PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Serupa dengan estimasi global, kanker rektum menempati ukuran
ke-4 kematian karena kanker di Indonesia. Diperkirakan sebanyak 394,000
kematian per tahun akibat kanker kolorektum terjadi di seluruh dunia.
Kesintasan kanker kolorektum sangat bergantung kepada stadium saat
diagnosis, semakin dini diagnosis, maka angka kesintasan semakin tinggi.
Kesintasan 5 tahun pada kanker rektum yang masih lokal dapat mencapai
90%, menurun menjadi 70% bila telah melibatkan regional dan 10% bila
telah terjadi metastasis jauh.
Angka kesintasan 5 tahun kanker rektum yang telah distandarisasi
menurut usia secara global adalah 50-59%. Tindakan pembedahan
memberi hasil yang baik pada kanker kolorektum stadium awal, namun
pada stadium lanjut lokal (T3-4, N+), angka keberhasilan dari tindakan
pembedahan saja turun menjadi 50%. Untuk meningkatkan hasil akhir,
maka perlu dilakukan terapi neoajuvan berupa kemoradiasi dan kemudan
dilanjutkan dengan Total Mesorectal Excision (TME).
Pengenalan gejala klinis awal yang dapat mengarah kepada kanker
rektum perlu menjadi perhatian setiap tenaga medis. Karena ketepatan
diagnosa secara dini dapat mempengaruhi angka keberhasilan terapi dan
kesintasan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal
karena bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis tertentu
misalnya kehamilan.
b. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan
pembesaran organ tanpa ada pertambahan jumlah sel.
c. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah
menjadi tipe yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang
terspesialisasi.
d. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel
abnormal yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia.Perubahan yang
termasuk dalam hal ini terdiri dari bertambahnya mitosis, produksi dari sel
abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak teratur.
2.2 Anatomi
3
hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia
supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis
pada insersi muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar 10-15 cm,
dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian
ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4
lapisan : mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan
lapisan serosa.
4
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis
superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang
merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2
kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna,
arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna. Vena
hemoroidalis superior berasal dari 2 plexus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam v. Mesenterika inferior dan seterusnya
melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga
tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma
rektum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati. Vena
hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda interna, v. iliaka
interna dan sistem vena kava.
5
di atas garis anorektum berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik.
Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal
dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan
ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral dan 4, serabut ini
mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur aliran darah ke
dalam jaringan.
2.3 Epidemiologi
6
angka ini diprediksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Studi
epidemiologi sebelumnya menunjukkan bahwa usia pasien kanker
kolorektal di Indonesia lebih muda dari pada pasien kanker kolorektal di
negara maju. Lebih dari 30% kasus didapat pada pasien yang berumur 40
tahun atau lebih muda, sedangkan di negara maju, pasien yang umurnya
kurang dari 50 tahun hanya 2-8 % saja.
2.5 Patofisiologi
7
adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses
diferensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang dimulai dengan
inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC) yang
menyebabkan terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan
jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan
menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K-ras
onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah terjadinya
apoptosis dan memperpanjang hidup sel.
menjadi 2, yaitu :
1. Gejala subakut
8
memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. Pasien mungkin
memperhatikan perubahan warna feses menjadi gelap, tetapi tumor
seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien.
Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi. Ketika seorang wanita post menopouse atau
seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi, maka
kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat
harus dilakukan. Karena perdarahan yang disebabkan oleh tumor biasanya
bersifat intermitten, hasil negatif dari tes occult blood tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit perut bagian
bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri,
yang mereda setelah buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari
adanya perubahan pada pola buang air besar serta adanya darah yang
berwarna merah keluar bersamaan dengan buang air besar. Gejala lain
yang jarang adalah penurunan berat badan dan demam. Meskipun
kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat menjadi tempat utama
intususepsi, sehingga jika ditemukan orang dewasa yang mempunyai
gejala obstruksi total atau parsial dengan intususepsi, kolonoskopi dan
double kontras barium enema harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan kanker kolon.
2. Gejala akut
9
sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal ini dapat
disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada
vesika urinaria atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda
pneumaturia dan fecaluria. Metastasis ke hepar dapat menyebabkan
pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan hal ini biasanya
merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.
Metastasis
2.7 Diagnosis
10
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu
dengan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan
kebiasaan BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi
selama beberapa hari). Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus
yang lebih lanjut ileus obstruksi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor
berbenjol, rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah)
dapat dicapai dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak
dapat diraba. Dari pemeriksaan colok dubur ditetapkan mobilitasnya untuk
mengetahi prospek pembedahan. bila dapat digerakkan berarti masih
terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi, biasanya sudah
terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat,
buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan
adanya suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
11
1) Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung os coccygis. Pada penderita perempuan sebaiknya juga
dilakukan palpasi melalui vagina untuk mengetahui apakah mukosa
vagina di atas tumor tersebut licin dan dapat digerakkan atau apakah ada
perlekatan dan ulserasi, juga untuk menilai batas atas dari lesi anular.
Penilaian batas atas ini tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan
colok dubur.
2) Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada
lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi
lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau
perlekatan ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli,
dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma
kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada
daerah rektosigmoid.
Koloskopi
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
Barium colon in loop
12
Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core
appearance
Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis
yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.
2.9 Penatalaksanaan
13
antara lain ialah :
1. Pembedahan
14
pembuatan kolostomi permanen.
15
Pada tumor rektum sepertiga tengah dilakukan reseksi
dengan mempertahankan sfingter anus, sedangkan pada tumor
sepertiga distal dilakukan amputasi rektum melalui reseksi
abdominoperineal Quenu-Miles. Pada operasi ini anus turut
dikeluarkan.
1. Indikasi
2. Kontraindikasi
2. Radiasi
16
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus
stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor
sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah
sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus
tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk
penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan
resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiesi
telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut,
misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi
paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau
lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.
17
2.11 Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal
adalah sebagai berikut :
Stadium I - 72%
Stadium II - 54%
Stadium III - 39%
Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa
kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih
sering terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun
pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan
kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor.
Tumor poorly differentiated mempunyai prognosis lebih buruk
dibandingkan dengan well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif
berupa ”signet ring cell” dan karsinoma musinus prognosis juga buruk.
Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32%
penderita. Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus,
keterlibatan kelenjar limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan
diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang mempengaruhi rekurensi
local.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
- IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
ANAMNESA
Keluhan Utama
Pusing dan lemas
19
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat HT disangkal, DM disangkal, Gangguan Jantung disangkal, Asma
(-), Riwayat Hemoroid disangkal. Riwayat penyakit kanker rektum sejak
tahun 2018.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap jenis makanan atau obat-obatan
tertentu.
Riwayat Habituasi
Pasien banyak makan sayur dan buah. Pasien tidak pernah berolahraga.
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Vital sign
Nadi : 60 x/menit
20
Suhu : 36C
1.Kepala : normochepali
2. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-),
pupil isokor 3 mm, reflek pupil langsung dan tidak langsung (+/+).
4. Mulut : Mukosa bibir pucat (+), kering (-), atrofi papil lidah (-), lidah
kotor/thypoid tongue (-),
Thorax
Pulmo :
Cor :
Perkusi : Batas kanan jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri
pada ICS V micklavikula line sinistra
21
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi(-)
Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas atas: akral hangat (+/+), edema (-/-), crt < 3 detik.
Ekstremitas bawah: akral hangat (+/+), edema (+/-), crt < 3 detik.
Tidak dilakukan
- DIAGNOSIS :
Karsinoma Rectum
- DIAGNOSIS BANDING :
Fisura anal
Hemoroid
22
b. Fungsi Hati
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Albumin 2,5 g/dL 3,5-5,1 g/dL
SGOT 27 U/L <40
SGPT 22 U/L <42
c. Fungsi Ginjal
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Ureum 42 mg/dL 10-50
Creatinin 2,1 mg/dL 0,5-1,4
d. Diabetes
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GDS 160mg/dL ≤150
- RENCANA TERAPI
Transfusi whole blood
Infus NaCl 0,9% 20 tpm Makro
Inj. Omeprazole 1ml 1x1
Inj ondancentron 8 mg 1x1
Ceftriaxone 1gr 2x1
Ranitidine 50 mg 2x1
Ketorolac 30mg 2x1
Inj. Ca. Gluconas 1 amp
Inj kalnex 1 amp 3x1
Vit K (im) 3x1
- PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanactionam: dubia ad mal
Follow Up
23
Tanggal SOAP
11/10/2020 S : pusing (+), lemas (+), mual (+), nyeri ulu hati (+),
penurunan nafsu makan (+), kaki kanan bengkak (+) dan
BAB berdarah bercampur nanah
O : Kes : Composmentis
KU : Sakit sedang
TD : 115/80 HR : 70 x/i RR : 22 x/i T : 360C
Hb : 2,3 gr
A : ca recti
P : - Transfusi whole blood
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm Makro
- Inj. Omeprazole 1ml 1x1
- Inj ondancentron 8 mg 1x1
12/10/2020 S : pusing (+), lemas (+), mual (+), nyeri ulu hati (+),
penurunan nafsu makan (+), kaki kanan bengkak (+) dan
BAB berdarah bercampur nanah
O : Kes : Composmentis
KU : Sakit sedang
TD : 120/80 HR : 80 x/i RR : 20 x/i T : 36,5 0C
A : ca recti
P : - Transfusi whole blood
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm Makro
- Ceftriaxone 1gr 2x1
- Ranitidine 50 mg 2x1
- Ketorolac 30mg 2x1
13/10/2020 S : pusing (+), lemas (+), mual (+), nyeri ulu hati (+),
penurunan nafsu makan (+), kaki kanan bengkak (+) dan
BAB berdarah bercampur nanah
O : Kes : Composmentis
KU : Sakit sedang
TD : 126/80 HR : 76x/i RR : 21 x/i T : 36,5 0C
24
A : ca recti
P : - Transfusi whole blood
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm Makro
- Ceftriaxone 1gr 2x1
- Ranitidine 50 mg 2x1
- Ketorolac 30mg 2x1
14/10/2020 S : mual (+), nyeri ulu hati (+), penurunan nafsu makan (+),
kaki kanan bengkak (+) dan BAB berdarah bercampur nanah
O : Kes : Composmentis
KU : Sakit sedang
TD : 120/85 HR : 82x/i RR : 20 x/i T : 36,3 0C
Hb : 6.3 gr
A : ca recti
P : - Transfusi whole blood
- Infus NaCl 0,9% 20 tpm Makro
- Ceftriaxone 1gr 2x1
- Ranitidine 50 mg 2x1
25
- Vit K (im) 3x1
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan pusing dan lemas sejak 1 minggu ini.
Keluhan disertai mual (+), nyeri ulu hati (+), penurunan nafsu makan (+),
kaki kanan bengkak (+) dan BAB berdarah. BAB berdarah sudah dialami
pasien 2 tahun ini. Tinja yang keluar bercampur darah yang berwarna
merah segar dan kadang agak kehitaman, menggupal dan bernanah. Darah
menetes walaupun pasien tidak mengedan. Saat datang ke IGD pasien
tampak pucat. Sejak tahun 2018 pasien didiagnosa tumor rectum dan
dianjurkan operasi namun pasien menolak. Pasien tidak dilakukan
pemeriksaan Rectal Toucher. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu
pemeriksaan darah lengkap terdapat peningkatan leukosit 12.100 mg/dl
dan penurunan Hemoglobin 2.3 gr%. Pemeriksaan KGD 160 mg/dL, selain
itu juga dilakukan pemeriksaan rapid test dengan hasil non-reaktif IgG dan
IgM.
27
BAB V
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29