Anda di halaman 1dari 76

Ca Recti

Yohana 2140312007

Pembimbing:

dr. Rini Suswita Sp.B-KBD


01
LATAR
BELAKANG
● Kanker rektum adalah tumor yang muncul pada rektum, yang
sebagian besar adalah tumor ganas.
● Keganasan terbanyak rektum adalah Adenokarsinoma.
● Keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian
kedua terbanyak di Amerika Serikat.
● Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus
tetapi belum ada angka yang pasti berapa insiden kanker rektum.
● Berdasarkan data RS kanker Dharmais, kanker rektum masuk
dalam 10 besar kanker dengan insidensi tertinggi selama tahun
2010-2013
● Etiologi kanker rektum belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko yang berperan dalam terjadinya
kanker rektum.
● Diagnosis → anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk
colok dubur wajib dilakukan.
● Diagnosis pasti didapatkan melalui berbagai modalitas
pemeriksaan mulai dari non-nvasif sampai pada
pemeriksaan invasif.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Rektum
● Rektum berawal dari taenia coli pada kolon
sigmoid bergabung membentuk lapisan otot
longitudinal luar kontiniu pada level
promontorium sakrum.
● Rektum mengikuti lekukan sacrum, dan
berakhir di anorectal junction.
● Rektum memiliki tiga kurvatura lateral,
antara lain kurvatura atas dan bawah yang
cembung ke kanan, dan tengah yang
cembung ke kiri.
● Pada bagian luminal, tiga kurvatura ini
ditandai sebagai lipatan semisirkuler atau
Valvula Houston.
Anatomi Rektum
● Rektum orang dewasa berukuran panjang
sekitar 12-18 cm, dan dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
○ 1/3 atas adalah bagian yang mobile
dan ditutupi peritoneum di anterior
dan lateral
○ 1/3 tengah adalah dimana peritoneum
hanya menutupi bagian anterior dan
sebagian permukaan lateral
○ 1/3 bawah berada di dalam pelvis
dikelilingi mesorektum berlemak dan
dipisahkan dari struktur didekatnya
oleh lapisan fascial.
Perdarahan Rectum
● Suplai arteri utama rectum berasal
dari Arteri rectalis superior yang
merupakan kelanjutan langsung
dari arteri mesenterica inferior.
Perdarahan Rectum
● Vena rectalis superior berasal dari 2
plexus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam
vena mesenterika inferior dan
seterusnya melalui vena lienalis
menuju vena porta.
Sistem Limfatik Rektum
● Sistem limfatik lapisan mukosa
rektum berhubungan bebas dengan
lapisan otot.
● Sistem drainase rektum mengalir ke
atas sepanjang pembuluh rectalis
superior ke nodus para-aorta.
● Karena alasan ini, pembedahan
penyakit keganasan terutama untuk
mencapai reseksi luas nodus limfe
proksimal.
Sistem Persarafan
● Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik.
● Serabut simpatik berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga,
dan keempat.
● Unsur simpatis pleksus ini menuju ke arah sistem genital dan serabut otot
polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
● Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua,
ketiga, dan keempat.
● Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada waktu operasi radikal
paanggul seperti ekstirpasi rektum dapat menyebabkan gangguan fungsi
vesika urunaria dan gangguan fungsi seksual.5
Definisi

● Kanker rektum didefinisikan sebagai tumor


yang muncul pada rektum, yang sebagian
besar adalah tumor ganas.
● Kanker rektum umumnya mulai tumbuh di lapisan dalam rektum
dan disebut sebagai polip.
● Beberapa jenis polip berubah menjadi kanker dalam jangka lebih
dari beberapa tahun, tetapi tidak semua polip menjadi kanker.
● Terdapat dua jenis polip, antara lain;
○ Polip adenomatous (adenoma)
○ Polip hiperplasia dan polip inflamasi
Epidemiologi

Kanker rektum dan kolon (kolorektal) menempati urutan kanker


ketiga tersering pada pria setelah kanker paru dan prostat, dan urutan
kedua pada wanita setelah kanker payudara

Keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak


(terlepas dari gender) di Amerika Serikat

• Dari 2008 sampai 2010 insidensi kanker rektum dan kolon menurun lebih dari 4% per tahun pada pria dan
wanita.
• Penurunan insidensi dalam beberapa dekade dikaitkan dengan deteksi dan pengangkatan polip prekanker
sebagai hasil dari meningkatnya usaha skrining kanker kolorektal.
Epidemiologi
Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat
kenaikan jumlah kas us tetapi belum ada angka yang
pasti berapa insiden kanker rektum.

Berdasarkan data RS kanker Dharmais, kanker rektum


masuk dalam 10 besar kanker dengan insidensi tertinggi
selama tahun 2010-2013.

Berdasarkan data patologi anatomi Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas Padang tahun
1999 kanker rektum bersama kanker kolon
menempati urutan ke dua.
Etiologi & Faktor Resiko
PATOGENESIS

Mutasi  aktivasi
Gen K-ras menghasilkan G-
onkogen (K-ras) dan/atau protein yang terlibat pada
inaktivasi gen supressor transduski sinyal intraseluler.
tumor (APC,p53, DCC)

Mutasi tumor supressor


gen p53  menginisiasi
apoptosis sel dan terdapat
pada 75% kanker rektum
PROGRESIVITAS PERTUMBUHAN
COLORECTAL CANCER
Kelompok yang diturunkan (inherited)
Kelompok Kanker Rektum Dan Kolon
mencakup kurang dari 10%
• Contoh : FAP (Familial Adenomatous Polip) dan HNPC
Berdasarkan
(Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer Perkembangannya
Kelompok sporadik, mencakup 30%

Kelompok familial, mencakup 20%

• tidak sesuai kedalam salah satu FAP atau HNPC,


dan lebih dari 35% terjadi pada umur muda
Patofisiologi
● Saat ini diketahui bahwa kanker rektum berasal dari adenoma dan tumbuh
bertahap dengan meningkatkan displasia pada adenoma akibat akumulasi
abnormalitas genetik (adenoma-carcinoma sequence.
● Biasanya karsinoma ini muncul sebagai ulkus, tetapi bertangkai
(polyploid) dan memilki sifat infiltratif.
● Berawal dari polip jinak pada rektum, tumor akan menjadi ganas dengan
menyusup kedalam lapisan dan struktur sekitar dan terlepas dari tumor
primer, menyebar dan bermetastasis ke bagian tubuh lain.
Penyebaran karsinoma melalui berbagai cara, antara lain :
Penyebaran lokal
● Penyebaran lokal lebih sering muncul secara sirkumferensial atau melingkar
daripada longitudinal.
● Setelah selubung otot ditembus, tumor akan menyebar ke mesorektum
sekitar, tetapi awalnya terbatas pada fascia mesorectal.
● Jika penetrasi muncul di anterior, maka prostat, vesikula seminalis atau buli-
buli akan terlibat pada pria.
● Pada wanita, vagina atau uterus dapat terlibat.
● Sedangkan penetrasi di posterior bisa mencapai sacrum dan plexus sacralis.
○ Penyebaran limfatik
(Limfogen)
● Penyebaran secara limfogen akan
ditemui pada kelenjar parailiaka,
mesentrium, dan paraaorta.
Penyebaran secara hematogen
● Penyebaran secara hematogen akan membuat tumor
menyebar jauh atau metastasis ke organ lain terutama
hepar, dapat pula ditemukan di paru.
Klasifikasi TNM
GRADING TUMOR
GRADE I GRADE II
Tumor berdifferensiasi baik, Tumor berdifferensiasi
mengandung struktur sedang, mengandung
glandular >95% komponen glandular 50-
95%

GRADE III GRADE IV


Tumor berdifferensiasi buruk, Tumor tidak
komponen glandular 5-50%, berdifferensiasi, komponen
adenokarsinoma musinosum glandular <5%,
dan signet ring cell carcinoma adenokarsinoma medular
Gejala Klinis

● Karsinoma rektum dapat muncul pada fase awal


kehidupan, tetapi usia diatas 50 tahun adalah ketika
insidens meningkat dengan cepat
● Gejala awal sering tidak signifikan sehingga pasien tidak
berobat selama 6 bulan atau lebih.
Gejala Klinis
● Perdarahan
○ Gejala paling awal dan tersering pada kanker rektum.
○ Tidak ada karakteristik mengenai waktu munculnya,
ataupun warna dan jumlah kehilangan darah.
○ Sering jelas terlihat di akhir defekasi
○ Seiring berjalannya waktu, kehilangan darah dapat
menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah
(anemia).
○ Terkadang, pasien datang karena gejala anemia
berupa rasa lemah dan lemas.
● Tenesmus
○ Adanya sensasi berupa feses lebih yang harus
dikeluarkan atau sulit mengedan untuk
mengosongkan isi usus tanpa hasil pengosongan
berupa feses.
○ Hal ini sangat pentinguntuk gejala awal dan hampir
selalu muncul pada tumor distal rektum. Pasien akan
berusaha keras mengosongkan isi rektum beberapa
kali sehari (diare palsu), sering dengan sedikit flatus
dan sedikit lendir dengan bercak darah darah (lendir
berdarah/bloody slime)
● Change bowel habit
○ Perubahan yang terjadi antara lain diare, konstipasi,
atau feses kecil seperti kotoran kambing.
● Nyeri
○ Merupakan gejala lanjut, tetapi nyeri kolik mungkin
menyertai tumor rektosigmoid lanjut, dan disebabkan
oleh obstruski usus.
● Nyeri punggung, atau nyeri panggul muncul ketika
kaknker menginvasi plexus sacralis.
● Penurunan berat badan sugestif pada metastasis hepar.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Diagnosis-Anamnesis
○ Perdarahan melalui anus disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare
selama minimal 6 minggu pada semua umur
○ Defekasi seperti kotoran kambing
○ Perdarahan melalui anus tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60 tahun
○ Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
○ Massa intra-luminal di dalam rektum
○ Tanda-tanda obstruksi mekanik usus
○ Anemia
○ Penurunan berat badan
Diagnosis-Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda anemia,
● Ditemukan masa yang teraba pada abdomen, atau tanda-tanda obstruksi usus.
● Pemeriksan fisik abdomen biasanya normal pada kasus awal. Kadang ketika tumor
anular lanjut terletak di rectosigmoid junction, gejala obstruksi usus besar akan
muncul.
● Seiring berjalannya waktu metatstasis pada hepar juga dapat diraba.
Diagnosis-Pemeriksaan Fisik
● Pemeriksaan colok dubur → harus dilakukan pada setiap
penderita dengan gejala anorektal.
● Kebanyakan keganasan dapat teraba oleh jari sebagai masa
yang keras.
● Jari dikeluarkan → darah atau material mukopurulen
dengan bercak darah.
● Ketika ulkus carcionomatous terletak di 1/3 distal rektum,
melibatkan kelenjar getah bening terkadang dapat
dirasakan massa satu atau lebih, keras, oval, bengkak di
mesorectum posterior atau posterolateral diatas tumor.
Pemeriksaan Penunjang-Laboratorium
Hematologikatologik ;
○ Darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
■ Tes ini untuk mengukur berbagai jenis sel di dalam
darah. Tes ini dapat menunjukan anemia.
■ Beberapa pasien dengan kanker rektum menjadi
anemis karena tumor mengalami perdarahan yang
cukup lama.
Kimia darah
○ Enzim hepar.
■ Tes ini untuk memeriksa fungsi hepar, karena kanker
rektum yang dapat metastasis ke hepar.
Pemeriksaan Penunjang-Laboratorium
Tumor marker
• Sel kanker rektum kadang menghasilkan substansi dikenal dengan tumor marker
yang dapat ditemukan di darah.
• Tumor marker yang paling sering pada kanker rektum adalah Carcioembryonic
antigen (CEA).
• Pemeriksaan darah untuk tumor marker ini kadang mengindikasi seseorang
menderita kanker rektum, tetapi dengan hanya pemeriksaan ini tidak dapat
menegakan diagnosis kanker
Pemeriksaan Penunjang-Radiologi
Pemeriksaan foto toraks PA, masih sering dilakukan karena terjangkau.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui metastasis ke organ di dalam
thoraks, tersering adalah paru.

Computed Tomography Scan (CT Scan) abdomen,


○ Pemeriksaan ini dapat membantu mengetahui jika kanker telah
bermetastasis ke hepar atau organ lain.
○ CT dengan portografi, jenis CT scan dengan menginjeksikan bahan
kontras ke vena portal, vena besar yang masuk hepar yang berasal dari
usus.
○ Pemeriksaan ini untuk melihat lebih baik jika kanker bermetastasis ke
hepar.
Pemeriksaan Penunjang-Radiologi
• USG abdomen, digunakan untuk melihat tumor apakah terdapat di
hepar, kandung empedu, pankreas, atau tempat lain di abdomen,
tetapi tidak dapat melihat tumor di kolon
• USG endorektal,

■ yaitu pemeriksaan dengan mengunakan transduser khusus yang


dimasukan ke rektum.

■ Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat seberapa jauh tumor


menembus dinding rektum dan apakah telah menyebar ke organ
didekatnya atau jaringan seperti KGB.
○ MRI, sama halnya dengan CT scan dapat
memperlihatkan gambar jaringan lunak yang lebih
detail.

■ MRI dapat digunakan untuk melihat area


abnormal di hepar akibat metastasis kanker, atau
untuk melihat otak dan sumsum tulang belakang.
Positron Emission Tomography (PET) Scan,
○ Pemeriksaan dengan menginjeksikan bahan radioaktif
yang akan berkumpul di sel kanker.
○ Kamera khusus kemudian digunakan untuk memfoto
area dengan radioktifitas. Gambar pada PET Scan
tidak serinci pada CT Scan dan MRI, tetapi dapat
meberikan informasi yang sangat berguna mengenai
area abnormal yang tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan lain.
○ Oemeriksaan ini dapat digunakan untuk melihat
penyebaran kanker ke KGB atau bagain tubuh lain.
Angiografi, adalah pemeriksaan dengan sinar x untuk melihat pembuluh
darah.
● Kontras diinjeksikan ke dalam arteri, dan gambar diambil dengan sinar
x.
● Zat warna kontras akan mengisi pembuluh darah.
● Jika kanker menyebar ke hepar, pemeriksaan ini akan menunjukan
arteri yang memberi suplai darah ke tumor.
● Pemeriksaan ini dapat membantu ahli bedah apakah tumor hepar dapat
dibuang, dan jika bisa hal ini dapat membantu tindakan bedah.
● Angiografi juga membantu merencanakan tatalaksana lain untuk
kanker yang menyebar ke hepar seperti embolisasi.
Pemeriksaan Endoskopi
● Pemeriksaan endoskopi yang dapat dilakukan:
○ Sigmoidoskopi rigid / Rektoskopi
○ Sigmoidoskopi fleksibel (Lebih efektif dibandingkan
denga sigmoidoskopi rigid untuk visualisasi kolon
dan rektum)
Pemeriksaan Endoskopi
Kolonoskopi
○ Akurasi kolonsoskopi sama dengan kombinasi barium
enema kontras ganda + sigmoidoskopi fleksibel untuk
kanker rektum atau polip > 9mm.
○ Kolonoskopi wajib dilakukan jika memungkinkan
pada semua pasien untuk menyingkirkan tumor
synchronous, bisa jadi karsinoma atau adenoma.
○ Jika adenoma proksimal ditemukan, tumor dapat
dengan mudah diambil dan dibuang dengan
kolonoskop.
Colonography atau barium enema
● Jika terdapat karsinoma yang stenosis, pemeriksaan ini
mungkin tidak dapat digunakan, khususunya kolonoskopi
untuk memvisualisasi kolon proksimal.
● Meskipun demikian, tingginya insidens tumor
synchromatous, kolonoskopi penting dilakukan dalam
beberapa bulan sebelum tindakan bedah reseksi.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
● Biopsi dari rektum dan spesimen reseksi menentukan jenis
keganasan dan derajat diferensiasinya.
● Sampel biopsi (dari kolonoskopi atau tindakan bedah)
dikirimkan ke laboratorium dan dilihat dengan mikroskop.
Tatalaksana
Prognosis
● Angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun untuk pasien stadium I adalah
sekitar 87%.
● Pasien dengan stage IIA, angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun adalah
sekitar 80, untuk stadium IIB adalah sekitar 49%
● Angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun untuk pasien stadium IIIA adalah
sekitar 84%, stadium III sekitar 71%, dan stadium II C adalah sekitar 58%
● kanker rektum stadium IV memilki angka kelangsungan hidup relatif 5
tahun adalah sekitar 12%.

Source : National Cancer Institute’s SEER Database


03
Laporan
Kasus
Identitas Pasien

Nama : Tn. AS
Umur : 61 tahun
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Gunung Pangilun, Padang Utara
Tanggal Masuk : 24 Juni 2022
Nomor RM : 01.13.35.53
Anamnesis

Keluhan Utama :
• BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu SMRS.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang :


• BAB berdarah sejak 3 hari SMRS. BAB disertai
lendir dan terasa nyeri saat BAB. Nyeri
dirasakan hilang timbul.
• Flatus (+) Perut kembung (-), mual (-), muntah
(-)
• Riwayat BAB berdarah ada sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien pernah berobat ke dokter dan
menolak tindakan untuk dilakukan endoscopy.
• Pasien mengaku BAB sering diperlukan usaha
mengedan. BAB sering tidak puas.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Riwayat BAB seperti kotoran kambing (+)
• Kemudian 1 bulan SMRS pasien kembali
berobat dan dilakukan colonoscopy dan
didapatkan hasil patologi anatomi
Adenocarcinoma recti.
• Riwayat penurunan berat badan (+)
• Riwayat nyeri pinggang tidak ada
• Riwayat buang air kecil berdarah dan berpasir
tidak ada
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Riwayat trauma pada bagian genital dan tulang
belakang tidak ada
• Riwayat sering kencing malam hari tidak ada
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat hipertensi ada sejak 18 tahun yang lalu
• Riwayat diabetes mellitus tidak ada
• Riwayat keganasan sebelumnya tidak ada
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat hipertensi ada sejak 18 tahun yang lalu
• Riwayat diabetes mellitus tidak ada
• Riwayat keganasan sebelumnya tidak ada

Riwayat Pengobatan
• Pasien pernah mengonsumsi obat antihipertensi
(Amlodipin) secara teratur

Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dan/atau riwayat tumor/kanker.
Anamnesis

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan


Kebiasaan
• Pasien adalah seorang pegawai swasta.
• Kebiasaan merokok sejak remaja sampai 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit, 1 bungkus perhari

Riwayat Alergi (makanan, obat bahan tertentu)


• Pasien alergi dengan Penicilin.

Riwayat Seksual (disfungsi, obstetric/gynecological)


• Tidak ada
Pemeriksaaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : CMC
TekananDarah : 125/83 mmHg
Nadi : 85 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 37oC
Pemeriksaaan Fisik

Status Generalis
Rambut : Beruban dan tidak mudah dicabut
Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak ada sianosis
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dinding dada : Normochest, tidak ada sikatrik atau bekas operasi
Pemeriksaaan Fisik
Status Generalis
Paru
 Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
 Auskultasi : vesikular +/+ , rhonki -/- wheezing -/-
 Palpasi : Fremitus kiri = kanan
 Perkusi : Sonor
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
 Perkusi : Batas jantung tidak melebar
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tidak ada


Pemeriksaaan Fisik
Status Lokalis
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani

Anus (Colok Dubur)


Anus : Tenang
Sfingter : Menjepit
Mukosa : Licin
Ampula : Lapang
Nyeri tekan : Tidak ada
Teraba massa di arah jam 11, sekitar 3-4 cm diatas anus, permukaan licin,
bentuk ireguler, konsistensi padat.
Handscoen : feses (-), darah (-), lendir (+)
DIAGNOSIS KERJA

Suspek tumor recti


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 10,6 gr/dl
Leukosit : 9.320/mm3
Trombosit : 361.000 /mm
Hematokrit : 33%
Hemostasis
PT : 9,9 detik
APTT : 25,8 detik
Kimia Klinik
GDR : 95 mg/dL
Ureum darah : 8 mg/dL
Kreatinin darah : 0,8 mg/dL
Natrium : 140 mMol/L
Kalium : 4,2 mMol/L
Klorida serum : 105 mMol/L
SGOT/SGPT : 7/6 mg/dL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thoraks
• Trakea di tengah
• Tidak ada pelebaran mediastinum. Segmen aorta
normal
• Corakan bronkovaskular kedua paru baik.
• Infiltran (-) Nodul (-)
• Diafragma kana dan kiri licin. Sudut
kostofrenikus lancip.
• Tulan kesan intak
• Kesimpulan : Tidak tampak kelainan pada
radiografi thoraks
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Abdomen
• Peritoneal line fat line tampak
jelas
• Tidak ada batu opak di sepanjang
proyeksi traktus urinarius
• Distribusi udara usus mencapai
distal
• Tidak tampak pelebaran dinding
usus
• Tidak tampak gambaran air fluid
level ataupun free air
• Kesan: Dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Abdomen
• Kesimpulan:
- Massa solid 1/3 distal rectum, tidak
tampak infilrasi ke daerah mesorectal
- Pembesaran KGB multiple
mesorectal dan inguinal bilateral
DIAGNOSIS
● Adenocarcinoma Recti
Tatalaksana

- Pro APR
- IVFD asering 500cc/8jam
- Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram
- Paracetamol 3 x 1 gram PO
- Ranitidine 2 x 50 gram
- Kalnex 3 x 500 mg IV
- Vit. K 3 x 10 mg IV
- Diet MC tanpa serat
- Bowel Prep
Prognosis

• Quo ad vitam : bonam


• Quo ad functionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam
04
Disku
si
● Pada kasus ini, pasien laki-laki 62 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah dan
nyeri saat BAB. Pasien ini sudah dikenal dengan adenocarcinoma recti.

● Pada anamnesis, pasien mengeluh BAB disertai darah dan lendir serta nyeri pada anus
sejak 1 bulan yang lalu. Setiap kali ke toilet untuk BAB, pasien mengaku harus
mengedan dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan feses. Feses yang
keluar sedikit-sedikit dan bentuknya lebih kecil menyerupai kotoran kambing. Pasien
sering merasa tidak puas saat BAB. Nyeri hilang timbul terutama saat BAB pada
daerah anus. Berat badan dirasa juga berkurang. Sebelum sakit, pasien sering makan
makanan berlemak dan jarang makan sayur dan buah.
● Temuan ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa kasus kanker kolorectal
sering mengenai usia > 50 tahun, bahkan saat ini sudah dikatakan mengalami
peningkatan pada usia < 50 tahun. Literatur juga menyebutkan bahwa temuan jenis
kanker kolorectal yang paling banyak ditemukan adalah adenocarcinoma.
● Pada pemeriksaan fisik di daerah anal-perianal dengan colok dubur dapat diraba
benjolan di arah jam 11, konsistensi keras, bentuk ireguler, dan pada handscoen tidak
ditemukan feses dan darah, namun ada lendir.
● Pemeriksaan colok dubur sangat penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan
ini, dapat diketahui beberapa hal penting yaitu keadaan tumor, mobilitas tumor dan
ekstensi penjalaran. Pada pemeriksaan colok dubur juga penting untuk mengetahui
apakah tumor sudah mengalami infiltrasi ke anus. Jarak di antara masa dengan anus
juga menentukan tindakan definitif yang akan dilakukan.
● Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia ringan
dengan Hb 10,6 gr/dL.

● Hal ini bisa disebabkan karena adanya perdarahan yang terjadi pada daerah tumor dan
adanya intake yang kurang dari pasien.

● Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti rontgen thoraks dan
rontgen abdomen.

● Pemeriksaan rontgen abdomen dilakukan untuk melihat apakah ada tanda-tanda


obstruksi saluran cerna pada pasien. Pada pasien tidak ditemukan kelianan pada
rontgen abdomen dan thoraks.
● Pemeriksaan penunjang lain yang sering digunakan untuk melihat adanya metastase
ke organ lain adalah CT scan abdomen dengan kontras.
● Pada pasien ini, CT scan abdomen ditemukan adanya massa solid 1/3 distal rectum
dan tidak tampak tanda-tanda metastasis ke organ lain. Pada kanker colorectal,
metastasis tersering dan lebih dahulu terjadi adalah metastase ke hepar.
● Hal ini dikarenakan aliran sistem limfe. Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum,
paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat
jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum menuju vena cava inferior,
maka metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru.
Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka
metastase kanker kolon pertama kali paling sering di hepar.
● Pada pasien dilakukan tindakan APR (Abdominoperineal resection) sebagai pilihan
terapi pembedahannya. Hal ini dikarenakan tumor pada pasien ada di bagian rectum,
yaitu 1/3 distal rectum.

● Pada kasus ini, dilakukan pengangkatan anus, rectum, dan sebagian colon. Karena
dilakukan pengangkatan anus, pasien tidak bisa BAB dengan cara sebelumnya, oleh
karena itu pada pasien juga dilakukan pemasangan stoma (end colostomy).
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai