. Feses klien lembek dan suposituria sesuai indikasi
berbentuk 4. Anjurkan pasien untuk
c. Tidak ada kesulitan tidak menahan-nahan
defekasi keinginan untuk BAB
d. Tidak ada darah dalam 5. Anjurkan pasien untuk
feses meningkatkan hidrasi,
e. Tidak ada nyeri saat terutama air hangat
BAB merangsang proses
defekasi.
6. Anjurkan klien untuk tidak
mengejan
5. Kurang Setelah diberikan asuhan Teaching: Disease Proses
pengetahuan keperawatan selama …x 24 1. Kaji tingkat pengetahuan
mengenai jam diharapkan terjadi klien dan keluarga yang
penyakit dan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan
prosedur klien dan keluarga, dengan perkembangan penyakit.
pembedahan, kriteria hasil: 2. Jelaskan patofisiologi
berhubungan NOC perjalanan penyakit,
dengan kurang Knowledge: Disease Process penyebab, komplikasi
paparan Klien dan keluarga penyakit, usaha-usaha yang
informasi memahami tentang proses dapat dilakukan untuk
penyakit, penyebab penyakit, mencegah komplikasi
komplikasi penyakit dan penyakit dan kondisi
usaha-usaha yang dapat penyakit klien saat ini.
dilakukan untuk mencegah 3. Diskusikan terapi
komplikasi penyakit pengobatan yang perlu
dilakukan klien
Knowledge: Diet 4. Informasikan pasien tentang
Klien dan keluarga efek samping pengobatan
memahami tentang diet pada dan upaya yang dilakukan
penyakit kanker, meliputi dalam
makanan yang dianjurkan mengurangi/meminimalisir
dan dihindari, dan makanan efek samping dari
pemicu kanker pengobatan tersebut.
Knowledge: Treatment Teaching: Procedure
Procedure 1. Jelaskan tentang prosedur
Klien dan keluarga pembedahan yang akan
memahami tentang prosedur dijalani klien, meliputi
pembedahan, tujuan, lama prosedur, tujuan, lama
tindakan, dan efek tindakan tindakan, komplikasi)..
2. Berikan kesempatan bagi
klien/keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti.
Teaching: Prescribed diet
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien mengenai diet saat ini
2. Jelaskan tujuan diet,
meliputi makanan yang
dianjurkan dan dihindari,
serta makanan pemicu
kanker.
3. Berikan contoh-contoh
menu makanan harian yang
bisa diaplikasikan oleh
klien dan keluarga.
4. Bantu klien untuk
menyesuaikan makanan
pilihan dengan diet yang
dianjurkan
5. Libatkan keluarga dalam
pemberian informasi.
6. Risiko infeksi. Setelah dilakukan asuhan Infection control
keperawatan selama .....x 24 1. Bersihkan lingkungan
jam diharapkan tidak terjadi setelah digunakan oleh
infeksi, dengan kriteria hasil klien.
NOC 2. Jaga agar barier kulit yang
Infection Severity terbuka tidak terpapar
a. Tidak ada kemerahan lingkungan dengan cara
b. Tidak terjadi hipertermia menutup dengan kasa
c. Tidak ada pembengkakan streril.
d. Tidak ada drainase 3. Batasi jumlah pengunjung.
purulen -WBC dalam 4. Ajarkan klien dan keluarga
batas normal) tekhnik mencuci tangan
Risk Control yang benar.
a. Klien mampu 5. Gunakan sabun anti
menyebutkan factor- mikrobial untuk mencuci
faktor resiko penyebab tangan.
infeksi 6. Cuci tangan sebelum dan
b. Klien mampu memonitor sesudah melakukan
lingkungan penyebab tindakan keperawatan..
c. Klien mampu memonitor 7. Terapkan Universal
tingkah laku penyebab precaution.
infeksi -Tidak terjadi 8. Pertahankan lingkungan
paparan saat tindakan aseptik selama perawatan.
keperawatan 9. Anjurkan klien untuk
memenuhan asupan nutrisi
dan cairan adekuat.
10. Ajarkan klien dan keluarga
untuk menghindari infeksi.
11. Ajarkan pada klien dan
keluarga tanda-tanda
infeksi.
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik bila perlu.
Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas dan
drainase
5. Inspeksi kondisi luka
Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan
normal salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka
pasien
7. Gangguan citra Setelah diberikan asuhan Body Image Enhancement:
tubuh keperawatan selama …x 24 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan jam diharapkan gangguan tentang citra tubuhnya
dengan citra tubuh klien dapat 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan teratasi dengan kriteria hasil: bentuk tubuh pasien
(kolostomi) dan NOC terhadap budaya, agama,
adanya stoma Adaptation to physical perilaku seksual, dll
disability: 3. Diskusikan tentang
a. Klien mampu perubahan yang dapat
mengungkapkan terjadi pada klien akibat
kemampuan untuk dari proses penyakitnya
mengatasi keterbatasan intervensi/konseling lebih
b. Klien mampu beradaptasi lanjut
dengan keterbatasan 4. Perhatikan frekuensi pasien
fungsi dan struktur dalam mengkritik dirinya
tubuhnya (Klien 5. Diskusikan tentang
menerapkan strategi bagaimana orang terdekat
untuk mengurangi dapat menerima
keterbatasan keterbatasnnya
6. Berikan bantuan positif bila
diperlukan.
8 Ansietas Setelah diberikan asuhan NIC
berhubungan keperawatan .. x24 jam Anxiety Reduction
dengan krisis diharapakan klien ansietas 1. Jelaskan semua prosedur
situasional dapat teratasi tujuan dan termasuk perasaan yang
criteria hasil mungkin dialami
NOC 2. Berikan objek yang dapat
Anxiety Control memberikan rasa nyaman
1. Tidur nyenyak 3. Berbicara dengan pelan
2. Tidak ada manifestasi dan tenang
perilaku 4. Membina hubungan saling
3. Mencari informasi untuk percaya
mengurangi cemas 5. Dengarkan penuh
4. Menggunakan teknik perhatian
relaksasi untuk 6. Ciptakan suasana saling
mengurangi cemas percaya
5. Berinteraksi sosial 7. Dorong klien dan
keluargamengungkapkan
perasaannya
8. Berikan aktivitas
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan lingkungan yang
tenang
11. Batasi pengunjung
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2. Jakarta:EGC

Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.


Gale, Danielle & Charette, Jane, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta.

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014.Jakarta:EGC.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses
Penyakit Vol. 1, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai