Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA RECTI

Oleh :

FEBRI AYU MENTARI

P.1337420917023

PRODI DIV KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


TAHUN AJARAN 2017

2017/ 2018

A. DEFINISI

Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di

anterior sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm.

Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid.

Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh

peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah

ektraperitoneal.

Kanker rektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari

jaringan epitel dari rectum (Smeltzer, 2002). Kanker merupakan suatu

proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti aturan

baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal).

Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel

(proliferasi) yang tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat

dalam tubuh (proliferasi abnormal). Proliferasi ini di bagi atas

non-neoplastik dan neoplastik, non-neoplastik dibagi atas :

1. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat

normal karena bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis

tertentu misalnya kehamilan.

2. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan

pembesaran organ tanpa ada pertambahan jumlah sel.

3. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah

menjadi tipe yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang

terspesialisasi.
4. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel

abnormal yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia. Perubahan

yang termasuk dalam hal ini terdiri dari bertambahnya mitosis,

produksi dari sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk

tidak teratur.

B. ANATOMI

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum

ke-3 sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik,

rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter

disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani

dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari

sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani.

Panjang rektum berkisar 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada

rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas.

Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan mukosa,

submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.


Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis

superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang

merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2

kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna,

arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna. Vena

hemoroidalis superior berasal dari 2 plexus hemoroidalis internus dan

berjalan ke arah kranial ke dalam v. Mesenterika inferior dan seterusnya

melalui v. lienalis menuju v. porta.Vena ini tidak berkatup sehingga

tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di dalamnya.

Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam

hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda

interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.


Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang

mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya

mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah

anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh

rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan v. Hemoroidalis

seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik.

Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang

berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi emisi air

mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral 2, 3, dan 4,

serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur

aliran darah ke dalam jaringan.


C. Etiologi

Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui.

Penelitian saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi

terbesar untuk kanker kolorektal. Mutasi dari gen APC adalah penyebab

familial adenomatosa poliposis (FAP), yang mempengaruhi individu

membawa resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar

pada usia 40 tahun (Tomislav Dragovich, 2014). Banyak faktor yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya

adalah :

1. Diet tinggi lemak, rendah serat.

2. Usia lebih dari 50 tahun.

3. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker

kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.

4. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada

semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang

menjadi kanker rektum.

5. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,

Peutz-Jeghers

6. syndrome dan Muir syndrome.

7. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.

8. Inflammatory bowel disease.

9. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).

10. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.

D. Tanda Gejala
Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala

pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi,

perdarahan atau akibat penyebaran. Kanker kolon kiri dan rektum

menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke

distal letak tumor feses makin menipis atau seperti kotoran kambing,

atau lebih cair disertai darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami,

demikian juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Pada

obstruksi penderita merasa lega saat flatus (Price, 2005). Tanda dan

gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara lain ialah:

1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik

itu darah segar maupun yang berwarna hitam.

2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar

kosong saat BAB

3. Feses yang lebih kecil dari biasanya.

4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa

penuh pada perut atau nyeri.

5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.

6. Mual dan muntah.

7. Rasa letih dan lesu.

8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri

pada daerah gluteus.

E. PATOFISIOLOGI

Umumnya kanker rektal adalah adenokarsinoma yang berkembang

dari polip adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat,

meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid.

Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan


beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah

menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan

organ-organ yang berdekatan. Kanker rektal menyebar dengan perluasan

langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa dan dinding luar

usus.

Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung,

duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding

abdomen juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah

bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak

selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar

regional masih normal (Price, 2006).

Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui

sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-

paru, otak, tulang dan ginjal. Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering

tanpa gejala hingga tahap lanjut karena pola pertumbuhan lamban, 5

sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Price, 2006). Manifestasi

tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan

6sering sebagai manifestasi yang membawa pasien datang berobat.

Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar,

diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan

kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau

rektum. Biasanya pasien tampak anemis akibat dari perdarahan.

Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat

terdeteksi dan penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal

mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih

rendah pada usia dewasa tua . Komplikasi primer dihubungkan dengan


kanker kolorektal : (1) obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen

akibat lesi; (2) perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi

dari rongga peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan langsung tumor ke

organorgan yang berdekatan.

memperkenalkan

TNM staging system yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4

stadium (Stadium I-IV).

1. Stadium 0

Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu

pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.

2. Stadium I

Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan

muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak

menyebar ke bagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari

rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

3. Stadium II

Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun

tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.

4. Stadium III

Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke

bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.

5. Stadium IV

Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau

ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.


F. PATHWAY
Kebiasaan Makan

(TInggi Karbohidrat
Kolitis
&
Ulceratif

Polimerase Karsinogen

Membuat DNA baru


Polip
Faktor Genetik Colon

Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk

Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas
Ca Recti
Gangguan
Kurang
Citra Tubuh
Pengetahuan

Perdaraha
n Per Anus Ansietas

Hemoroid
Perubahan Kebiasaan
PK:Perdarahan Defikasi :
PK:Anemi Komstipasi, Diare
Nyeri

Nyeri Kronis Anoreksia : Ketidakseimbangan


Resiko Infeksi
Nutrisi dari kebutuhan tubuh, mual

G. KOMPLIKASI

Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan

1. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya

2. Hematogen

3. Linefogen

Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal

ke hati, paru dan otak.

Komplikasi lainnya ;

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus

pertial/lengkap.

2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar

kolon yang menyebabkan hemoragi.

3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses.

4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock.


H. PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan

a. Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan

dibuat anastromosis decending kolakteral.

b. Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat

anastomosis kolocinal.

2. Radiasi

Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan

untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat.

3. Kemoterapi

Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU).

I. Pemeriksaan Penunjang

Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila

teraba menunjukan keadaan sudah lanjut. Massa pada sigmoid lebih

jelas teraba daripada massa di bagian lain kolon. Karena kanker

kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan stadium awal

sangat dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika merekomendasikan

prosedur skrining rutin bagi deteksi awal penyakit. Rekomendasinya

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan rektal tusse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun.

2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50

tahun.

3. Sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun.
Mengenai diagnosis kanker kolorektal ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau

foto kolon dengan kontras ganda (De Jong, 2005). Pasien dengan

dugaan kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik lanjut

untuk pemeriksaan fisik. test laboratorium, radiograpi dan biopsi untuk

memastikan.

Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :

1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik

ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil tanpa terlihat

penyebab adalah indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya

untuk menemukan kepastian kanker rektal.

2. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam

feses, karena semua kanker rektal mengalami perdarahan intermitten.

3. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein

di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal.

Karena tes ini tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada

lebih dari separuh pasien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak

termasuk dalam skrining atau test diagnostik dalam pengobatan


penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognosis

postoperatif dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan

pembedahan.

4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin

dapat meningkat, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium

lainnya meliputi serum protein, kalsium dan kreatinin.

5. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada

tidaknya dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium

dimasukkan kedalam usus bagian bawah, kanker tampak sebagai

massa mengisi lumen usus, konstriksi atau gangguan pengisian.

Dinding usus terfiksir oleh tumor dan pola mukosa normal hilang.

Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak

nyata dalam mendeteksi rektum.

6. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI)

atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah

sudah mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari

metastase tumor.

7. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik

utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian

dilakukan biopsi jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi

50-65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dan

kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi

lesi pada pasien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi

dilakukan dan visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak

dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar, merah, ulseratif sentral,


seperti penyakit divertikel, ulseratif kolitis dan penyakit Crohn’ s

(Smeltzer, 2002).

J. Pengkajian

Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala:

a. Kelemahan, keletihan, kelelahan

b. Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi tidur, misalnya: nyeri, ansietas dan berkeringat

malam hari

c. Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan, tingkat

stress tinggi

2. Sirkulasi

Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah

3. Integritas Ego

Gejala :

a. Faktor stress

b. Masalah terhadap perubahan penampilan

c. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak

mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.

Tanda : Menyangkal, menarik diri

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat

defekasi

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :


a. Perasaan lelah

b. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi,

durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi)

c. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini

d. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup

adanya darah atau mucus.

e. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal

f. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini

g. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga

riwayat penurunan BB.

Pengkajian objekif meliputi :

a. Auskultasi abdomen terhadap bising usus

b. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa

padat

c. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

K. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. PK: Anemia

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

d. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor

e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur

pembedahan, berhubungan dengan kurang paparan informasi

2. Post-operasi

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

c. Risiko infeksi.

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan

(kolostomi) dan adanya stoma

L. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan NOC NIC

1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan

berhubungan keperawatan selama… ..x 1. Lakukan pengkajian yang

dengan agen 24 jam diharapkan nyeri komprehensif terhadap

cedera biologis berkurang atau terkontrol, nyeri, meliputi lokasi,

dengan kriteria hasil: karasteristik, onset/durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, serta

a. Klien tidak melaporkan faktor-faktor yang dapat

adanya nyeri memicu nyeri.

b. Klien tidak 2. Observasi tanda-tanda

menunjukkan ekspresi non verbal atau isyarat

wajah terhadap nyeri dari ketidaknyamanan.

c. TD, Nadi dan RR dalam 3. Gunakan strategi

batas normal komunikasi terapeutik

dalam mengkaji

a. Klien melaporkan nyeri pengalaman nyeri dan

terkontrol menyampaikan

b. Klien dapat mengontrol penerimaan terhadap


nyerinya dengan respon klien terhadap

menggunakan teknik nyeri.

manajemen nyeri non 4. Kaji tanda-tanda vital

farmakologis klien

5. Kontrol faktor lingkungan

yang dapat menyebabkan

ketidaknyamanan, seperti

suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan.

6. Ajarkan prinsip-prinsip

manajemen nyeri non

farmakologi, (mis: teknik

terapi musik, distraksi,

guided imagery, masase

dll).

7. Kolaborasi dalam

pemberian analgetik

sesuai indikasi.

2. PK: Anemia Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala

keperawatan selama… x anemia yang terjadi.

24 jam, perawat dapat 2. Pantau tanda-tanda vital

meminimalkan komplikasi klien.

anemia yang terjadi, 3. Anjurkan klien

dengan kriteria hasil: mengkonsumsi makanan

yang mengandung

banyak zat besi dan vit


a. Tekanan darah dalam B12.

batas normal 4. Minimalkan prosedur

(110/70-130/90 yang bisa menyebabkan

mmHg) atau terkontrol. perdarahan.

b. Nadi dalam batas 5. Pantau nilai PT dan PTT

normal (60-100x/mnt) 6. Pantau hasil lab Hb dan

c. RR dalam batas normal HCT

(16-20 x/mnt) Blood Products

d. Suhu tubuh dalam Administration:

batas normal (36-37,5 Kolaborasi pemberian

° C) tranfusi darah sesuai

indikasi.

Rasional:transfusi darah

a. CRT < 2 detik diperlukan jika kondisi

b. Akral hangat anemia klien buruk untuk

c. Klien tidak pucat menambah jumlah darah

d. Konjungtiva berwarna dalam tubuh.

merah muda.

a. Hb klien dalam batas

normal (12-16 g/dL).

b. HCT dalam batas

normal (45-55%)

c. Mukosa bibir lembab.

d. Klien tidak mengalami

lemas dan lesu.


3. Ketidakseimba Setelah diberikan asuhan :

ngan nutrisi keperawatan … x 24 jam 1. Kaji status nutrisi klien

kurang dari diharpkan pemenuhan 2. Monitor masukan

kebutuhan nutrisi adekuat, dengan makanan atau cairan dan

tubuh kriteria hasil: hitung kebutuhan kalori

berhubungan harian.

dengan 3. Tentukan jenis makanan

ketidakmampu a. Masukan nutrisi yang cocok dengan tetap

an adekuat mempertimbangkan

mengabsorpsi b. Masukan makanan aspek agama dan budaya

nutrient dalam batas normal klien..

c. Berat badan meningkat 4. Anjurkan untuk

atau tetap menggunakan suplemen

nutrisi sesuai indikasi.

5. Jaga kebersihan mulut,

a. Klien mengatakan tidak ajarkan oral higiene pada

ada mual klien/keluarga.

b. Klien mengatakan tidak 6. Kolaborasi dengan ahli

muntah gizi untuk menentukan

c. Tidak ada peningkatan jumlah kalori dan jenis

sekresi saliva nutrisi yang dibutuhkan

untuk memenuhi

a. Keinginan klien untuk kebutuhan nutrisi.

makan meningkat

b. Intake makanan 1. Timbang berat badan

adekuat (porsi makan klien secara teratur.


yang disediakan habis) 2. Diskusikan dengan

keluarga klien hal-hal

yang menyebabkan

penurunan berat badan.

3. Pantau konsumsi kalori

harian.

4. Pantau hasil laboratorium,

seperti kadar serum

albumin, dan elektrolit.

5. Tentukan makanan

kesukaan, rasa, dan

temperatur makanan..

6. Anjurkan penggunaan

suplemen penambah

nafsu makan.

1. Dorong klien untuk

mempelajari strategi

untuk memanajemen

mual

2. Kaji frekuensi mual,

durasi, tingkat keparahan,

factor frekuensi,

presipitasi yang

menyebabkan mual.

3. Kaji riwayat diet meliputi


makanan yang tidak

disukai, disukai, dan

budaya makan.

4. Kontrol lingkungan sekitar

yang menyebabkan mual.

5. Ajarkan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi mual

(relaksasi, guide imagery,

distraksi).

6. Dukung istirahat dan tidur

yang adekuat untuk

meringankan nausea.

7. Ajarkan untuk melakukan

oral hygine untuk

mendukung kenyaman

dan mengurangi rasa

mual.

8. Anjurkan untuk makan

sedikit demi sedikit.

9. Pantau masukan nutrisi

sesuai kebutuhan kalori.

4. Konstipasi Setelah diberikan askep

berhubungan selama … . X 24 jam 1. Catat waktu terakhir

dengan diharapkan eliminasi pasien BAB, konsistensi,

obstruksi fekal klien normal, warna, jumlah


akibat tumor dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan pasien untuk

mengonsumsi makanan

yang mengandung serat

a. Frekuensi BAB seperi pepaya

kembali sesuai 3. Kolaborasi pemberian

kebiasaan pasien obat suposituria sesuai

Feses klien lembek indikasi

dan berbentuk 4. Anjurkan pasien untuk

c. Tidak ada kesulitan tidak menahan-nahan

defekasi keinginan untuk BAB

Tidak ada darah 5. Anjurkan pasien untuk

dalam feses meningkatkan hidrasi,

e. Tidak ada nyeri saat terutama air hangat

BAB merangsang proses

defekasi.

6. Anjurkan klien untuk

tidak mengejan

5. Kurang Setelah diberikan asuhan

pengetahuan keperawatan selama … x 1. Kaji tingkat pengetahuan

mengenai 24 jam diharapkan terjadi klien dan keluarga yang

penyakit dan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan

prosedur klien dan keluarga, dengan perkembangan penyakit.

pembedahan, kriteria hasil: 2. Jelaskan patofisiologi

berhubungan perjalanan penyakit,

dengan kurang penyebab, komplikasi

paparan penyakit, usaha-usaha


informasi Klien dan keluarga yang dapat dilakukan

memahami tentang proses untuk mencegah

penyakit, penyebab komplikasi penyakit dan

penyakit, komplikasi kondisi penyakit klien

penyakit dan usaha-usaha saat ini.

yang dapat dilakukan 3. Diskusikan terapi

untuk mencegah pengobatan yang perlu

komplikasi penyakit dilakukan klien

4. Informasikan pasien

tentang efek samping

Klien dan keluarga pengobatan dan upaya

memahami tentang diet yang dilakukan dalam

pada penyakit kanker, mengurangi/meminimalis

meliputi makanan yang ir efek samping dari

dianjurkan dan dihindari, pengobatan tersebut.

dan makanan pemicu

kanker 1. Jelaskan tentang

prosedur pembedahan

yang akan dijalani klien,

Klien dan keluarga meliputi prosedur, tujuan,

memahami tentang lama tindakan,

prosedur pembedahan, komplikasi)..

tujuan, lama tindakan, dan 2. Berikan kesempatan bagi

efek tindakan klien/keluarga untuk

menanyakan hal-hal yang

kurang dimengerti.
1. Kaji tingkat pengetahuan

klien mengenai diet saat

ini

2. Jelaskan tujuan diet,

meliputi makanan yang

dianjurkan dan dihindari,

serta makanan pemicu

kanker.

3. Berikan contoh-contoh

menu makanan harian

yang bisa diaplikasikan

oleh klien dan keluarga.

4. Bantu klien untuk

menyesuaikan makanan

pilihan dengan diet yang

dianjurkan

5. Libatkan keluarga dalam

pemberian informasi.

6. Risiko infeksi. Setelah dilakukan asuhan Infection control

keperawatan selama .....x 1. Bersihkan lingkungan

24 jam diharapkan tidak setelah digunakan oleh

terjadi infeksi, dengan klien.

kriteria hasil 2. Jaga agar barier kulit

yang terbuka tidak

terpapar lingkungan
a. Tidak ada kemerahan dengan cara menutup

b. Tidak terjadi dengan kasa streril.

hipertermia 3. Batasi jumlah pengunjung.

c. Tidak ada 4. Ajarkan klien dan

pembengkakan keluarga tekhnik mencuci

d. Tidak ada drainase tangan yang benar.

purulen -WBC dalam 5. Gunakan sabun anti

batas normal) mikrobial untuk mencuci

tangan.

a. Klien mampu 6. Cuci tangan sebelum dan

menyebutkan sesudah melakukan

factor-faktor resiko tindakan keperawatan..

penyebab infeksi 7. Terapkan Universal

b. Klien mampu precaution.

memonitor lingkungan 8. Pertahankan lingkungan

penyebab aseptik selama

c. Klien mampu perawatan.

memonitor tingkah laku 9. Anjurkan klien untuk

penyebab infeksi -Tidak memenuhan asupan

terjadi paparan saat nutrisi dan cairan adekuat.

tindakan keperawatan 10.Ajarkan klien dan

keluarga untuk

menghindari infeksi.

11.Ajarkan pada klien dan

keluarga tanda-tanda

infeksi.
12.Kolaborasi pemberian

antibiotik bila perlu.

1. Monitor tanda dan gejala

infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor hitung granulosit,

WBC

3. Berikan perawatan kulit.

4. Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap kemerahan,

panas dan drainase

5. Inspeksi kondisi luka

1. Monitor karakteristik luka,

meliputi warna, ukuran,

bau dan pengeluaran

pada luka

2. Bersihkan luka dengan

normal salin

3. Lakukan pembalutan

pada luka sesuai dengan

kondisi luka

4. Pertahankan teknik steril

dalam perawatan luka

pasien
7. Gangguan citra Setelah diberikan asuhan

tubuh keperawatan selama … x 1. Kaji penilaian dasar klien

berhubungan 24 jam diharapkan tentang citra tubuhnya

dengan gangguan citra tubuh klien 2. Identifikasi efek

pembedahan dapat teratasi dengan perubahan bentuk tubuh

(kolostomi) dan kriteria hasil: pasien terhadap budaya,

adanya stoma agama, perilaku seksual,

dll

3. Diskusikan tentang

a. Klien mampu perubahan yang dapat

mengungkapkan terjadi pada klien akibat

kemampuan untuk dari proses penyakitnya

mengatasi intervensi/konseling lebih

keterbatasan lanjut

b. Klien mampu 4. Perhatikan frekuensi

beradaptasi dengan pasien dalam mengkritik

keterbatasan fungsi dirinya

dan struktur tubuhnya 5. Diskusikan tentang

(Klien menerapkan bagaimana orang

strategi untuk terdekat dapat menerima

mengurangi keterbatasnnya

keterbatasan 6. Berikan bantuan positif

bila diperlukan.

8 Ansietas Setelah diberikan asuhan NIC

berhubungan keperawatan .. x24 jam Anxiety Reduction

dengan krisis diharapakan klien ansietas 1. Jelaskan semua


situasional dapat teratasi tujuan dan prosedur termasuk

criteria hasil perasaan yang mungkin

NOC dialami

Anxiety Control 2. Berikan objek yang dapat

1. Tidur nyenyak memberikan rasa

2. Tidak ada manifestasi nyaman

perilaku 3. Berbicara dengan pelan

3. Mencari informasi untuk dan tenang

mengurangi cemas 4. Membina hubungan

4. Menggunakan teknik saling percaya

relaksasi untuk 5. Dengarkan penuh

mengurangi cemas perhatian

5. Berinteraksi sosial 6. Ciptakan suasana saling

percaya

7. Dorong klien dan

keluargamengungkapka

n perasaannya

8. Berikan aktivitas

mengurangi ketegangan

9. Anjurkan menggunakan

teknik relaksasi

10. Berikan lingkungan yang

tenang

11. Batasi pengunjung


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. .

Jakarta:EGC

Doenges at al. 2000. . Jakarta: EGC.

Gale, Danielle & Charette, Jane, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan


Onkologi, EGC, Jakarta.

Herdman, T.H. 2012.

.Jakarta:EGC.

Mansjoer, A. 2000. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi ; Konsep Klinis
Proses– Proses Penyakit Vol. 1, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Samsuhidajat, R. 2004. . Jakarta: Penerbit Buku

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Sudjatmiko. 2012. ,

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai