Oleh:
Pembimbing:
1
I. PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara yang
sering dapat mengakibatkan kematian pada wanita. Jaringan payudara terdiri dari kelenjar
susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjang
payudara. Penyakit kegansan ini oleh World Health Organization (WHO) dimasukan
kedalam International Classification of Diseases (ICD) dengan nomor kode 174. Kanker
payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Sel-
sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh 2
Metastasis dan invasi sel kanker merupakan aspek yang mematikan dari suatu
proses keganasan. Metastasis adalah kemampuan sel tumor untuk berpindah ke tempat
yang jauh dari tumor primer yang bilamana sel sudah berada pada organ lain, sel tersebut
akan bertumbuh. Oleh sebab itu, proses metastasis dapat menyebabkan peningkatan angka
kesakitan dan bahkan kematian. Kejadian tersebut juga merupakan salah satu tanda utama
tumor ganas, sebab tumor jinak tidak mengadakan metastasis.
Pada umumnya semua tumor ganas dapat metastasis, namun demikian terdapat
pengecualian yaitu tumor sel-sel glia di otak dan tumor sel basal dikulit yang sangat
destruktif secara lokal tetapi jarang sekali dapat metastasis. Disamping itu sebagian besar
sel kanker secara cerdik dapat menutupi kemampuan potensi metastasisnya melalui
2
berbagai macam mekanisme. Proses metastasis ini terjadi terutama melalui aliran limfe
dan pembuluh darah, namun demikian dapat juga terjadi melalui rongga dalam tubuh
misalnya rongga abdomen dan melalui cairan tubuh misalnya cairan cerebrospinalis.
Kemampuan metastasis ini disebabkan karena kemampuan sel kanker untuk melakukan
invasi ke dalam jaringan sekitarnya dan seterusnya ke pembuluh darah atau pembuluh
limfe. Proses terjadinya metastasis terutama disebabkan oleh perubahan sifat sel ganas.
Sifat sel ganas itu antara lain perubahan biokimia permukaan sel, pertambahan
motilitas, kemampuan mengeluarkan zat litik, kemampuan untuk membentuk pembuluh
darah baru (angiogenesis), berkurangnya adhesi antara sel tumor satu dengan sel tumor
lainnya dan hilangnya daya pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel normal
diantaranya 2. Karsinogenesis atau proses terjadinya kanker dimulai dengan proses
perubahan sederhana pada sel yang berubah menjadi tumor jinak hingga akhirnya menjadi
tumor ganas atau kanker (Gambar 1) 3
Sel Kanker dapat lepas dari sel kanker asal (primary cancer atau kanker primer)
melalui aliran darah atau saluran limfe dan menyebar ke bagian tubuh atau ke organ lain.
Apabila sel tersebut mencapai organ atau bagian lain (menyebar) dari tubuh dan
3
berkembang membentuk tumor baru di bagian itu, disebut tumor sekunder (secondary
tumor) atau proses metastasis 3
Tampak sel-sel kanker yang menembus batas jaringan menyebar secara lokal dan
akhirnya melalui pemebuluh darah atau limfe menyebar ke bagian-bagian yang jauh dari
tempat asalnya “metastasis jauh” (gambar 2).
II. EPIDEMIOLOGI
4
Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan kenyataan
bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut.
Di Amerika Serikat, tulang belakang merupakan tempat atau tulang yang paling
sering terkena metastase tumor. Sekitar 30-70% pasien dengan tumor primer didapatkan
metastase ke tulang belakang pada waktu dilakukan autopsy. Sekitar 70% lesi metastase
terdapat pada daerah vertebra thorakal, 20% di daerah vertebra lumbal, dan 10% di daerah
vertebra servikal. Lebih dari 50% penderita dengan metastasis tulang belakang mempunyai
lesi yang multipel. Lokasi tersering metastasis di tulang belakang adalah pada anterior
korpus vertebra (60%), dan sekitar 30% berinfiltrasi ke lamina atau pedikel. Sebagian kecil
dapat mengenai bagian anterior dan posterior tulang belakang. Sumber utama atau
penyakit tumor primer dari lesi metastase tulang belakang adalah paru-paru (31%),
payudara (24%), gastrointestinal (9%), prostat (8%), limfoma (6%), melanoma (4%), dan
ginjal (1%). Beberapa menunjukkan lebih dari 40% Epidural Spinal Cord Compression
akibat metastasis tulang berasal dari dari tumor primer payudara, paru, dan prostat 4
5
Gambar 3. Sebaran Insidensi breast cancer
(Sumber : News-Medical.net “Breast Cancer Epidemiology”)
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, yang lebih rendah di
negara-negara berkembang dan terbesar di negara yang lebih maju. Di dua belas wilayah
dunia, tingkat kejadian tahunan usia standar per 100.000 perempuan adalah sebagai
berikut; di Asia Timur : 18, di Asia Tengah : 22, di Afrika: 22, di Asia Timur: 26, Afrika
Utara dan Barat asia: 28, Selatan dan Amerika Tengah: 42, Eropa Timur: 49, Eropa
Selatan: 56, Eropa Utara: 73, Oseania: 74, Eropa Barat: 78 dan di Amerika Utara: 90.
Kanker payudara sangat terkait dengan umur dengan hanya 5% dari semua pasien kanker
payudara terjadi pada wanita di bawah 40 tahun (gambar 3).
Di seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum atau paling sering
pada wanita setelah kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker pada wanita.
Angka ini lebih dari dua kali lipat dari kanker kolorektal dan kanker leher rahim dan
sekitar tiga kali lipat dari kanker paru-paru. Kematian di dunia akibat penyakit keganasan
pada payudaraadalah 25% lebih besar daripada kanker paru-paru pada wanita.
Di Amerika Serikat resiko seumur hidup untuk kanker payudara di Amerika Serikat
adalah 1 dari 8 kasus (12,5%) dengan 1 dari 35 kasus (3%) berpeluang terjadi kematian.
Amerika Serikat memiliki tingkat insiden tertinggi tahunan kanker payudara di dunia;
128,6 per 100.000 pada kalangan kulit putih dan 112,6 per 100.000 pada kalangan Afrika
Amerika. Pada tahun 2007, kanker payudara diperkirakan akan menyebabkan 40.910
kematian di Amerika Serikat (7% dari kematian akibat kanker; hampir 2% dari semua
kematian). Angka ini termasuk 450 hingga 500 kasus kematian per tahun diantara laki-laki
dari 2000 kasus kanker.
Di AS, baik insiden dan angka kematian untuk kanker payudara telah menurun
dalam beberapa tahun terakhir di penduduk asli Amerika dan Alaska Pribumi. Namun
demikian, sebuah penelitian AS yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan bahwa
kanker payudara masih merupakan penyakit yang paling ditakuti, meskipun penyakit
jantung adalah penyebab yang jauh lebih umum atau lebih sering menyebabkan kematian
di kalangan perempuan. Negara-negara berkembang yang mengadopsi budaya barat
memiliki kecenderungan penyakit keganasan payudara yang lebih tinggi yang timbul dari
budaya barat dan kebiasaannya (asupan lemak berlebih, konsumsi alkohol, merokok,
paparan kontrasepsi oral, perubahan pola melahirkan dan menyusui, paritas rendah).
6
III. ANATOMI
A. Anatomi Tulang
7
sering menjadi tujuan metastase antara lain costa, vertebra, pelvis, tulang
tengkorak, dan humerus serta femur.5
B. Anatomi Payudara
8
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau
menjadi ganas.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kejadian
kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
9
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu
suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60
tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.7
Sel-sel kanker dapat menghasilkan molekul adhesif yang dapat melekatkan sel
kanker pada sel stroma sumsum tulang merah dan juga matriks tulang, interaksi antara
sel kanker dengan sel stroma dan matriks tulang akan menyebabkan sel kanker
meningkatkan produksi faktor-faktor angiogenik dan bone-resorbing faktor yang
selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan sel kanker dalam tulang.
10
osteclastogenic yang kuat seperti IL-6. PTHrP dan IL-6 akan merangsang peningkatan
pembentukan osteoclast yang kemudian akan menimbulkan resorpsi tulang yang lebih
hebat, Osteoclast akan meresorbsi tulang dengan cara mengeluarkan suatu enzym
protease yang akan melarutkan matriks tulang dan menghasilkan asam yang akan
menyebabkan mineral tulang terlepas masuk ke ekstra selluler akibat resorpsi ini
beberapa faktor akan dilepaskan dari dalam matriks tulang seperti TGFβ, selanjutnya
faktor-faktor ini akan merangsang pembentukan PTHrP yang lebih banyak dan juga
merangsang pertumbuhan sel Kanker payudara sehingga menimbulkan suatu
“Lingkaran Setan” yang akan berlangsung terus menerus.8
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
11
Terdapat model parasternal
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila diameter
lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak
normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil,
menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting
susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara
(unilateral), dan cairan selain air susu.9
VI. STADIUM
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran
ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada
tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen ,
USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll.
Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut
saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons).9
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor , “N” yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
12
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:
o T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak,
kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor
utama
13
Tabel.1. TNM
Metastase pada tulang, sering memyebabkan rasa nyeri. Juga bisa menyebabkan
tulang fracture ( patah ) atau hancur.Ini sangat mengganggu activitas sehari-hari. Gejala
dari metastase tulang ini bisa bermacam-macam. Diantaranya :
14
Nyeri pada tulang yang lama kelamaan menjadi amat sakit hingga pasien tidak bisa
jalan, Bisa jadi ini karena tulang yang patah atau urat syaraf tulang belakang yang
rusak ( orang awam sering mengira sebagai urat kejepit )
Merasa lemas
Haus
Konstipasi
Kelelahan
Merasa bingung, tidak tenang
Perlu kalsium darah yang tinggi ( hypercalcemia )
Kelebihan kalsium yang dikeluarkan dari tulang yang sakit, mungkin
mengakibatkan kurang nafsu makan, mual, lelah.10
Kanker tulang primer di tulang jarang terjadi. Kanker pada tulang dapat
menyebabkan hancurnya sel-sel sehat tulang penderita. Tumor kanker tidak hanya
merusak tulang tetapi juga merusak sumsum tulang penderitanya. Gejala kanker tulang di
tulang termasuk rasa sakit, patah tulang dan mati rasa atau kelemahan
Rasa sakit : Tanda paling umum dari kanker tulang di tulang belakang adalah
nyeri pada leher atau punggung. Rasa sakit akan terus-menerus dan disertai dengan
gejala lainnya. Nyeri ini bisa hanya di daerah belakang, bisa juga menyebar ke
anggota badan lain. Pengembangannya tergantung hanya pada lokasi pertumbuhan
abnormal. Jika kanker menyebabkan sejumlah kecil peradangan dan iritasi, rasa
15
sakit biasanya tetap di belakang. Jika kanker menekan saraf, rasa sakit berdifusi
keluar ke “dahan” yang terkait. Tidak peduli sumber rasa sakit, kanker tulang
belakang menyebabkan ketidaknyamanan kronis.
Kelemahan : Jika kanker tempat cukup tekanan pada saraf, seseorang akan
menderita kelemahan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh gangguan pada
impuls dari tulang belakang. Jika kanker menyebabkan peradangan besar di
belakang, otak tidak lagi mampu berkomunikasi dengan baik dengan kaki.
Akibatnya, penderita mungkin merasa sulit untuk berjalan, membawa, meraih
sesuatu, atau berpegangan.
Kepekaan berkurang : Kanker tulang belakang dapat mempengaruhi sensasi
sentuhan. Karena sumsum tulang belakang adalah saraf pusat, peradangan atau
tekanan di daerah ini dapat mengakibatkan pengurangan sensasi. Objek mungkin
tidak lagi merasa panas atau dingin untuk disentuh.
Inkontinensia : Kanker tulang belakang juga dapat menyebabkan inkontinensia.
Gejala ini sangat mirip dengan kelemahan, karena tekanan pada saraf tertentu
dalam tulang belakang yang bertanggung jawab untuk mengontrol kinerja kandung
kemih dan usus. Jika impuls terganggu, dapat menyebabkan seseorang kehilangan
kontrol kandung kemih mereka, usus, atau keduanya.
Kelumpuhan : Seiring perkembangan kanker tulang belakang, seseorang mungkin
menderita kelumpuhan. Tergantung pada beratnya kanker, kelumpuhan dapat
diisolasi untuk satu anggota badan. Ukuran dan lokasi pertumbuhan menentukan
jumlah kelumpuhan, karena kanker bisa sampai ke titik di mana saraf tampaknya
putus atau lesi telah terbentuk pada saraf itu sendiri.18
16
Metastase tulang terdiri dari lesi osteolitik dan osteoblastik. Pada seorang penderita
kanker , dapat ditemukan beberapa lesi metastatik tulang osteolitik dan osteoblastik atau
lesi tulang berupa campuran osteolitik dan osteoblastik. Sebagian besar penderita kanker
payudara mempunyai lesi tulang predominan berupa osteolitik. Meskipun demikian kira-
kira 15-20% penderita mempunyai lesi tulang predominan osteoblastik. Dapat juga terjadi
pembentukan tulang sekunder sebagai respon kerusakan tulang. Proses reaktif ini
memungkinkan terdeteksinya lesi osteolitik dengan pemeriksaan sidik tulang yang
mendeteksi adanya lesi dengan aktivitas pembentukan tulang.
Beberapa faktor berperan dalan terjadinya metastase kanker ke tulang yaitu : ( The
New England Journal of Medicine (NEJM) 2004, uptodate mechanism of bone metastase) :
Aliran darah yang banyak pada sumsum tulang.
Sel kanker menghasilkan molekul adesi yang menyebabkan menempelnya sel
kanker pada sel stroma sumsum tulang dan matriks tulang
17
Gambar 6. Mekanisme regulasi chemokine pada metastase kanker payudara
Faktor-faktor ini dihasilkan dan teraktivasi pada proses resorpsi tulang dan
merupakan ”tanah yang subur” untuk pertumbuhan sel kanker ( seed-and-soil hypothesis).
Mekanisme regulasi chemokine pada metastase kanker payudara (dapat dilihat pada
gambar 6).
Sel kanker payudara menghasilkan faktor-faktor yang secara langsung dan tidak
langsung dapat menginduksi pembentukan osteoklas. Sebaliknya, dalam proses resorpsi
tulang oleh osteoklas akan dihasilkan faktor-faktor pertumbuhan dari matriks tulang yang
akan merangsang pertumbuhan sel tumor dan kerusakan tulang. Interaksi timbal balik
antara sel kanker payudara dan lingkungan mikro tulang menyebabkan terjadinya
lingkaran setan yang akan meningkatkan kerusakan tulang dan pertumbuhan sel kanker.
(Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 7).13
18
Gambar 7. Hubungan timbal balik antara destruksi tulang dan pertumbuhan sel kanker
selanjutnya akan meningkatkan destruksi tulang dan perumbuhan sel kanker.
A. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN
1. Bone Survey
19
Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radiografik
konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai
lesi-lesi metastatik yaitu skelet, ekstremitas bagian proksimal. Sangat jarang lesi
megenai sebelah distal siku atau lutut. Bila ada lesi pada bagian tersebut harus
difikirkan kemungkinan mieloma yang multipel (morbus Kahler). Gambaran
radiologik dari metastasis tulang kadang –kadang bisa memberi petunjuk dari mana
asal tumor. Sebagian besar proses metastasis memberikan gambaran "lytik" yaitu
bayangan "radiolusen" pada tulang. Sedangkan gambaran "blastik" adalah apabila
kita temukan lesi dengan densitas yang lebih tinggi dari tulang sendiri. Keadaan
yang Iebih jarang ini kita temukan pada metastasis dari tumor primer : prostat,
payudara, lebih jarang pada karsinoma kolon, paru, pankreas.
Distribusi metastasis pada tulang - tulang menurut Beschan adalah kurang
lebih sebagai berikut :
Tulang belakang 80%
Femur 40%
Iga-iga dan sternum 25 %
Tengkorak dan pelvis 20%
Kaput humeri 7%
Tulang ekstremitas 1 —2%
2. Skeletal Scintigraphy
Edelstyn, mendapatkan bahwa lesi metastase tulang baru akan tampak pada
pemeriksaan radiodiagnostik apabila telah terjadi demineralisasi sebanyak 50-70%.
"Skeletal Scintigraphy" (penatahan tulang) adalah metoda lain untuk memeriksa
tulang. Pemeriksaan ini berbeda dengan pemeriksaan radiografi, berdasarkan pada
adanya pembentukan tulang baru (bone turnover) dan aliran darah regional,
sehingga adanya proses metastasis pada tulang yang dini sekalipun dapat cepat
terdeteksi.
3. Pencitraan
Tulang merupakan tempat yang paling sering terjadi metastasis dari kanker
payudara. Pemeriksaan penunjang seperti Bone scintigraphy, plain radiography,
computed tomography, MRI dan PET merupakan pemeriksaan yang penting dalam
20
mendeteksi metastasis tulang tapi tidak ada konsensus pemeriksaan yang mana
yang dianggap terbaik. Deteksi adanya deposit metastasis dalam tulang secara
akurat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang mungkin bisa terjadi
seperti fraktur patologis dan juga dapat digunakan untuk memilih terapi yang
optimal. Secara radiologis gambaran metastasis tulang dapat dibedakan atas:
Osteolitik, osteoblastik atau campuran keduanya. Metastasis tulang pada seorang
penderita bisa osteolitik, osteoblastik atau dapat sekaligus ditemukan campuran ke
2 jenis kelainan tulang ini (mixed lesions). Pada penderita kanker payudara
gambaran metastasis tulang umumnya adalah Osteolitik. tapi sekitar 15 sampai
25% kasus memperlihatkan gambaran osteoblastik.
Untuk mendeteksi metastasis tulang pada penderita kanker payudara ada beberapa
pemeriksaan yang dapat digunakan dengan kelebihan dan kekurangannya.
1. Conventional radiography
Tehnik radiografi ini sangat baik untuk mendeteksi integritas / kelainan
kortex tulang tapi lesi atau kelainan korteks baru bisa terdeteksi atau terlihat bila
tumor sudah merusak > 50% korteks3. Menurut WHO dan International Union
Against Cancer criteria, untuk mengevaluasi metastasis tulang Serial Radiographs
masih merupakan metode yang standar. Metode standar untuk mengevaluasi
metastasis tulang (Skeletal Survey), kurang sensitif dibandingkan dengan metode
lainnya.
2. Bone Scintigraphy
Bone scintigraphy merupakan metode pemeriksaan nuclear medicine yang
paling sederhana, sangat sensitif tapi tidak spesifik dimana prinsip pemeriksaan ini
adalah mendeteksi adanya peningkatan metabolisme pada tulang yang terjadi
disekitar lesi / metastasis tulang. Sehingga pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
menentukan lokasi metastasis tulang.
21
Bone Scintigraphy sensitif untuk mendeteksi lesi pada daerah yang
mengalami bone remodeling terutama di korteks tulang dan dapat mendeteksi lesi
yang besarnya hanya 5-10% dari tulang normal. Tehnik ini mampu mendeteksi lesi
tulang 18 bulan sebelum lesi ini bisa terdeteksi dengan radiografi konvensional dan
50 -80% lebih sensitif.
Bone Scintigraphy tidak mampu mendeteksi metastasis dini atau metastasis
yang kecil di vertebra karena bone remodeling sangat minimal dan belum
melibatkan atau merusak korteks. Pada awal metastasis sel kanker payudara ke
tulang dengan lesi yang kecil cenderung terjadi di dalam medulla tulang dan belum
merusak korteks tulang sehingga metastasis ini sulit dideteksi oleh Bone
Scintigraphy.
Bone scanning merupakan pemeriksaan yang sensitif untuk mendeteksi
metastasis tulang pada penderita kanker payudara tapi tidak semua kelainan yang
ditemukan pada tulang adalah metastasis tulang, beberapa penelitian hanya
menemukan sekitar 5% kelainan di bone scanning pada penderita kanker payudara
stage I dan II dan hanya 50% diantaranya terbukti metastasis tulang. Bone scan
lebih sensitif dibandingkan dengan bone survey untuk mendeteksi metastasis
tulang, namun demikian bone scan juga bisa ditemukan negatif palsu dan hasil
yang positif harus diinterpretasi dengan hati-hati. Pemeriksaan ini sangat sensitive
tapi kurang spesifik terutama pada penyakit degeneratif yang mungkin memberikan
hasil yang positif palsu.demikian juga keterbatasannya dalam mendeteksi lesi
bentuk osteolitik. Pemeriksaan bone scintigraphy perlu dipertimbangkan pada
penderita kanker payudara dengan tumor besar (T3 dan T4) juga pada penderita
yang N(+).
Bila seorang penderita kanker payudara dengan nyeri pada daerah tertentu
maka bone scanning perlu dilakukan untuk menentukan apakah nyeri karena
metastasis atau bukan tanpa memperhatikan ukuran tumor dan stadium tumor.
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa bone scan tidak perlu dilakukan pada
pasien kanker payudara stadium I dan II yang tidak punya keluhan atau tanda
metastasis tulang, dalam penelitiannya menemukan hanya 1,6% (9 dari 547 kasus)
metastasis tulang pada pasien kanker payudara stadium I dan II dan kebanyakan
dari 9 pasien yang positif ini mempunyai keluhan atau tanda metastasis tulang.
Banyak penelitian melaporkan bahwa penderita kanker payudara stadium I dan II
kemungkinan mengalami metastasis tulang sangat rendah tapi beberapa penelitian
22
melaporkan bahwa penderita kanker payudara stadium II dengan tumor besar dan
grading tumor yang tinggi perlu dilakukan bone scintigraphy untuk menentukan
staging.
Bone scanning merupakan bagian dari pemeriksaan untuk menentukan
staging tanpa memandang apakah penderita sudah ada metastasis atau tidak.
Walaupun bone scintigraphy dianggap tidak efektif pada kanker payudara stadium
dini di beberapa senter di dunia tapi di Cancer Institute Hospital Jepang bone
scintigraphy dilakukan secara rutin pada semua kasus baru kanker payudara.
Tehnik ini masih tetap merupakan metode terpilih untuk mengevaluasi metastasis
tulang karena mudah didapat, relatif murah dan kemampuannya untuk
memperlihatkan seluruh sistim skeleta. Efikasi dan biaya pemeriksaan bone
scintigraphy dalam pelacakan metastasis tulang masih tetap kontroversi.
3. CT Scan
CT Scan sensitif untuk mendeteksi lesi di bawah korteks tulang tapi kurang
sensitif untuk mendeteksi lesi di medulla atau sumsum tulang. CT Scan sulit
membedakan antara destruksi tulang karena matastasis dengan osteophorosis atau
kelainan degeneratif pada tulang yang umum ditemukan pada orang tua. CT scan
lebih baik dibandingkan dengan radiografi konvensional lainnya dalam mendeteksi
metastasis tulang dan pemeriksaan ini harus dilakukan bila bone scintigraphy
positif tapi foto rontgent konvensional normal. Muindi dkk dalam penelitiannya
terhadap 20 penderita kanker payudara dengan foto rontgent konvensional yang
normal ternyata semua positif metastasis tulang dengan pemeriksaan CT scan.
4. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan tehnik/metode yang
sensitif untuk mendeteksi lesi metastasis intra medulla demikian juga untuk tulang-
tulang dengan rongga sumsum tulang yang besar seperti vertebra. Dengan tehnik
Total body echo-planar imagine, untuk mendeteksi metastasis tulang diseluruh
sistem skeletal dapat dilakukan hanya dalam waktu 6 menit sehingga MRI
dianggap lebih baik dari Bone Scintigraphy. MRI relatif lebih mahal untuk
melakukan deteksi metastasis diseluruh sistem skeletal dan tidak praktis, dan juga
MRI tidak cukup adekuat untuk menilai lesi pada korteks sehingga Bone
Scintigraphy masih tetap merupakan metode terpilih untuk mengevaluasi
23
metastasis tulang karena mudah didapat, relatif murah dan kemampuannya untuk
memperlihatkan seluruh sistim skeletal.
5. PET Scan
Whole body PET scan sangat penting dalam melacak metastasis tulang
terutama pada kasus yang dicurigai mengalami rekurensi karena adanya tanda atau
gejala atau karena peningkatan drastis tumor marker CA-15-3 atau CEA14. Secara
umum FDP-PET dapat mendeteksi lebih banyak metastasis tulang dari pada bone
scanning dalam hal ini lesi osteolitik sedang bone scan lebih sensitif untuk lesi
osteoblastik.16
X. PENATALAKSANAAN (TERAPI)
A. Terapi pembedahan / operatif
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur. Biasanya
pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan
mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang
telah rusak oleh metastasis.
Telah terbukti bahwa tindakan-tindakan di atas bisa memperpanjang
kehidupan penderita-penderita tumor ganas dengan metastasis. Sekalipun demikian
alangkah baiknya apabila usaha kita untuk memperpanjang hidup penderita tidak
melupakan kualitas hidupnya. Adanya fraktur yang patologis atau paraplegia jelas
tidak menguntungkan penderita. Seandainya fraktur telah terjadi maka kita harus
memilih antara tindakan konservatif dan pembedahan dengan segala untung
ruginya.
Pada fraktur patologik dari femur, tindakan konservatif akan memberikan
konsekuensi yang lebih banyak. Di sini penderita akan memerlukan istirahat di
tempat tidur yang lebih lama, berarti pula memerlukan perawatan ekstra yang
biasanya hanya bisa dilakukan di rumah sakit, dengan demikian ia tidak bisa
melewatkan sisa waktunya yang amat berharga di rumah dan di antara keluarganya.
Belum pula hal ini akan lebih memberatkan apabila dilihat dari segi ekonomi.
Selain perasaan nyeri yang timbul oleh karena kedudukan frakturnya juga
sering didapatkan komplikasi-komplikasi seperti dekubitus, infeksi-infeksi saluran
nafas bagian bawah dan saluran kemih. Tindakan operatif, yaitu dengan memasang
24
pen pada tulang yang mengalami fraktur-fraktur atau terancam untuk fraktur, tidak
hanya mengurangi nyeri tetapi perawatan penderita juga akan lebih mudah.
Penderita akan lebih mobil sehingga komplikasi-komplikasi di atas akan bisa
dihindarkan.
Apabila selanjutnya penderita direncanakan untuk diberi radiasi, manipulasi
tindakan ini akan lebih mudah sehingga perbaikan Keganasan primernya adalah
suatu karsinoma endometrii. fungsi lebih diharapkan. Lebih dari itu lamanya
perawatan dirumah sakit bisa dikurangi, suatu keuntungan baik dari segi sosial
maupun ekonomi penderita. Selain fraktur patologik yang sudah terjadi, keadaan di
mana hampir 50% kortex tulang telah dikenai proses metastasis sehingga
diperkirakan fraktur akan segera terjadi, juga merupakan indikasi kuat untuk
melakukan pemasangan pen.
Salah satu syarat yang penting untuk melakukan tindakan operasi pada
kasus-kasus ini, selain syarat umum untuk melakukan operasi, adalah bahwa sisa
umur penderita diperkirakan tidak akan kurang dari 6 minggu akibat proses
penyakitnya . Metastasis iatrogen akibat manipulasi operasi yang semula sering
ditakutkan orang ternyata tidak beralasan. Grabstald melaporkan bahwa metastasis
daripada tumor ganas ginjal (hypernephroma) pada umumnya adalah soliter,
sehingga kasus-kasus ini mempunyai prognosis terbaik di antara metastasis tulang
tumor-tumor lain dan mempunyai "5 year survival rate" sebanyak 25 -35%.17
1. Kemoterapi.
25
diberikan pada kasus-kasus karsinoma payudara juga diberikan pada penderita-
penderita karsinoma prostat. Dikatakan bahwa 75% dari penderita tumor prostat
yang mengalami metastasis ke tulang memberikan hasil subyektif yang memuaskan
dengan memberikan preparat oestrogen. Sedangkan tumor ganas payudara yang
memberikan respons terhadap pengobatan hormonal ini hanya berkisar 20 — 25%.
Hormon yang diberikan adalah preparat androgen atau estrogen tergantung dari
aktivitas hormon apa yang dominan pada penderita.18
2. Radioterapi.
26
Beberapa institusi menganjurkan pemberian radioterapi fraksi tunggal
dengan dosis tinggi yaitu 8 Gray pada penderita metastasis tulang yang sangat
nyeri, ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa radioterapi dosis tinggi akan
memberikan hasil yang lebih baik dalam mengatasi nyeri. 19
27
Mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi skleletal pada penderita
dengan metastase tulang dan Mengurangi nyeri tulang.
Terapi hiperkalsemia.
Memperlambat terjadinya metastase tulang pada penderita kanker payudara
stadium dini dengan risiko tinggi (sebagai terapi ajuvan).
Mencegah terjadinya kehilangan massa tulang yang menyertai terapi ajuvan
sistemik.
Efek sitotoksik langsung terhadap sel kanker
Cara Pemberiannya :
Pamidronate 90 mg IV dalam waktu 2 jam atau zoledronic acid 4 mg dalamwaktu
15 menit setiap 3-4 minggu merupakan bisphosphonate yang direkomendasikan.20
28
Tabel 2. Rekomendasi Penggunaan Bisphosphonate Pada Kanker Payudara
29
Adapun Efek samping bisphosphonate adalah :
Kelainan kulit
Gangguan gastrointestinal
Gangguan hati
Gangguan ginjal
30
Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada penderita dengan kadar kreatinin
< 3 mg%. Belum banyak data tentang penggunaan bisphosphonate pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal yang lebih berat. Harus dihindari kecepatan infus <
2 jam untuk pamidronate atau < 15 menit untuk zoledronic , karena akan
menimbulkan toksisitas terhadap ginjal ( collapsing foca segmental
glomeruloscletosis atau nefritis tubulointerstitial). Kadar serum kreatinin harus
dipantau setiap kali akan memberikan pamidronate atau zoledronic acid.22
C. Terapi Suportif
1. Penanggulangan Nyeri
Telah dikemukakan di atas bahwa nyeri merupakan salah satu keadaan yang
paling dirasakan penderita-penderita tersebut. Maka selama tindakan –tindakan
yang telah disebutkan belum memberikan hasil , diperlukan medikamentosa untuk
mengatasi perasaan nyeri ini. Biasanya diberikan preparat yang paling sederhana
terlebih dahulu seperti asetosal 4- 6 dd. 250-500 mg., parasetamol 4- 6 dd. 500 mg.
atau codein 4- 6 dd. 10- 30 mg. Apabila obat -obatan tersebut atau kombinasinya
tidak memberikan hasil yang memuaskan, bisa ditingkatkan pada golongan morfin
dengan segala konsekuensinya.
Pada penderita-penderita yang menyadari serta mengetahui proses penyakit
yang dideritanya maka perasaan takut ikut pula berperanan. Tentunya keadaan ini
tidak menguntungkan baik untuk penyembuhan penyakitnya maupun dalam usaha
kita mengatasi perasaan nyeri. Untuk mengatasi perasaan nyeri tsb. maka
diperlukan psikofarmaka seperti diazepam, amitriptilin dsb. Tindakan yang lebih
radikal dilakukan apabila dengan pemberian analgetika serta semua tindakan
operasi atau radioterapi nyeri tetap tidak teratasi. Salah satunya adalah dengan
pemberian "neurolytic agent", yaitu larutan fenol 5% dalam gliserin, yang
disuntikkan dalam sistem aferent saraf akan memberikan anestesi lokal pada daerah
bersangkutan.
31
prostaglandin. Pendekatan non medikamentosa seperti terapi panas dan dingin,
terapi relaksasi, dan terapi matras.23
XI. KESIMPULAN
Metastase tulang pada kanker payudara merupakan proses yang kompleks,
melibatkan interaksi antara sel kanker, osteoklas , stroma sumsum tulang dan matriks
tulang. Sel kanker payudara menghasilkan PTHrP yang akan menstimulasi aktivitas
osteoklas. Proses resorpsi tulang oleh osteoklas akan menghasilkan faktor-faktor
pertumbuhan yang akan meningkatkan produksi PTHrP dari sel kanker dan meningkatkan
pertumbuhan sel kanker. Adanya metastasis tulang menandakan prognosis yang kurang
bagus. Pada penderita kanker payudara bila metastasis ditegakkan maka harapan hidup
penderita hanya berkisar antara 18 sampai 24 bulan dan terapi yang diberikan adalah terapi
paliatif saja. Survival untuk penderita kanker payudara dengan metastasis tulang adalah 2
tahun dan 5 tahun tidak lebih dari 20%.
DAFTAR PUSTAKA
1. dr. Susworo, Penyebaran Tumor Ganas Di Tulang : Aspek Diagnostik dan Terapi,
tahun 2008
2. Rudy Thabry and Daniel Sampepajung, The Clinical Pathology And Medical Imaging
Of Bone Metastases In Breast Cancer Patients: A Review Oncology Division,
Department of Surgery Medical Faculty, Hasanuddin University, December 2008
3. Dr. Yoe Sek Wee, Breast Cancer Bone Metastasis Treatment, www.InOncology.Com,
2012
4. Larry J Suva and Robert J Griffin, Breast Cancer Bone Metastasis Treatment,
Departments of Orthopaedic Surgery, Barton Research Institute, Center for
Orthopaedic Research, May 14 2009
32
6. Robert E. Coleman, Management of Bone Metastases, Professor of Medical
Oncology, Yorkshire Cancer Research Department of Clinical Oncology, Cancer
Research Centre, e-mail: r.e.coleman@sheffield.ac.uk. Accepted September 11, 2000
7. B. Petrut, Md And Friend, A Primer Of Bone Metastases Management In Breast
Cancer Patients, January 2008
8. Opdam F, Et All. The Lapatinib For Advanced Or Metastatic Breast Cancer.
Www.Theoncologist.Com The Oncologist, 2012.
16. Julia Draznin Maltzman, MD and Modified by Lara Bonner Millar, MD Affiliation:
Bone Metastasis Treatment with Bisphosphonates, The Abramson Cancer Center of
the University of Pennsylvania: June 29, 2011.
17. Michael Gnant and Peyman Hadji, Prevention of bone metastases and management of
bone health in early breast cancer, Department of Surgery, Medical University of
Vienna, A-1090 Währinger Gürtel 18-20, Vienna, Austria, December 2010
33
18. DR. Dr. Aru W. Sudoyo, “Penatalaksanaan Terpadu pada Kanker”, 09 june 2012
19. Andy Evan, “Breast Calcification”, International Breast Education Centre City
Hospital, Hucknall Road Nottingham, UK, May 2002.
20. R.E. Mansel, Metastasis Of Breast Cancer, Cancer Metastasis – Biology and
Treatment, 2007
21. Patrick G. Johnston, MD PhD FRCP FRCPI, “Oncologic Emergencies”. The Queen’s
University of Belfast andBelfast City Hospital, 2002
22. Robert E. Coleman, Lawrence R. Cola, “ Text Books Bone Metastatis”, Head
Department of Clinical Oncology, Weston Park Hospital, Sheffield UK, 2005.
23. Eric L. Chang, Simon Lo, Diagnosis and Management of Central Nervous System
Metastases from Breast Cancer, www.TheOncologist.com , Vol. 8, No. 5, 398–410,
October 2003.
34